I. PENDAHULUAN
Luka terbuka adalah luka yang diakibatkan oleh benda tajam yang
luka terbuka, maka dapat dipastikan bahwa saat terjadi trauma, yang
bersangkutan masih hidup, atau dengan kata lain luka terjadi secara
pada saat manusia sudah mati. Luka postmortem memiliki khas berwarna
darah (merah atau biru keunguan) dan perubahan lain yang mencerminkan
reaksi jaringan terhadap cedera, dan yang tergantung pada interval antara
1
II. PATOMEKANISME
Sel sebagai bagian dari suatu jaringan apabila mengalami jejas
atau cedera akan melakukan respon adaptasinya sendiri. Penyebab jejas sel
Pada umumnya, luka yang disebabkan oleh benda tajam bermata satu,
tumpul. Jika benda tajam yang digunakan bermata dua, sudut kedua luka
Luka iris karena benda tajam pada umumnya memiliki tepi dan
permukaan luka yang rata tanpa jembatan jaringan dengan sudut luka yang
lancip. Pada umunya, luka iris memiliki panjang luka yang lebih besar dari
dalam luka. Sedangkan pada luka tusuk,umumnya ukuran dalam luka lebih
tembak masuk dan luka tembak keluar. Pada umumnya, bentuk dari suatu
2
cairan seperti jantung, vesica urinaria, ventrikel otak karena kekuatan
INFLAMASI
akut hingga kronik dan menimbulkan kelainan patologis. Dalam beberapa menit
menimbulkan edema.7
Pada pemeriksaan histologi ditemukan cairan edem dan infiltrasi sel leukosit.
eusinofil, monosit/fagosit, sel endotel, dan molekul adhesi, trombosit, limfosit dan
Patogen yang mampu menembus sawar luar imunitas non spesifik seperti
kulit, membran mukosa, infeksi atau cedera jaringan dapat memacu kaskade
3
molekul-moleku besar dapat melewati dinding vaskular. Cairan yang mengandung
beberapa fungsi penting. Bakteri sering memproduksi toksin yang dapat merusak
komplemen. Terdapat dua jalur alur koagulasi yaitu jalur intrinsik dan
faktor koagulasi dan menghasilkan komplemen C3A dan C5A yang secara
Sel endotel lokal kemudian dilepaskan dan meningkatt kan ikatan sel - sel
inflamasi ke dalam luka. Sel darah putih (neutrofil monosit ) serta protein
4
mensterilkan luka. Oleh karena itu, neutrofil pada awal infiltrat akan
menurun pada luka bedah karena steril bila dibandingkan dengan yang
oleh makrofag. Sel - sel utama yang bertanggung jawab untuk mengatur
angiogenesis.11,12,13
nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya
35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70%
penyembuhan luka.8,12,14
5
c. Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan
tahunan.
dalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi,
dari jaringan sebelum luka. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka
dapat sembuh secara alami tanpa pertolongan dari luar, tetapi cara alami
ini memakan waktu cukup lama dan meninggalkan luka parut yang kurang
6
Gambar 1.1 Pada luka hemostatis dirangsang oleh degranulasi platelet dan perlekatan
agen-agen trombosit.8
7
Gambar 1.3 Setelah 2 – 3 hari, makrofag berubah menjadi sel inflamasi predominan, bersih dan
tidak terkontaminasi, sel tersebut meregulasi dan memperbaiki growth faktor termasuk fibroblast
berupa biologi, fisika,dan kimia. Tubuh akan merespon stimulus tersebut dalam
8
Tabel 1. Skema dari Legrand du Saule untuk Mendiagnosis Luka Intravital dan Postmortem
Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka
perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna bagi
dengan jelas pada kasus kasus dengan periode survival sekitar 4 jam atau lebih.
Dilatasi kapiler dan marginasi leukosit mungkin dapat di lihat lebih dini lagi,
bahkan beberapa menit sesudah trauma. Leukosit yang mula- mula masuk ke
monosit , namun leukosit jenis ini jarang di temukan pada eksudat kurang dari 12
jam sesudah trauma. Pada trauma dengan inflamsi aseptik, proses eksudasi akan
mencapai puncak dalam waktu 48 jam. Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga ,
9
sedangkan sel- sel fibroblast mulai menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk
hari. Serabut-serbut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5 hari sesudah
trauma.16
minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sel- sel epitel
serabut-serabut elastis masih tampak banyak dari jaringan yang tidak terkena
trauma.17
aminopeptidase dapat di lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma.
10
Gambar.1 Luka Terbuka Intravital5 Gambar.2 Luka Terbuka Postmortem5
dengan izin yang diberikan, setiap lesi yang ditemukan dalam korban
secara histologi, mulai dari organ seperti hati, pankreas, saluran cerna,
ginjal hingga kesaluran kemih. Hal ini guna menunjang penyebab utama
11
Jaringan yang di akan dilakukan pemeriksaan histologi diambil secara
V. KESIMPULAN
Luka terbuka intravital adalah luka terbuka yang terjadi pada manusia yang
masih hidup yang menyebabkan timbulnya reaksi tubuh terhadap luka tersebut.
Dengan menemukan reaksi tubuh terhadap luka terbuka, maka dapat dipastikan
bahwa saat terjadi trauma, yang bersangkutan masih hidup, atau dengan kata lain
luka terjadi secara intravital. Luka terbuka postmortem merupakan luka terbuka
yang terjadi pada saat manusia sudah mati. Luka postmortem memiliki khas
berwarna coklat kekuningan karena tidak terjadi reaksi vital. Perubahan warna
kulit pada luka postmortem juga memberikan interpretasi yang variatif, berbagai
aspek seperti warna kulit dan tanda lebam, bila diperiksa secara histologi
akut hingga kronik dan dapat menimbulkan kelainan patologis, dan proses
1. fase inflamasi
12
3. fase maturasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pathology.2001;54:348-55.
5. Dix J. Color Atlas of Forensic Pathology. USA: CRC Press LLC; 2000.
6. Lew E, Mathses E. Sharp Force Injuries. In: Dolinak D, Mathses EW, Lew
9. Ginsberg MH, Du X, Plow EF. Inside-out integrin signaling. Curr Open Cell
Biol 1992;4:766-771.
10. Roberts HR, Tabares AH. Overview of the coagulation reactions. In: High
KA, Roberts HR, eds. Molecular Basis of Thrombosis and Hemostasis. New
14
11. Wahl LM, Wahl SM. Inflammation. In: Cohen IK, Diegrelmann RF, Lindblad
Saunders, 1992:40-62.
12. Clark RAF. Wound repair. Overview and general considerations. In: Clark
RAF, ed. The Molecular and Cellular Biology of Wound Repai. New York:
13. Di Pietro LA. Wound healing:the role of the macrophage and other immune
fibrosis. In: Clark RAF, ed. The Molecular and Cellular Biology of Wound
15. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 67-8
16. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar
17.
15