Anda di halaman 1dari 62

1

Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 371/ Ilmu Keperawatan

LAPORAN
PENELITIAN DOSEN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN PERAWATAN
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASEH

Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J 4321201391 Ketua Peneliti

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG
FEBRUARI 2019
2

HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN

Judul Penelitian : Faktor – faktor yang mempengaruhi


kemampuan keluarga dalam melakukan
pendekatan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas
Paseh

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 371 / Ilmu Keperawatan


Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J
b. NIDN : 34 11028001
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Sarjana Keperawatan
e. Nomor HP : 081223678231
f. Alamat surel (e-mail) : cucurokayah611@gmail.com

Biaya yang diusulkan : Rp. 3.500.000

Bandung, ………………………….
Mengetahui :
Ketua Program Studi, Ketua Peneliti,

Ns. Irma Nur Amalia, M.Kep Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J
NIK. 432120609068 NIK. 432120913091

Menyetujui :
Waket I Bid Akademik & Kemahasiswaan

Suparni, ST., M.KKK


NIK. 432120602009
3

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii
ABSTRAK ......................................................................................................iv
ABSTRACT…………………………………………………………………v
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Perumusan Masalah ........................................................................9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................9
D. Kontribusi Penelitian ......................................................................10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep gangguan jiwa
1. Pengertian ........................................................................ 11
2. Tanda gejala .................................................................... 12
B. Konsep keluarga
1. Pengertian ........................................................................ 13
2. Peran keluarga………… ................................................... 13
C. Kemampuan keluarga
1. Pengertian ........................................................................ 14

D. Kerangka Teori ...............................................................................17


E. Kerangka Konsep ............................................................................18
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian ................................................... 19
B. Populasi dan Sampel .............................................................. 20
C. Variabel Penelitian ................................................................. 20
D. Definisi Operasional Variabel ............................................... 21
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 22
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................... 22
4

G. Metode Pengumpulan Data .................................................... 23


H. Langkah-langkah Penelitian .................................................. 23
I. _ Analisa Data ........................................................................... 24
J. _ Etika Penelitian ...................................................................... 25
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN .......................................26
A. Anggaran Biaya ..................................................................... 27
B. Jadwal Penelitian ................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................29
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian
Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota
Lampiran 4. Surat pernyataan ketua peneliti
5

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan

perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu

terjadi perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013)

mengatakan skizofrenia merupakan gangguan neurobiologikal otak yang

persisten dan serius, sindroma secara klinis yang dapat mengakibatkan

kerusakan hidup baik secara individu, keluarga dan komunitas. Dapat

disimpulkan skizofrenia adalah gangguan pemikiran, emosi, perilaku, yang

mengalami gangguan bersosialisasi dan beraktivitas.Yang berdampak buruk

pada individu, keluaraga dan masyarakat.

Skizofrenia juga merupakan penyakit gangguan jiwa kronis yang

prevalensinya cukup tinggi.alensi skizofrenia didunia adalah 4,6/1.000, untuk

resiko morbilitas (NCBI, 2012). Prevalensi gangguan jiwa di

Indonesiaberdasarkan Rikesdas 2007 adalah mencapai 0,46 persen atau

sekitar 1 juta orang, sedangkan data dari Balitbangkes (2013) prevalensi

gangguan jiwa di provinsi Jambi adalah 0,9/1.000 jiwa.

Penatalaksanaan klien gangguan jiwa perlu dikelola secara integrasi.

Menurut Keliat (2011) penataksanaan pada klien gannguan jiwa dengan terapi
6

keperawatan, psikofarmakologis dan psikologis. Sedangkan menurut Durand

(2007) dapat berupa terapi biologis (obat anti psikosis, elektrokonvulsif) dan

terapi spikososial. Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada

klien gangguan jiwa menghasilkan perbaikan yang optimal dan mencegah

kekambuhan.

Kasus gangguan jiwa ditemukan pada laki-laki mulai umur 18-25 tahun

sedang wanita biasanya mulai umur 26-45 tahun dan jarang muncul pada

masa anak anak, bila muncul pada masa anak-anak biasanya mengenai 4-10

anak diantara 10000 anak. Mengacu pada data WHO, pada tahun 2013

jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 450 juta jiwa diseluruh dunia.

Kondisi yang ada lebih dari 80% penderita gangguan jiwa di Indonesia tidak

diobati dan tidak tertangani dengan optimal baik oleh keluarga maupun tim

medis yang ada. Pasien-pasien yang menderita gangguan jiwa dibiarkan

berada dijalan-jalan, bahkan ada pula yang dipasung oleh keluarga. Dengan

kondisi seperti ini memungkinkan terjadi peningkatan jumlah penderita

skizofrenia dari waktu ke waktu (Sasanto, 2009). Keluarga mempunyai

tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa,

persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan

baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses

pemulihan kesehatan klien sehingga status klien meningkat. Beberapa

peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan jiwa


7

adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani klien Skizofrenia di

rumah (Keliat, 2006 ).

Kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan skizofrenia sangat

dibutuhkan pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gangguan

jiwa membuat penafsiran dan pemahaman yang salah dalam merawat pasien.

Kurangnya pengetahuan keluarga akan mempengaruhi tindakan yang akan

dilakukan misalnya dipasung, dikerangkeng dan direndam dalam air kolam.

Hal ini tidak hanya terjadi pada keluarga dengan status ekonomi rendah,

pendidikan rendah saja namun dialami pula oleh keluarga dengan kalangan

atas (Hawari, 2007).

Faktor yang mempengaruhi kemampuankeluarga menurut Notoatmojo

(2008) yaitu faktor predisposisi. Faktor pemungkin, faktor penguat

sedangkan menurut Purnawan ( 2008 ) ada dua faktor yang mempengaruhi

kemampuan keluarga yaitu faktor internal yang terdiri dari tahap

perkembangan, tingkat pengetahuan, tingkat emosi dan spritual. Sedangkan

untuk Faktor external terdiri dari : praktik dalam keluarga,sosial ekonomi

dan latar belakang keluarga. Menurut ( Friedmen 2010 ) faktor yang

mempengaruhi kemampuan keluarga adalah usia, jenis kelamin, sosial

ekonomi, pendidikan atau pengetahuan, hubungan kekerabatan dengan klien

Masalah dalam keluarga tentunya harus direspon dengan sumber-sumber

koping dalam keluarga, dimana seperti salah satunya adalah kemampuan

keluarga.
8

Puskesmas peseh merupakan salah satu Puskesmas di wilayah kerja Dinas

Kota sumedang. Puskemas ini merupakan satu-satunya puskesmas yang

memiliki poli jiwa. Keberadaan poli jiwa di puskesmas ini dilatarbelakangi

banyaknya klien gangguan jiwa di wilayah ini. Puskesmas ini mendapatkan

kunjungan dari dokter spesialis jiwa setiap bulannya. Selain itu puskesmas

juga menerima kunjungan klien dengan gangguan jiwa dari dan boleh

melakukan rujukan pasien lansung ke rumah sakit jiwa provinsi jawa barat

Berdasarkan pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa Dinas

Kesehatan Kabupaten Sumedang tahun 2015 bahwa penemuan penderita

baru gangguan jiwa sebanyak 179 orang dan prevalensi paling tinggi di

temukan di wilayah kerja Puskesmas Rancakalong sebanyak 48 orang.

Puskesmas Conggeang sebanyak 43 orang dan Puskesmas Paseh menempati

urutan ketiga tertinggi yaitu sebanyak 31 orang.

Hasil studi pendahuluan terhadap 5 keluarga yang telah di wawancara oleh

peneliti. 3 keluarga mengatakan kurang mengetahui tentang tatacara

perawatan klien gangguan jiwa dan apabila pasiennya mengamuk tidak tahu

harus bagaimana melakukan pendekatannyadikarenakan keluarga takut

pasiennya menjadi tambah marah dan memukul anggota keluarga yang

lainnya sehingga pada saat pasiennya marah dan tidak mau minum obat

keluarga cenderung membiarkan.

Berdasarkan latar belakang diatas sehingga peneliti tertarik untuk meneliti

tentang faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam


9

melakukan pendekatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa di Puskesmas Paseh

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dirumuskan oleh peneliti

yaitu” faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam

melakukan pendekatan dan perawatan anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Paseh “

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi kemampuan

keluarga dalam melakukan pendekatan dan perawatan anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmaspaseh.

b. Tujuan khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi karakteristik keluarga pasien ODGJ

meliputi ( usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan

keluarga dengan klien ) dalam melakukan pendekatan klien dengan

gangguan jiwa Puskesmas paseh

2. Diketahui distribusi frekuensi kemampuan keluarga dalam melakukan

pendekatam anggota keluarga dengan ODGJ di puskesmas

3. Diketahui hubungan sosial ekonomi keluarga pasien ODGJ dengan

kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan klien dengan

gangguan jiwa Puskesmas paseh


10

4. Diketahui hubungan pengetahuan keluarga pasien ODGJ dengan

kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan klien dengan

gangguan jiwa Puskesmas paseh

5. Diketahui faktor keluarga pasien ODGJ yang dominan mempegaruhi

kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan klien dengan

gangguan jiwa Puskesmas paseh kemampuan keluarga dalam

melakukan pendekatan klien dengan gangguan jiwa Puskesmas paseh

4. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai piihak yang terkait

dalam pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa.

Manfaat penelitian meliputi:

1. Manfaat Keilmuan.

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar praktek keperawatan

serta sebagai bahan pembelajaran dalam pendididkan keperawatan.

b. Hasil penelitian ini dapat memperkuat pentingnya kemampuan

Keluarga sebagai terapi yang esensial dalam keperawatan jiwa.

2. Manfaat Metodologis.

Diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam keperawatan

jiwa khususnya pada kemampuan Keluarga.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa konsep dan teori serta hasil

penelitian yang terkait dengan tema penelitian sebagai landasan dan rujukan.

Konsep dan teori yang diuaraikan meliputi: gangguan jiwa, kemampuan keluarga

dan psikoedukasi keluarga.

A. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupaka respons maladaptif terhadap stressor dari

lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan

perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya setempat,

dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Townsend, 2008).

Pendapat lain mengatakan bahwa gangguan jiwa merupakan suau sindroma

psikologik atau pola perilaku yang secara klinis cukup bermakna bagi

seseorang, dan secara khas menunjukkan suatu gejala penderitaan (distress)

dalam satu atau lebih fungsi yang penting bagi kehidupan individu tersebut,

yang dapat meningkatkan risiko kematian, nyeri, disability, atau kehilangan

yang significan (Maslim, 2010).

Adanya perbedaan dari kedua pendapat di atas, namun pada intinya terdapat

kesamaan makna yaitu bahwa klien gangguan jiwa akan menunjukkan

perilaku yang tidak wajar serta gangguan dalam fungsi sosial.

1. Penyebab.

Gangguan jiwa disebabkan oleh banyak faktor (multifactorial) dimana

antara faktor-faktor tersebut saling terkait satu sama lain. Berdasarkan


12

The Stuart Stress Adaptation Model (Model adaptasi stress Stuart),

penyebab dari gangguan jiwa adalah faktor predisposisi yang meliputi

biologis, psikologis, dan sosial budaya, serta faktor presipitasi yang

meliputi nature, origin, timing, dan number (Stuart & Laraia, 2009).

Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa penyebab gangguan jiwa

ada tiga kategori, yakni faktor individu, faktor interpersonal dan faktor

sosial budaya (Videbeck,2006).

2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut DSM IV (Keliat, 2014),

meliputi:

a. Kehilangan kemampuan penilaian realitas dan penurunan fungsi

mental, meliputi: penurunan kemampuan komunikasi, gangguan

realitas, gangguan goknitif, afek yang tidak wajar atau tumpul.

b. Penurunan kemampuan sosial dan fungsi personal dapat berupa:

kesukaran melakukan aktifitas sehari-hari, isolasi sosial, penampilan

tidak sesuai, lupa melakukan sesuatu, kurang perhatian pada orang

lain, tidak teratur minum obat, perilaku makan dan tidur yang buruk,

tidak mampu bekerja dan motivasi kurang.

B. Keluarga
1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
13

dalam perannya masing-masing menciptakan, serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2010).

2. Fungsi Keluarga

Sekaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi

keluarga keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, di sisi lain

keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka

selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut:

Friedman mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarg, yakni :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi

fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, dan

mendukung. Setiap anggota keluarga yang mendapat kasih sayang

dan dukungan, maka kemampuannya untuk memberi akan

meningkat sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling

mendukung. Hubungan yang baik dalam keluarga tersebut akan


14

menjadi dasar dalam membina hubungan dengan orang lain diluar

keluarga;

2) Saling menghargai, dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana setiap anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui

dan dihargai keberadaan dan haknya;

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Kemudian dikembangkan dan disesuaikan

dengan berbagai aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat

dicapai sendiri, misalnya mempunyai anak. Hubungan selanjutnya

akan dikembangkan menjadi hubungan orangtua-anak dan antar

anak melalui proses identifikasi. Proses identifikasi merupakan inti

ikatan kasih sayang, oleh karena itu perlu diciptakan proses

identifikasi yang positif di mana anak meniru perilaku orangtua

melalui hubungan interaksi mereka.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga. Sering perceraian, kenakalan anak atau

masalah keluarga lainnya timbul akibat fungsi afektif keluarga

tidak terpenuhi.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial (Gegas, 1979 dalam Friedman,

2010), sedangkan Soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi


15

adalah suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru

mempelajari norma-norma masyarakat di mana dia menjadi anggota.

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat dimana individu melakukan

sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya, dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu

berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun

disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan

perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orangtua

(single parent).

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan

(gakin atau pra keluarga sejahtera). Perawat berkontribusi untuk

mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.


16

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan keehatan terhadap anggotanya baik untuk

mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.

Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarganya yang

mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan

tenaga profesional.

Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu

dan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan terhadap anggotanya dapat dilihat dri tugas kesehatan

keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah

(Friedman, 1998 dan kemenkes RI, 2000) :

1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota

keluarganya;

2. Mengambil keputusan secara tepat dan cepat dalam mengatasi

masalah kesehatan anggota keluarganya;

3. Memberi perawatan pada anggota keluaga yang memiliki

masalah kesehatan;

4. Memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga

mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara

pertumbuhan dan perkembangan setiap anggotanya;


17

5. Menciptakan hubungan timbal balik antara keluarga dengan

berbagai sumber daya kesehatan yang tersedia untuk

pemeliharaan dan perawatan kesehatan anggota keluarga.

3. Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem

(Mubarak,dkk. 2009). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang

kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara

normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak,dkk.

2009).

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh

seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang

mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau

pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga

sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai

pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung


18

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang

mempengaruhi keluarga yaitu :

a. Peran Formal Keluarga

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait

sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga

membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara

masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan

peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk

posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai

provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik

sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan

keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan

afektif dari pasangan), dan peran sosial.

b. Peran Informal Kelurga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,

hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau

untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain

1) Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan

mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain.


19

Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka

merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di

dengarkan;

2) Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang

terdapat di antara para anggota, penghibur, dan menyatukan

kembali perbedaan pendapat;

3) Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan

kelompok;

4) Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik

dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai;

5) Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam

memenuhi kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota

keluarganya;

6) Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit. Keluarga adalah orang-orang

yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu

kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh

pada pasien. Sehingga keluarga sangat berperan penting artinya

dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Alasan utama

pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa adalah : keluarga

merupakan lingkup yang paling banyak berhubungan dengan

pasien , keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi


20

pasien, gangguan jiwa yang timbul pada

pasien mungkin disebabkan adanya cara asuh yang kurang sesuai

bagi pasien, pasien yang mengalami gangguan jiwa nantinya akan

kembali kedalam masyarakat; khususnya dalam lingkungan

keluarga, keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam

mencapai pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan

ketenangan jiwa bagi pasien, gangguan jiwa mungkin memerlukan

terapi yang cukup lama, sehingga pengertian dan kerjasama

keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan;

Keluarga memiliki tugas kesehatan keluarga yang harus

dipenuhi oleh anggota keluarga lainnya, apabila salah satu

anggotanya mengalami sakit. Menurut Friedman (2010 dalam

Padila, 2012), terdapat lima tugas kesehatan keluarga, yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarganya;

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

setelah mengetahui masalah kesehatannya;

c. Melakukan perawatan pada anggota keluarganya yang

mengalami sakit;

d. Modifikasi lingkungan untuk menunjang keberhasilan

perawatan;

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada seperti rumah sakit.

7) Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim

dan memonitori kemunikasi dalam keluarga;


21

8) Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah

asing mendapat pengalaman baru;

9) Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi

dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi

mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan;

10) Pengikut dan sanksi,kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif.

Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

Menurut Williams (2007) dalam penelitian Fatmadona (2013)

proses interaksi keluarga sebagai caregiver dan anggota keluarga yang

sakit dipengaruhi oleh faktor:

a) Komitmen

Komitmen merupakan penanda suatu hubungan yang erat dengan

seseorang, terutama hubungan antara anggota keluarga yang sakit

dengan keluarga sebagai caregiver. Terdapat 4 dimensi komitmen,

yaitu: tanggung jawab, memprioritaskan pasien, memberikan

dukungan, kasih sayang, dan keyakinan;

b) Harapan

Harapan terhadap kenyataan perlu dibangun oleh keluarga dalam

membina hubungan anggota keluarganya;

c) Penentuan Peran

Dalam merawat anak dengan retardasi mental, keluarga akan

menghadapi perawatan kompleks pasien yang memerlukan

pembagian tanggung jawab. Dalam hal tersebut keluarga


22

memerlukan penentuan peran dalam melakukan merawat keluarga

yang sakit skizofrenia;

d) Hubungan Caregiving

Keberhasilan proses perawatan juga ditentukan dengan

hubungan yang terjalin antara keluarga sebagai caregiver dengan

keluarga yang sakit skizofrenia.

C. Kemampuan Keluarga

Kemampuan berarti seseorang memiliki kecakapan atau kesanggupan

untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan

(Depdiknas, 2008).

Definisi lain mengartikan sebagai suatu kesanggupan bawaan sejak lahir,

atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk

mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan (Robbins, 1998

dalam Anonim, 2005).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan keluarga sebagai

kesanggupan keluarga melakukan sesuatu sesuai dengan pengembangan

pikirannya.

Kemampuan merupakan perilaku yang sangat kompleks yang meliputi:

1. Cognitif domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan “aspek

intelektual”, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan

berpikir.
23

2. Affektif domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan “aspek

perasaan dan emosi”, seperti minat, sikap, apresiasi dan cara

menyesuaikan diri.

3. Psycomotor domain, berisi perilaku-perilaku yang menekankan “aspek

keterampilan motorik” seperti mencuci piring, membersihkan ruangan,

mandi, berhias (Bloom, 1956 dalam Anonim, 2009)

Beberapa sumber menjelaskan mengenai kemampuan yang harus

dimiliki keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa. Menurut

Murthy (2009), kemampuan keluarga yang perlu dimiliki dalam

merawat penderita gangguan jiwa meliputi: membangun hubngan

dengan pemberi perawatan yang didasarkan pada pemahaman dan

empati, mengidentifikasi sumber daya yangada di masyarakat,

memenuhi kebutuhan pengobatan, mengidentifikasi terjadinya relaps

dan memperbaiki konsidi krisis, meningkatkan kemampuan sosial dan

personal anggota keluarga.

Menurut Friedman, kemampuan keluarga meliputi:

a. Kemampuan berfungsi secara efektif, artinya keluarga harus

memenuhi kebutuhan emosional anggotanya dalam rangka

menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat,

b. Kemampuan berfungsi sosial, artinya keluarga harus mengajarkan

anggotanya agar mampu berpartisipasi dan menjadi anggota

masyarakat yang produktif


24

c. Kemampuan berfungsi ekonomis artinya keluarga harus

mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan

mengalokasikannya secara efektif

d. Kemampuan memberikan perawatan kesehatan, artinya keluarga

harus menyediakan berbagai kebutuhan fisik anggotanya seperti

makan, pakaian, tempat tingga, dan perawatan kesehatan

Disimpulkan bahwa kemampuan keluarga merawat penderita

ganguan jiwa merupakan perilaku yang meliputi: kognitif, afektif dan

psikomotor yang ditunjukkan keluarga, sebagai pemberi perawatan

pada penderita gangguan jiwa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga

memberikan perawatan pada penderita gangguan jiwa dipengaruhi

beberap faktor meliput. Menurut Green, 1980, dalam Notoatmodjo,

2007), faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi:

1. Predisposing factor (faktor predisposisi atau faktor yang

mempermudah) pengetahuan, sikap, tradisi, sistem nilai yang

dianut, tingkat pendididkan, tingkat sosial ekonomi, usia, gender.

2. Enabling factor (faktor pemungkin)

ketersediaan saran dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, spt puskesmas, RS, posyandu.

3. Reinforcing factor (faktor penguat)


25

sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

kesehatan termasuk di dalamnya undang2 peraturan baik pusat dan

daerah terkait dengan kesehatan.


26

D. Kerangka Teori (sumber)

keluarga Klien gangguan jiwa (sumber)


Perilaku kesehatan (Green 1980)
Penyebab
Predisposing factor : 1. Faktpr predisposisi
1. Pengetahuan dan sikap keluarga 2. Faktpr presipitasi
Kemampuan keluarga Beban keluarga
2. Tradisidan system nilai keluarga (Fontaine 2003 dalam 3. Sumber koping
3. Tingkat pendidikan stuart 2013) 4. Mekanisme koping
4. Tingkat status social ekonomi Peran dan fungsi Karakteristik
keluarga keluarga (Friedman 1. Usia
Enabling Faktor : 2009) 2. Status social
1. Tersedianya sarana dan Tugas keluarga 3. Tingkat pendidikan
prasarana Karakteristik Keluarga 4. Agama
2. Tersedianya fasilitas dan : 5. Kondisi politik
yankeswa 1. Usia Kemampuan dan kemandirian klien
3. Tersedianya tenaga yankeswa 2. Etnis
Reinforcing factor :
3. Jenis kelammin
1. Sikap dan perilaku toma/toga
2. Sikap dan perilaku petugas kes
4. Agama
3. UU dan peraturan pemerintah 5. Pendidikan
6. Pendapatan
27

E. Kerangka konsep

Variable independen
Factor predisposisisi Variabel independen 1. Mampu
1. Pengetahuan dan sikap keluarga Kemampuan keluarga
2. Tradisidan system nilai keluarga 1. Afektif 2. Kurang mampu
3. Tingkat pendidikan 2. Kognitif
4. Tingkat status social ekonomi 3. psikomotor 3. Tidak mampu
keluarga
Karakteristik keluarga
1. Usia
2. Etnis
3. Jenis kelammin
4. Agama
5. Pendidikan
6. Pendapatan
28

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian


a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif korelasi yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan variabel–variabel yang ada dalam penelitian
berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari populasi secara sistematis
dan akurat (Sujarweni, 2014). penelitian
b. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2019 Wilayah Kerja
Puskesmas Paseh

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi target penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 45 keluarga terdiri dari ayah, ibu, istri, anak
sehingga jumlah keseluruan berjumlah 256 responden
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan subyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Sampel
penelitian ini diambil secara purposive disesuaikan dengan tujuan dan
jenis penelitian. Purposive sampling yaitu peneliti memilih dari populasi
yang memenuhi kriteria sample yang telah ditentukan (Nursalam, 2003).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Keluarga (suami, istri, anak, atau care giver) yang tinggal satu rumah
bersama klien.
b. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
29

c. Usia 18-55 tahun.


d. Bisa membaca dan menulis.
e. Belum pernah mendapatkan terapi psikoedukasi keluarga.
f. Bersedia menjadi responden.

C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono dalam Sujarweni (2014) variabel penelitian yaitu suatu hal

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel adalah sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya berbeda antara satu objek dengan objek lainnya. Dalam penelitian ini

terdapat variabel independenya yaitu factor - factor yang mempengaruhi

kemampuan keluarga. Variabel dependenya yaitu kemampuan keluarga

dalam melakukan pendektan pada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa

D. Definisi Operasional Variabel


Tabel 3.1 Definisi Operasioanl Penelitian
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1 2 3 4 5 6
Variabel independen
usia Umur responden Dengan Dinyatakan interval
terhitung dari saat kuesioner A. dengan angka
ulang tahun terakhir pernyataan dalam tahun
pada saat mengenai usia terhitung dari
diwawancara responden tanggal kelahiran
dalam tahun
pendidikan Tingkat pendidikan Alat ukur Dinyatakan dengan: Ordinal
formal tertinggi yang kuesioner 1= Pendidikan dasar
dicapai sesuai berupa
dengan ijazah yang pernyataan (SD dan SLTP)
dimiliki mengenai
30

pendidikan 2= pedidikan menengah


responden (SLTA/SMK)
3= Pendidikan atas (PT)

Pendapatan Penghasilan yang Dengan Dinyatakan dalam: Ordinal


diperoleh keluarga kuesioner.
1. Buruk
untuk memenuhi Alat ukur
kebutuhan hidup kuesioner 2. Rendah.
sehari-hari. berupa
2. Cukup.
pertanyaan
mengenai 3. Baik.
pendapatan
keluarga
terhitung dalam
perbulan dan
Variabel dependen
Kemampuan Pengetahuan Alat ukur Skor respon kognitif interval
keluarga keluarga tentang dengan (0-100). Dengan
(kognitif) pendekatan anggota kuesioner. pengisian kuesioner
keluarga yang Penilaian jika jawaban benar
mengalami memilih niali= 10, jika salah
jawaban benar nilai= 0
gangguan jiwa
(ya dan tidak)
Kemampuan Segala sesuatu yang Alat ukur Alat ukur interval
keluarga berkaitan dengan kemampuan kemampuan afektif
afektif aspek perasaan dan afektif menggunakan
emosi keluarga dalam menggunakan kuesioner meliputi
melakukan kuesioner 15 pernyataan
pendekatan anggota meliputi 15
keluarga yang pernyataan
mengalami gangguan
jiwa
Kemampuan Tindakan/kegiatan Wawancara Skor respon interval
keluarga yang dilakukan dalam dengan psikomotor (0-100).
psikomotor melakukan kuesioner Dengan pengisian
pendekatan kuesioner
padaanggota keluarga psikomotor. Jika
yang mengalami jawaban benar
gangguan jiwa nilai=10, jika salah
nilai=0

E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara (sebagai instrumen penelitian). Instrumen ini
diklasifikasikan dalam kelompok sebagai berikut :
31

1.Instrumen A: merupakan instrumen untuk mendapatkan gambaran


karakteristik responden yang terdiri dari usia, pendidikan, pendapatan.
Bentuk pertanyaan dalam pertanyaan tertutup, dan peneliti memberi
angka pada kotak yang tersedia, sesuai dengan option yang dipilih oleh
responden. Jumlah pertanyaan ada 6 pertanyaan
2.Instrumen B: merupakan instrumen yang mengukur kemampuan
keluarga dalam melakukan pendekatan pada keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dilihat dari segi afektif, Kognitif dan psikomotor.
Kemampuan kognitif keluarga terkait dengan kemampuan merawat klien
pasung, berupa kuesioner yang dikembangkan oleh penelitian hasniah
yang dimodifikasi dari penelitianutami (2008) terdiri dari 20 pertanyaan
yang diisi dengan skala 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju,3 =
setujudan 4 = sangat setuju dengan rentang skore 20 - 80

F. Metode Pengumpulan Data


Proses penelitian ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1.Mengurus surat perizinan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung beserta
instansi/unsur-unsur pemerintahan terkait dengan masalah yang akan
diteliti.
2.Mengumpulkan responden.
3.Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian
4.Meminta persetujuan untuk berpatisipasi dan mengisi lembar persetujuan
5.Responden akan diminta menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.
6.Angket dikumpulkan untuk diolah.

G. Langkah-langkah Penelitian
1. Penyunting Data (Editing)
Editing data merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

lembar observasi, apakah jawaban yang ada sudah lengkap, jelas,


32

relevan, dan konsisten. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan data

yang diperoleh adalah bersih dan lengkap (data terisi semua) serta

konsisten.

2. Pengkodean Data (Coding)

Coding data merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf


menjadi databerbentuk angka atau bilangan (memberi kode). Kegiatan ini
bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data khususnya pada
saat memasukkan (entry) data. Teknik ini dilakukan dengan memberikan
tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berapa angka numeric.
Data sebelum diberikan intervensi dicoding pre, data pada pertengahan
intervensi dicoding mid dan data sesudah diberikan intervensi di coding
post. coding
3. Memasukan Data (Entry Data) atau processing
Kegiatan pada processing data adalah melakukan pemrosesan data
dengan melakukan entry data dari kusioner ke dalam computer.
4. Pembersihan data (Cleaning)
Cleaning data merupakan langkah pengecakan data yang telah
dimasukkan kedalam computer apakah terdapat kesalahan atau tidak,
yaitu dengan cara mengetahui data yang hilang, variasi data, dan
konsistensi data. Memastikan pengecakan data di computer terhadap
data-data yang diperoleh, memastikan tidak ada data yang missing.

H. Analisa Data
Analisa data yang akan digunakan menggunakan program komputer, yang

terdiri dari dua macam analisa data, yaitu univariat dan bivariat.

1) Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk

menggambarkan penyajian data tiap variable penelitian (Notoatmodjo,


33

2012). Analisa univariat digunakan untuk menganalisis dengan

menggunakan data yang di analisis. Selanjutnya dihitung presentasi

frekuensinya, dengan rumus sebagai berikut :

𝑓
P = 𝑛 𝑥 100%

F = frekuensi responden berdasarkan kategori


n = total responden
p = persentase
2) Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan oleh dua variable

yang diduga berhubungan atau berkolerasi. (Notoatmojo, 2010).

Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat factor –

factor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam melakukan

pendekatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Tingkat signifikasi yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Jika p ≤ 0,05

maka keputusannya adalah Hᴏ penelitian ini gagal ditolak atau ada

pengaruh antara variable intervensi terhadap variable dependent.

Namun jika nilai p > 0,05 maka keputusannya adalah hipotesis

penelitian ini adalah ditolak atau tidak ada pengaruh antara variable

intervensi terhadap variable dependent. Hasil uji normalitas dengan

menggunakan sphiro-wilk karena sampel < dari 50, hasil uji normalitas

menunjukan bahwa data tidak normal dengan p 0.001 < 0,05 sehingga

dilakukan analisa bivariate menggunakan rumus Wilcoxon.

Uji Wilcoxon adalah digunakan untuk menganalisis hasil-

hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda


34

atau tidak. Rumus dari analisa bivariat Wilcoxon adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

N = Banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = Jumlah renking dari nilai selisih yang negative (apabila

banyaknya selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya

selisih negatif)

Z = Jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila

banyaknya selisih yang negatif > banyaknya selisih yang

postif)

I. Etika Penelitian
1. Informed concent
Sebelum penelitian dilakukan perlu adanya persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian, hal tersebut tertuang dalam suatu
lembar persetujuan untuk menjadi responden yang disebut informed
concent. Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Pada saat dilakukan penelitian, hal
yang pertama dilakukan adalah menghubungi kepala ruangan, meminta
persetujuan dilakukan penelitian diruangan tersebut. Setelah itu peneliti
menyiapkan format informed concent. Setelah dipersiapkan, peneliti
meminta persetujuan kepada perawat yang akan dilakukan observasi.
35

2. Anonimitty
Merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama subjek penelitian pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Cukup nomor subjek
penelitian atau responden. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang
didapatkan dari responden, hal ini dapat dilihat dengan tidak meminta
responden mencantumkan nama. Peneliti juga tidak menyebarkan
informasi yang didapatkan dan hanya dapat diakses oleh peneliti saja.
3. Confidentiality
Masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari responden yang
menyetujui menjadi responden penelitian. Dalam pengolahan dan
penyajian data tidak akan disebutkan nama, hanya ada hasil sehingga
kerahasiaan data responden tetap terjamin. Peneliti menjamin semua
kerahasiaan perawat, bahwa seluruh informasi akan digunakan untuk
kepentingan penelitian dan hanya kelompok tertentu saja yang disajikan
atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4. Fair Treatment
Fair treatment merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek
agar diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi pada saat
dilakuakn observasi. Apabila ternyata mereka tidak bersedia sebagai
responden atau responden boleh mengundurkan diri. Pada saat
dilakukannya observasi, peneliti menjamin kepada objek peneliti
(perawat) dilakukan secara adil dalam proses observasi, dan tidak
menitikberatkan ke salah satu perawat.
36

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Paseh,

dengan jenis penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi,

data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh langsung dari

responden keluarga pasien. Analisis penelitian ini menggunakan dua metode

analisis, yaitu analisis univariat dan bivariat.


37

1. Factor- factor yang mempengaruhi keluarga yang merawat anggota keluarga

dengan gangguan jiwa

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi factor yang mempengaruhi Keluarga Pasien di


wilayah kerja puskesmas paseh

Katerori Frekuensi %
Lama sakit
1-3 tahun 84 32
4-5 tahun 122 47.6
6-10 tahun 50 19.5
Umur
18 – 30 tahun 101 39.4
30 -55 tahun 139 54.2
55 – 70 tahun 26 10
pendapatan
buruk 58 22.6
rendah 92 36.0
cukup 73 28.6
tinggi 33 12.8
pendidikan
SD-SMP (rendah) 93 53.2
SMA (menengah) 126 27.7
D1-S1 (tinggi) 37 19.1
Hubungan dengan pasien
Anak 60 34.0
Suami 102 31.9
Istri 67 27.7
Ibu 54 6.4

Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan lama anggota

keluarga yang sakit selama 4-5 tahun berjumlah 118 keluarga ( 53.2 %),

umur keluarga yang merawat berusia 30 – 55 tahun 118 keluarga (53.2 %),

tingkat pendidikan yang teringgi dari keluarga yaitu pendidikan menengah

SMA berjumlah 126 keluarga (53.2 %) dan berdasarkan hubungan dengan


38

pasien data yang didapatkan berapa pada anggota keluarga yang sakit sebagai

Suami berjumlah 102 keluarga ( 34 %)

2. Kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan

Table 4.2 Kemampuan keluarga melakukan perawatan padaanggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa

Katerori Frekuensi %
mampu 66 25.7
Kurang mampu 117 45.7
Tidak mampu 73 28.6
total 256 100
Berdasarkan table 4.2 dapat diketahui kemampuan keluarga dalam

melakukan perawatan padaanggota keluarga dengan gangguan jiwa termasuk

dalam kategori kurang mampu dengan jumlah 117 orang (45.7%)

3. Hubungan usia dengan kemampuan keluarga melakukan perawatan

Table 4.3. Hubungan Usia dengan kemampuan keluarga melakukan

perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Usia Kemampuan keluarga total P-Value

mampu kurang tidak

F % F % F % F %

18-30 31 12.3 38 10.1 15 5.9 87 19.5

30 - 55 26 10 53 20.7 40 15.4 118 46.1 0.14

55 - 70 9 3.5 26 15 18 7.2 50 34.4

total 66 25.8 117 44.8 73 28.4 256 100


39

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui usia keluarga yang merawat anggota

keluarga berada pada usia 30 – 55 tahun dengan kemapuan yang masih

kurang (20.7%) berdasarkan uji spearman rho untuk menganalisis faktor usia

keluarga dengan kemampuan keluarga yang melakukan perawatan pasien

dengan gangguan jiwa didapatkan nilai P= 0.014

4. Hubungan pendidikan dengan kemampuan keluarga melakukan perawatan

Table 4.4. Hubungan Usia dengan kemampuan keluarga melakukan

perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

pendidikan Kemampuan keluarga total P-

mampu kurang tidak Valu

F % F % F % F % e

rendah 30 11.7 39 15.2 24 9.3 93 36.2

menengah 29 11.3 57 22.3 40 15.4 126 49 0.208

tinggi 7 2.7 39 8.2 9 3.9 37 14.8

total 66 25.7 117 45.7 73 28.6 256 100

Berdasarkan table diatas dapat diketahui keluarga memiliki pendidikan

menengah dengan kemampuan keluarga yang masih kurang yaitu sebanyak

57 orang (22.3%). Berdasarkan sperman rho untuk menganalisa pendidikan

keluarga yang melakukan perawatan pasien gangguan didapatkan nilai

p=0.208
40

5. Hubungan pendapatan dengan kemampuan keluarga melakukan perawatan

Table 4.5. Hubungan pendapatan dengan kemampuan keluarga melakukan

perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

pendapatan Kemampuan keluarga total P-

mampu kurang tidak Value

F % F % F % F %

buruk 19 7.4 23 8.9 16 6.3 58 22.6

rendah 23 8.9 43 16.9 26 10.2 92 36 0.007

cukup 16 6.2 34 13.3 23 9.0 73 28.6

tinggi 8 3.1 17 6.6 8 3.1 33 12.8

total 66 25.7 117 45.7 73 28.4 256 100

Berdasarkan table diatas dapat diketahui keluarga yang memiliki pendapatan

yang kurang dan kemampuan merawat yang kurang yaitu sebanyak 43

orang ( 16.9 %) berdasarkan uji speraman rho untuk menganalisa factor

pendapatan keluarga yang merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa

didapatkan nilai 0.007

B. Pembahasan

1. Faktor – Faktor yang memperngaruhi kemampuan keluarga dalam

melakukan perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik responden yang merupakan factor

yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan

perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

didapatkan faktor lamanya anggota keluarga yang sakit selama 4-5 tahun
41

berjumlah 118 keluarga ( 53.2 %), umur keluarga yang merawat berusia

30 – 55 tahun 118 keluarga (53.2 %), tingkat pendidikan yang teringgi

dari keluarga yaitu pendidikan menengah SMA berjumlah 126 keluarga

(53.2 %) dan berdasarkan hubungan dengan pasien data yang didapatkan

berapa pada anggota keluarga yang sakit sebagai Suami berjumlah 102

keluarga ( 34 %)

2. Kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

Pada penelitian ini kemampuan yang dinilai adalah kemampuan keluarga

secara kognitif dan psikomotor dalam merawat keluarga dengan gangguan

jiwa. Seperti yang dikemukakan oleh Bloom dalam As’ari Djohar (2003)

dimana ada 3 kategori dalam domain perilaku individu yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan perkembangan

kecakapan dan keterampilan intelektual. Domain afektif berkenaan dengan

perubahan minat, sikap dan nilai – nilai perkembangan apresiasi dan

kemampuan menyesuaikan diri. domain psikomotor berkenaan dengan

keterampilan- keterampilan gerak. Cara mengevaluasi hasil kemampuan

setelah pemberian terapi adalah dengan cara pemberian kuesioner yang

diisi oleh responden dan pengamatan menggunakan lembar observasi yang

dilakukan langsung oleh peneliti. Menilai hasil belajar dapat dilakukan

melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik

selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti


42

pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik

untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa

waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bandura (1986, dalam

Woolfolk, 2009) yang menyatakan dalam observational learning ada

elemen penting yang meliputi memperhatikan, menyimpan informasi,

menghasilkan perilaku dan termotivasi dalam mengulangi perilaku. Oleh

karena itu dengan adanya pengetahuan keluarga secara kognitif maupun

psikomotor tentang cara merawat dapat meningkatkan kemampuan

keluarga dan dapat menjadi sumber koping bagi klien dalam memperbaiki

kondisinya menjadi lebih baik sehingga memudahkan klien untuk kembali

ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan perawatan pada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang terbagi menjadi

tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor didapatkan data yang

berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diketahui kemampuan keluarga dalam

melakukan perawatan padaanggota keluarga dengan gangguan jiwa

termasuk dalam kategori kurang mampu dengan jumlah 117 orang

(45.7%)

3. Hubungan Usia dengan kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


43

Faktor umur dan pekerjaan juga memegang peranan penting dalam

menentukan tingkat pengetahuan seseorang (Wawan dan Dewi, 2010).

Jumlah responden yang sebagian besar berumur 31-40 tahun sebanyak 124

orang (48,4 %) menunjukkan semakin cukup umur seseorang maka

kematangan pola berpikir seseorang semakin matang yang diperoleh dari

pendidikan maupun pengalaman sehari-hari. Jumlah responden yang

mayoritas bekerja di sektor informal (swasta) sebanyak 96 orang (37,5 %)

juga memepengaruhi pengetahuan seseorang karena bekerja di sektor

informal tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi sehingga mereka

hanya mendapatkan pengetahuan dari lingkungan hidup sehari-hari.

Berbeda dengan bekerja di bidang sektor formal yang membutuhkan

pendidikan tinggi sehingga sejalan dengan semakin luasnya pengetahuan

seseorang. Namun tingkat pedidikan yang tinggi dan pekerjaan yang

bagus / kantoran tidak menjamin seseorang memiliki pengetahuan yang

baik, karena dari hasil penelitian ini masih ada beberapa responden yang

memiliki tingkat pendidikan tinggi dan pekerjaanyang bagus memiliki

pengetahuan yang buruk. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya

pemahaman tentang perawatan anggota keluarga dengan gangguan jiwa

Berdasarkan hasil penelitian ini maka sikap yang cukup tentang perawatan

pasien gangguan jiwa karena pada usia responden sebagian besar telah

berusia lebih dari 40 tahun, semakin cukup umur seseorang maka

kematangan seseorang dalam berpikir semakin matang dan semakin

bertambahnya umur seseorang maka kematangan akal seseorang juga akan


44

semakin kuat sehingga menumbuhkan sikap yang semakin baik pada diri

seseorang. Bertambahnya umur juga menyebabkan pengalaman seseorang

semakin luas sehingga menjadi dasar pembentukan dalam bersikap,

dimana pada usia lebih dari 40 tahun tersebut adalah usia matang sehingga

lebih menimbulkan reaksi yang positif, disamping itu bisa karena

keluargamempunyai anggota keluarganya yang gangguan jiwa sehingga

sikapnya lebih baik terhadap kemampuan perawatan pasien gangguan jiwa

4. Hubungan Pendidikan dengan kemampuan keluarga dalam melakukan

pendekatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Hubungan pendidkan dengan kemampuan keluarga dalam melakukan

pendekatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,

dimana pendidikan baik formal atau informal adalah pengetahuan yang

dihasilkan dari pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, meliputi faktor internal dan ekternal. Faktor internal terdiri

dari pendidikan, pekerjaan dan umur, sedangkan faktor eksternal

meliputifaktor lingkungan dan sosial budaya (Wawan dan Dewi, 2010).


45

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu

aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap

seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka

akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi dan

Wawan, 2010). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Nur Afiyati (2015) dengan judul “Hubungan tingkat

pengetahuan dan kemampuan keluarga terhadap kepatuhan berobat pasien

skizofrenia di Poli Jiwa RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan”. Penelitian

ini adalah penelitian deskritifkorelasi dengan pendekatan cross sectional.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan peranan keluarga

terhadap kepatuhan berobat pasien skizofrenia (p=0,002 <0,05). Hasil

penelitian yang didapat sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

Afiyati (2015) dikarenakan responden sama-sama sudah mendapatkan

informasi tentang perawatan pasien skizofrenia tetapi pemahaman yang

kurang dikarenakan faktor eksternal yang mempengaruhi penerimaan

informasi. Berdasarkan hal ini maka pengetahuan masyarakat yang

didapatkan melalui pendidikan informal maupun informal tentang

perawatan pasien gangguan jiwa di rumah sangat penting agar dapat

mempraktikkan cara perawatan anggota keluarga dengan sgangguan jiwa

untuk mencegah kekambuhan. Hasil penelitian yang menunjukkan

sebagian besar pendidikan responden tentang perawatan pasien gangguan

jiwa dikategorikan cukup, hal ini dikarenakan didukung oleh tingkat

pendidikan masyarakat yang sebagian besar lulusan SMA, dimana dalam


46

pemberian pendidikan kesehatan memerlukan cara lebih dimengerti

sehingga lebih memahami informasi yang diberikan oleh petugas

kesehatan. Selain itu bisa disebabkan kurang informasi yang diterima oleh

masyarakat tentang perawatan pasien skizofrenia, sedangkan pada

penelitian pada tingkat pendidikan dasar dengan tingkat pengetahuan

dikategorikan cukup dikarenakan masyarakat telah mendapatkan informasi

secara informal dari media massa dan media elektronik.

5. Hubungan pendapatam dengan kemampuan keluarga dalam melakukan

pendektan pada anggota keluarga yang mengalami ganguan jiwa

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pendapatan keluarga yang

mendukung perawatan pasien skizofrenia dari 256 orang responden

mengatakan pendapatan yang mendukung sebagian besar dikategorikan

cukup, yaitu sebanyak 126 orang (49,2%). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar tanggapan keluarga tentang pendapatan yang

merekameiliki mempengaruhi perawatan pasien gangguan jiwa

dikategorikan cukup. Hasil penelitian didapat didukung oleh penelitian

Magan (2013) yang berjudul “Hubungan status social ekonomi dengan

Pemanfaatan Pelayanan Pencegahan Kesehatan di Puskesmas Makale

“menyatakan bahwa dari 308 orang responden, sebanyak 257 orang

(83,4%) yang menilai pendapatan kategori cukup dan sebanyak 51 orang

(16,6%) yang menilai kurang pendapatan yang menunjang. Hasil

penelitian yang didapatkan sama dengan penelitian Magan (2013)


47

dikarenakan pendapatan keluarga hampir sama dalam upaya perawatan

pasien skizofrenia untuk mencegah kekambuhan. Berdasarkan hasil

penelitian ini maka pendapatan keluarga sebagai faktor pemungkin akan

membantu masyarakat dalam melakukan upaya perawatan pasien

gangguan jiwa di rumah. Tanggapan dari keluarga atau masyarakat yang

menyatakan bahwa sebagian besar perawatan memerlukan biaya yang

dikategorikan cukup perlu lebih ditingkatkan agar masyarakat lebih dapat

memanfaat fasilitas di pengobatan puskesmas. Hasil penelitian yang

menunjukkan sebagian besar responden menilai pendapatan keluarga

dikategorikan cukup, dikarenakan keluarga belum semuanya memiliki

pendapatan yang baik untuk menunjang perawatan pasien gangguan jiwa

baik yang ada dipuskesmas atau di rumah sakit jiwa oleh karena tidak

semua masyarakat datang ke puskesmas bila ada masalah dengan

kesehatannya. Berdasarkan hasil uji spearman rho didapatkan bahwa

hubungan pendapatan dengan kemampuan keluarga yang mempunyai

anggota keluarga dengan gangguan jiwa nilai p=0,014 yang berarti H0

ditolak dan Ha diterima, jadi ada hubungan pendapatan keluarga dengan

kemampuan keluarga melakukan pendekatan pada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa


48

BaB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga yaitu Usia,

Pendidikan, pendapatan dan lama sakit

2. Kemampuan keluarga dalam melakukan pendekatan dan perawatan berada

pada kategori kurang mampu dengan jumlah 117 orang (45.7%)

3. Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga secara statistik yaitu dari

faktor pendapatan keluarga dengan nilai P-value 0.007

B. Saran
49

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Gaji dan Upah (maks. 20%) 300.000
2 Bahan habis pakai dan peralatan (40%-60%) 900.000
3 Biaya perjalanan (maks. 15%) 150.000
4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan, lainnya 150.000
sebutkan) (10%-15%)
Jumlah 1.500.000

B. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu


1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
topik
2 penyusunan
proposal
penelitian
3 Seminar
proposal
4 Pelaksanaan
penelitian
6 Pengolahan
data
7 Penulisan
hasil
penelitian
8 Penyampaian
laporan hasil
penelitian
55

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan R.I.

Direktorat Jendreal Kesehatan Masyarakat-Depkes RI (2006). Kebijakan Nasional


Dan rencana Strategis Pembangunan kesehatan Jiwa Masyarakat
2001-2004. Jakarta.

Keliat, B.A. dkk (2006). Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP/Jiwa. Jakarta: WHO-FIK UI)

Murthy, S. (2003) Family Interventions and Empowerment as An Approach to


Enhance Mental Health Resources in Developing Countries.
http://www.pubmedcentral.nih.gov, diperoleh 30 April 2011.

Notoatmojo, S. (2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Jakarta : Rineka


Cipta

Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Nursing, (6th ed), London

Nanda. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions & Clacification 2009-2011,


Philadelphia USA: NANDA International
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC. Based
Practice, (6th ed), Philadelphia.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental health Nursing, Concepts of Care in


Evidence-
56

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Biaya

J. Honorarium
Waktu
Honor Honor / Jam (Rp) Minggu Total (Rp)
(jam/Minggu)
Ketua 300.000
Anggota 1
Anggota 2
Sub Total 300.000

K. Bahan Habis dan Peralatan


Justifikasi Harga
Bahan / Alat Kuantitas Total (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)
kertas

Sub Total

L. Transport / Perjalanan
Justifikasi Harga
Kegiatan Kuantitas Total (Rp)
Pemakaian Satuan (Rp)

Sub Total

M. Lain-lain
Harga
Uraian Justifikasi Kuantitas Total (Rp)
Satuan (Rp)

Sub Total
57

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti

Alokasi
Nama / NIDN / Prodi / Uraian
No Bidang Ilmu Waktu
NIK Fakultas Tugas
(jam/minggu)
1. Hj. Cucu Rokayah S1 Keperawatan Keperawatan Jiwa Peneliti

utama

2.

3.
58

Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti

A. Identitas Diri

1. Nama lengkap (dengan Gelar) Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J


2. Jenis Kelamin P
3. Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4. NIK / NIDN 3411028001
5. Tempat dan tanggal lahir Bandung, 11 Februari 1980
6. Alamat Rumah Kp. Panyairan Rt 03 Rw 02 Desa Cigugurgirang
Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat
7. No. telp / Faks / HP 081223678231
8. Alamat kantor STIKes DHB
9. No. telp / Fakx
10. Alamat Email cucurokayah@gmail.com
11. Lulusan yang telah dihasilkan
12. Mata Kuliah yang diampu 1. Keperawatan jiwa
2. Neurobehaviour and Koping
3. Psychiatric Nursing
dst

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan Tinggi UNPAD UI
Bidang Ilmu Keperawatan jiwa Keperawatan jiwa
Tahun masuk – Lulus 2002 - 2006 2011 - 2015
Judul Skripsi/ Thesis / Disertasi
Nama Pembimbing / Promotor
59

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir


(Bukan skripsi, Thesis, maupun Disertasi)

Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jml (juta Rp.)

D. Pengalaman Pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir

Pendanaan
Judul Pengabdian kepada
No Tahun Jml (juta
Masyarakat Sumber
Rp.)
1
2
3
Dst

E. Pemakalah Seminar Ilmiah (oral presentation) dalam 5 tahun terakhir

No. Nama Pertemuan ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan tempat
1
2
3
Dst

F. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 tahun terakhir

No. Judul Artikel ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun


1
2
3
Dst
60

G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir

Jumlah Penerbit
No. Judul Buku tahun
halaman
1
2
3
Dst

H. Perolehan HKI dalam Jurnal 5-10 tahun terakhir

No. Judul / tema HKI Tahun Jenis Nomer P / ID


1
2
3
Dst

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik / Rekayasa Sosial dalam 5


tahun terakhir

Judul / tema / jenis rekayasa Sosial Tempat Respon


No. Tahun Masyarakat
lainnya yang telah diterapkan Penerapan
1
2
3
Dst

J. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, Asosiasi, atau


Institusi)

Institusi Pemberi Tahun


No. Jenis Penghargaan Penghargaan
1
2
Dst
61

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Usulan Penelitian Dosen.

Bandung, Oktober 2018


Pengusul,

Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J


NIK 432120913091
62

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI / PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.J


NIDN/NIP 432120913091:
Pangkat/Golongan : III B
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul :
Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
melakukan pendekatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di
wilayah kerja Puskesmas Paseh
yang diusulkan dengan skema Penelitian Dosen untuk tahun anggaran
2018/2019 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber
dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah saya terima ke kas
negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Bandung, 25 Oktober 2018
Mengetahui :
Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Yang menyatakan,
Masyarakat,

Trisno Subekti, S.Pd., MM Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns.Sp. Kep. J


NIK 432120502008 NIK. 432120913091
63

Lampiran 5. Kuesioner

DATA DEMOGRAFI KELUARGA


PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut
2. Isilah pertanyaan pada tempat yang tersedia
3. Apabila ada pertanyaan berupa pilihan cukup dijawab dengan menuliskan
angka pada kotak yang tersedia

Nomor responden : …………………………………………………………………(diisi peneliti)


Usia responden : …………………………………………………………………(tahun)
Alamat : …………………………………………………………………………………………………

Kuesioner A
6. Hubungan dengan pasien
a. Orang tua
b. Suami/istri
c. Anak
d. Saudara kandung
e. Lain – lain (sebutkan )…………
7. Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. Perguraan tinggi
8. Pekerjaan
a. Pegawai negeri sipil
b. Pegawai swasta
c. Wiraswasta
d. Buruh
e. Lain – lain (sebutkan)
9. Pendapatan dalam sebulan
a. Kurang dari Rp 600.000
b. Rp.600.000 – Rp. 1.000.000
c. Rp. 1.000.000 – Rp 2.000.000
d. Lebih dari Rp 2.000.000
10. Jumlah kunjumgam perawat
a. Satu kali
b. Dua klai
c. Tiga kali
d. Empat kali
e. Lebih dari empat kalai
64

KUESIONER KEMAMPUAN KOGNITIF KELUARGA

Nomor Responden :…………………………. (diisi oleh responden )

Petunjuk pengisian :
4. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda cek list (V) pada
jawaban yang paling benar
5. Setiap soal hanya berisi satu jawaban

No Pertanyaan Ya tidak
1 Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga
terjadi keseimbangan hidup dan produktif
2 Ciri – ciri sehat jiwa adalah bersikap positif terhadap diri sendiri dan
mampu menghadapi stress yang terjadi sepanjang hidup
3 Gangguan jiwa adalah perubahan fungsi fisik dan jiwa yang
menyebabkan gangguan pada fungsi fisik dan jiwa sehingga
menimbulkan hambatan dalam melaksanakan peran sosial
4 Gangguan jiwa hanya disebabkan oleh satu penyebab
5 Salah satu penyebab gangguan jiwa adalah pola asuh yang salah dalam
keluarga
6 Tanda – tanda orang yang menarik diri adalah tidak mau bergaul
dengan orang lain
7 Tanda – tanda orang yang minder adalah malas melakukan aktifitas
8 Tanda – tanda orang kurang perawatan diri adalah menolak untuk
mandi
9 Salah satu gejala gangguan jiwa adalah marah – marah karena ada
penyebab
10 Akibat dari gangguan jiwa adalah suka mendengar suara - suara
11 Akibat gangguan jiwa bagi keluarga adalah timbulnya perasaan
khawatir pada keluarga
12 Keluarga mengalami sulit tidur bila ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
13 Cara yang dapat dilakukan keluarga untuk merawat anggota
keluargayang senang menyendiri adalah tidak menganggu anggota
keluarga di kamar
14 Cara yang dapat dilakukan keluarga agar anggota keluarga mau diajak
bicara adalah sering menyapa anggota keluarga
65

15 Cara yang dapat dilakukan keluarga untuk merawat anggota keluarga


yang mengalami gangguan jiwa adalah melibatkan dalam aktifitas di
rumah
16 Cara yang dapat dilakukan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang merasa minder adalah memberikan pujian setelah melakukan
suatu kegiatan
17 Cara yang dilakukan bila anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa tidak mau mandi adalah dengan memandikan
18 Tindakan yang dapat dilakukan keluarga agar anggota keluarga dapat
melakukan aktifitas sehari – hari adalah melibatkan dalam kegiatan
dirumah
19 Hal yang harus dilakukan keluarga saat memberikan obat pada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa adalah memberikan obat
sesuai waktu pemberian
20 Hal yang harus dilakukan keluarga saat memberikan obat kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa adalah memberikan
obat sesuai dengan dosis obat
66

KUESIONER KEMAMPUAN PSIKOMOTOR KELUARGA

Nomor Responden :…………………………. (diisi oleh responden )

Petunjuk pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda cek list (V) pada
jawaban yang paling benar
2. Jawablah dengan :
TP jika menurut anda tidak pernah melakukan hal tersebut
KK jika menurut anda kadang – kadang melakukan tindakan tersebut
P jika menurut anda pernah melakukan tindakan tersebut
SL jika menurut anda selalu melakukan tindakan tersebut

No Kegiatan yang saya lakukan pada anggota TP KK P SL


keluarga saya yang mengalami gangguan jiwa
1 Saya mengajak anggota keluargadengan
gangguan jiwa berinteraksi dengan saya
2 Saya mengajak anggota keluargadengan
gangguan jiwa berinteraksi dengan anggota
keluarga yang lain
3 Saya mengajak anggota keluarga dengan
gangguan jiwa berinteraksi dengan orang lain
4 Saya melibatkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa dalam kegiatan keluarga
5 Saya mengajarkn cara mandi kepada anggota
keluarga dengan gangguan jiwa
6 Saya mengajarkan cara berpakaian pada
anggotakeluarga dengan gangguan jiwa
7 Saya mengajarkan cara menyisir rambut pada
anggota keluarga dengan gangguan jiwa
8 Saya mengajarkan cara mengosok gigi pada
anggota keluarga dengan gangguan jiwa
9 Saya memberikan pujian bila anggota keluarga
dengan gangguan jiwa melakukan sesuatu yang
baik
10 Saya mengajarkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa, cara menyiapkan makan sebelum
makan
11 Saya memotivasi anggotakeluarga dengan
gangguan jiwa untuk mencuci piring setelah
67

makan
12 Saya melibatkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa untuk merapihkanrumah
13 Saya melibatkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa berbelanja seperti membeli
sesuatu ke warung
14 Saya mengingatkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa untuk melakukan kegiatan
15 Saya mengingatkan anggota keluarga dengan
gangguan jiwa untuk minum obat secara teratur
16 Saya mengajak anggota keluarga dengan
gangguan jiwa ke puskesmas bila obat habis
17 Saya melakukan tehnik relaksasi untuk
mengatasi stress dalam merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiwa
18 Saya melakukan Tarik napas untuk mengatasi
stress dalam merawat anggota keluarga dengan
gangguan jiwa
19 Saya melakukan pekerjaan yang saya senangi
untuk mengatasi stress dalam merawat anggota
keluargadengan gangguan jiwa
20 Saya berbicara dengan orang lain untuk
mengatasi stress dalam merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiw

Anda mungkin juga menyukai