Anda di halaman 1dari 8

SEDANG MUSIM APAKAH SAAT INI?

Esai ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Pendidikan Lingkungan Hidup”

Dosen pengampu:
Muhamad Khoirul Anwar, M.Pd.

Oleh:
Ida Romatul Fitriah (211317045)
Kelas IPA B

JURUSAN TADRIS IPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2019
SEDANG MUSIM APAKAH SAAT INI?
Oleh: Ida Romatul Fitriah

Pemanasan global merupakan suatu proses peningkatan temperatur bumi,


dimana dampak pemanasan global sangatlah berpengaruh dalam kehidupan
manusia. Pemanasan global terjadi disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam
yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan penangan yang khusus dan baik,
serta juga disebabkan oleh adanya emisi dari zat-zat pencemar seperti
karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen oksida (N2O). Dimana
aktivitas manusia merupakan penyumbang sebagian besar gas-gas pencemar
tersebut. Karbondioksida dan zat pencemar lainnya akan berkumpul di atmosfer
membentuk lapisan yang tebal menghalangi panas matahari dan menyebabkan
pemanasan pada bumi yang biasa disebut sebagai efek rumah kaca. Efek rumah
kaca adalah suatu keadaaan dimana bumi seolah olah berada di dalam kaca.
Dimana panas yang masuk ke dalam bumi terperangkap oleh lapisan gas rumah
kaca tanpa ada campuran udara dingin dari luar, sehingga bumi memiliki suhu
yang cukup tinggi. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, akan terjadi
perubahan iklim secara drastis dan dramatis.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam distribusi pola
cuaca secara statistik sepanjang periode waktu. Perubahan iklim terbatas hingga
regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah bumi. Perubahan iklim
berdampak pada berbagai sektor dan sangat kompleks karena mencakup berbagai
aspek kehidupan manusia. Di sektor pertanian perubahan iklim mengakibatkan
peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim; kekeringan; perubahan dan
ketidakmenentuan curah hujan dan musim, yang dipicu oleh fenomena El-Nino
dan La-Nina seperti yang saat ini terjadi diberbagai wilayah.
Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo merupakan daerah yang
memiliki area persawahan dan perladangan yang cukup luas. Selain itu juga
merupakan daerah yang berbatasan serta memiliki banyak area
perbukitan/pegunungan. Wilayah yang demikian telah menjadikan wilayah
kecamatan slahung memiliki potensi pertanian. Sehingga sebagian besar
penduduknya matapencahariannya adalah sebagai petani. Namun kecamatan

1
slahung dan sekitarnya sebagai salah satu kawasan yang menyumbang bahan
pangan dipasaran turut merasakan dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Cuaca yang tidak menentu (panas dan hujan) membuat para petani kesulitan untuk
melakukan kegiatan becocok tanam. Pada keadaan normal, musim penghujan
terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim kemarau
terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September. Sedangkan pada tahun
ini iklim tidak bersahabat. Cuaca yang tidak menentu, yang dapat diibaratkan
“sehari hujan deras satu bulan panas terik tanpa hujan”. Kemarau berkepanjangan
yang mengakibatkan kekeringan dibeberapa tempat.
Pada tahun ini banyak petani yang mengalami gagal tanam ada juga
beberapa petani yang bisa tanam dengan air sumur sawah tetapi hasilnya tidak
maksimal. Sehingga jarak tanam antar petani cukup jauh, mereka yang hanya
mengandalkan air hujan baru bisa tanam pada akhir Februari hingga awal Maret,
sedangkan bagi mereka yang bisa mengairi sawahnya dengan air sumur bisa
tanam pada akhir Desember hingga awal Januari. Hal ini dikarenakan kurangnya
pasokan air bahkan tidak ada air untuk bercocok tanam. Padahal sebagian besar
sawah petani didaerah ini merupakan sawah tadah hujan. Dimana puncak kegiatan
bercocok tanam terjadi pada musim penghujan, namun pada kenyataannya hujan
pada tahun ini tidak menentu dan diluar prediksi. Bahkan sebuah keanehan terjadi
pada tahun ini, yaitu terjadi beberapa kali hujan dibulan Juni, kemudian hujan
menghilang dalam waktu yang cukup lama. Hujan kembali datang pada bulan
Oktober, kemudian menghilang lagi. Selang waktu satu bulan hujan kembali
datang, yaitu pada bulan November.
Hujan yang terjadi beberapa hari secara berturut-turut pada bulan
November dengan intensitas hujan yang cukup tinggi membuat para petani
diwilayah Slahung memulai aktivitasnya untuk menanam padi. Dimana para
petani mulai menebar benih padi. Kemudian selang beberapa hari hujan
menghilang dalam waktu yang sangat lama hingga berbulan-bulan. Banyak petani
yang mengalami gagal tanam karena hujan yang menghilang begitu saja, sehingga
tidak ada air untuk bercocok tanam. Hal tersebut membuat para petani mengalami
kerugian, apalagi para petani kecil yang memiliki modal tanam yang pas-pasan.

2
Mereka harus mencari modal lagi untuk memulai aktivitas berococok tanam
kembali.
Disaat hujan datang dengan pola hujan yang tidak menentu juga
mengakibatkan para petani bimbang dalam menentukan tanaman yang akan
ditanam. Sehingga terjadi variasi tanam dalam satu wilayah. Ada petani yang
menanam jagung, padi, kacang, bahkan ada juga petani yang menanam ketiga-
tiganya. Padahal biasanya pada bulan-bulan itu para petani serempak menanami
sawah dan ladangnya dengan tanaman padi, tapi tidak untuk tahun ini. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari gagal tanam secara keseluruhan seperti
sebelumnya, begitulah pengakuan dari salah seorang petani.
Selain disektor pertanian perubahan iklim juga berdampak besar pada
sektor kesehatan diberbagai wilayah, seperti yang terjadi di Ponorogo baru-baru
ini, yaitu banyak terjadi kasus DBD (Demam Berdarah Dengue). Penyakit DBD
sendiri terkait dengan musim hujan yang tidak menentu. Pemanasan global
mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi
larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi akan cepat
sekali naik.
Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam
berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Udara panas dan lembab
merupakan kondisi yang paling cocok untuk nyamuk malaria (Anopheles), dan
nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk berbahaya
ini lebih sering muncul di musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan
kemarau. Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang
tahun. Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan
sanitasi buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka
bertelur. Maka, kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang
dibawa nyamuk Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
Akibat pemanasan global, siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab
Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk Aedes aegyti dan siklus
inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh nyamuk Anopheles menjadi
lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih
mudah meledak. Akibatnya, kasus demam berdarah lebih mudah meningkat

3
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang baru-baru ini terjadi di
Ponorogo.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Ponorogo yang tercatat
sebanyak 973 warga dengan korban jiwa yang meninggal dunia sebanyak 9 orang.
Klinik-klinik kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit dibanjiri oleh pasien
yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Bahkan banyak pasien
yang tidak mendapatkan kamar rawat inap, hingga akhirnya mereka rela untuk
dirawat inap diluar kamar dengan fasilitas yang seadanya.
Kedua kasus tersebut di atas merupakan contoh kecil dampak perubahan
iklim akibat dari aktivitas manusia, utamanya yang menghasilkan gas-gas emisi
seperti pemakaian kendaraan bermotor, aktivitas pabrik, aktivitas PLTU,
peternakan berlebihan dan lain sebagainya. Dan kasus diatas merupakan contoh
kasus dari dua bidang saja, masih banyak kasus-kasus lain dan dari bidang/sektor
yang lain pula, yang pastinya juga merasakan dampak negatif dari adanya
perubahan iklim akibat pemanasan global. Sebab dampak dari perubahan iklim
sangatlah kompleks karena mencakup berbagai aspek kehidupan utamanya dalam
kelangsungan hidup manusia.
Perubahan iklim berarti bahwa daratan, hutan, sumber daya air, perilaku
binatang, produksi hasil panen, dan hal lainnya di bumi akan berubah. Cara kita
menanam tanaman pangan, jenis tumbuhan yang dapat hidup di berbagai area
yang berbeda, pola curah hujan serta cuaca panas dan dingin semuanya akan terus
berubah jika kita tidak menghentikan proses pemanasan global dan perubahan
iklim. Manusia, tumbuhan, dan binatang tidak akan mampu bertahan di daerah
yang terlalu panas atau di tempat yang kebanjiran akibat naiknya tinggi air laut.
Jika ingin bertahan hidup di bumi ini di masa mendatang, kita harus
menghentikan kegiatan yang menyebabkan perubahan iklim dan belajar
melakukan penyesuaian dengan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
Perubahan iklim memang tidak bisa dihindari, namun sebagai individu kita
setidaknya bisa mengurangi dampaknya. Yaitu dengan penggunaan peralatan
hemat energi, mematikan alat elektronik dan lampu jika tidak digunakan,
menghindari penggunaan Heater dan AC yang berlebihan, menggunakan
transportasi publik, daur ulang sampah dan kurangi penggunaan barang sekali

4
pakai, kurangi penggunaan kertas dan plastik, serta bisa juga dengan menerapkan
sistem peternakan dan pertanian yang ramah lingkungan untuk mewujudkan bumi
yang nyaman sebagai tempat tinggal anak cucu kita nantinya.

Daftar Pustaka

Ida Nurul Hidayati, Suryanto. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi


Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 16, Nomor 1, April 2015,
hlm.42-52.

Tezario Chandra Putra Parura, Kartini, Erni Yuniarti. Analisis Dampak


Perubahan Iklim terhadap Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya. Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura,
Pontianak

https://academia.edu/8846279/DAMPAK_PERUBAHAN_IKLIM_PEMANASA
N_GLOBAL_GLOBAL_WARMING_TERHADAP_KESEHATAN

https://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-4413462/korban-meninggal-
demam-berdarah-di-ponorogo-9-orang-4-anak-anak

5
LAMPIRAN

Variasi tanaman pada satu area persawahan

Perbedaan waktu tanam yang cukup jauh pasa suatu area persawahan

6
7

Anda mungkin juga menyukai