Anda di halaman 1dari 44

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Telaah Pustaka

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Pieter dan Lubis (2010) persepsi adalah sesuatu yang

berkenaan dengan fenomena di mana hubungan antara stimulus dan

pengalaman yang lebih kompleks ketimbang dengan fenomena yang

ada pada sensasi. Fenomena persepsi tergantung pada proses-proses

yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini dipertegas oleh pernyataan

Chaplin bahwa persepsi adalah proses untuk mengetahui atau mengenal

objek atau kejadian objektif yang menggunakan indra dan kesadaran

dari proses-proses organis.

Menurut pandangan psikologi kontemporer, persepsi secara umum

diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan (variabel

intervening) yang tergantung pada faktor-faktor motivasional. Maka

arti suatu objek atau kejadian objektif ditentukan oleh kondisi

perangsang atau faktor organisme. Dengan alasan ini, maka persepsi

mengenai dunia oleh pribadi ditanggapi berbeda-beda karena individu

menanggapinya berdasarkan aspek-aspek situasi yang memberikan arti

khusus pada dirinya.

Rahmat dalam Kurniawati (2009) menyebutkan persepsi dibagi

menjadi dua bentuk yaitu positif dan negatif, apabila objek yang

dipersepsi sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara


11

rasional dan emosional maka manusia akan mempersepsipkan positif

atau cenderung menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang

dipersepsikan. Apabila tidak sesuai dengan penghayatan maka

persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan

menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut.

Robbins dalam Kurniawati (2009) menambahkan, bahwa persepsi

positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau

informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang

diharapkan objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.

Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap

objek atau informasi tertentu dengan pandangan negatif, berlawanan

dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan

yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif seseorang karena

adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber

persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya

pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan dan

sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena

adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber

persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman

individu terhadap objek yang dipersepsikan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


12

Secara umum, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang (Robbin cit Kurniawati, 2009):

a. Keadaan Pribadi Orang yang mempersepsi

Merupakan faktor yang terdapat dalam individu yang

mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati,

pendidikan, pengalaman masa lalu, sosial ekonomi dan

karakteristik lain yang terdapat dalam diri individu.

b. Karakteristik target yang dipersepsi

Target tidak dilihat sebagai suatu yang terpisah, maka

hubungan antar terget dan latar belakang serta kedekatan atau

kemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi

persepsi seseorang.

c. Konteks situasi terjadinya persepsi

Waktu dipersepsinya suatu kejadian dapat mempengaruhi

persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas, dan

faktor situasional lainnya.

Berbeda dengan Robbins, menurut Thoha dalam Kurniawati (2009)

persepsi dipengaruhi oleh:

a. Psikologis

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia

ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis.

b. Keluarga
13

Pengaruh yang paling besar terhadap anak adalah keluarga.

Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di

dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak

sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan pada anak

mereka.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga

merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi

sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami

keadaan dunia ini.

3. Bentuk-bentuk Persepsi

a. Persepsi jarak

Persepsi jarak sebelumnya merupakan suatu teka teki bagi

teoretis persepsi, karena cenderung dianggap sebagai apa yang

dihayati oleh indra peroranggan yang berkaitan dengan

bayangan dua dimensi. Akhirnya ditemukan bahwa stimulus

visual memiliki ciri-ciri yang berhubungan dengan jarak

pengamatan. Atau lebih dikenal dengan istilah isyarat jarak

(distance cues). Sebagian faktor ini hanya ada bila suatu

penglihatan dipandang dengan kedua mata (isyarat binokuler)

dan sebagian lagi ada dalam stimulus luas pada tiap mata

(isyarat monokuler). Persepsi jarak menjadi lebih rumit karena

sangat tergantung pada sejumlah besar faktor.

b. Persepsi Gerakan
14

Gibson, dkk dalam Pieter dan Lubis (2010) mengatakan

bahwa isyarat persepsi gerakan ada di lingkungan sekitar

manusia. Kita melihat sebuah benda bergerak, sebagian

menutupi dan sebagian lagi tidak menutupi latar belakangnya

yang tak bergerak. Kita juga akan melihat benda-benda

bergerak ketika berubah jarak. Kita melihat bagian baru ketika

bagian lain hilang dari pandangan. Jadi tidak peduli apakah

pandangan mata kita mengikuti benda yang bergerak atau pada

latar belakangnya. Suatu hal akan menjadi menarik jika

meninggalkan isyarat yang ambigius sehingga dapat

memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam mempersepsi.

c. Persepsi Kedalaman

Persepsi kedalaman dimungkinkan akan muncul melalui

penggunaan isyarat-isyarat fisik, seperti akomodasi,

konvergensi dan disparitas selaput jala dari mata dan juga

disebabkan oleh isyarat-isyarat yang dipelajari dari perspektif

linier dan udara interposisi atau meletakkan di tengah-tengah,

di mana ukuran relatif dari objek dalam penjajaran, bayangan,

ketinggian tekstur, atau susunan.

4. Faktor yang mempengaruhi pemersepsi

Dengan melihat satu objek yang sama, orang dapat mempunyai

persepsi yang berbeda, karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti berikut (Anjaryani,2009) :


15

a. Faktor Pelaku Pemersepsi

Bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba, maka

penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari

orang yang berpersepsi yang mencakup sikap, motif,

kepentingan, pengalaman dan pengharapan. Faktor tersebut

berkaitan dengan faktor yang mengubah persepsi individu yaitu

variabel demografik. Variabel demografik meliputi usia, jenis

kelamin, dan ras/etnik (suku). Faktor usia, dapat dikaitkan

dengan tumbuh kembang seseorang. Seorang bayi, misalnya

tidak merasakan pentingnya diet sehat; seorang remaja mungkin

merasa pengakuan teman sebaya lebih penting dibandingkan

pengakuan keluarga dan akibatnya dapat terlibat dalam tindakan

yang membahayakan dan mengadopsi pola makan dan pola tidur

yang tidak sehat.

Faktor persepsi dari segi usia, bergantung pada

perkembangan kognitif dari seseorang. Bagaimana belajar

berpikir, menalar, dan menggunakan bahasa. Perkembangan

tersebut melibatkan kecerdasan, kemampuan persepsi, dan

kemampuan untuk memproses informasi yang dimiliki individu.

Sehingga dalam melihat persepsi dari segi usia, perawat perlu

menerapkan teori kognitif saat mengembangkan persepsi

seseorang.

Faktor persepsi dari segi jenis kelamin, sejak dulu pria dan

wanita memiliki cara pandang yang berbeda. Setiap orang


16

memiliki karakteristik kepribadian, nilai-nilai, dan pengalaman

hidup yang unik. Sehingga mempersepsikan dan

menginterpretasikan pesan dan pengalaman secara berbeda.

Anak perempuan cenderung menpersepsikan bahasa untuk

mengonfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan membangun

kedekatan. Anak laki-laki cenderung mempersepsikan bahasa

untuk membentuk kemandirian dan merundingkan status dalam

suatu kelompok. Perbedaan tersebut dapat berlanjut hingga

dewasa, sehingga komunikasi yang sama dapat diinterpretasikan

secara berbeda oleh pria dan wanita.

b. Faktor Objek

Karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi

apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam

keadaan terisolasi, namun objek yang berdekatan akan

cenderung dipersepsikan bersama-sama. Faktor target mencakup

hal-hal baru yakni gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan

kedekatan.

c. Faktor Situasi

Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan / tempat kerja

dan keadaan sosial.

5. Proses terbentuknya persepsi

Proses terbentuknya persepsi tidak akan terlepas dari

pengalaman, penginderaan, dan pemikiran. Seperti yang


17

dikemukakan oleh Robbins (2003) bahwa pengalaman masa lalu

akan memberikan dasar pemikiran, pemahaman, pandangan, atau

tanggapan individu terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.

B. Keperawatan

1. Pengertian Keperawatan

Keperawatan didefinisikan sebagai ilmu manusia tentang

pengalaman-pengalaman sehat-sakit-penyembuhan yang diperantarai

oleh transaksi perawatan manusia yang profesional, personal, ilmiah,

estetik, dan etik. Keperawatan adalah suatu kiat dan ilmu yang

didasarkan pada suatu pengetahuan dasar dibarengi dengan

kompetensi klnik dan teknis serta diarahkan pada perlindungan,

martabat manusia, kesehatan, penyembuhan, dan transedensi. (Watson

cit Christensen & Kenney, 2009).

2. Perawat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik perawat menyatakan perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun

di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

C. Keperawatan Medikal Bedah

1. Ruang Lingkup Keperawatan Medikal Bedah

Praktek keperawatan medikal bedah meliputi pelayanan

orang yang beresiko terhadap orang yang sedang mengalami


18

kelainan patofisiologi. Pada kebanyakan pusat-pusat kesehatan,

anak-anak dipisahkan dari orang dewasa, karena perbedaan

kebutuhannya, dan praktek spesialisasi keperawatan yang maju

dengan memfokuskan pelayanan keperawatan anak. Jadi praktek

keperawatan medikal bedah bertumbuh terutama sebagai

keperawatan bagi orang yang telah mencapai kedewasaan jasmani

atau telah berkembang, bagi yang beresiko atau yang mengalami

variasi norma yang ditentukan mengenai fungsi fisik, dan yang

membutuhkan intervensi pengobatan medikal dan bedah.

Dahulu pelayanan medis merupakan terminologi pelayanan

yang disajikan kepada orang sakit oleh tenaga profesional;

sekarang penggunaannya ialah pelayanan yang dilaksanakan oleh

anggota dari profesi medis (dokter). Terminologi pelayanan

kesehatan lebih luas karena berarti mencakup memberi bantuan

kepada orang agar tetap sehat sebagai tambahan dari pemberian

pelayanan kesehatan pada waktu mereka menderita penyakit.

Pelayanan terhadap orang sakit tetap menjadi tanggung jawab

primer para profesional kesehatan, seperti rumah sakit pemberi

pelayanan akut atau lembaga yang memberi pelayanan dalam

jangka lama. Sebenarnya telah terjadi pemanfaatan pelayanan

rawat jalan dan pusat kesehatan keluarga dan bentuk lain pemberi

pelayanan kesehatan, karena jauh lebih ekonomis mempertahankan

masyarakat untuk tetap sehat daripada memberi pelayanan pada

waktu mereka sakit.


19

2. Praktek Pengobatan Perawatan Medikal Bedah

Kegiatan keperawatan dapat dibagi dalam dua tipe

independen/ tidak ada ketergantungan dan interdependen/ saling

ketergantungan. Kegiatan keperawatan yang tidak ada

ketergantungan adalah hal-hal yang telah dianalisa dari data

tentang aspek-aspek kesehatan pasien yang bisa diterima untuk

intervensi keperawatan. Menyajikan kualitas keperawatan bagi

orang yang beresiko atau yang mengalami gangguan patofisiologi

memerlukan pendekatan yang sistematis.

Saling ketergantungan atau kegiatan keperawatan

kolaboratif ialah kegiatan perawat membantu memberikan

pelayanan profesional kesehatan lainnya dalam pemberian

pelayanan kesehatan yang profesional.

Perawat merupakan pemberi pelayanan kesehatan

profesional yang paling lama mengadahkan kontak dengan pasien.

Karena itu perawat berada dalam posisi untuk membantu tenaga

profesional lainnya dengan memberikan data tambahan melalui

pemantauan dan pelaksanaan pengobatan yang dipesan yang tidak

bisa dilaksanakan oleh pasien sendiri. Setelah pasien mampu

memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk perawatan

dirinya, perawatan mandiri sangat dianjurkan.

Pengetahuan tentang tanda-tanda, gejala, dan terapi medis

mengenai penyakit yang umum, memberi kemungkinan untuk

pemantauan pada saat itu dan pada perjalanan penyakit, membantu


20

memberi penyuluhan kepada pasien, serta melaksanakan

pengobatan, dimana pasien tidak dapat melaksanakannya sendiri.

D. Perilaku Caring

Caring dianggap oleh banyak perawat sebagai aspek penting dalam

keperawatan. Watson dalam Kozier & Erb (2010) meyakini praktik

caring, sebagai pusat keperawatan, yang menggambarkan caring sebagai

dasar sebuah kesatuan yang universal (kebaikan, kepedulian, dan cinta

terhadap diri sendiri dan orang lain). Caring digambarkan sebagai moral

ideal keperawatan; hal tersebut meliputi keinginan untuk merawat, dan

tindakan merawat (caring). Tindakan caring meliputi komunikasi,

tanggapan yang positif, dukungan, atau intervensi fisik oleh perawat.

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia

berpikir, merasa dan mempunyai hubungan dengan sesama.

Hasil akhir caring bervariasi. Caring dapat meningkatkan

aktualisasi diri, mendukung pertumbuhan individu, menjaga martabat dan

nilai manusia, membantu penyembuhan-diri, dan mengurangi distress. Di

pihak lain, caring mungkin tidak membawa hasil yang nyata. Caring

mungkin bukan merupakan sarana untuk mencapai tujuan, melainkan

dianggap sebagai tujuan itu sendiri. Kebaikan caring kerap ditemukan

dalam proses caring itu sendiri yakni keterikatan dan hubungan.

E. Komponen Caring

Aktualisasi caring dalam keperawatan merupakan hal yang

penting. Caring diaktualisasikan oleh perawat melalui komponen caring

yang dikenal dengan Five C’S yaitu:


21

1. Compassion (Bela Rasa)

Merupakan cara manusia membuktikan kesadarannya akan

hubungan antar manusia. Tercipta menurut gambaran Tuhan, hidup

dalam komunitas yang berhubungan dengan seluruh ciptaan Tuhan

dan dalam keterlibatan dengan seluruh alam. Komunitas ini

menimbulkan partisipasi dalam pengalaman dengan orang lain,

kepekaan terhadap kesehatan, kualitas kehadiran yang memberi

kesempatan untuk berbagi dengan dan memberi ruang bagi orang

lain. Menurut Nouwen (1983) dalam Roach 7th Asian regional

Conference Newsletter, dengan hasrat yang kuat, Compassion

membantu seseorang untuk tetap bertahan disaat terluka, sedih,

berbagi kecemasan, kebingungan. Compassion menyebabkan

orang menangis bersama mereka yang sengsara, menatap bersama

yang menderita kesepian. Compassion berarti sungguh-sungguh

menyelami kondisi mahkluk hidup, merupakan pemberian dari

Tuhan.

2. Competence (Kompetensi, Kemampuan)

Keadaan dimana seseorang mempunyai pengetahuan,

keterampilan upaya, pengalaman dan motivasi untuk memenuhi

tanggung jawab profesional. Diekspresikan tidak hanya perawat

muda tetapi juga mereka yang belajar terus-menerus, untuk

memenuhi tingkat keahlian yang dibutuhkan perawat dalam

berperan sebagai pendidik, manager, peneliti, atau praktisi.

Competence menyediakan semangat caring. Competence


22

merupakan kekuatan, bukan dimotivasi oleh keinginan untuk

menjadi orang yang paling hebat juga bukan karena kompetisi.

Compassion dan competence dalam caring tidak dapat dipisahkan.

Compassion tanpa competence akan dipenuhi dengan kelalaian

klinis, sedang competence tanpa compassion dapat terjadi tindakan

yang brutal.

3. Comfidence (Percaya diri)

Suatu keadaan dimaksudkan untuk memelihara hubungan

antar manusia dengan penuh kepercayaan. Ekspresi caring yang

meningkatkan kepercayaan tanpa meningkatkan ketergantungan,

menciptakan suatu lingkungan yang memampukan orang lain

untuk bertumbuh. Dalam percaya diri terdapat maksud untuk

menyampaikan kebenaran tanpa pelanggaran (hukum, peraturan),

peka bukan hanya pada seseorang yang berhak tahu tetapi juga

kepada seseorang yang siap menerima kebenaran. Cara

menyampaikan kebenaran tanpa pelanggaran (hukum, peraturan),

peka bukan hanya pada seseorang yang berhak tahu tetapi juga

kepada seseorang yang siap menerima kebenaran. Cara

menyampaikan penghargaan tanpa menggurui. Mengenali orang

lain dan kebutuhannya akan kebebasan, memungkinkan suatu

tanggapan tidak mendukung rasa takut karena tidak berdaya.

4. Conscience (Suara Hati)

Mewarnai pernyataan seseorang akan kesadaran moral,

kepekaan, menyatakan perasaan tentang apa yang benar dan apa


23

yang salah. Dianggap sebagai acuan seseorang untuk berperilaku

sesuai dengan standar moral dan moral yang menyertai sesuatu.

Seseorang yang caring mengakui adanya kebutuhan akan sesuatu

kesesuaian dengan lingkungannya, kesadaran akan pengetahuan

dan keterampilan moral yang melandasi akan kebutuhan tanggung

jawab keputusan etikal. Moral merupakan bagian dari spiritualitas

dimana seseorang bertanggung jawab atas diri masing-masing,

orang lain dan bumi tempat tinggal bersama. Keinginan untuk

mendengarkan pemberian Tuhan ini begitu besar baginya.

Keinginan untuk bermoral merupakan suatu perubahan yang

mendasar. Dampak dari kesinambungan perkembangan ilmu dan

teknologi pada pengambilan keputusan asuhan kesehatan

memerlukan profesional kesehatan yang memiliki keingintahuan,

kemampuan membuat penilaian klinis yang jitu. Keterampilan

dalam kesadaan moral dibutuhkan untuk mengaplikasikan prinsip-

prinsip moral etikal.

5. Commitment

Suatu tanggapan yang mengekspresikan pertemuan antara

hasrat dan tanggung jawab. Pertemuan antara apa yang seseorang

harus lakukan dengan apa yang seseorang ingin dilakukan.

Maycroff (1971) dalam 7th Asian Regional Conference Newsletter;

mengungkapkan komitmen sangat penting dalam caring, jika

komitmen diingkari maka caring tidak akan terjadi. Oleh karena itu

komitmen merupakan kualitas modal bagi seseorang dalam tugas,


24

pilihan karir, suatu proyek. Suatu kualitas yang begitu

diinternalisasi sebagai nilai dimana seseorang bertanggung-jawab

dalam melaksanakannya tanpa terbebani.

F. Teori Keperawatan Jean Watson (Human Caring)

Jean Watson memulai karya tentang teori metafisik dan

transpersonalnya mengenai “caring” pada manusia pada tahun 1970-an

dan menerbitkan buku pertamanya, Nursing: The Philosophy and Science

of Caring. Jean Watson, merupakan tokoh teori keperawatan yang berada

pada aliran philosophies keperawatan dalam grand teori. Pada tahun 1979,

Ia terus mengembangkan teorinya, yang mencerminkan paradigma ilmu

pengetahuan tentang manusia yang baru, dan telah memperbaiki teori

tersebut pada publikasi berikutnya, Watson berkeyakinan bahwa

keperawatan jauh dari sekedar pendekatan eksistensial-fenomenologis

untuk memadukan konsep-konsep kejiwaan dan transedensi. Jiwa adalah

esensi dari seseorang, mengandung geist (roh atau kesan diri yang lebih

tinggi), yang memiliki kesadaran diri, tingkat kesadaran yang lebih tinggi,

suatu kekuatan internal, dan kekuatan yang dapat memperbesar kapasitas

untuk eksis bersama dengan masa lalu, saat ini, dan masa depan semua

sekaligus dalam saat ini dan sekarang. (Christensen & Kenney, 2009).

1. Transpersonal Human Caring

Transpersonal human caring dipandang baik sebagai ideal

moral keperawatan maupun sebagai proses “caring”. Ideal moral

mengandung interaksi transpersonal dan intersubjektif dengan

orang-orang. Proses “caring” terdiri atas komitmen untuk


25

melindungi, meningkatkan, dan memulihkan humanitas dengan

mengembalikan martabat, keselarasan batin, dan memfasilitasi

penyembuhan. Perawat membantu orang lain untuk mendapatkan

pengetahuan diri, pengendalian diri, dan kesiapan untuk

penyembuhan diri, yang memungkinkan mereka untuk meraih

kembali rasa keselarasan batin mereka.

Dasar teori Watson adalah nilai dan penghormatannya yang

sangat mendalam terhadap keajaiban dan misteri kehidupan, suatu

pengakuan dimensi spiritual kehidupan dan keyakinan terhadap

kekuatan internal proses perawatan dan penyembuhan. Sistem nilai

ini dipadukan denga sepuluh faktor karatif (1979) yang mencakup

altruisme manusia, kepekaan terhadap diri dan orang lain, dan

mencintai dan percaya akan hidup dan kekuatan batin orang lain

dan diri kita sendiri. Beberapa prinsip holografis dasar yang

diterapkan oleh Watson (1990) yang dikutip oleh Cristensen dan

Kenney (2009) ke dalam perawatan transpersonal adalah:

a. Kesadaran merawat-menyembuhkan yang utuh

terkandung dalam suatu waktu perawatan tunggal.

b. Merawat dan menyembuhkan adalah saling

berhubungan dan berhubungan dengan manusia lain,

lingkungan, dan dengan energi alam semesta yang lebih

tinggi.
26

c. Kesadaran merawat-menyembuhkan manusia (atau

sebaliknya) dari perawat dikomunikasikan kepada

orang yang mendapatkan perawatan.

d. Kesadaran merawat-menyembuhkan diberikan secara

temporer dan spasial; seperti kesadaran yang ada

sepanjang waktu dan ruang.

2. Sepuluh Faktor Karatif dan Caritas Proses dalam Teori Watson

Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan

adalah pada karatif faktor yang bermula dari perspektif

humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan

ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filosofi

humanistik dan sistem nilai serta seni yang kuat. Filosofi

humanistik dan sistem nilai ini memberi fondasi yang kokoh bagi

ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat

mengembangkan visi mereka serta nilai-nilai dunia dan

keterampilan berpikir yang kritis. Pengembangan keterampilan

berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun

fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan

penyakit.

Tabel 2.1. Karatif Faktor dan Caritas Proses (Tomey & Alligood, 2008)

Karatif Faktor Caritas Proses


27

Membentuk sistem nilai altruistik. Gunakan kebaikan dan kasih sayang untuk
memperluas diri dalam mempromosikan
persetujuan terapi dengan pasien.
Menciptakan kepercayaan- Ciptakan suatu hubungan dengan pasien
harapan. yang menawarkan maksud dan petunjuk saat
mencari arti dari suatu penyakit.
Meningkatkan rasa sensitif Belajar menerima keberadaan diri sendiri
terhadap diri sendiri dan sesama. dan orang lain, perawat yang caring
berkembang menjadi perawat perwujudan –
diri.
Membangun pertolongan- Belajar membangun dan mendukung
kepercayaan, hubungan caring pertolongan, kepercayaan, hubungan caring
manusia. yang asli, melalui komunikasi yang efektif
dengan pasien.

Karatif Faktor Caritas Proses


Mempromosikan dan Mendukung dan menerima perasaan pasien.
mengungkapkan perasaan positif Dalam berhubungan dengan pasien,
dan negatif. tunjukan kesiapan mengambil resiko dalam
berbagi dengan sesama.
Menggunakan proses caring yang Menerapkan proses keperawatan secara
kreatif dalam penyelesaian sistematis, membuat keputusan pemecahan
masalah. masalah secara ilmiah dalam
menyelenggarakan pelayanan berfokus
Pasien.
Mempromosikan transpersonal Belajar bersama saat mengajarkan pasien
belajar-mengajar. mendapatkan ketrampilan perawatan diri.
Pasien mempunyai tanggung jawab untuk
belajar.
Menyediakan dukungan, Membuat pemulihan suasana pada semua
perlindungan, dan/atau perbaikan tingkatan, fisik maupun non-fisik.
suasana mental, fisik, sosial, dan Meningkatkan kebersamaan, keindahan,
spiritual. kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian.
Mendapatkan kebutuhan manusia. Membantu pasien mendapatkan kebutuhan
dasar dengan caring yang disengajai dan
disadari.
Mengijinkan adanya kekuatan- Mengizinkan kekuatan spiritual untuk
kekuatan fenomena yang bersifat memberikan pengertian yang lebih baik
spiritual. tentang diri perawat dan pasien.

Watson berpendapat bahwa pelaksanaan caring adalah bersifat

interdependen. Dalam hal ini sepuluh karatif faktor caring Watson

dispesifikan lagi menjadi 5 kategori karatif faktor caring .


28

Menurut Brunton & Beaman (2000) dalam tesis milik Chrisnawati

(2011) menjelaskan kategori yang pertama adalah kehadiran. Kategori

ini terdiri atas tiga karatif yaitu membentuk nilai-nilai sistem

humanistik-altruistik, memelihara kepercayaan dan harapan,

menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain. Kategori

kehadiran seperti membantu pasien, berbincang-bincang dengan pasien,

menghargai pasien sebagai seorang manusia dan merespon secara cepat

panggilan pasien.

Kategori kedua adalah rasa hormat yang terdiri atas dua karatif

yaitu mengembangkan hubungan peduli manusia yang membantu dan

percaya, meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan

negatif. Kategori ini termasuk bersikap jujur kepada pasien,

menunjukkan rasa hormat dan memberi informasi kepada pasien

sehingga dia bisa membuat keputusan.

Kategori ketiga adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang profesional. Kategori ini terdiri atas menggunakan proses

pemecahan masalah kreatif, meningkatkan belajar-mengajar

transpersonal yang mencakup menyediakan waktu untuk

mengobservasi pasien, merasa percaya diri berhadapan dengan pasien,

memberikan perhatian kepada pasien selama masa pertama sebagai

pasien rumah sakit.

Kategori keempat adalah hubungan positif yang terdiri atas

menyediakan lingkungan yang suportif, protektif, atau memperbaiki

mental, fisik, sosiokultural, dan spiritual yang mencakup menjadi


29

harapan bagi pasien, mengijinkan pasien untuk menunjukkan perasaan

dan keyakinan pasien.

Kategori kelima yaitu yang merupakan kategori terakhir adalah

perhatian akan pengalaman orang lain yang terdiri atas membantu

memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia, memberikan keleluasaan

untuk kekuatan eksistensal-fenomenologis-spiritual yang mencakup

mengurangi gejala-gejala sakit pasien, memprioritaskan pasien dan

memberikan perawatan fisik yang baik.

Tabel 2.2. Lima kategori karatif faktor dengan uraian intervensi sepuluh
karatif faktor teori Jean Watson disertai dengan bentuk
perilaku caring. (Brunton & Beaman (2000))

5 Karatif Uraian Intervensi Perilaku


Faktor 10 Karatif faktor
Teori Jean Watson
1.Kehadiran 1. Membentuk 1. Mengenali nama
nilai-nilai sistem 2. Mengenali karakteristik pasien
humanistik- 3. Mengenali kelebihan dan kekurangan pasien
altruistik 4. Mendahulukan kepentingan pasien daripada
2. Memelihara kepentingan pribadi
kepercayaan dan 5. Memberikan waktu pada pasien meskipun
harapan sedang sibuk
3. Menumbuhkan 6. Memperhatikan dan mendengarkan apa yang
kepekaan menjadi kebutuhan pasien
terhadap diri 7. Menghargai dan menghormati pendapat dan
sendiri dan orang keputusan pasien yang terkait dengan
lain perawatannya

8. Memberikan informasi kepada pasien terkait


asuhan keperawatan yang diberikan
9. Menggunakan sentuhan untuk kesembuhan
10. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
menentukan asuhan keperawatan yang akan
dijalaninya
11. Memotivasi pasien untuk menghadapi
penyakitnya secara realistik
12. Membantu pasien untuk memahami alternatif
tindakan pengobatan yang dilakukan
13. Menjelaskan kepada pasien tindakan
30

pengobatan yang dilakukan


14. Memberikan dukungan spiritual misalnya
dengan pendekatan religius
15. Memperkenalkan diri kepada pasien saat di
awal kontrak dan membuat kontrak
16. Menyampaikan tujuan

5 Karatif Uraian Intervensi Perilaku


Faktor 10 Karatif faktor
Teori Jean Watson
17. Menyepakati kontrak
18. Menjelaskan kepada pasien bahwa perawat
akan selalu ada setiap pasien membutuhkan
19. Menyediakan waktu bagi pasien untuk
mengekspresikan perasaan dan
pengalamannya
20. Menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan pada pasien
21. Melakukan komunikasi terapeutik setiap
berhadapan dengan pasien
2.Rasa Hormat 1. Mengembangkan 1. Memperkenalkan diri kepada pasien saat di
hubungan peduli awal kontrak dan membuat kontrak
manusia yang 2. Menyampaikan tujuan
membantu dan 3. Menyepakati kontrak
percaya 4. Menjelaskan kepada pasien bahwa perawat
2. Meningkatkan akan selalu ada setiap pasien membutuhkan
dan menerima 5. Menyediakan waktu bagi pasien untuk
ungkapan mengekspresikan perasaanya
perasaan positif 6. Menjelaskan setiap tindakan yang akan
dan negatif dilakukan pada pasien
7. Melakukan komunikasi terapeutik setiap
berhadapan dengan pasien
8. Menjadi pendengar aktif dengan mendengarkan
9. Mendengarkan ekspresi pasien tentang
keinginannya untuk sembuh dan apa yang
dilakukan ketika sembuh
10. Memotivasi pasien untuk mengungkapkan
perasaanya baik positif maupun negatif
11. Menerima aspek positif maupun negatif
sebagai aspek kekuatan yang dimilikinya
12. Menjelaskan tentang pemahaman diri perawat
tentang kondisi pasien
31

3.Memiliki 1. Menggunakan 1. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan


pengetahuan proses mengevaluasi proses keperawatan sesuai
dan pemecahan dengan masalah pasien
keterampilan masalah kreatif 2. Mempertimbangkan pengabulan permintaan
yang 2. Meningkatkan pasien cemas
profesional belajar-mengajar 3. Memenuhi keinginan pasien dengan sabar
transpersonal
5 Karatif Uraian Intervensi Perilaku
Faktor 10 Karatif faktor
Teori Jean Watson
4. Selalu menanyakan keinginan pasien yang
spesifik
5. Menjelaskan setiap keluhan pasien secara
rasional dan ilmiah sesuai dengan tingkat
pemahaman pasien dan cara mengatasinya
6. Selalu menjelaskan setiap tindakan yang
dilakukan
7. Menunjukkan situasi yang bermanfaat agar
pasien memahami proses penyakitnya
8. Mengajarkan cara pemenuhan kebutuhan sesuai
masalah yang dihadapi pasien
9. Menanyakan kepada pasien tentang kebutuhan
pengetahuan yang ingin diketahuinya terkait
dengan penyakitnya
10. Meyakinkan pasien tentang kesediaan perawat
untuk menjelaskan apa yang ingin diketahui
4.Hubungan Menyediakan 1. Menyetujui keinginan pasien untuk bertemu
yang positif lingkungan yang dengan tokoh agama
suportif, protektif, 2. Menghadiri pertemuan pasien dengan tokoh
atau memperbaiki agamanya
mental, fisik, 3. Memfasilitasi atau menyediakan keperluan
sosiokultural, dan pasien ketika akan berdoa atau beribadah sesuai
spiritual dengan agamanya
4. Bersedia mencarikan alamat dan menghubungi
keluarga yang sangat diharapkan mengunjungi
pasien
5. Bersedia menghubungi teman pasien
5.Perhatian 1. Membantu 1. Bersedia memenuhi kebutuhan dasar dengan
terhadap memuaskan ikhlas
pengalaman kebutuhan 2. Menyatakan perasaan bangga dapat menjadi
orang lain manusia orang yang bermanfaat bagi pasien
2. Memberikan 3. Menghargai privasi pasien ketika sedang
keleluasaan membutuhkan
untuk kekuatan 4. Menunjukkan pada pasien bahwa pasien adalah
eksistensial- orang yang pantas dihargai dan dihormati
fenomenologis- 5. Memberikan kesempatan kepada pasien dan
spiritual keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat
32

ritual demi proses penyembuhannya


6. Mampu memfasilitasi kebutuhan pasien dan
keluarga terhadap keinginan melakukan terapi
alternatif sesuai pilihannya

3. Asumsi dasar teori Watson

Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai

berikut (Asmadi, 2008):

a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktikan secara

interpersonal.

b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor karatif

yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.

c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan

kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.

d. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang

sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang

mungkin terjadi padanya nanti.

e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang

menawarkan kemungkinan perkembangan potensi dan

memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan

yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.

f. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan)

daripada curing (mengobati). Praktik keperawatan

mengintegrasikan sikap pengetahuan biofisik dan perilaku

manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu

individu yang sakit. Ilmu caring melengkapi ilmu curing.


33

g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan.

Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi

dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan,

penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan

tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan

mengandung arti responsif antara perawat dan Pasien. Caring

dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih

berpengetahuan, dan dapat meningkatkan kesehatan.

4. Paradigma Keperawatan Watson

a. Keperawatan adalah aplikasi kiat dan ilmu tentang manusia

melalui transaksi caring transpersonal untuk membantu

seseorang mencapai keselarasan pikiran-tubuh-jiwa, yang

menimbulkan pengetahuan diri, pengendalian diri, perawatan

diri, dan penyembuhan diri.

b. Pasien adalah seseorang atau kelompok yang mengalami

ketidakselarasan pikiran-tubuh-jiwa yang membutuhkan

bantuan dalam keputusan sehat-sakit untuk meningkatkan

keselarasan, pengendalian diri, pilihan, dan determinasi diri.

c. Kesehatan adalah keutuhan dan keselarasan dalam pikiran-

tubuh-jiwa antara diri dengan orang lain dan diri dengan alam.

d. Lingkungan adalah di mana saja interaksi kepedulian

interpersonal terjadi antara pasien dengan perawat.

(Christensen & Kenney, 2009).


34

5. Caring sebagai dasar nilai asuhan manusia dalam praktik

keperawatan

Watson dalam Cristensen & Kenney (2009), mengemukakan

hal yang mendasari nilai-nilai asuhan manusia dalam keperawatan,

yaitu:

a. Kasih sayang dan cinta adalah kekuatan kosmik yang paling

universal dan misterius dan tersusun atas energi psikis

universal dan primal.

b. Untuk dapat bertahan hidup, seseorang harus menjadi lebih

menyayangi dan mencintai untuk memelihara humanitas

mereka.

c. Menyayangi dan mencintai diri sendiri adalah hal penting

sebelum seseorang dapat menghargai dan merawat orang lain

dengan belas kasih dan penuh martabat.

d. Kasih sayang adalah esensi dari keperawatan dan merupakan

fokus paling utama dan penyatu untuk praktik keperawatan.

e. Peran perawat mengalami penurunan dalam sistem layanan

kesehatan dan terancam oleh meningkatnya penggunaan

teknologi medis dan batasan birokrasi-manajerial institusi.

f. Kontribusi sosial, moral, dan ilmiah keperawatan terhadap

manusia dan masyarakat terletak pada komitmennya terhadap

ideal perawatan manusia dalam teori, praktik, dan penelitian.

G. Persepsi Pasien tentang perilaku Caring


35

Teori caring Swanson (1991) menyajikan permulaan yang baik

untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Mengenali

kebiasaan perawat yang dirasakan Pasien sebagai caring menegaskan apa

yang Pasien harapkan dari pemberi layanan. Kehadiran perawat (William,

1997, cit Potter &Perry 2009) yang menentramkan, mengenali individu

sebagai sesuatu yang unik, dan menjaga kebersamaan dan perhatian penuh

kepada Pasien merupakan sikap pelayanan yang dinilai Pasien. Semua

Pasien memiliki ciri khas meskipun pemahaman akan sikap yang

dihubungkan Pasien dengan pelayanan membantu.

Apa yang Pasien alami selama berinteraksi dengan fasilitas

institusional dan pelayanan kesehatan, dan apa yang Pasien pikirkan

tentang pengalaman tersebut menjelaskan bagaimana Pasien menggunakan

sistem pelayanan kesehatan dan apa keuntungan yang mereka dapatkan

(Gerteis et al, 1993;Mayer, 1986 Cit Potter & Perry, 2009). Menurut

Attree (2001) jika Pasien merasakan penyelenggara pelayanan kesehatan

bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka

sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam

perencanaan keperawatan.

William mempelajari hubungan antara persepsi Pasien terhadap

empat dimensi caring dan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan dan

ditunjukkan bahwa mereka semakin puas saat perawat melakukan caring.

Radwin (2000) dalam Potter dan Perry (2009) mengemukakan bahwa

Pasien kanker menghubungkan pelayanan keperawatan yang baik dengan

perhatian penuh, hubungan kerja, hubungan individual, dan caring. Sikap


36

caring merupakan nilai awal yang baik untuk menjelaskan persepsi dan

harapan khusus Pasien. Biasanya Pasien dan perawat memiliki persepsi

yang berbeda tentang caring (Mayer, 1987; Wolf, Miller, dan Devine,

2003 Cit Potter & Perry, 2009).

H. Caring dalam Praktik Keperawatan

Saat perawat berurusan dengan kesehatan dan penyakit dalam

praktiknya, kemampuan mereka dalam pelayanan semakin berkembang.

Sikap perawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,

sentuhan kasih sayang, dan selalu mendengarkan Pasien. Dalam Potter &

Perry (2009), perawat melakukan caring dengan menggunakan pendekatan

pelayanan dalam setiap pertemuan dengan Pasien.

1. Kehadiran

Kehadiran adalah suatu pertemuan orang dengan orang

yang merupakan sarana untuk lebih mendekatkan dan

menyampaikan manfaat caring. Fredrikson (1999) menjelaskan

bahwa kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. Jenis

kehadiran (Fareed, 1996 ; Pederson, 1993) merupakan sesuatu

yang ditawarkan perawat kepada Pasien dengan maksud untuk

mendapatkan dukungan, kenyamanan, atau dorongan, mengurangi

intensitas perasaan yang tidak diinginkan atau untuk

menenangkan hati.

“Ada dengan” juga merupakan hubungan interpersonal.

Perawat memberikan dirinya, yang berarti selalu bersedia dan ada

untuk Pasien (Pederson, 1993). Menurut Watson (2003)


37

kehadiran seseorang merupakan sesuatu yang berarti. Perawat

kemudian masuk ke dalam dunia Pasien. Dengan kehadiran ini

menurut Gilje (1997) Pasien dapat merasakan dan mengerti

dirinya sendiri dengan cara mengetahui solusi, mendapatkan

petunjuk baru, dan membuat pilihan.

Menurut Swanson (1991) melalui kehadiran, kontak mata,

bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan, serta memiliki sikap

positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan

membentuk suatu suasana keterbukaan dan saling mengerti dan

sangat berarti untuk kesehatan Pasien.

2. Sentuhan

Menggunakan sentuhan merupakan salah satu cara

pendekatan yang menenangkan di mana perawat dapat

mendekatkan diri dengan Pasien untuk memberikan perhatian dan

dukungan. Sentuhan akan membawa perawat dan Pasien ke dalam

suatu hubungan. Sentuhan dapat berupa kontak dan non-kontak

(Fredriksson, 1999). Sentuh kontak seperti kontak langsung kulit

dengan kulit, sedangkan sentuhan non-kontak adalah kontak

mata. Keduanya digambarkan dalam tiga kategori : sentuhan

berorientasi-tugas, sentuhan pelayanan, sentuhan perlindungan.

Sentuhan caring menurut Boyek & Watson (1994) adalah

suatu bentuk komunikasi non-verbal yang dapat memengaruhi

kenyamanan dan keamanan Pasien, meningkatkan harga diri dan

memperbaiki orientasi tentang kenyataan. Menurut Tommasini


38

(1990) melalui sentuhan caring, perawat membuat hubungan

dengan Pasien dan menunjukkan penerimaan.

Sentuhan perlindungan menurut Fredriksson (1999) adalah

suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat

dan Pasien. Sentuhan perlindungan juga merupakan bentuk

sentuhan yang melindungi perawat secara emosional. Menurut

Benner (2004) sentuhan dapat memberikan banyak pesan oleh

sebab itu harus digunakan secara bijaksana. Sentuhan itu dapat

menjadi masalah pada budaya tertentu yang dianut oleh Pasien

maupun perawat.

3. Mendengarkan

Caring melibatkan interaksi interpersonal dan bukan

sekedar percakapan resiprokal antara dua orang. Mendengarkan

merupakan kunci, karena hal itu menunjukkan perhatian penuh

dan ketertarikan perawat. Menurut Kemper (1992) mendengarkan

temasuk mengerti dan memahami apa yang dibicarakan oleh

Pasien dan memberikan respon balik terhadapnya. Menurut

Boykin (2003) mendengarkan sungguh-sungguh membuat

pendengar dan mengetahui secara benar dan merespon pada apa

yang benar-benar berarti bagi Pasien dan keluarga.

Menurut Fredriksson (1999) pendengar perlu menenangkan

dirinya untuk mendengarkan dengan keterbukaan. Perawat harus

dapat memberikan perhatian penuh pada Pasien saat Pasien

menceritakan kisahnya. Frank (1998) berpendapat bahwa tenaga


39

profesional tidak harus rutin menangani kebutuhan mereka secara

serius. Dengan memahami dan dipahami akan saling mendukung

satu sama lain. Bernick (2004) berpendapat bahwa dengan aktif

mendengarkan, perawat mulai memahami Pasien dan mengetahui

apa yang penting menurut mereka.

4. Memahami Pasien

Salah satu proses caring oleh Swanson (1991) adalah

memahami Pasien. Menurut Radwin (1995) konsep tersebut

terdiri atas pemahaman Pasien terhdap Pasien dan terus

berkembang dengan berjalannya waktu. Bulfin (2005)

menyatakan bahwa pemahaman yang mendalam membantu

perawat merespon terhadap persoalan pasien. Memahami Pasien

berarti perawat menghindari asumsi, fokus pada Pasien dan ikut

serta dalam hubungan caring dengan Pasien yang memberikan

informasi. Menurut Radwin (1995) perawat yang berpengalaman

mengetahui fakta tambahan tentang Pasiennya seperti

pengalaman, tingkah laku, perasaan dan persepsi.

Pemahaman yang baik terhadap Pasien akan meningkatkan

hasil kesehatan Pasien. Menurut Swanson (1999), bahwa saat

perawat berbasis pada pemahaman Pasien, Pasien akan

mendapatkan pelayanan pribadi, nyaman, dukungan dan

pemulihan. Pemahaman Pasien bukan hanya mengumpulkan data

tentang kondisi dan gejala klinis Pasien namun berusaha

membangun hubungan. Menurut Lamb & Stempel (1994)


40

pemahaman Pasien merupakan pintu gerbang pelayanan, proses

sosial yang menghasilkan suatu “ikatan” di mana Pasien menjadi

lebih mengenal perawat.

I. Mewujudkan perilaku caring dalam pelayanan Keperawatan

Caring merupakan esensi dan bagian yang unik dari “body of

knowledge” keperawatan menurut Leineger (1997) dalam Euswass, 7th

Asian Regional Conference Newsletter. Dalam kehidupan profesionalnya,

para perawat mengalami kejadian khusus yang berkesan dengan

pasiennya. Namun hanya sedikit cerita rinci tentang kejadian terkesan

tersebut karena walaupun mengalaminya, perawat kurang begitu

merasakannya. Hasilnya, aspek perawatan yang penting ini tidak

dikemukakan secara eksplisit dalam mengkomunikasikan esensi

keperawatan bagi perawat maupun orang lain. Perawat bukan satu-satunya

profesional kesehatan tetapi dapat dikatakan bahwa perawat satu-satunya

yang fokus perhatiannya adalah caring terhadap manusia. Sejak Florence

Nightingale, ide caring sebagai esensi dari profesi keperawatan terus

dipertahankan. Hal ini merupakan ciri-ciri keperawatan dimasa lalu dan

kunci dimasa yang akan datang. Model kejadian caring yang

menyembuhkan terdiri dari 3 komponen besar yaitu:

1. Prekondisi caring

Adalah persyaratan awal agar proses kepedulian terjadi.

Perawat dan pasien siap melakukan kontak dan masing-masing

membawa kapasitas dan harapan khusus ke dalam situasi

tersebut. Perawat membawa keunikan dirinya dan kekhususan


41

pada masalah yang berhubungan dengan kesehatannya.

Perawat, secara pribadi dan profesional mempersiapkan diri

untuk memberi suhan dengan memiliki Five C’S.

Pasien adalah orang yang terancam kesehatan dan

kesejahteraanya sehingga membutuhkan bantuan perawat. Unik

dimana seluruh aspek fisik, psikososial, dan spiritualnya, tidak

dapat dipisahkan atau dikurangi. Rentan, keadaan dimana

seseorang mudah terluka. Pasien yang akan dilakukan

pembedahan rentan karena akan mengalami gangguan

kesejahteraan, menerima penyakitnya sebagai ancaman hidup

dan menyebabkan ketidakpastian hidup. Hal ini mungkin

mengikis keutuhan diri, pengendalian diri, dan kemampuan

menolong diri sendiri. Pasien membutuhkan bantuan dari

perawat untuk memenuhi kebutuhan situasionalnya

sebagaimana disadari mereka. Kebutuhan ini termasuk seluruh

aspek fisik, psikososial, kultural, spiritual yang berubah secara

dinamis sebagai respon terhadap sakit dan pengobatannya.

2. Proses caring aktual

Menampakkan proses hubungan bantuan interpersonal

antara perawat pasien yang interaktif berkesinambungan.

Perawat menyatakan nilai perawat dan pengetahuannya untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan. Terdiri dari 6 elemen yaitu:

a. Siap (being there), perawat membuat dirinya siap untuk

segera berespon terhadap kebutuhan pasien.


42

b. Hadir dengan memperhatikan kesadaran perawat akan

pikirannya, perasaanya dan tindakan saat terlibat dengan

pasien dalam situasi apapun.

c. Memiliki hubungan yang saling percaya. Perawat dan

pasien terikat dalam hubungan untuk membangun rasa

saling percaya. Pasien karena keterbatasannya akan “self-

knowledge” dan “self-help” memerlukan bantuan dari

seorang perawat profesional. Pasien siap memercayai

profesionalisme perawat dan perawat berharap

membangun kepercayaan interpersonal. Perawat membuka

diri dan mendekati pasien, menerima pasien sebagai

seorang yang menilai dan unik secara bijaksana. Perawat

menunjukkan kerelaan, perhatikan, kompetensi dan

keterampilannya dalam membantu pasien. Dengan

demikian hubungan saling percaya yang menguntungkan

dapat dikembangkan.

d. Berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

Diartikan sebagai pengetahuan dan pengalaman berbagi

antara perawat dan pasien. Pasien maupun perawat bekerja

sama mencari dan menentukan tujuan untuk mencapai

kebutuhan pasien. Dalam setiap kontak antara perawat

pasien, perawat menggunakan pengetahuannya untuk

mengidentifikasi seluruh kebutuhan pasien dan dengan

partisipasi pasien, memenuhi kebutuhan tersebut setiap


43

saat. Perawat menyerahkan pilihan dan keputusan kepada

pasien. Dia bekerja keras dengan pasien untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

e. Melakukan komunikasi empatik, perawat caring melalui

komunikasi verbal maupun non verbal. Kontak manusiawi

antara perawat dan pasien melalui sentuhan: fisik seperti

memegang, dan emosi seperti kontak mata, ekspresi

wajah, kata-kata, dan bahasa tubuh lainnya. Ada pola yang

diidentifikasi untuk mendemonstrasikan komunikasi

verbal dan non verbal : menatap, mendengar, terikat dalam

dialog.

f. Menyeimbangkan pengetahuan, tenaga, dan waktu.

Perawat menunjukkan empati model pengetahuan (etikal,

personal, empirikal, dan estetikal) untuk memelihara

kerjasama dengan pasien sehingga mendapatkan

keharmonisan dalam suatu perubahan situasi yang

dinamik. Upaya tersebut terdiri dari beberapa elemen:

a) Mengkaji dan menginterpretasikan: suatu proses

kognitif dimana perawat menggunakan

keterampilan intelektuual dan ilmu

keperawatannya untuk mengidentifikasi masalah

dan kebutuhan pasien melalui observasi, monitor,

analisa, sintesa dan pengambilan keputusan.


44

b) Menentukan prioritas: perawat membuat urusan

masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan kriteria

kelangsungan hidup, keamanan dan kesejahteraan

pasien.

c) Pengharapan: melalui pengetahuan dan

pengalamannya perawat dapat memprediksi apa

yang akan terjadi pada pasiennya, sehingga

mempersiapkan apa yang mungkin harus

dilakukan.

d) Memelihara dinamika saling mengisi: perawat

membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

mereka. Perawat mengevaluasi apakah kebutuhan

tercapai karena adanya caring, dan prosedur

perawatan yang dilakukan dalam menyelaraskan

penampilannya dengan pasien setiap saat.

e) Konsultasi : Pada beberapa institusi, perawat

menyadari keterampilan dan pengetahuannya

dalam merawat pasien terbatas, sehingga dia

memerlukan bantuan dari sumber lain.

f) Kesinambungan waktu yang digunakan: perawat

meluangkan waktu dalam menjalin hubungan

saling percaya dengan pasien juga untuk

mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan pasien

dalam suatu pola yang berkesinambungan.


45

g) Penghematan pengisian energi: perawat banyak

mengeluarkan energi untuk membantu pasien

memenuhi kebutuhannya melalui banyak cara yang

efektif. Perawat mengganti kembali energi yang

terpakai melalui istirahat saat bekerja, merawat diri

sendiri dalam kehidupannya sehari-hari, dukungan

dari kolega.

h) Aktualiasasi caring yang menyembuhkan. Saat

dimana perawat dan pasien menyadari pemberian

dan penerimaan asuhan. Mereka berbagi

kehangatan, rasa hormat, kepastian, keberhasilan

berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan pasien

atau mengatasi rasa kesedihan. Hal ini

menciptakan keterikatan perawat dan pasien

sebagai mahkluk hidup dalam suatu situasi. Saat

ini merupakan saat penyaluran kekuatan dan

kesembuhan serta tumbuh kembang.

3. Konteks caring

Merupakan kontak perawat-pasien di suatu tempat pada

waktu tertentu, dalam lingkungan asuhan keperawatan yang

meningkatkan terjadinya proses caring.

a. Situasi kontak perawat-pasien, misalnya perawat

menerima pasien baru suatu kondisi pertemuan yang

direncanakan maupun tidak direncanakan.


46

b. Kondisi yang memfasilitasi asuhan dengan baik,

lingkungan dalam pelayanan keperawatan yang memberi

kesempatan terlaksananya caring. Terdapat beberapa

komponen: ruangan tersendiri yang memungkinkan

kesinambungan asuhan yang terfokus pada pasien,

dukungan kolaborasi, dan kesinambungan proses belajar

mengajar.

Sikap caring pertama-tama harus diwujudkan bagi diri sendiri agar

semakin menjadi pribadi yang utuh dan mengembangkan harga diri,

supaya pada gilirannya sikap tersebut akan menjadi pola bertindak dalam

melayani orang lain. Ada 10 cara mewujudkan perilaku caring yaitu:

1. Compassion

Menghormati perasaan-perasaan sendiri dan mendengarkan

satu sama lain, saling mendengarkan dengan empati.

2. Komunikasi yang jelas

Mengekspresikan perasaan dengan sederhana dan

membicarakan dari hati ke hati secara bersama.

3. Kreativitas

Mencoba hal yang baru, menyediakan waktu untuk

relaksasi dan bermain serta mengundang mereka yang tidak

diharapkan.

4. Konsistensi

Mengerjakan apa yang dikatakan dan setiap hari

mengatakan apa yang dimaksudkan.


47

5. Menantang

Menanggapi dan menyelesaikan persoalan dengan harapan

yang positif dan belajar dari tantangan-tantangan yang

dihadapi.

6. Kegembiraan

Menatap/memeluk hari baru dengan hati dan gembira dan

belajar untuk menikmati hidup.

7. Percaya diri

Mempercayai dan meyakini talenta-talenta yang dimiliki

dan kemampuan-kemampuan sesama/orang lain.

8. Ketenangan

Menarik napas dan hidup dari pusat kedamaian yang ada di

dalam diri sendiri.

9. Persetujuan yang jelas

Membuat persetujuan yang jelas dan mengarahkan agar

setiap orang mengerti dan merasakan kebaikan.

10. Komitmen

Melaksanakan apa yang telah menjadi

komitmen/kesepakatan pribadi dan jujur terhadap orang lain

setiap hari.

II. Landasan Teori

Landasan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:


48

1. Teori caring milik Jean Watson dalam Christensen dan Kenney

(2009). Teori caring milik Jean Watson (Human Caring) menyatakan

bahwa Caring adalah inti dari keperawatan. Watson berkeyakinan

bahwa keperawatan jauh dari sekedar pendekatan eksistensial-

fenomenologis untuk memadukan konsep-konsep kejiwaan dan

transedensi. Dalam konteks Human Caring, Watson mengemukakan

beberapa hal yang mendasari perilaku caring dalam Sepuluh Faktor

Karatif yang bersifat abstrak sehingga diwujudnyatakan dalam

sepuluh Caritas proses. Watson berpendapat bahwa pelaksanaan

caring adalah bersifat interdependen sehingga sepuluh karatif faktor

yang dikemukakan dispesifikan lagi menjadi 5 kategori karatif faktor

caring seperti yang dijabarkan oleh Brunton dan Beaman (2000)

dalam tesis milik Chrisnawati. Kategori pertama adalah kehadiran.

Kategori ini terdiri atas tiga karatif yaitu membentuk nilai-nilai sistem

humanistik-altruistik, memelihara kepercayaan dan harapan,

menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain. Kategori

kehadiran seperti membantu pasien, berbincang-bincang dengan

pasien, menghargai pasien sebagai seorang manusia dan merespon

secara cepat panggilan pasien. Kategori kedua adalah rasa hormat

yang terdiri atas dua karatif yaitu mengembangkan hubungan peduli

manusia yang membantu dan percaya, meningkatkan dan menerima

ungkapan perasaan positif dan negatif. Kategori ini termasuk bersikap

jujur kepada pasien, menunjukkan rasa hormat dan memberi informasi

kepada pasien sehingga dia bisa membuat keputusan. Kategori ketiga


49

adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional.

Kategori ini terdiri atas menggunakan proses pemecahan masalah

kreatif, meningkatkan belajar-mengajar transpersonal yang mencakup

menyediakan waktu untuk mengobservasi pasien, merasa percaya diri

berhadapan dengan pasien, memberikan perhatian kepada pasien

selama masa pertama sebagai pasien rumah sakit. Kategori keempat

adalah hubungan positif yang terdiri atas menyediakan lingkungan

yang suportif, protektif, atau memperbaiki mental, fisik, sosiokultural,

dan spiritual yang mencakup menjadi harapan bagi pasien,

mengijinkan pasien untuk menunjukkan perasaan dan keyakinan

pasien. Kategori kelima yaitu yang merupakan kategori terakhir

adalah perhatian akan pengalaman orang lain yang terdiri atas

membantu memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia, memberikan

keleluasaan untuk kekuatan eksistensal-fenomenologis-spiritual yang

mencakup mengurangi gejala-gejala sakit pasien, memprioritaskan

pasien dan memberikan perawatan fisik yang baik.

2. Teori Persepsi menurut Pieter dan Lubis (2010) yang menyatakan

persepsi adalah sesuatu yang berkenaan dengan fenomena di mana

hubungan antara stimulus dan pengalaman yang lebih kompleks

ketimbang dengan fenomena yang ada pada sensasi. Hal-hal yang

mempengaruhi persepsi antara lain:

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu minat,

kepentingan, kebiasaan, dan konstansi.


50

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemersepsi yaitu faktor

pelaku persepsi: faktor usia, jenis kelamin, ras (suku), faktor

objek, dan faktor situasi.

Hal yang mempengaruhi persepsi ini pada akhirnya akan

menghadirkan bentuk-bentuk dari persepsi antara lain : persepsi jarak,

persepsi gerakan, dan persepsi kedalaman.


52

Skema Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


Persepsi:
Teori Caring milik Jean Watson:
1. Minat
1. Sepuluh Faktor Karatif dan Caritas Proses 2. Kepentingan
Lima Karatif Faktor: 3. Kebiasaan
a. Kehadiran (membentuk nilai-nilai sistem humanistik-altruistik, 4. konstansi
memelihara kepercayaan dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri sendiri dan orang lain) Bentuk-bentuk persepsi:
b. Rasa Hormat (mengembangkan hubungan peduli manusia yang Persepsi
membantu dan percaya, meningkatkan dan menerima ungkapan 1. Persepsi jarak
Pasien 2. Persepsi Gerakan
perasaan positif dan negatif)
c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional 3. Persepsi Kedalaman
(menggunakan proses pemecahan masalah kreatif,
meningkatkan belajar-mengajar transpersonal)
d. Hubungan yang positif (menyediakan lingkungan yang suportif, Faktor yang mempengaruhi
protektif, atau memperbaiki mental, fisik, sosiokultural, dan Pemersepsi:
spiritual)
1. Faktor Pelaku Persepsi
e. Perhatian terhadap pengalaman orang lain (membantu
(Usia, Jenis Kelamin,
memuaskan kebutuhan manusia, memberikan keleluasaan untuk
Suku)
kekuatan eksistensial-fenomenologis-spiritual.
2. Faktor Objek
3. Faktor Situasi

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori Caring Jean Watson, (Chistensen & Kenney (2009))

Teori Persepsi, (Pieter & Lubis (2010))


53

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti

III. Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku Caring perawat dalam 5 Karatif faktor


Jean Watson:

1. Kehadiran
2. Rasa Hormat
3. Memiliki Pengetahuan dan keterampilan
yang profesional
4. Hubungan yang positif
5. Perhatian terhadap pengalaman orang lain

Pasien Kelas III bangsal Medikal


Bedah

Persepsi pasien terhadap


Faktor-faktor yang
perilaku caring perawat:
mempengaruhi pemersepsi:
1. Positif 1. Usia
2. Negatif 2. Jenis Kelamin
3. Ras (suku)
54

IV. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan ras

(suku) yang berkaitan dengan persepsi pasien kelas III medikal bedah tentang

perilaku caring perawat melalui perspektif karatif faktor Jean Watson di

Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin tahun 2012.

b. Bagaimana gambaran persepsi pasien kelas III medikah bedah tentang

kehadiran perawat di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin tahun 2012.

c. Bagaimana gambaran persepsi pasien kelas III medikal bedah tentang rasa

hormat pada perawat di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin tahun 2012.

d. Bagaimana gambaran persepsi pasien kelas III medikal bedah tentang memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang profesional pada perawat di Rumah Sakit

Suaka Insan Banjarmasin tahun 2012.

e. Bagaimana gambaran persepsi pasien kelas III medikal bedah tentang

hubungan yang positif pada perawat di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin

tahun 2012.

f. Bagaimana gambaran persepsi pasien kelas III medikal bedah tentang perhatian

dengan pengalaman orang lain pada perawat di Rumah Sakit Suaka Insan

Banjarmasin tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai