Pratama Nurhadi itu. Hadi merupakan salah satu siswa yang jenius dari
SMA Harapan, SMA Harapan adalah salah satu sekolah swasta terbaik
yang ada di Yogyakarta. Bagaimana tidak jenius, Hadi yang baru
menduduki bangku kelas XI itu telah banyak mengharumkan nama
sekolah. Salah satunya adalah perlombaan Olimpiade Sains dan
Matematika Tingkat SMA yang diadakan di Universitas Indonesia tahun
lalu, Hadi berhasil mengalahkan ribuan siswa dari berbagai daerah dan
membawa sekolahnya menjadi juara 1 diperlombaan tersebut. Selain
dikenal dengan kejeniusannya dalam teori, Hadi juga dikenal dengan
kehebatannya dalam olahraga yaitu bola kaki.
Memang betul kata orang banyak, orang jenius hanya memiliki sedikit
kawan dekat. Dari sekian banyak teman yang dikenal Hadi, Hendra Oftara
lah sahabat terkaribnya. Hendra adalah teman dekatnya sejak menjadi
siswa baru di SMA Harapan ini dan sekaligus menjadi kesebelasan tim
sepak bolanya.
Pernah suatu hari dita bertemu dengan Hadi saat waktu istirahat
dikantin sekolah yang saat itu Hadi bersama sahabatnya Hendra, saat itu
Dita yang tampak berbunga-bunga menegur duluan sang pujaan hati Hadi,
“Hai” tegur Dita . “Iya” berbeda dengan Hadi yang tampak malu-malu
kambing, Dita sangatlah bersemangat karena ia terus menantikan momen
ini. “kamu Hadi kan?” , “Ya, kamu tau darimana” tanya balik Hadi.
“terlalunya jika siswa disekolah ini tidak kenal dengan kamu” , “Hahaha
(ketawa malu Hadi), enggak lah” , “salam kenal ya, Aku Dita” , “Oh, oke
Dita” . Tak sempat panjang lebar, Bel sekolah pun berbunyi pertanda waktu
istirahat telah selesai, “eeee bel bunyi, aku masuk kelas dulu ya” Hadi yang
masih malu-malu kambing karena memang Hadi jarang sekali berbicara,
apalagi bersama lawan jenis. “oh, iya. Silahkan (senyum terpaksa)”
jawaban Dita yang sangat terpaksa karena ia kecewa dengan bunyi bel
yang sangat cepat berbunyi.
Bel Sekolah pun berbunyi, tanda pelajaran pada hari itu telah selesai.
Pak Bambang pun menutup kelas “baiklah anak-anak,cukup disini
pelajaran kita pada hari ini, salam.” Pak Bambang dan Siswa pun
berkeluyuran keluar kelas untuk pulang kerumah.
Tak sampai disitu, Dita pun melihat Hadi lagi digerbang sekolah
lantas menyapa lagi karena percakapan yang tadi terlalu singkat, “ Hadi”
dengan suara keras Dita. Hadi pun tampak sedikit membuang muka
karena Hadi merasa terganggu dengan keberadaan Dita tersebut, “eh i..iya
Dita, ada apa?”, “nonton yuk” ajak Dita seraya pasang muka berharap.
“e..e..emm sori ya, aku ngga bisa, aku ada latihan sama temen-temen
karena mau ada tanding” , “Oh iya gpp, lain kali aja ya.” , “okedeh aku
pulang dulu ya mau siap-siap latihan” jawab Hadi menghindari Dita, “ hm
okok. Hati-hati ya, bye” Dita langsung meninggalkan Hadi dengan rasa
kecewa.