Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

“PNEUMONIA”

Disusun Oleh :
Nama : Nabila Amelia
NIM : 171440114
Jurusan/Tingkat : Keperawatan/II

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
TAHUN 2019
A. Definisi
Pneumonia adalah suatu satu penyakit peradangan akut parenkim
paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) (Sylvia A.price). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis.
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi parenhim paru terutama pada
bronchielos dan alveoli (Ball dan Bindler, 2003). Pneumonia adalah
peradangan pada parenhim paru (Nursalam, 2005) .
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya
infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius. Anak dengan
daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak
mampu mengatasi penyakit dengan sempurna. Faktor lain yang
mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan
antiobiotik yang tidak sempurna.
Pada umumnya pembagian pneumonia menurut dasar anatomis dan
etiologi. Pembagian anatomis ialah : pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronkopneumonia), pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Sedangkan pembagian etilogis ialah : baktei ( misalnya pelbagai kokus, H.
influenza ), virus, Mycoplasma pneumoniae, jamur, aspirasi ( makanan,
kerosen, amnion ), pneumonia hipostatik, dan sindrom Loeffle.
B. Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua baktei penyebabnya yaitu
a. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
1) Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob
facultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan
pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
2) Staphylococcus aureus : baktei anaerob fakultatif. Pada pasien
yang diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers)
memungkinkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen
dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini
memiliki daya paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi
kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis
dan pembentukan abses.
3) Enterococcus ( E. faecalis, E. faecium ) : organisme
streptococcus grup D yang merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun atau pasien yang di rawat di rumah sakit dalam
waktu yang lama dan di lakukan pemasangan endotracheal tube.
Contoh bakteri gram negatif di bawah adalah :
1) Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan
memiliki bau yang sangat khas.
2) Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk
batang tidak berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik,
diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat
meningkat resiko terserang kuman ini.
3) Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan
berkapsul atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki
virulensi tinggi yaitu encapsulated type B (HiB).
b. Atipikal organisme
Bakteri yang temasuk atipikal adalah Mycoplasma sp. , Chlamedia
sp. , Legionella sp.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet,
biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora kamur masuk ke dalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. ,
Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)
a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”
b. Pneumonia Lobularis ( Bronkopneumonia ) terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
c. Pneumonia Interstitial ( Bronkiolitis ) proses inflamasi yang terjadi
di dalam dinding alveolar ( interstisium ) dan jaringan peribronkial
serta interlobular.
2. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan.
a. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan
adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau
paska terapi antibiotika spectrum luas.
b. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
c. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia akibat aspirasi
bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh
bahan padat.
d. Pneumonia pada Gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,
protozoa, parasit, virus, jamur, dan cacing.
3. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan MTBS
Menurut WHO (2008), pneumonia ditujukan dalam
penanggulangan penyakit ISPA. Pneumonia diklasifikasikan
sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan
bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi nafas dan
dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat
penyakit. Dalam MTBS, anak dengan batuk diklasifikasikan
sebagai penyakit sangat berat ( pneumonia berat ) dan anak harus
dirawat inap. Pneumonia dimana anak berobat jalan dan batuk
bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di
rumah. Derajat keparahan dalam diagnosa pneumonia dibagi
menjadi pneumonia berat yang harus di rawat inap dan pneumonia
ringan hanya dengan rawat jalan.
D. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan- 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsangan atau terkadang euforia dan lebih aktif dari normal,
beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksi, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyei apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit ( rinorea ) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum
dan makan per oral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat nafas cepat
saja
a. Pada anak umur 2 bulan - 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
E. Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada
di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan
sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor
risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta
yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik > 48 jam, lama perawatan di ICU. Faktor
predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan
tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi
kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana
patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat
melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (
epitel, cilia, dan mukosa ), pertahanan humoral ( antibodi dan komplemen
) dan seluler ( leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin ). Kemudian
infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara
alveoli ) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk.
Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen
menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan
tepenuhi sel radang dan cairan, dimana sebenarnya merupakan reaksi
tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan
fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat tejadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.
F. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui
infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500
ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enternal
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
antibiotik diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumonia
community based :
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based :
1. Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak, terbanyak pada umur
di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi < 2 bulan.
b. Keluhan utama adalah sesak nafas.
c. Riwayat penyakit.
1) Pneumonia virus.
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas termasuk
rinitis dan batuk. Suhu bahan lebih rendah daripada pneumonia
bakteri. Pneumonia virus tidak bisa dibedakan dengan
pneumonia baktei dan mukuplasma.
2) Pneumonia stafilokokus ( bakteri ).
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau
bawah dalam waktu beberapa hari hingga satu minggu. Kondisi
suhu tinggi, batuk, dan adanya kesulitan pernapasan.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Anak sering menderita penyakit saluran pernpasan bagian atas.
2) Riwayat penyakit campak/fertusis ( pada bronkopneumonia ).
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya tachipnea, dyspnea, cyanosis
sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk
semula non-produktif menjadi produktif, dan nyeri dada pada
waktu menarik napas. Berdasarkan MTBS (2008), batasan
tachipnea pada anak 2-12 bulan adalah 5 tahun adalah 40
kali/menit atau lebih. Perlu kita perhatikan adanya tarikan
dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
2) Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit. Nadi
kemungkinan mengalami peningkatan ( takikardi ).
3) Perkusi, yakni suara redup pada sisi yang sakit.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi ( MTBS,2008 ).
Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Apabila
dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkuran, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofomi, dan kadang-kadang
terdengar bising gesek pleura.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan napas.
b. Ketidakefektifan pola napas.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak
adekuat, takipneu, demam.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
pulang.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : NIC :
napas. a. Respiratory status : Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan Ventilation a. Auskultasi suara napas sebelum dan
untuk membersihkan sekresi b. Respiratory status : sesudah suctioning
atau obstruksi dari saluran Airway patency b. Informasi pada klien dan keluarga
pernapasan untuk Kriteria Hasil : tentang suctioning
mempertahankan kebersihan a. Mendemonstrasikan c. Minta klien napas dalam sebelum
jalan napas. batuk, efektif dan suara suction dilakukan.
Batasan karakteristik : napas yang bersih, tidak d. Berikan O2 dengan menggunakan
a. Tidak ada batuk ada sianosis dan dsypneu nasal untuk memfasilitasi suksion
b. Suara napas tambahan (mampu mengeluarkan nasotrakeal
c. Perubahan frekwensi sputum, mampu bernapas e. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dengan mudah, tidak ada napas dalam setelah kateter
d. Perubahan irama napas pursed lips) dikeluarkan dari nasotrakeal
e. Sianosis b. Menunjukkan jalan napas f. Monitor status oksigen pasien
f. Kesulitan berbicara atau yang paten (klien tidak g. Ajarkan keluarga bagaimana
mengeluarkan suara merasa tercekik, irama melakukan suksion
g. Penurunan bunyi napas napas, frekuensi Airway Management
h. Dipsneu pernapasan dalam a. Buka jalan napas, gunakan teknik chin
i. Sputum dalam jumlah rentang normal, tidak ada lift atau jaw thrust bila perlu
yang berlebihan suara napas abnormal) b. Posisikan pasien untuk
j. Batuk yang tidak efektif c. Mampu memaksimalkan ventilasi
k. Orthopneu mengindentifikasikan c. Indentifikasi pasien perlunya
l. Gelisah dan mencegah faktor pemasangan alat jalan napas buatan
m. Mata terbuka lebar yang dapat menghambat d. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Faktor-faktor yang berhubungan jalan napas. e. Keluarkan sekret dengan batuk atau
: suction
a. Lingkungan : f. Auskultasi suara napas, catat adanya
1) Perokok pasif suara tambahan
2) Mengisap asap g. Atur intake untuk cairan
3) Merokok mengoptimalkan keseimbangan
b. Obstruksi jalan napas : h. Monitor respirasi dan status O2
1) Spasme jalan napas
2) Mokus dalam jumlah
berlebihan
3) Eksudat dalam jalan
alveoli
4) Materi asing dalam
jalan napas
5) Adanya jalan napas
buatan
6) Sekresi bertahan/sisa
sekresi
7) Sekresi dalam bronki
c. Fisiologis :
1) Jalan napas alergik
2) Asma
3) Penyakit paru
obstruktif kronik
4) Hiperplasi dinding
bronkial
5) Infeksi
6) Disfungsi
neuromuskular
2. Ketidakefektifan pola napas. NOC : NIC :
Definisi : Inspirasi dan atau a. Respiratory status : a. Buka jalan napas, gunakan teknik chin
ekspirasi yang tidak memberi Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
ventilasi. b. Respiratory status : b. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Airway patency memaksimalkan ventilasi
a. Perubahan kedalaman c. Vital sign status c. Indentifikasi pasien perlunya
pernapasan Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan napas buatan
b. Perubahan ekskursi dada a. Mendemontrasikan batuk d. Keluarkan sekret dengan batuk atau
c. Mengambil posisi tiga efektif dan asuara napas suction
titik yang bersih, tidak ada e. Auskultasi suara napas, catat adanya
d. Bradipneu sianosis dan dyspneu suara tambahan
e. Penurunan tekanan (mampu mengeluarkan f. Monitor tanda-tanda vital
ekspirasi sputum, mampu bernafas g. Monitor suara paru
f. Penurunan kapasitas vital dengan mudah, tidak ada h. Monitor adanya cushing triad (tekanan
g. Penurunan ventilasi pursed lips) nadi melebar, bradikardi, peningkatan
semenit b. Menunjukkan jalan napas sistolik)
h. Dipneu yang paten (klien tidak
i. Peningkatan diameter merasa tercekik, irama
anterior-posterior napas, frekuensi
j. Pernapasan cuping pernapasan dalam
hidung rentang normal, tidak ada
k. Ortopneu suara napas abnormal)
l. Fase ekspirasi c. Tanda-tanda vital dalam
memanjang rentang normal (tekanan
m. Pernapasan bibir darah, nadi, pernapasan,
n. Takipneu suhu)
o. Penggunaan otot
aksesorius untuk
pernapasan
Faktor yang berhubungan :
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
d. Deformitas dinding dada
e. Keletihan
f. Hiperventilasi
g. Sindrom
muskuloskleletal
h. Kerusakan neurologis
i. Disfungsi neuromuskular
j. Obesitas
k. Nyeri
l. Keletihan otot
pernapasan cedera
medula spinalis
3. Kekurangan volume cairan. NOC : NIC :
Definisi : penurunan curah a. Fluid balance a. Pertahankan catatan intake dan output
intravaskuler, interstisial, dan b. Hydration yang akurat
intraseluler. Ini mengacu pada c. Nutritional status : food b. Monitor status hidrasi
dehidrasi, kehilangan cairan and fluid c. Monitor vital sign
tanpa perubahan pada natrium. d. Intake d. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : e. Moniotr status cairan termasuk intake
a. Perubahan status mental a. Mempertahankan urine dan output caitan
b. Penurunan tekanan darah output sesuai dengan usia f. Moniotor tingkat Hb dan hematokrit
c. Penurunan tekanan nadi dan BB, BJ urine normal, g. Monitor berat badan
d. Penurunan volume nadi HT normal h. Dorong pasien untuk menambah
e. Penurunan turgor kulit b. Tekanan darah, nadi, intake oral
f. Penurunan haluaran urin suhu tubuh dalam batas
g. Membran mukosa kering normal
h. Kulit kering c. Tidak ada tanda-tanda
i. Peningkatan hematokrit dehidrasi
j. Peningkatan suhu tubuh d. Elastisitas turgor kulit
k. Peningkatan frekuensi baik, membran mukosa
nadi lembab, tidak ada rasa
l. Penurunan berat badan haus yang berlebihan
m. Kelemahan
Faktor yang berhubungan :
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme
regulasi

4. Intoleransi aktivitas. NOC : NIC :


Definisi : ketidakcukupan energi a. Energy conservation a. Kolaborasi dengan tenaga rahabilitasi
psikologis atau fisiologis untuk b. Activity tolerance medik dalam merencanakan program
melanjutkan atau menyelesaikan c. Self care : ADLs terapi yang tepat
aktifitas kehidupan sehari-hari Kriteria hasil : b. Bantu klien untuk mengidentifikasi
yang harus atau yang ingin a. Berpartisipasi dalam aktifitas yang mampu dilakukan
dilakukan. aktifitas fisik tanpa c. Bantu untuk memilih aktifitas
Batasan karakteristik : peningkatan, tekanan konsisten yang sesuai dengan
a. Respon tekanan darah darah, nadi, dan RR kemampuan fisik, psikologi dan sosial
abnormal terhadap b. Mampu melakukan d. Bantu untuk mendapatkan alat
aktifitas aktifitas sehari-hari bantuan aktifitas seperti kursi roda
b. Respon frekuensi jantung (ADLs) secara mandiri e. Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas
abnormal terhadap c. Tanda-tanda vital normal yang disukai
aktifitas d. Mampu berpindah : f. Bantu pasien untuk mengembangkan
c. Ketidaknyamanan dengan atau tanpa motivasi diri dan penguatan
setelah beraktifitas bantuan alat g. Monitor respo fisik, emosi, sosial, dan
d. Dispnea setelah e. Sirkulasi status baik spiritual
beraktifitas f. Status respirasi :
e. Menyatakan merasa letih pertukaran gas dan
f. Menyatakan merasa ventilasi adekuat
lemah
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah baring atau
imobilisasi
b. Kelemahan umum
c. Ketidakseimbangan
antara suplei dan
kebutuhan oksigen
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
5. Defisiensi pengetahuan. NOC : NIC :
Definisi : Ketiadaan atau a. Knowledge : disease a. Berikan penilaian tentang tingkat
defisiensi informasi kognitif process pengetahuan pasien tentang proses
yang berkaitan dengan topik b. Knowledge : health penyakit yang spesifik
tertentu. behavior b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : dan bagaimana hal ini berhubungan
a. Perilaku hiperbola a. Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi
b. Ketidakakuratan menyatakan pemahaman c. Gambarkan tanda dan gejala yang
mengikuti perintah tentang penyakit, biasa muncul pada penyakit
c. Ketidakakuratan kondisi, prognosis, dan d. Gambarkan proses penyakit
melakukan tes program pengobatan e. Diskusikan pilihan terapi atau
d. Perilaku tidak tepat (mis, b. Pasien dan keluarga penanganan
histeria, bermusuhan, mampu melaksanakan f. Instruksikan pasien mengenai tanda
agitasi, apatis) proseedur yang dan gejala untuk melaporkan pada
e. Pengungkapan masalah dijelaskan secara benar pemberi perawatan kesehatan, dengan
Faktor yang berhubungan : c. Pasien dan keluarga cara yang tepat
a. Keterbatasan kognitif mampu menjelaskan
b. Salah interpretasi kembali apa yang
informasi dijelaskan perawat/tim
c. Kurang pajanan kesehatan lainnya.
d. Kurang minat dalam
belajar
e. Kurang dapat meningkat
f. Tidak familier dengan
sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 3.
Yogyakarta: MediAction

Yuliastati dan Arnis Amelia. 2016. Keperawatan Anak.


bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Anak-Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 18 febuari 2019

Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Lalani Amina dan Schneeweiss Suzan. 2015. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta :


EGC

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-pujilestar-1614-
1-pujiles-a.pdf

Anda mungkin juga menyukai