Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era sekarang ini perusahaan harus mampu mengembangkan dan
meningkatkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun
dalam program untuk meningkatkan kinerja para karyawan. Salah satu faktor
yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah
faktor sumber daya manusia (SDM). Manusia sebagai penggerak perusahaan
merupakan faktor utama karena eksistensi perusahaan tergantung pada
manusia yang terlibat.
Sektor Industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-
produk industrialisasi selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang
tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih
besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena
sektor industri memiliki produk yang sangat beragam dan mampu
memberikan manfaat marjinal yang tinggi serta keuntungan yang lebih
menarik kepada pemakainya.
Lingkungan Industri merupakan lingkungan kerja yang didalamnya
terdapat berbagai macam kegiatan, terutama dalam bidang produksi yang
sesuai jenis produksi yang dihasilkan oleh industri yang harus berupaya
dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, bersih, dan nyaman serta
tenaga kerja yang produktif dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan
untuk meningkatkan produktifitas karyawan, disamping itu K3 adalah hak
asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade
Agement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) serta Asia Pasific
Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020, dan untuk
memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan keselamatan kerja
juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di
Indonesia.

1
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan pasal
82 ayat 2 menyebutkan bahwa : Untuk melindungi keselamatan tenaga kerja
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pemerintah juga mendukung pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan mewajibkan bagi perusahaan–
perusahaan di Indonesia untuk menerapkan Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Peraturan Pemerintah
No. 50 tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen K3 sebagai
tindakan pengendalian terhadap potensi – potensi serta faktor bahaya yang
mungkin muncul.
Ditinjau dari aspek ekonomis dengan menerapkan K3 maka tingkat
kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga
menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3
yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat
mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum
merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap
tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.
PT Petronika Gresik sebagai Perusahaan nasional pertama yang
memproduksi DOP, PT Petronika telah memberikan kontribusi pertumbuhan
ekonomi khususnya dalam bidang industri petrokimia. Sebagai perusahaan
pertama yang memproduksi DOP di Indonesia atau sebagai perusahaan
pelopor industri plasticizer di Indonesia, saat ini PT Petronika mampu
memproduksi DOP (Dioctyl Phthalate), DINP (Diisononyl Phthalate), DIDP
(Diisodecyl Phthalate), DHP (Dihexil Phthalate), TOTM (Trioctyl
Trimellitate). Perusahaan menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai prioritas dalam bekerja dan beraktivitas. Penerapan aspek K3 ini
berlaku kepada semua karyawan dan semua personil yang beraktifitas dalam
lingkungan perusahaan, termasuk para customer, suplier, kontraktor dan tamu
yang berkunjung ke perusahaan.

2
Dengan demikian pelaksanaan kegiatan magang Industri ini diharapkan
dapat bersifat saling memberi manfaat bagi kedua belah pihak, yaitu pihak
Industri dan Mahasiswa dalam menerapkan keadaan lingkungan dan sanitasi
Industri yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga mampu menciptakan
tenaga kerja yang produktif serta sehat jasmani dan rohani dalam upaya
meningkatkan kualitas produk/pelayanan demi kepuasan konsumen.

B. Identifikasi Masalah
Industri Petronika sendiri merupakan suatu industri bahan kimia yang
memiliki potensi bahaya pada pekerja yaitu berupa kebakaran, kebisingan,
ledakan, getaran dan suhu tinggi. Namun potensi bahaya tertinggi yang
dimiliki berupa kebakaran dan ledakan

C. Perumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan safety inspection di PT Petronika Gresik?
2. Bagaimana penerapan prosedur Hazard Identification, Risk Assesment
and Determining Control (HIRADC) di PT Petronika Gresik?
3. Apa saja potensi bahaya yang ada di tempat kerja?
4. Bagaimana keadaan sanitasi industri di PT Petronika Gresik?
5. Bagaimana kualitas fisik Kesehatan Lingkungan perkantoran dan industri
di PT Petronika?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan ilmu kesehatan lingkungan dalam upaya
menjaga sanitasi lingkungan industri serta keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) PT Petronika Gresik

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum PT Petronika
Gresik.
b. Mahasiswa mampu mengetahui safety inspection di PT Petronika
Gresik
c. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur Hazard Identification, Risk
Assesment, and Determining Control (HIRADC) di PT Petronika
Gresik.
d. Mengetahui potensi bahaya yang ada di tempat kerja

3
e. Mahasiswa dapat menyusun instrument pengawasan sanitasi industri
dan K3
f. Mahasiswa dapat melakukan pemantauan dan penilaian di dalam dan
diluar gedung pada lingkungan kerja PT Petronika

E. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
a. Adanya kerja sama dan hubungan baik antara Perguruan Tinggi
dengan perusahaan tempat magang sehingga perusahaan tersebut
dikenal oleh kalangan akademis dunia pendidikan dan dunia industri
maupun dunia usaha.
b. Perusahaan dapat melakukan sharing dengan mahasiswa mengenai
perkembangan teori terbaru berkaitan dengan bidang yang diambil
mahasiswa dalam hal ini mengennai sanitasi Industri.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai referensi pengetahuan bagi mahasiswa lainnya.
b. Perguruan tinggi mendapatkan masukan untuk meningkatkan kualitas
lulusannya melalui pengalaman kerja magang.
c. Terjalinnya kerja sama dan hubungan baik antara Perguruan Tinggi
dengan perusahaan tempat magang mahasiswa dan selanjutnya dapat
ditingkatkan dengan MOU (Memorandum Of Unsdestanding).

3. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengalaman bekerja.
b. Belajar beradaptasi di Lingkungan kerja.
c. Memperoleh banyak jaringan atau koneksi.
d. Mendapat informasi yang berkualitas.
e. Mengetahui karakteristik bahaya dan resiko pada proses produksi dan
kondisi lingkungan kerja.
f. Mempunyai mentor.
g. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa
terutama di bidang K3 industri

Anda mungkin juga menyukai