Anda di halaman 1dari 14

1.

1 Latar Belakang
Energi merupakan tulang punggung utama kegiatan ekonomi, pembangunan dan kegiatan
masyarakat lainnya. Akan tetapi, pelaku ekonomi dan pembangunan lebih
memprioritaskan aspek arsitektur bangunan dari pada efisiensi energi yang di konsumsi.
Dengan adanya kebijakan pencabutan subsidi listrik dari pemerintah, dapat membuat
semua sektor harus berbenah. Termasuk PLN sebagai salah satu perusahaan milik negara
sebagai pengelola penyedia di bidang energi listrik. Salah satu langkah yang paling
nyata adalah menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). Kebijakan menaikkan TDL
merupakan langkah untuk mengumpulkan dana pembangunan pembangkit listrik yang
baru. Kenaikan TDL tentunya akan berimbas kepada sektor gedung perkantoran maupun
industri yang mayoritas menggunakan listrik dari PLN. Dengan mempertimbangkan kondisi
tersebut, pengelola PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri harus melakukan
penghematan guna menekan penggunaan listrik yang selanjutnya akan mengurangi
pembayaran rekening listrik.Audit energi adalah teknik untuk menghitung Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) dan mengidentifikasi potensi-potensi penghematan energi. Nilai
IKE memberi gambaran besarnya efisiensi penggunaan energi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konservasi Energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah
penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara
efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi yang lebih
sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi.
Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai
lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi -
organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan
energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan
keuntungan dengan melakukan penghematan energi.
2.2 Audit Energi
Audit energi adalah salah satu upaya penghematan energi dimulai dengan cara
mengetahui sumber-sumber pemborosan pemakaian energi serta memberikan analisa dan
jawaban mengenai tindakan yang bisa dilakukan untuk pemakaian energi yang lebih
tepat tanpa mengurangi produktifitas. Audit energi adalah pemeriksaan atas penggunaan
energi oleh peralatan atau sistem untuk memastikan bahwa energi pada sistem
digunakan dengan efisien. Atau dengan kata lain, audit energi merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan mengevaluasi potensi penghematan energi pada suatu
bangunan, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi Energy Conservation Opportunities
(ECOs).
2.3 Macam-macam Audit Energi
Jenis dari audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi ada
bermacammacam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing.
2.3.1 Prelimentary Audit
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan melakukan
perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi mesin, analisis kondisi
aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung pemborosan energi dan beberapa
usulan.
2.3.2 Detailed Audit
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang dapat
dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional dalam jangka
waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya audit energi, identifikasi
mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua konsumsi energi.
2.4 Tingkat Audit Energi
Audit energi biasanya dikerjakan dalam dua tingkat yaitu audit pendahuluan
(preliminary) dan audit rinci (detailed).
2.4.1 Audit Energi Awal
Audit energi awal merupakan pengumpulan data dimana, bagaimana, berapa dan jenis
energi apa yang dipergunakan oleh suatu fasilitas. Daya ini diperoleh dari catatan
penggunaan energi pada tahun-tahun/bulanbulan sebelumnya pada bangunan dan
keseluruhan sistem kelengkapannya.
Audit energi awal mempunyai tiga tahap pelaksanaan, yaitu :
- Melakukan identifikasi energi menurut jenis energi yang digunakan.
- Melakukan identifikasi konsumsi energi per bagian/sistem dari bangunan dan
kelengkapannya.
- Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung.
Hasil dari audit awal berupa langkah-langkah penghematan yang tanpa biaya atau
dengan biaya rendah, dan daftar sumber-sumber pemborosan energi yang nyata.
2.4.2 Audit Energi Rinci
Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk menyelidiki
peralatan-peralatan energi. Yang selanjutnya diteruskan analisa secara rinci terhadap
masingmasing komponen peralatan guna mengidentifikasi jumlah energi yang
dikonsumsi oleh peralatan. Sehingga pada akhirnya dapat disusun aliran energi
keseluruhan bangunan.
2.5 Langkah-langkah Audit Energi
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu audit energi yaitu : [2]
1. Audit penilaian pengelompokan bangunan (Building rating for an audit)
Bangunan-bangunan yang akan diaudit dikelompokkan berdasarkan kemungkinan
penghematan energi yang dapat dilakukan. Pengelompokan dilakukan dengan memilih
bangunan yang memiliki potensi konservasi energi tertinggi sampai yang terendah.
2. Disagregasi (Disaggregation)
Perhatian harus difokuskan pada komponenkomponen bangunan yang memiliki aliran
energi dan potensi penghematan energi yang besar atau produktif untuk diaudit.
Misalnya sistem penerangan, sistem pendingin atau pemanas dan lain sebagainya.
3. Potensi penghematan energi/Energy
Conservation Oppotunities (ECOs) Energy Conservation Opportunities (ECOs) yang ada
harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mengetahui apakah potensi-potensi tersebut
memungkinkan untuk diaplikasikan atau tidak. Dengan adanya identifikasi dan evaluasi
ini, maka berdasarkan implementasinya.
2.6 Manajemen Energi
Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan bijaksana dan
efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize cost) dan meningkatkan (enhance)
kondisi yang kompetitif. Manajemen energi menganalisa dan mengontrol aliran energi
yang ada dalam sebuah sistem sehingga efisiensi penggunaan energi yang maksimal
dapat tercapai.
2.6.1 Tujuan Manajemen Energi
Adapun tujuan dari manajemen energi adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi penggunaan energi agar dapat menghemat biaya operasional pada bangunan,
tanpa melakukan banyak perubahan pada bangunan sehingga tidak mengeluarkan dana
investasi yang besar.
b. Memelihara lingkungan kerja yang nyaman.
c. Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
d. Meningkatkan efisiensi kerja serta memperpanjang umur peralatan.
2.6.2 Matriks Manajemen Energi
Matriks manajemen energi merupakan sebuah tabel yang berfungsi sebagai suatu alat
untuk membantu perusahaan dalam menganalisa penggunaan energi. Matriks tersebut
mulai dikembangkan pada awal tahun 1990. Melalui matriks ini kelebihan dan kekurangan
sistem manajemen energi yang digunakan disebuah perusahaan dapat diketahui.
2.7 Audit Energi Kelistrikan
Audit energi listrik adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi efektifitas
dan efisiensi pemakaian energi listrik di suatu tempat. Audit energi listrik didefinisikan
sebagai analisa dari perbandingan antara masukan dan keluaran per satuan output dalam
suatu sistem pemanfaatan energi listrik. Di dalam melakukan audit energi listrik ada
beberapa manfaat yang akan didapatkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Dapat mengetahui besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE).
- Dapat mengetahui profil penggunaan energi listrik.
- Dapat mencegah pemborosan energi listrik tanpa mengurangi kenyamanan penghuni
gedung.
- Dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik.
- Dapat memberikan masukan tentang peluang penghematan energi listrik.
SISTEM KELISTRIKAN PADA PT. X
3.1 Sitem Tenaga Listrik
PT. X membutuhkan sumber tenaga listrik yang cukup besar dan tidak hanya berasal dari satu
sumber. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listriknya dan juga kelangsungan dalam
penyaluran bebannya, maka perusahaan ini menggunakan dua suplai tenaga listrik, yaitu :
- Suplai tenaga listrik PLN
- Suplai tenaga listrik generator set
3.1.1 Suplai Tenaga Listrik dari PLN
Suplai tenaga listrik dari PLN merupakan sumber utama tenaga listrik yang dipakai di PT.
X melalui saluran kabel tegangan menengah (SKTM) bawah tanah dengan kapasitas 20
kV dengan daya terpasang 550 KVA.
3.1.2 Suplai Tenaga Listrik dari Genset
Sumber daya listrik dari genset yang digunakan di PT. X hanya digunakan sebagai
cadangan penyedia daya listrik untuk ke beban-beban yang paling sensitif saja apabila
terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba. Karena apabila terjadi pemadaman listrik
secara tibatiba akan mengakibatkan kerusakan pada beban-beban listrik. Genset ini akan
bekerja secara otomatis ketika terjadi pemadan listrik dari PLN.
3.2 Jenis Beban di PT. X
Pada PT. X beban yang digunakan dapat dikelompokan menjadi :
- Beban penerangan
- Beban stop kontak
- Beban tenaga
3.2.1 Beban Penerangan
Beban penerangan merupakan beban lampulampu yang terpasang pada perusahaan,
baik yang di dalam gedung maupun lampu jalan atau taman. Untuk di dalam gedung
menggunakan lampu TL, lampu hemat energi, serta lampu mercury HPL. Untuk lampu
jalan menggunakan jenis lampu tiang isi mercury dan PL, dan untuk lampu taman
menggunakan lampu jenis hemat energi.
3.2.2 Beban Stop Kontak
Banyak peralatan yang digunakan di PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri selama
proses produksi maupun peralatan yang mendukung proses produksi tersebut. Peralatan
tersebut merupakan beban stop kontak yang digunakan untuk melayani peralatan listrik
1 phase dan 3 phase. Beban 1 phase meliputi peralatan listrik dan peralatan elektronik
seperti Air Conditioner (AC), komputer, printer, mesin photocopy, dispenser dan lain
sebagainya. Dan untuk beban 3 phase seperti charger forklift, mesin bor, mesin las, dan
lain sebagainya.
3.2.3 Beban Tenaga
Beban tenaga merupakan beban yang memerlukan daya cukup besar, karena pada beban
ini menggunakan motor-motor listrik. Beban tenaga yang terpasang di PT. X seperti
Chiller, Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC), Air Handling Unit (AHU), lift
barang dan motor listrik.
3.3 Sistem Distribusi Daya Listrik
Suplai daya listrik PT. X disuplai dari jaringan tegangan menengah PLN 20 kV masuk ke
panel utama tegangan menengah (kubikel). Dari kubikel ini masuk ke transformator step
downuntuk diturunkan tegangannya menjadi 380/220 V. Dari trafo tersebut kemudian
masuk ke Main Distribution Panel (MDP) yang kemudian dibagi lagi masuk ke Sub
Distribution Panel (SDP). Dari panel-panel tersebut yang kemudian mensuplai ke
bebanbeban yang ada di seluruh perusahaan tersebut, baik beban untuk penerangan, beban
stop kontak maupun beban tenaga.Untuk sistem penyaluran daya listrik dapat
dilihat seperti pada gambar 3.1 berikut :
Gambar 3.1 Single Line Diagram PT. X
3.4 Konsumsi dan Biaya Energi Listrik
Bulanan pada PT. Promed Rahardjo Farmasi Industri PT. Promed Rahardjo Farmasi
Industri dikelompokkan sebagai pelanggan bisnis B3 dengan kontrak daya 550 kVA
dengan dua kategori tarif, yaitu waktu pemakaian Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)
dengan tariff Rp. 800,-/kWh. Waktu Beban Puncak (WBP) dengan tarif RP. 1.200,-/kWh
dan pajak sebesar 10%. Meskipun konsumsi kVArh tercatat namun belum pada tingkat
pemakaian untuk dikenankan tarif konsumsi daya reaktif.Untuk data konsumsi energi
listrik di PT. X selama satu tahun (periode bulan Januari 2015 – Desember 2015) dapat
dilihat seperti pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Data Penggunan kWh LWBP dan
Pada tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik minimum terjadi pada
bulan Maret 2015 yaitu sebesar 116,26 kWh dan maksimum pada bulan Desember
2015 yaitu sebesar 227,06 kWh. Biaya listrik bulanan rata-rata sebesar Rp. 135.528.523,00
paling rendah terjadi pada bulan Maret 2015 yaitu sebesar Rp. 100.753.833,00 dan
paling tinggi terjadi pada bulan Desember 2015 yaitu sebesar Rp. 196.773.188,00.
3.5 Sistem Pencahayaan pada PT. X
Sistem pencahayaan pada PT. X terdiri dari pencahayaan luar ruangan dan dalam
ruangan. Pencahayaan di dalam ruangan memanfaatkan pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Pada ruang office siang hari yang merupakan waktu kerja, sistem
pencahayaannya menggunakan pencahayaan alami dan pencahyaan buatan. Pencahayaan
alami dilakukan dengan memanfaatkan pembukaan jendela dan pencahayaan buatannya
dihasilkan dari lampu TL 1 x 25 W dan lampu LED 10 W.
3.6 Sistem Pengkondisian Udara pada PT. X
Untuk memperoleh kenyamanan dalam ruangan, maka diperlukan sistem pengkondisian
udara yaitu yang berupa AC. AC ini akan mengatur suhu pada suatu ruangan sesuai
dengan temperatur yang ditentukan pengguna. Untuk masing-masing ruangan digunakan
jenis dan kemampuan pendinginan AC yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar
tidak terjadi pemborosan. Besarnya. tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem
pengkondisisan udara dipengaruhi oleh total daya AC, jumlah dan lama waktu
beroperasi dari AC untuk tiap ruangan.
HASIL DAN ANALISA
4.1 Audit Energi Listrik pada PT. X
Untuk standar audit pada bangunan gedung, Indonesia telah memiliki standar yaitu SNI
03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Standar tersebut memuat
prosedur audit energi pada bangunan gedung diperuntukkan bagi semua pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengolahan gedung. Pada
pelaksanaan di lapangan banyak bangunan yang tidak siap untuk di audit karena tidak
tersedianya kelengkapan-kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
teknik audit energi awal dan hal-hal yang terkait dengan manajemen energi pada
bangunan tersebut.
4.2 Konsumsi dan Biaya Energi Bulanan di PT. X
Dari data history pemakaian energi listrik pada PT. X, maka dapat dihitung jumlah kWh
total yang dikonsumsi selama tahun 2015 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar
untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWh adalah 1.876.693,141
kWh/tahun dan ini senilai dengan Rp. 1.626.342.276,00. Berikut perhitungan tarif rata-
rata yang dikenakan PLN dengan golongan tarif B-3/TM (200 kVA keatas). Biaya
pemakaian listrik :
1. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN
Harga Rp. 1200,00/kWh jam berlaku pukul 18.00 s/d 22.00 (4 Jam)
2. Tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN
Harga Rp. 800,00/kWh jam berlaku pukul 22.00 s/d 18.00 (20 Jam)
Untuk mengetahui nilai tarif rata-rata listrik yang berlaku di PT. Promed Rahardjo
Farmasi Industri adalah sebagai berikut :
- WBP = Rp. 1.200,00/kWh x 4 jam = Rp. 4.800,00 jam/kWh
- LWBP = Rp. 800,00/kWh x 20 jam = Rp. 16.000,00 jam/kWh
Total = Rp. 20.800,00 jam/kWh
Sehingga tarif rata-rat per kWh per jam didapatkan sebesar : Rp.20.800,00 jam/kWh
24 jam = Rp. 866,666 per kWh.
Sebagai contoh perhitungan menggunakan data pemakaian energi listrik pada bulan
januari 2015.
Untuk menghitung total biaya penggunaan rekening listrik pada bulan Januari 2015,
diketahui :
- LWBP = 65.87 kWh
- WBP = 57.48 kWh
Penyelesaian :
Total kWh = LWBP + WBP = 65.87 + 57.48 = 123.35 kWh.
Total biaya = 123.35 kWh x Rp. 866,6 = Rp. 106.897.146,00
Jadi total biaya penggunaan energi listrik pada bulan Januari 2015 adalah sebesar
Rp.106.897.146,00.
Untuk jumlah total kWh dan total biaya penggunaan energi listrik pada periode tahun
2015, dapat dilihat seperti pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Total Pemakaian dan Biaya
4.3 Penggunaan Energi Listrik Sebelum
4.3.1 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.2
Sebelum Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.2 ini merupakan panel yang
menyuplai beban untuk mesin-mesin produksi dan AC pada ruang produksi. AC yang
digunakan di ruang produksi ini berjumlah 18 unit dengan daya terpasang sebesar 520 W.
Apabila AC ini bekerja selama 24 jam dengan suhu sebesar 18 °C maka akan didapatkan total
daya terpasang sebesar 9.360 W. Adapun beban listrik terpasang sebelum penghematan
pada panel SDP 1.2, dapat dilihat seperti pada tabel

4.3.2 Penggunaan Energi Listrik pada Panel


SDP 1.7 Sebelum Penghematan Energi Listrik Panel SDP 1.7 ini merupakan panel
yang menyuplai beban lampu penerangan, stop kontak, AC dan mesin-mesin quality
control ruang QC. Adapun beban listrik terpasang sebelum penghematan pada panel
SDP 1.7, dapat dilihat seperti pada tabel 4.3.
4.4 Langkah-langkah Penghematan Energi Listrik
4.4.1 Langkah-langkah Penghematan Energi
Listrik pada Panel SDP 1.2
Beban listrik di ruang produksi panel SDP 1.2 ini terdiri daro mesin-mesin produksi dan
Air Conditioning (AC). Jam operasi mesin-mesin produksi dan AC adalah 24 jam, yaitu
dari jam 08.00 sampai dengan jam 08.00. pada ruang produksi ini memiliki AC dengan
suhu sebesar 18 °C. Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan suhu 18 °C ruangan
terasa nyaman dan sangat dingin, seperti yang terlihat pada tabel 3.16. alangkah baiknya
suhu AC tersebut di naikkan menjadi 22 °C, karena dengan suhu 22°C ruangan sudah
terasa nyaman dan dingin. Dengan menaikkan temperatur suhu AC ini dapat menghemat
konsumsi penggunaan energi listrik.
4.4.2 Langkah-langkah Penghematan Energi Listrik pada Panel SDP 1.7
Beban listrik di ruang QC SDP 1.7 ini terdiri dari mesin-mesin quality control, penerangan
dan Air Conditioning (AC). Jam operasi mesinmesin quality control, penerangan dan Air
Conditioning (AC) adalah 24 jam, yaitu dari jam 08.00 sampai dengan jam 08.00. Pa 18
°C. Berdasarkan pengamatan di lapangan, dengan suhu 18°C ruagan terasa nyaman dan
sangat dingin, seperti yang terlihat pada tabel 3.16. Alangkah baiknya suhu AC tersebut
di naikkan menjadi 22 °C, karena dengan suhu 22 °C ruangan sudah terasa nyaman dan
dingin. Dengan menaikkan temperatur suhu AC ini dapat menghemat konsumsi
penggunaan energi listrik.
4.5 Penggunaan Energi Listrik Setelah Penghematan Energi Listrik
4.5.1 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.2 Setelah Penghematan Energi Listrik
Panel SDP 1.2 ini merupakan panel yang menyuplai beban untuk mesin-mesin produksi
dan AC pada ruang produksi. Penghematan yang dapat dilakukan pada panel SDP 1.2
ini adalah dengan melakukan pengaturan suhu AC. Suhu AC di ruang produksi ini dinaikk
sebesar 2.842,4 W. Adapun beban listrik terpasang

setelah penghematan pada panel SDP 1.2, dapat dilihat seperti pada tabel 4.5.
4.5.2 Penggunaan Energi Listrik pada Panel SDP 1.7 Setelah Penghematan Energi Listrik
Panel SDP 1.7 ini merupakan panel yang menyuplai beban lampu penerangan, stop
kontak, AC dan mesin-mesin quality control ruang QC. Penghematan yang dapat
dilakukan pada panel SDP 1.7 ini adalah dengan melakukan pangaturan suhu AC.
Adapun beban listrik terpasang setelah penghematan pada panel SDP 1.7 dapat dilihat
seperti pada tabel 4.6.
4.6 Analisa Penghematan Energi Listrik
Analisa penghematan energi listrik ini dilakukan dengan beberapa langkah penghematan
energi listrik, yaitu melakukan pengaturan suhu AC, pengurangan jam kerja AC,
pengurangan jam kerja lampu dan pensaklaran ulang. Untuk analisa penghematan energi
listrik dapat dilihat seperti pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Analisa Penghematan Energi Listrik

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan program penghematan energi
dapat dilakukan dengan cara melakukan pengaturan suhu AC, pengurangan jam kerja
lampu dan pensaklaran ulang. Dengan hasil total penghematan energi listrik sebesar
44.760,24 kWh/tahun dan hasil total penghematan biaya energi listrik sebesar
Rp.41.285.026,00 /tahun. Untuk persentase hasil analisa penghematan energi listrik
pertahun pada PT. X dapat dilihat seperti pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 Persentase Analisa Penghematan


Energi Listrik Pertahun pada PT. X Dari hasil persentase yang terlihat pada gambar 4.1 di
atas diketahui bahwa total penghematan energi listrik sebesar 44.760,24 kWh/tahun dan
menghemat biaya pemakaian energi listrik sebesar Rp. 41.285.026,00/tahun.
5 KESIMPULAN
Dari hasil analisa pada bab IV sesuai judul yang dibahas yaitu audit energi listrik pada
PT. X, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1. Penghematan energi listrik yang dapat dilakukan pada PT. X dapat ditinjau dari 2
aspek, yaitu :
a. Penghematan energi listrik dengan tanpa biaya, yaitu :
- Menerapkan prosedur operasional sederhana dalam penggunaan beban listrik, misalnya
mematikan lampu dan AC jika meninggalkan ruangan.
- Pengurangan operasional jam kerja lampu pada area office yang awalnya bekerja
selama 20 jam menjadi 6 jam, pada area musholla yang awalnya bekerja 10 jam menjadi
5 jam, pada area WWT yang awalnya bekerja 14 jam menjadi 12 jam, pada area P. jalan yang
awalnya bekerja 14 jam menjadi 12 jam, pada area pos security yang awalnya bekerja 14 jam
menjadi 12 jam.
- Pengurangan operasional jam kerja AC pada area WWT dan office yang awalnya
bekerja selama 10 jam menjadi 7 jam saja.
- Pengaturan suhu AC pada area produksi dan QC yang awalnya memiliki suhu sebesar
18°C menjadi 22°C, pada area WWT yang awalnya memiliki suhu sebesar 22°C menjadi
26°C, pada area Gudang foil yang awalnya memiliki suhu sebesar 18°C menjadi 22°C,
pada area office yang awalnya memiliki suhu rata-rata sebesar 22°C menjadi 26°C.
b. Penghematan energi listrik dengan biaya tinggi, yaitu :
-Mengoptimalkan penggunaan cahaya alami dengan cara adanya penambahan atap
penerangan fiberglass pada area musholla.
- Penggantian lampu TL fluorescent 25 Watt ke lampu hemat energi LED 10 Watt pada
ruang office.
2. Jumlah penggunaan energi yang dapat di hemat yaitu :
- Dengan pengurangan jam kerja lampu dan pensaklaran ulang yaitu sebesar 7.480,08
kWh/tahun dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp. 8.978.040,00/tahun.
- Dengan melakukan pengaturan suhu AC yaitu sebesar 37.280,16 kWh/tahun dengan
penghematan biaya listrik sebesar Rp.32.306.98,00/tahun.
3. Langkah penghematan energi listrik ini akan berhasil jika semua pihak (staff,
karyawan, operator) disiplin dalam mengikuti aturan penggunaan energi listrik yang
ditetapkan oleh PT. X.

Anda mungkin juga menyukai