Anda di halaman 1dari 11

Linguistik

(IPA: /liŋuistik/) adalah ilmu bahasa. Bergantung pada sudut pandang, dan pendekatan
seorang peneliti, linguistik seringkali digolongkan ke dalam ilmu kognitif, psikologi, dan
antropologi.

Ada tiga aspek luas penelitian, yang meliputi bentuk bahasa, makna bahasa, dan bahasa dalam
konteks.[1] awal kegiatan yang dikenal dalam deskripsi bahasa telah dikaitkan dengan Pāṇini
sekitar 500 SM, dengan analisisnya dari bahasa Sanskerta di Ashtadhyayi.[2]

Bahasa dapat dipahami sebagai suatu interaksi suara, dan makna.[3] Disiplin yang mempelajari
suara linguistik disebut sebagai fonetik, yang berkaitan dengan sifat sebenarnya dari suara
pidato, dan suara non pidato, dan bagaimana mereka diproduksi, dan dirasakan. Studi tentang
makna bahasa, di sisi lain, ini berkaitan dengan bagaimana bahasa menggunakan logika, dan
referensi dunia nyata untuk menyampaikan, proses, dan menetapkan makna, serta untuk
mengelola, dan menyelesaikan ambiguitas. Hal ini pada gilirannya mencakup studi semantik
(bagaimana makna disimpulkan dari kata-kata, dan konsep) dan pragmatik (bagaimana makna
disimpulkan dari konteks).[4]

Ada sistem aturan (dikenal sebagai tata bahasa) yang mengatur komunikasi antara anggota
suatu masyarakat tutur tertentu. Tata bahasa dipengaruhi oleh suara, dan makna, dan
termasuk morfologi (pembentukan, dan komposisi kata-kata), sintaks (pembentukan, dan
komposisi frasa, dan kalimat dari kata-kata ini), dan fonologi (sistem suara).[5] Melalui korpus
linguistik, potongan besar teks dapat dianalisis untuk kemungkinan kejadian bentuk linguistik
tertentu, dan pola gaya dalam wacana tertulis atau lisan.[6]
Fonetik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail

Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari atau menyelidiki
bunyi bahasa yang diproduksi oleh manusia tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda
makna dalam suatu bahasa (langue).[1] Ilmu fonetik meyelidiki bunyi dari sudut pandang
tuturan atau ujaran (parole).[1] Di sisi lain fonologi adalah ilmu yang berdasarkan fonetik dan
mempelajari sistem fonetika.

International Phonetic Association (IPA) telah mengamati lebih dari 100 bunyi manusia yang
berbeda dan mentranskripsikannya dengan International Phonetic Alphabet mereka.

Sejarah

Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuna oleh Pāṇini, sang resi
yang mempelajari bahasa Sanskerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai
sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini, termasuk beberapa aksara Nusantara.
Tulisan Yunani Kuno dinobatkan sebagai dasar pertama penulisan lambang alfabet. Fonetika
modern diawali oleh Alexander Melville Bell melalui bukunya Visible Speech (1867) yang
memperkenalkan suatu sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa secara teliti dan teratur.

Ilmu fonetik kemudian berkembang dengan pesat di akhir abad ke-19 akibat ditemukannya
fonograf, yang membantu perekaman bunyi-bunyi bahasa. Berkat alat tersebut, fonetisi dapat
mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan lebih baik, mudah, dan akurat dari sebelumnya karena
alat tersebut dapat mengulang-ulang tuturan yang direkamnya sampai fonetisi dapat
menganalisisnya dengan akurat. Dengan menggunakan fonograf Edison, Ludimar Hermann
menyelidiki sifat-sifat spektral dalam bunyi vokoid dan kontoid. Dalam karya ilmiahnyalah istilah
forman diperkenalkan. Hermann juga memutar-mutar bunyi-bunyi vokoid menggunakan
fonograf Edison dalam berbagai kecepatan dalam rangka menguji teori Willis dan Wheatstone
mengenai produksi bunyi vokoid.

Subbidang ilmu

Fonetika memiliki tiga cabang utama: fonetik organis atau artikulatoris ialah fonetik yang
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia
menghasilkan suatu bunyi bahasa.[1] Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah posisi dan
gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi
bahasa.
fonetik akustik ialah fonetik yang mempelajari buyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala
fisis.[1] Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah gelombang suara dan bagaimana mereka
didengarkan oleh telinga manusia.

fonetik auditoris ialah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga mnerima
bunyi bahasa sebagai getaran udara.[1] Dalam fonetik ini yang dipelajari adalah proses resepsi
bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara.
Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara
suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu
wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara
kelompok yang satu dengan yang lain.

Sosiolinguistik menurut beberapa ahli

Salah satu teori sosiolinguistik yang bisa dipakai sebagai rujukan adalah teori dari Nababan,
bahwa pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut Sosiolinguistik oleh
Nababan, tahun 1984 dalam Sosiolinguistik Perkenalan Awal.[1]

Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa
dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Di dalam bukunya Abdul Chaer juga
menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian
bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak
dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. ( Abdul Chaer,
tahun 1994 dalam Linguistik Umum.[2] )

Sosiolinguistik yang menurut sejumlah ahli (Wardaugh, 1985, Holmes 1995) adalah cabang ilmu
bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa
dengan faktor-faktor sosiokulturalpertuturannya, tentu saja mengasumsikan pentingnya
pengetahuan dasar-dasar linguistik degan berbagai cabangnya, seperti: fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik edalam mengidentifikasikan, dan menjelaskan fenomena-fenoma yang
menjadi objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya.[3] )

Konsep fundamental dalam sosiolinguistik

Sementara studi sosiolinguistik sangatlah luas, ada beberapa konsep dasar di mana banyak
pertanyaan sosiolinguistik bergantung:

Komunitas tutur

Komunitas tutur adalah sebuah konsep dalam sosiolinguistik yang menggambarkan kelompok
tertentu yang terdiri dari orang-orang yang menggunakan bahasa dengan cara yang unik dan
saling diterima di antara mereka.
Agar diterima menjadi bagian dari suatu komunitas tutur, seseorang harus memiliki kompetensi
komunikatif. Artinya, penutur memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan cara
yang tepat dalam situasi tertentu. Adalah mungkin bahwa seorang penutur secara komunikatif
kompeten dalam lebih dari satu bahasa.[4]

Komunitas tutur bisa jadi merupakan anggota suatu profesi dengan jargon khusus, kelompok-
kelompok sosial seperti siswa SMA atau penggemar hip-hop, atau bahkan kelompok erat seperti
keluarga dan karib. Anggota komunitas tutur akan sering mengembangkan slang (bahasa gaul)
atau jargon untuk melayani tujuan kelompok dan prioritas khusus.

Komunitas praktik memungkinkan para sosiolinguis untuk menguji hubungan antara sosialisasi,
kompetensi, dan identitas. Karena identitas adalah struktur yang sangat kompleks, mempelajari
sosialisasi bahasa merupakan sarana untuk menguji tingkat interaksional-mikro aktivitas praktis
(kegiatan sehari-hari). Pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh keluarga tetapi didukung
oleh lingkungan setempat yang lebih besar, seperti sekolah, tim olahraga, atau agama.
Komunitas tutur mungkin eksis dalam komunitas praktik yang lebih luas.[5]

Varietas prestise yang tinggi dan prestise yang rendah

Penting untuk analisis sosiolinguistik adalah konsep prestise; kebiasaan tutur tertentu bisa
dinilai positif atau negatif, yang kemudian diterapkan pada penutur. Implikasi penting dari teori
sosiolinguistik adalah bahwa penutur 'memilih' suatu varietas saat melakukan tindak tutur, baik
secara sadar ataupun tidak sadar.

Jejaring sosial

Untuk memahami bahasa dalam masyarakat berarti kita juga harus memahami jejaring sosial di
mana bahasa tersebut tertanam. Istilah "jaringan sosial" adalah cara lain untuk
menggambarkan masyarakat tutur tertentu dalam hal hubungan antar anggota individu dalam
masyarakat. Sebuah jaringan bisa longgar atau ketat, tergantung pada bagaimana anggota
berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, kantor atau pabrik dapat dianggap sebagai
komunitas ketat karena semua anggota berinteraksi satu sama lain. Sebuah kursus besar
dengan 100 lebih siswa akan menjadi komunitas longgar karena siswa hanya dapat berinteraksi
dengan instruktur dan mungkin 1-2 siswa lainnya. Sebuah komunitas multipleks adalah salah
satu di mana anggota memiliki beberapa hubungan dengan satu sama lain.[6] Sebagai contoh,
di beberapa lingkungan, anggota dapat hidup di jalan yang sama, bekerja untuk majikan yang
sama dan bahkan kawin-mawin.
Sintaksis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam linguistik, sintaksis (dari Yunani Kuno: συν- syn-, "bersama", dan τάξις táxis,
"pengaturan") adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam
bahasa alami. Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk merujuk langsung pada
peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun, sebagaimana
"sintaksis Irlandia Modern."

Penelitian modern dalam sintaks bertujuan untuk menjelaskan bahasa dalam aturan ini. Banyak
pakar sintaksis berusaha menemukan aturan umum yang diterapkan pada setiap bahasa alami.
Kata sintaksis juga kadang digunakan untuk merujuk pada aturan yang mengatur sistematika,
seperti logika, bahasa formal buatan, dan bahasa pemrograman komputer.

Sejarah awal

Karya mengenai tata bahasa telah ditulis jauh sebelum sintaksis modern datang; Aṣṭādhyāyī
dari Pāṇini sering disebut sebagai contoh karya pra-modern yang menyebutkan teori sintaksis
modern.[1] Di Barat, penggunaan pikiran yang kemudian dikenal sebagai "tata bahasa
tradisional" berawal dari karya Dionysius Thrax.

Selama berabad-abad, karya mengenai sintaksis didominasi oleh suatu kerangka kerja yang
dikenal sebagai grammaire générale, pertama dijelaskan tahun 160 oleh Antoine Arnauld dalam
buku dengan nama yang sama. Sistem ini mengambil dasar pikirnya berupa anggapan bahwa
bahasa adalah refleksi langsung dari proses pemikiran dan karena itu ada sebuah cara yang
alami untuk mengekspresikan pikiran. Cara itu, secara kebetulan, adalah cara yang sama yang
diekspresikan dalam bahasa Perancis.

Tetapi, dalam abad ke-18, dengan pengembangan ilmu bahasa perbandingan sejarah, para
pakar bahasa mulai menyadari keragaman bahasa manusia, dan mempertanyakan anggapan
dasar mengenai hubungan antara bahasa dan logika. Mulai jelas bahwa tidak ada cara yang
paling alami untuk mengekspresikan pikiran, dan logika tak bisa lagi dijadikan sebagai dasar
untuk mempelajari struktur bahasa.
Tata bahasa Port-Royal membuat pembelajaran sintaksis terhadap logika (memang, sebagian
besar Port-Royal Logic disalin atau diadaptasi dari Grammaire générale[2]). Kategori sintaksis
diidentifikasikan dengan kategori logika, dan semua kalimat diteliti dalam struktur "Subyek -
Penghubung - Predikat". Awalnya, pandangan ini diadopsi oleh pakar bahasa perbandingan
awal seperti Franz Bopp.

Peran penting sintaksis dalam ilmu bahasa teoretis menjadi lebih jelas pada abad ke-20,
sehingga dijuluki "abad teori sintaksis" karena ilmu bahasa juga dilibatkan. Untuk survei yang
lebih mendetil dan jelas mengenai sejarah sintaksis dalam dua abad terakhir, lihat karya
monumental oleh Graffi (2001).
Semantik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos[1][2], memberikan tanda, penting, dari kata sema,
tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran
tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis
simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.

Semantik Linguistik adalah studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi
manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik mencakup semantik bahasa pemrograman,
logika formal, dan semiotika.

Kata semantik itu sendiri menunjukkan berbagai ide - dari populer yang sangat teknis. Hal ini
sering digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menandakan suatu masalah pemahaman
yang datang ke pemilihan kata atau konotasi. Masalah pemahaman ini telah menjadi subyek
dari banyak pertanyaan formal, selama jangka waktu yang panjang, terutama dalam bidang
semantik formal. Dalam linguistik, itu adalah studi tentang interpretasi tanda-tanda atau simbol
yang digunakan dalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks.[3] Dalam
pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik konten
(bermakna), dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang studi. Dalam bahasa tertulis, hal-
hal seperti struktur ayat dan tanda baca menanggung konten semantik, bentuk lain dari bahasa
menanggung konten semantik lainnya [3].

Studi formal semantik bersinggungan dengan banyak bidang penyelidikan lain, termasuk
leksikologi, sintaksis, pragmatik, etimologi dan lain-lain, meskipun semantik adalah bidang yang
didefinisikan dengan baik dalam dirinya sendiri, sering dengan sifat sintetis.[4] Dalam filsafat
bahasa, semantik dan referensi berhubungan erat. Bidang-bidang terkait termasuk filologi,
komunikasi, dan semiotika. Studi formal semantik karena itu menjadi kompleks.
Semantik berbeda dengan sintaks, studi tentang kombinatorik unit bahasa (tanpa mengacu
pada maknanya), dan pragmatik, studi tentang hubungan antara simbol-simbol bahasa, makna,
dan pengguna bahasa.[5]

Dalam kosakata ilmiah internasional,semantik juga disebut semasiologi.

Dalam linguistik, semantik adalah sub bidang yang dikhususkan untuk studi tentang makna,
seperti yang melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar dari wacana
(disebut teks). Daerah dasar studi ini adalah arti dari tanda-tanda, dan studi tentang hubungan
antara unit linguistik yang berbeda dan senyawa: homonim, sinonim, antonim, hipernim,
hiponim, meronim, metonimia, holonim, paronim. Perhatian utama adalah bagaimana makna
menempel pada potongan yang lebih besar dari teks, mungkin sebagai akibat dari komposisi
dari unit yang lebih kecil dari makna. Secara tradisional, semantik sudah termasuk studi tentang
arti dan referensi denotatif, kondisi kebenaran, struktur argumen, peran tematik, analisis
wacana, dan hubungan semua ini untuk sintaks.

Problem pada Penamaan dan Pelabelan dalam Semantik Linguistik.

Menurut Robert Palmer (2010), penamaan dan penafsiran sebuah objek lebih mudah dilakukan
pada kelas kata benda (nomina), namun akan terasa sulit pada kelas kata sifat (ajektiva) dan
kerja (verba), kata benda tidak nyata, kata benda abstrak, dan kata benda yang memiliki
makna terkait dengan lainnya.[6]

1. Kesulitan pada kata Kerja dan Ajektiva.

Contoh:
Kata Ajektiva: cantik, terkenal, baik, jahat.
Kata Verba: Berlari, bekerja, melihat, dsb.

Kata-kata ini dianggap sulit untuk menemukan karakteristik-karakteristiknya secara rinci.


Misalnya pada kata lari, seseorang harus membayangkan terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan lari? Lalu atribut apa sajakah yang terlibat dalam kegiatan berlari? Apakah itu
menggerakkan kaki atau tangan saja?

2. Kata benda yang tidak eksis di dunia nyata, kata benda imajiner.

Contoh: kuda tanduk, tuyul, peri dan lainnya.

Kata-kata benda tersebut merupakan contoh bahwa kata tidak selalu memiliki kaitan makna
dengan segala sesuatu yang kita alami di dunia nyata. Dalam kasus ini, sang pengucap harus
terlebih dahulu memisahkan dua jenis dunia yang terdapat di pikirannya, yaitu antara dunia
nyata dan dunia imajiner agar mendapatkan makna yang diinginkan.
3. Kata-kata yang tidak termasuk kata benda imajiner maupun fisik.

Contoh: Cinta, benci, indah, dan lainnya.

Semua ini adalah kata benda, meskipun bersifat abstrak. Dan biasanya kata-kata benda
tersebut berdampingan dengan kata benda lainnya.

4. Objek yang memiliki makna yang berbeda, namun merujuk pada objek yang sama.

Contoh: bintang pagi dan bintang sore.

Dua objek ini memiliki perbedaan dalam hal kenampakkan dan istilah, namun merujuk pada
objek yang sama.

5. Kata-kata yang secara visual bersangkutan dan objek-objek lainnya yang pernah kita temui.

Contoh: Bangku, bisa berkaitan dengan banyak jenis bangku dengan namanya masing-masing.

Ada dua penjelasan mengenai hal ini: • Yang pertama adalah ‘realist’, yang berpendapat
bahwa semua benda yang disebut dengan nama yang sama memiliki property yang sama –
bahwa ada beberapa hal baku mengenai bangku, bukit, ataupun rumah. • Kedua pandangan
‘nominalist’, yang berpendapat bahwa setiap kata sama sekali tidak terhubung dengan lainnya,
atau mereka memiliki maknanya tersendiri.

6. Kata atau istilah yang memiliki kelas makna yang sudah sewajarnya.

Contoh: Singa adalah singa, kucing adalah kucing, zat kimia, dan lainnya.

Tetapi, tidak semua kata yang kita kenal hanya terpaku pada satu macam makna.

Contoh: Bloomfiled memaknai garam sebagai campuran zat NaCl. Tetapi, lazimnya kita
mengatakan garam adalah sesuatu yang digunakan untuk memasak sayur, telur dadar, atau
lainnya.

Ilmu komputer

Dalam ilmu komputer, semantik merujuk pada arti bahasa, sebagai lawan dari bentuk mereka
(sintaks). Menurut Euzenat, semantik "menyediakan aturan untuk menafsirkan sintaks yang
tidak memberikan makna secara langsung tetapi membatasi kemungkinan penafsiran dari apa
yang dinyatakan."[7] Dengan kata lain, semantik adalah tentang penafsiran dari sebuah
ekspresi. Selain itu, istilah ini diterapkan untuk beberapa jenis struktur data khusus dirancang
dan digunakan untuk mewakili konten informasi.

Bahasa pemrograman

Semantik dari bahasa pemrograman dan bahasa lainnya merupakan isu penting dan bidang
studi dalam ilmu komputer. Seperti sintaks bahasa, semantik dapat didefinisikan dengan tepat.
Sebagai contoh, pernyataan berikut menggunakan sintaks yang berbeda, tetapi menyebabkan

instruksi yang sama yang akan dijalankan:

Statement Programming languages


x += y C, C++, C#, Java, Perl, Python, Ruby, PHP, etc.
ALGOL, BCPL, Simula, ALGOL 68, SETL, Pascal, Smalltalk, Modula-2, Ada,
x := x + y
Standard ML, OCaml, Eiffel, Object Pascal (Delphi), Oberon, Dylan, VHDL, etc.
ADD x, y Assembly languages: Intel 8086
LET X = X + Y BASIC: early
x=x+y BASIC: most dialects; Fortran, MATLAB, Lua
Set x = x + y Caché ObjectScript
ADD Y TO X. ABAP
ADD Y TO X
COBOL
GIVING X
set /a x=x+y Batch
(incf x y) Common Lisp
/x y x add def PostScript

Umumnya operasi ini semua akan melakukan penambahan aritmetika dari 'y' menjadi 'x' dan
menyimpan hasilnya dalam variabel yang disebut 'x'.

Anda mungkin juga menyukai