Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

I. KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan
darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan
atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan
bersama.

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan
yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan
tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan
keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

C. Tipe Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
 Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi
 Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
 Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
 Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
 Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
 Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
 Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
 Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga

D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-
nilai budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
1. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
2. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
3. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying
dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
4. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.

E. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang
diaksud adalah :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative
dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.

II. KONSEP HIPERTENSI


A. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih.
(Barbara Hearrison 1997).

B. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atautransport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.

C. Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti
jantung.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Epistaksis
4. Pusing / migrain
5. Rasa berat ditengkuk
6. Sukar tidur
7. Mata berkunang kunang
8. Lemah dan lelah
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
 Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal
danada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging,bersepeda atau berenang.
3. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
4. Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
sepertigolongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.

III. ASKEP KELUARGA TEORI


A. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan
kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan
keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman
(1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
1. Data Umum
 Identitas kepala keluarga
 Komposisi anggota keluarga
 Genogram
 Tipe keluarga
 Suku bangsa
 Agama
 Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini
 Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
 Riwayat keluarga inti
 Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
 Karakteristik rumah
 Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
 Mobilitas geografis keluarga
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
 System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
 Pola komunikasi keluarga
 Struktur kekuatan keluarga
 Struktur peran (formal dan informal)
 Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
 Fungsi sosialisasi
 Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
 Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga
 Respon keluarga terhadap stress
 Strategi koping yang digunakan
 Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
 Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
 Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah,
system genetalia
 Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
 Terhadap masalah kesehatan keluarga
 Terhadap petugas kesehatan yang ada
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang, gejala, penyebab,
pencegahan dan penatalaksanaan penyakit hipertensi berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
Tujuan :
Tujuan umum :
Tidak terjadi serangan hipertensi yang lebih berat pada klien
Tujuan khusus :
- Menyebutkan pengertian hipertensi
- Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi (3-6)
- Menyebutkan 3 faktor resiko yang menyebabkan hipertensi
- Menyebutkan 2 akibat hipertensi bila tidak dirawat.
- Menyebutkan 2 cara mencegah timbulnya hipertensi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan keluarga.
b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada klien
c. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila klien serangan hipertensi.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala peny.
Hipertensi.
e. Diskusikan dengan keluarga cara mengiidentifikasi serangan.
f. Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah
diberikan setiap kali diskusi.
g. Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum
dimengerti.
h. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan
keluarga.
i. Berikan pujian terhadap kemampuan yang diungkapkan keluarga
setiap kali diskusi.
2. Resiko terjadi kesalahan dalam penatalaksanaan penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan
fasilitas kesehatan secara optimal.
Tujuan :
Tujuan Umum :
Klien tidak mengalami komplikasi/pecahnya pembuluh darah halus
Tujuan khusus :
- Dapat menjelaskan akibat tekanan darah tinggi pada pembuluh
darah halus.
- Dapat menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi pecahnya
pembuluh darah.
- Dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan keluarga.
b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada klien
c. Kaji tindakan yang pernah dilakukan bila klien mengalami
serangan.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat peny. Hipertensi pada
pembuluh darah.
e. Diskusikan dengan keluarga tentang bagian tubuh yang rawan
terjadi pembuluh darah pecah.
f. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
g. Berikan kesempatan keluarga menanyakan penjelasan yang telah
diberikan setiap kali diskusi.
h. berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang belum
dimengerti.
i. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan
keluarga.
j. Berikan pujian terhadap kemampuan yang diungkapkan keluarga
setiap kali diskusi.

Anda mungkin juga menyukai