Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebanyakan literatur tentang perubahan sosial, dimulai tanpa
mendefinisikan dengan jelas mengenai apa yang dimaksud dengan konsep
perubahan itu. Perubahan sosial diperlakukan seakan mempunyai makna berupa
fakta intuitif. Tetapi arti perubahan sosial sebenarnya bukanlah berupa fakta
intuitif dan bukan berarti suatu yang sama dengan fakta intuitif seperti yang
diartikan kebanyakan para ahli. Lalu apa yang kita artikan dengan perubahan sosial
itu? Kebanyakan definisi membicarakan perubahan sosial dalam arti yang sangat
luas. Wilbert Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai
“perubahan penting dari struktur sosial”, dan yang dimaksud dengan struktur sosial
adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Moore memasukkan ke dalam
definisi perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai
dan fenomena kultural. Perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi atau
modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola sosial, dan bentuk-bentuk sosial,
serta “setiap modifikasi pola antar hubungan yang mapan dan standar perilaku.
Definisi demikian bukan tak berguna, karena dapat menunjukkan bahwa
perubahan sosial itu adalah fenomena yang rumppil dalam arti menembus ke
berbagai tingkat kehidupan sosial. Jika definisi itu mencakup seluruh aspek
kehidupan sosial, itu sebenarnya karena keseluruhan aspek kehidupan sosial itu
terus menerus berubah. Yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya. Sikap
terhadap fenomena tertentu mungkin berubah lebih cepat dibanding perubahan
institusi sosial bersangkutan. Tetapi ketidak sesuaian di setiap periode tertentu,
mencerminkan tingkat perubahan yang berbeda, bukan mencerminkan persoalan
perubahan atau tidak berubah, dengan kata lain perubahan itu normal dan berlanjut.
Perubahan sosial akan dipandang sebagai sebuah konsep yang serba mencakup,
yang menunjuk kepada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan
manusia, mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia. Berbagai tingkat
perubahan yang mewakili perubahan analisis, dan satuan (unit) analisis yang
mewakili setiap tingkat perubahan. Perubahan sosial dapat dipelajari dari satu

1
tingkat tertentu atau lebih dengan menggunakan berbagai kawasan studi dan
berbagai satuan analisis. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perubahan
penting pada satu tingkat tertentu tidak harus penting pula pada tingkat lain.
Secara Umum Pengertian Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi
pada masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, norma, dan berbagai pola dalam
kehidupan manusia. Hakikatnya, setiap masyarakat diseluruh dunia akan
mengalami perubahan-perubahan yang diketahui jika membandingkan suatu
masyarakat di masa tertentu dengan masyarkat di masa lampau. Sehingga dapat
dikatakan bahwa masyarakat pada dasarnya terus menerus mengalami perubahan.
Akan tetapi masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama
karena terdapat suatu masyarakat dengan perubahan yang lebih cepat
dibandingkan dengan masyarakat lainnya.
Pendidikan dan perubahan sosial, keduanya saling bertautan satu dengan
yang lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di
masyarakat. Pendidikan adalah lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen
pembaharuan/perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial
yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah
perubahan yang ingin dicapai. Namun perubahan sosial juga dapat terjadi setiap
saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu disebabkan pengaruh budaya dari
luar.
Perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial
tertentu ke suatu keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu arah
dan tujuan tertentu. Pengaruh perubahan sosial hanya dapat diketahui seseorang
yang sempat mengadakan penelitian susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada saat tertentu, yang kemudian dibandingkan dengan keadaan pada waktu yang
lain.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di
antaranya komunikasi, cara dan pola pikir masyarakat, faktor internal lain seperti
perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi, dan
faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan,
misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain;
2
perkembangan IPTEK yang lambat, sifat masyarakat yang sangat tradisional, ada
kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat,
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru, rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan, hambatan ideologis, dan
pengaruh adat atau kebiasaan.
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa kecendrungan terjadinya
perubahan – perubahan sosial itu merupakan gejala yang wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia. Ada juga beberapa ahli yang berpendapat bahwa
perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur – unsur yang
mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misanlnya perubahan dalam
unsur – unsur geografis, biologis dan kebudayan.
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung
secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di
dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi
pun dapat memakan waktu lama.
Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan
tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan
majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki
suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama
kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan
dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Evolusi merupakan perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-
usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu
masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena
masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan
berubah menjadi kompleks.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari perubahan sosial ?
2. Bagaimanakah proses perubahan sosial ?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk dari perubahan sosial ?
4. Apa faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial ?
5. Bagaimana kaitannya antara perubahan sosial dengan pendidikan ?
6. Bagaimana dampak positif dan negative dari perubahan sosial ?
7. Bagaimana pendidikan dapat mengalami perubahan social?
8. Bagaimana perubahan sosial masyarakat kota Makassar, khususnya wilayah
Sudiang ?

1.3 TUJUAN PENULISAN METODE PENELITIAN


A. Tujuan khusus: untuk memenuhi tugas mata pelajaran sosiologi yang di diberikan
oleh Bapak Maddatuang dan menambah keaktifan dalam pembelajaran
B. Tujuan umum:
1. Untuk menambah pengetahuan
2. Guna meningkatkan keaktifan
3. Menambah minat dalam penelitian dan observasi
4. Meningkat kekreatifan mengolah kata dalam pembuatan laporan
5. Sebagai bahan pembelajaran tambahan

1.4 METODE PENGUMPULAN DATA


1. Observasi
Dengan langsung mengobservasi lapangan
2. Brosing
Mencari tambahan materi melalui internet

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjaun Pustaka


Berdasarkan dengan judul penelitian oelh penulis mengenai “Perubahan
Sosial Masyarakat Sudiang” maka diperlukan penjelasan mengenai perubahan
sosial, penjelasan – penjelasan menurut para ahli, faktor-faktor penyebab terjadinya
perubahan sosial, dampak yang ditimbulkan dari perubahan sosial kepada
masyarakat, bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial yang terjadi.
2.1.1 Perubahan Sosial
Secara Umum Pengertian Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi
pada masyarakat mengenai nilai-nilai sosial, norma, dan berbagai pola dalam
kehidupan manusia. Hakikatnya, setiap masyarakat diseluruh dunia akan mengalami
perubahan-perubahan yang diketahui jika membandingkan suatu masyarakat di
masa tertentu dengan masyarkat di masa lampau. Sehingga dapat dikatakan bahwa
masyarakat pada dasarnya terus menerus mengalami perubahan. Akan tetapi
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama karena terdapat
suatu masyarakat dengan perubahan yang lebih cepat dibandingkan dengan
masyarakat lainnya.
2.1.2 Jenis - Jenis Perubahan Sosial
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan sosial lambat atau yang sering disebut evolusi adalah suatu
perubahan yang berjangka waktu lama dan terjadi dengan sendirinya tanpa
direncanakan. Sebagai contoh, evolusi manusia menurut teori Evolusi Darwin.
Ada beberapa teori yang mendasari perubahan secara lambat, yaitu sebagai
berikut:
a. Teori perubahan unlinier
Menurut teori ini manusia dan masyarakat, termasuk kebudayaannya
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu.
Perkembangan dari bentuk yang sangat sederhana menjadi lebih komplek,
sehingga pada tahapan yang lebih sempurna. Pendkung teori ini slah satunya
adalah Aguste Comte.
b. Teori perubahan unversal

5
Menurut teori ini perkembangan manusia tidak perlu melalui tahap-
tahap tertentu yang tetap, sebab kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu. Pendukung teori ini, antara lain Herbert Spencer yang
mengatakan bahwa masyarakat merupakn hasil perkembangan dari
sekelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun
susunannya.
c. Teori perubahanmultilinier
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian tehadap tahap-
tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya meneliti
pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian,
teradap sistem, bentuk dan pola kekeluargaan kemasyarakatannya.
2. Perubahan Progres dan Perubahan Regres
Perubahan progres adalah perubahan sosial yang membawa kearah
kemajuan sehingga bisa menguntungkan dalam kehidupan masyarakat. Bentuk
prose ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Planned progres (kemajuan yang direncanakan), sebagai contoh
modernisasi.
b. Unplanned progres (kemajuan yang tidak direncanakan), sebagai contohnya
adanya peningkatan kesejahteraan warga masyarakat disekitar gunung
berapi, adanya kondisi tanah yang subur dan melimpahnya tambang pasir.
Perubahan regres adalah perubahan sosial yang membawa kearah
kemunduran, sehingga kurang menguntungkan bagi amsyarakat, sebgai
contoh adanya peperangan yang banyak memakan korban serta kerugian
harta benda
3. Perubahan yang berpengaruh kecil dan berpengaruh besar
Perubahan yang membawa pengaruh kecil adalah perubahan sosial yang
kurang membawa pengaruh langsung bagi masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai contoh perubahan tren mode rambut atau pakaian.
Perubahan yang membawa pengaruh besar adalah suatu perubahan sosial
yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan,
hubungan kerja, sisiem mata pencaharian, dan stratifikasi sosial. Sebagai contoh
adalah adanya indutrialisasi, reformasi pemerintahan, dan revolusi.
4. Perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki

6
Perubahan yang dikehendaki (intended change) adalah perubahan yang
dperkirakan sesuai perubahan di masyarakat agar lebih teratur dalam segala
perkembangan. Perubahan ini biasanya direncanakanterlebih dahulu
sehinggaenar-benar teratur dan terarah. Contohnya adalah pembangunan.
Perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) adalah
perubahan yang tejadi tanpa disengaja atau diinginkan oleh pihak-pihak yang
akan mengadakan perubahan atau oleh masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh
akibat urbanisasi dapat menimbulkan masalah di perkotaan.
2.1.3 Proses Perubahan Sosial
Dilihat dari proses terjadinya perubahan sosial, proses awal perubahan sosial
adalah :
1. Komunikasi (Communication)
Perubahan sosial berawal melalui suatu proses kontak komunikasi, unsur-unsur
baru dapat menyebar, baik berupa ide-ide, gagasan, keyakinan, maupun
kebendaan. Dan proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu masyarakat
kepada masyarakat lain disebut proses difusi. Proses berlangsungnya difusi akan
mendorong terjadinya akulturasi dan asimilasi. Dalam proses difusi berlangsung
ada banyak kejadian yang beragam masuk unsur-unsur kebudayaan baru dari
satu kelompok masyarakat kepada kelompok masyarakat lainnya.
2. Akulturasi (Acculturation)
Akulturasi merupakan proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru dari luar
secara lambat dengan tidak menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan
sendiri. contohnya selamatan merupakan bentuk akulturasi antara budaya lokal
Jawa dengan kebudayaan Islam.
3. Asimilasi (Assimilation)
Berupa suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda.
Proses asimilasi akan berlangsung lancar dan cepat apabila ada faktor-faktor
pendorong. contohnya adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda, adanya
kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi, adanya sikap menghargai
terhadap hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa, adanya sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa, adanya unsur-unsur kebudayaan yang
sama, terjadinya perkawinan campuran, adanya musuh bersama dari luar.

7
2.1.4 Pengaruh Budaya Asing Terhada Perubahan Sosial Di Indonesia
Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap negara. Keadaan ini di
tinjau oleh bangsa Indonesia yang mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi
seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin
berkembang dengan pesat.
Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang
bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian
ketat, bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia.
Kebudayaan orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung
merusak dan telah menjadi suatu kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar
norma-norma yang berlaku dan mempengaruhi kebudayaan bangsa indonesia yang
ketimuran.
Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke indonesia bersifat
negatif, karena ada juga sisi positif dari masuknya budaya asing tersebut.

Kebudayaan Asing di Indonesia

Bangsa Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi terkadang dapat


melunturkan jati diri bangsa yang begitu kental dengan kesopanan dan budaya timur.
Dimata dunia Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung adab ketimuran
yang sangat baik.
Tapi bangsa Indonesia tidak menutup diri bagi budaya asing yang ingin
masuk ke Indonesia tanpa melunturkan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia.
Karena terkadang globalisasi dapat menjadikan bangsa semakin kreatif tanpa
meninggalkan adab bangsanya.
Kebudayaan asing yang masuk akibat era globalisasi (perluasan cara-cara
sosial antar benua), ke Indonedia turut mengubah perilaku dan kebudayaan
Indonesia, baik itu kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang ada di
setiap daerah di Indonesia.
Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia untuk
beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan perilaku
yang cenderung ke barat-baratan (westernisasi).

8
Hal tersebut terlihat dengan seringnya orang-orang terutama remaja
Indonesia keluar-masuk pub, diskotik dan tempat hiburan malam lainnya, dengan
berbagai perilaku menyimpang yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas
tersendiri terutama di kota-kota besar dan metropolitan.
Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus penyimpangan seperti penyalah
gunaan zat adiktif, berbagai bentuk pelanggaran susila dan lain sebagainya. Ini
merupakan ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dan
menyeleksi pengaruh asing sehingga masih bersikap ‘latah’ terhadap kebudayaan
asing.

Pengaruh Budaya Asing di Indonesia

Dari sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, diantaranya


adalah budaya barat. Barat, sesuai namanya, merupakan produk perkembangan di
bilangan barat dunia yang menekankan individualitas dan kebebasan. Sementara
Indonesia merupakan bagian bangsa timur yang menghendaki harmoni, komando,
dan kolektivitas.
Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah Portugis
dan Belanda. Terutama Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya telah
terserap dan masuk ke dalam struktur budaya bangsa Indonesia.
Sesungguhnya, terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga kini terus
membekas di dalam struktur kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam sistem
pendidikan Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu komponen nonmaterial kebudayaan yang
punya peran signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain pendidikan,
mekanisme administratif pemerintahan negara barat yang pernah menjajah
Indonesia, yaitu Belanda juga punya pengaruh tersendiri dalam pembentukan sistem
sosial (politik) Indonesia.
Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi negara-negara
Timur seperti Cina dan Jepang pun memberikan derajat pengaruh tertentu bagi
perkembangan sistem sosial dan budaya Indonesia.
Jepang tentu saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat penjajahan singkat
mereka atas Indonesia. Sementara Cina, yang telah punya hubungan dengan

9
kepulauan nusantara jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan telah
membentuk derajat pengaruh tersendiri.
Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang telah
membudaya hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan
cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang barat tersebut yang sifatnya negatif
dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ketimuran kita sehingga
ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang menginginkan
kebebasan seperti orang-rang barat.
Contoh kebudayaan-kebudayaan barat tersebut dapat kita lihat dari cara
mereka berpakaian dan mode, film, sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.

Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu


negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh
positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan
seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.

1. Dampak Positif

a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap


Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan
pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi
rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat
menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir
lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

10
2. Dampak Negatif

a. Pola Hidup Konsumtif


Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakat melimpah.
Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang
mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat
kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance
dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia,
dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai penerus bangsa tidak
bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu
yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang
stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social
menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat
mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.

Mempertahankan Kebudayaan Indonesia

Nilai kebudayaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia, sperti


gotong royong, silahturahmi, ramah tamah dalam masyarakat menjadi keistimewaan
dasar yang dapat menjadikan individu-individu masyarakat Indonesia untuk
mencintai dan melestarikan kebudayaan bangsa sendiri.

11
Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat
yang ramah dan sopan santun kini mulai pudar sejak masuknya budaya asing ke
Indonesia yang tidak bisa diseleksi dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya
karena nilai-nilai kebudayaan dari leluluhur merupakan filosofi hidup pada tiap
daerahnya meskipun tanpa bantuan teknologi. Nilai-nilai budaya tersebut bukan
berarti mengharuskan kita untuk bersikap tertutup terhadap budaya asing, namun
nilai dan makna filosofi kebudayaan Indonesia harus dijadikan sebagai sumber
inspirasi dan kreatifitas.
Berikut ini adalah beberapa cara mempertahankan kebudayaan Indonesia agar tidak
terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bersifat negatif .

 Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat


mencintai produk dan kebudayaan dalam negeri.

 Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

 Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

 Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

 Memperkuat dan mempertahankan jatidiri bangsa agar tidak luntur.

Dengan begitu masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan


sikap agar jati diri serta kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing
yang masuk ke Indonesia khususnya.

2.1.5 Sejarah Perubahan Sosial Indonesia


Perkembangan sosial di Indonesia
Perkembangan sosial di Indonesia dimulai dengan reformasi yang membawa
perubahan terhadap tantanan kehidupan. Reformasi merupakan suatu proses
perbaikan dengan melakukan koreksi terhadap unsure-unsur yang rusak, dengan
tetap mempertahankan elemen budaya dasar yang masih fungsional, tanpa merubah
bentuk masyarakat dan budaya secara total dan mendasar. Transformasi adalah
perubahan yang sifatnya lebih cepat, total, mendasar dan menyeluruh. Sedangkan
deformasi merupakan kerusakan pada keteraturan sosial tersebut. Perubahan yang

12
cepat tersebut harus mampu mempertahankan “cultural continuity”, dan disini suatu
unsur yang amat perlu dipertahankan adalah kesepakatan-kesepakatan nilai
(commonality of values) yang pernah dicapai selama lebih dari 60 tahun silam.
(http://diezfiles.blogspot.com/2007/09/perkembangan-sosial-di-indonesia.html)
Akibat gejala sosiologis fundamental, maka terjadi pergeseran-pergeseran
yang
diantaranya sebagai berikut:
1. Pergeseran Struktur Kekuasan: Otokrasi Menjadi Oligarki, Kekuasaan terpusat
pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh
dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi dsb.).
Krisis dlm representative democracy dan civil society.
2. Kebencian Sosial Yang Tersembunyi (Socio–Cultural Animosity). Pola
konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik
Orba dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas antar suku, agama,
kelas sosial, kampung dsb. Sifatnyapun bukan vertical antara kelas atas dan
bawah tetapi justru lebih sering horizontal, antara rakyat kecil, sehingga
konflik yang terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif (tidak
fungsional tetapi disfungsional). Kita menjadi “self destroying nation”.
a) Konflik sosial yang terjadi di Indonesia bukan hanya konflik terbuka (manifest
conflict) tetapi lebih berbahaya lagi adalah “hidden atau latent conflict” antara
berbagai golongan.
b) Cultural animosity adalah suatu kebencian budaya yang bersumber dari
perbedaan ciri budaya tetapi juga perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah
masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik
tersembunyi ini bersifat laten karena terdapat mekanisme sosialisasi kebencian
yang berlangsung dihampir seluruh pranata sosialisasi (agent of socialization)
di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media
massa, organisasi massa, organisasi politik dsb.
c) Kita belum berhasil menciptakan kesepakatan budaya (civic culture)
d) Persoalannya adalah proses integrasi bangsa kita yang kurang
mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah dan partisipatif (integrasi
normatif), tetapi lebih mengandalkan pendekatan kekuasaan (integrasi koersif)
e) Karena kebencian sosial yang tersembunyi, maka timbul suatu budaya
merebaknya pengangguran. Secara sosiologis, penganggur adalah orang yang
13
tidak memiliki status sosial yang jelas (statusless), sehingga tidak memiliki
standar pola perlaku yang pantas atau tidak pantas dilakukan, cenderung
mudah melepaskan diri dari tanggungjawab sosial.

Keruntuhan Negara–Negara Indonesia


Setelah 60 tahun perdagangan di Hindia,tahun –tahun yang juga dipenuhi
peperangan tiada henti,VOC Belanda menguasai jalur–jalur laut mulai dari telut
Benggala dan Ceylon (Sri Langka) hingga Nagasaki di Jepang. Prinsip membatasi
kekuasaan kompeni atas beberapa pelabuhan dan berkonsentrasihanya pada
kekuatan laut,berarti sedapat mungkin kompeni tidak boleh terlibat dalam pertikaian
raja–raja di Indonesia dan konflik internal di tiap–tiap Negara setempat. Johan
Maetsuycker memerintah iperium colonial dari istana Batavia , dan tidak pernah
meninggalkan kota kecuali kadang–kadang berburu di hutan dekat tembok kota.
Masalah muncul lagi di Maluku. Kompeni, dengan dukungan penuh dari Sultan
Ternate, menjalankan kebijakanmembatasi produsi cengkeh dan pala. Kalau perlu
dengan menumbangkan pohon–pohonnya dan melakukan segala sesuatu untuk
membasmi persaingan dari para pedagang asli dan Cina. Pelaksanana yang ketat atas
intruksi–intruksi pemerintah Batavia mendatangkan kesulitan hidup yang berat pada
penduduk,khususnya Ambon dan peberontakan muncul susul –menyusul, gubernur
Aroun de Vlaming,salah satu orang paling keras dalam sejarah, dalam 5 tahun
peperangan dengan keras menumpas semua pemberontakan. Sultan Ternate turun ke
posisi bawahan. Akibat penindasan brutal ini terjadi penurunan tajam kesehjahteraan
Maluku. Tapi kebijakan ekonomi kompeni bukan satu – satunya penyebab
kekacauan di bagian timur laut kepulauan nusantara ini. Kompeni mencoba
mendorong agar suku–suku animistik di Seram dan Halmahera menganut kredo
Calvinis dan mendorong penduduk Kristen Ambon ,yang telah dijadikan katolik oleh
misionaris Portugis, mengikuti pendeta–pendeta Protestan yang dikirim dari
Belanda. Usaha–usaha ini berhasil sebagian tapi menimbulkan kebencian di
kalangan muslim, yang dengan kuat di sokong oleh duta–duta dari Raja Makasar,
wakil utama Islam diwilayah itu,setelah Sultan Ternate menyerah pada Belanda. Jadi
perang di Maluku bukan hanya bersifat ekonomik tapi juga religius. Perang melawan
Makasar lebih dari sekedar satu periode dalam serangkaian perang tiada henti yang
dilancarkan oleh Kompeni di Asia. Dalam tiga dekade antara 1650 sampai 1680
,semua Negara Indonesia yang besar hancur. Ternate adalah yang pertama
14
kehilangan kemerdekaan ,selanjutnya Makasar,Mataram, dan Banten menyusul
dalam beberapa tahun kemudian. Jelas ada hubungan antara kenyataan bahwa pada
sekitar tahun 1650 kompeni Belanda telah sangat berhasil memantapkan keunggulan
angkatan lautnya ,dan kenyataan runtuhnya negara– negara Indonesia itu secara tiba-
tiba. (Vlekke:183)

Aspek-Aspek Baru Kehidupan di Indonesia


Dalam 50 tahun setelah pendirian Batavia satu jenis baru orang Indonesia
telah ditambahkan kepada beragam suku bangsa dan orang di Hindia. Kepada jenis
baru Indonesia ini Dr. De Haan memberikan nama “Homo Bataviensis “,orang
Belanda Indonesia. Perkembangan dari “Batavus “ menjadi “bataviensis “ adalah
perkembangan yang sulit dan pedih. Banyak orang Belanda yang tiba di Batavia
tidak punya kesempatan untuk menjadi anggota kelompok insan manusia yang
menarik.
Di Batavia , Portugis dan Melayu adalah bahasa yang banyak di pakai sehari
– hari, dan para Direktur melarang keras untuk melawan penyebaran bahasa Portugis
dan memperbanyak pemakaian bahasa Belanda ,yang mereka anggap penting untuk
alasan–alasan kenegaraan yang berbobot.
Para Direkturingin sekolah menengah disediakan bagi anak – anak pejabat
mereka di Batavia, tapi “ sekolah latin “ yang didirikan atas perintah mereka tidak
pernah awet. Lingkungan Batavia tidak mendukung perkembangan budaya. Tapi
Batavia mempunyai gaya sendiri dalam seni tertentu. Rumah–rumah penduduk kaya
kadang–kadang dengan indah dihiasi karya–karya seniman ahli petukangan
Belanda–Jawa. (Vlekke:206)

Penyatuan Indonesia
Posisi kesultanan Aceh merupakan ancaman bagi Belanda. Sebenarnya Aceh
tidak akan diusik oleh mereka, akan tetapi karena para perampok dan penyamun
selalu menjarah kapal kapal mereka maka dengan setengah hati mereka melakukan
penumpasan terhadap posisi kesultanan Aceh agar bisa mengamankan jalur
perdagangan mereka. Sultan Aceh meminta perlindungan Sultan Turki, yang mereka
tawari kedudukan sebagai penguasa atasan atas negeri mereka sejak abad ke-17.
Tetapi hal tersebut sangat mustahil karena diajukan pada tahun 1868, ketika Turki
sangat berutang budi pada Britania dan butuh bantuan Imperium Britania untuk
15
membantukemungkinan serbuan Rusia. Tetapi dengan segala pertimbangan
akhirnya Belanda melakukan langkah antisipasi dengan melakukan perjanjian baru
dengan Britania dengan penyerahan Pantai Emas Belanda terhadap Britania. Aceh
pun meminta bantuan pada Prancis dan bahwa suatu kelompok di kerajaan Italia
sedang membangun suatu imperium dan mencari kesempatan menduduki sumatera
dan Kalimantan dimana kekuasaan Belanda belum
ditegakan. Juga Jepang ingin masuk dalam perlombaan dan ambisinya sudah sangat
tinggi.
Utusan-utusan Batavia telah masuk berusaha membuat kesepakatan dengan
Sultan Aceh, namun ketika mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan, mereka
secara resmi menyatakan perang. Perlawanan bagi orang aceh terhadap pihak
pemerintahan kolonial merupakan sebuah perang suci atas penumpasan kafir.
Sehingga pemerintahan kolonial mengalami kesulitan dalam menghadapi orang-
orang Aceh tersebut yang memang sudah tidak memikirkan nyawanya lagi, mereka
terdoktrinasi atas nama agama.
Sehingga pihak kolonial Belanda mengirimkan Christian Snouck Hurgjonje,
frofesor studi Islam di Universitas Leiden, untuk mempelajari tentang sendi-sendi
Aceh beserta penduduknya. Selama tujuh bulan ia tinggal di Aceh setelah itu ia dapat
menyimpulkan bahwa cara terbaik untuk mengalahkan kedaulatan Aceh yakni
dengan cara mendekati penduduk Aceh yang masih menganut agama pra-Islam dan
menanamkan pemikiran bahwa sia-sia saja melawan pihak kolonial, hanya
menumpakhan darah di keduabeah pihak, karena jika Belanda kalah pun, pasti akan
ada lagi bangsa Eropa yang lain yang berniat untuk mendudki Nusantara bahkan bisa
lebih buruk lagi keadaanya dari sekarang bila itu sampai terjadi. selain itu juga untuk
apa mendukung dan memperjuangkan peminpin Islam, yang pastinya akan
memerangi mereka yang masih beragamakan pra-Islam. Selain itu juga Snouck
Hurgjonje mengusulkan bahwa basis kekuatan politik terbesar Aceh terdapat di Kota
Suci Makkah dan kerajaan-kerajaan besar Islam lainya yang ada di luar Nusantara,
sehingga cara yang paling epektif untuk melumpuhkan Aceh dengan mendekati
peminpin-peminpin yang ada di Makkah dan kerajaan Islam lainya. . (Vlekke:346-
379)

Berakhirnya Suatu Koloni, Lahirnya Suatu Bangsa

16
Revolusi liberal pada tahun 1848 melahirkan suatu prinsip bahwa Indonesia
harus di perintah, bukan demi belanda, tapi demi penduduk aslinya. Ini adalah
prinsip yang mendasari “ kebijakan etis”. Dalam hal Hindia Belanda pertanyaan pun
muncul, “pemerintahan sendiri sampai dimana?” dan “ kepada siapa pemerintahan
itu harus di prcayakan?” atau “ untuk mengatakannya levih tegas : apakah itu akan
berarti pemerintahan sendiri untuk hindia belanda dan kelas atas”. Atau untuk
Indonesia dan orang-orang Indonesia?” ataukah di mengerti pemerintahan sendiri
dengan dasar demokratik?”. Kemungkinan solusi lain adalah Indonesia – nama ini
mulai banyak di pakai setelah 1884, tapi sangat tidak di setujui oleh pemerintah
belanda yang menolak menyetujui pemakaiannya sampai 1945- akan tetapi menjadi
rekan dengan hak-hak sama dalam suatu kerajaan belanda yang terdiri atas 4 wilayah
dimana setuap entitas (belanda, hindia belanda, suriname dan atlantis) akan berhak
menentukan urusan internalnya masing-masing.
Bangkitnya kesadaran nasional di kalangan orang Indonesia berhunungan
erat dengan perubahan yang terjadi di asia setelah 1900. madernisasi jepang
menimbulkan kesan hebat pada banyak orang indosia. Kemenangan jepang atas rusia
pada 1905 di puji di seluruh asia colonial sebagai pfajar periode sejarah baru. Contoh
ini mendorong pimpinan-pimpinan Indonesia mencari kesetaraan hak dengan
penduduk eropa di negeri mereka. Pemerintah velanda sendiri pada 1899 telah
memberikan warga Negara jepang statis keseteraan dengan orang eropa.
Pada 1906 seorang dokter jawa, mas wahidin sudiro husoda, berkeliling jawa
untun mengumpulkan dana yang akan di pakai untuk menyediakan beasiswa bagi
putra-putra jawa. Selama 2 tahun mas wahidin menerbitkan suatu majalah dalam
bahasa melayu dan jawa (“retno dumilah”) dengan maksud membangkitkan minat
dalam urusan budaya di kalangan masa orang jawa. Usahanya untuk menghimpun
suatu “dana pendidikan orang jawa” sejalan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Tiga murid sekolah kedoteran jawa (stovia, “school to opleiding van inlandsche
artsen”) tergerak oleh usaha mas wahidin tersebut dan mereka memutuskan
mendirikan suatu organisasi jawa untuk mempromosikan budaya yang mereka beri
nama BUDI UTOMO. Raden sutomo yang bersama rekan mahasiswanya gunarwan
dan suraja, mengambil inisiatif ini, si kemudian hari menjadi salah satu pemimpin
ternama nasionalisme indonesia awal. Perkumpulan baru itu didirikan pada 1908.
Dalam setahun ia sudah mendapatkan lebih dari pada 10.000 anggota. Ia membatasi

17
kegiatannya di jawa dan madura dan mengusahakan pengorganisasian sekolah
dengan dasar nasional.
Pengikut pengikut budi utomo yang pertama terdiri atas kaum bangsawan
jawa, pejabat pemerintah, dan intelektuak indonesia. Bahwa pandangan kelompok-
kelompok sosial ini tidak sama dengan orang banyak menjadi jelas beberapa tahun
kemudian. Anggota-anggota budi utomo nyatanya berpaling pada india, dan dari
negri ini mereka berharap akan mendapatka guru untuk sekolah-sekolah mereka.
Untuk sesaat pemimpin india, tagore dan gandhi, menjadi teladan mereka sebagai
pemimpin kebangkitan nasional. Tapi orang banyak jauh lebih mudah terpengaruh
oleh cita-cita yang didasarkan pada konsep-konsep islam. “ kebangkitan islam” telah
menjadi cita-cita umum untuk jutaan muslim.
Organisasi-organisasi islam yang kuat muncul dalam semalam, tapi sering
kali menghilang secepat munculnya, kecuali bila mereka belaja metode yang sama
dengan misi-misi itu, yaitu berkonsentrasi pada upaya-upaya tak kenal lelah untuk
menghasilkan perbaikan sosial. Dalam waktu yang sangat singkat, srekat islam
tumbuh menjadi organisasi masa pertama di hindia. Dalam 5 tahun ia punya 800.000
ribu anggota. Sementara program yang mencampurkan agenda ekonomi dan religius
sarekat islam mendapatkan dukungan masa, gerakan keagamaan islam puritab
muhammadyah di mulai kiai haji ahmad dahlan di yogyakarta pada 1912,
berkembang lebih lambat.
Orang indonesia mungkin juga menganggap nasionalisme dan sosialisme itu
satu dan sama adanya. Paling-paling dia menganggap keduanya cara yg sedikit
berbeda dalam perjuangan melawan dominasi asing. Akibatnya, ketika persoalan itu
muncul pemimpin-pemimpin kelompok itu tidak menolak ambil bagian dalam
dewan rakyat yg baru di dirikan. Tapi yang patut di cata adalah sebagai perjuangan
melawan “kapitalisme penuh dosa”.
Inilah pertama kali selogan marxis dimasukan ke dalam pidato kongres
sarekat islam, tapi menariknya karakter marxian sejatinya di modifikasikan dengan
penafsiran lokal. Kapitalisme penuh dosa dari sudut pandang marxis tentu saja
merupakan suatu kontradisi istilah karena ia membuka kemungkinan adanya
kapitalisme saleh, yang tidak mendapatkan tempat dalam teori marx. Berbagai
peristiwa berlangsung cepat setelah 1917. Suryo pranoto mengorganisasikan
personeel fabriek bond, serikat buruh kereta api dan yang cepat menjadi penting,
persatuan pergerakan kaum buruh, suatu kongres serikat buruh sosialis revolusioner
18
didirikan. Pemimpin-pemimpin komunis berpengaruh dalam mengorganisasikan
dalam serikat buruh ini dan organisasi di ketuai oleh gabungan komunis dan
nasionalis.
Pada taun 1922 serikat buruh nasionalis dan sosialis bergandengan tangan
tapi tidak lama sarekat islam yg berkembang menjadi organisasi dengan 250.000
anggota kini secara politis berada dalam kesulitan terbesar. Intelektual dan
bangsawan jawa menjaga jarak dan tetap bertahan denganperkumpulan budi utomo
mereka.
Sarekat islam sekali lagi bersatu di sekitar panji-panji pan-islamisme untuk
membendung naik propaganda komunis. Dalam kongres nasional ke enam, pada
oktober 1921.Pada 1927 pemberontakan komunis di jawa dan sumatra telah di
hancurkan. Pemogokan yang dicetuskan kaum komunis melumpuhkan gerakan
serikat buruh. Kekalahan usaha revolusi komunis yang prematur tersebut menjelekan
seluruh gerakan nasionalis. Soekarno, yang tetap bertahan dalam usahanya
membangkitkan orang indonesia di tangkap pada 1929 dan usaha pada tahun
berikutnya di hukum penjara selam beberapa tahun. Setelah pengadilan, partainya
dilarang pemerintah. (Vlekke:380)

Menuju Perang dan Revolusi


Di bawah pemerintahan gubernur jendaral B.C. de jonge (1931-1936)
kebijakan belanda terhadap nasionalosme indonesia menjadi jelas-jelas reaksioner.
Polisi dengan ketat mengawasi setiap tindakan dari para pemimpinnya. Peraturan
polisi yang ketat di gariskan untuk mengontrol pertemuan-pertemuan politik. Izin
untuk rapat ruang terbuka jarang di kabulkan. Polisi harus punya akses ke semua
rapat publik dan di beri hak memotong pembicara dan membubarkan rapat kalau
pidato atau sikap peserta menunjukan ciri revolusioner.
Ki hajar dewantoro lahir sebagai bangsawan jawa yang menjadi anggota
partai douwes dekker. Dia di usir dari jawa tapi karena bebas menentukan sendiri
kediaman barunya memilih pergi ke belanda. Disini dia tinggal beberapa tahun dan
mempelajari berbagai persoalan tentang pendidikan. Dia membangun rencana bagi
suatu sistem pendidikan nasional yang sungguh-sungguh indonesia. Sekembalinya
ke indonesia dia mendirikan sekolah taman siswa. Dewantoro berhasil mendirikan
sejumlah besar sekolah taman siswa di seluruh kepulauan indonesia pada 1940, ada
250 sekolah. Ini adalah pencapaiaan yang mengesankan karena ia menolak semua
19
bantuan keuangan dari pemerintah. Guru-gur sekolah taman siswa di bayar kecil tapi
mereka terus bertahan, bahkan bila mereka terancam kelaparan. Dewantoro tidak
menerima bantuan karena tidak ingin ada campur tangan dari pemerintah.
Pemimpin nasionalis kedua yang berhasil melanjutkan karyanya bahkan
dibawah kontrol ketat polisi adalah Dr sutomo pendiri klub studi indonesia. Klub-
klub ini tumbuh menjadi organisasi yang terlibat dalam semua jenis kerja sosial di
kalangan masa indonesia buta huruf. Ia mendirikan sekolah, koprasi dan bank.
Pada januari 1931 pada pertemuan klub-klub studi nya sutomo mengusulkan
agar klub tersebut di organisasi menjadi partai politik baru. Persatuan bangsa
indonesia (PBI). Partai baru ini membatasi keanggotaan pada orang indonesia.
Anggota partai bebas menerima kedudukan di berbagai badan perwakilan lokal atau
regional, tapi tidak dalam kapasitas anggota partai. Dengan kata lain : para anggota
bebas bekerjasama tapi partai itu sendiri akan tetap menolak bekerjasama.
Setelah pengadilan sukarno pada 1930 partai nasional indonesia di bubarkan
atas perintah pemerintah. Muhammad hatta kembali dari belanda tempat dia
membuktikan diri sebagai seorang mahasiswa cemerlang dan mendapat grlat doktor
dari fakultasi ekonomi di Roterdam. Hatta bergabung dengan partai sjahril. Ketika
soekarno di bebaskan dari penjara pada 1932 dia mencoba menyatukan kembali
orang-orang nasionalis sosialis di bawah bendera nya tapi tanpa hasil. Dia adalah
seseorang yang mendapat pengawasan ketat dari gubernur jenderal dan lalu di tahan
lagi di flores 1933. Setelah itu hanya sesaat sebelum perang di fasifik dia dibawa ke
bengkulen Sumatra. Ironisnya soekarno mendapat penghargaan dari penduduk
karena di beri perhatian yang di berikan oleh gunerbur jenderal. Pada sidang ke lima
dewan rakyat sidang ini memelai sesi 4 tahun nya pada 1931. Undang-undang
pemilihan yang bar menjamin 25 kursi untuk 25 anggota, 10 diantaranya diisi oleh
yang ditunjuk oleh gubernur jenderal. 25 kursi yang di sediakan untuk asia asing, 10
dari 30 kursi yang di sediakan untuk orang Indonesia diisi oleh orang yang di tunjuk.
Dan tugas gubernur jenderal sangat sulit tapi ketidak berpihakan menuntut bahwa
kesulitan ekonomi india yang mendera antara 1931-1935 juga harus di catat.
Segera sesudah 1930 jepang mulai membanjiri Indonesia serta seluruh dunia
dengan produknya, ini menyebabkan depresi bagi produk pribumi. Depresi ini
menyebabkan peningkatan produksi pribumi dengan kata lain produksi yang di
hasilkan di tanah milik indonesi tanpa pemanfaatan modal asing angka baru yang di
berikan van gelderen menggambarkan kecenderungan ini. Pada tahun 1890 lahan
20
perkebunan milik asing menyuplai 90% produk pertanian eksport. Pada 1913
kontribusi ini menyusut jadi 76%. Pada 1930 menjadi 69%. Pada 1937 menjadi 54%
lada jagung dan rempah-rempah produksi Indonesia.
Pada 1936 seorang gubernur jenderal baru Jhr. Tjarda van starkenborgh
stachouwer jelas lebih cenderung konserfatif dari pada progresif tapi dia terutama
adalah seorang gentleman yang jujur dan berprikemanusiaan. Dia adalah seorang
gubernur hindia belanda terakhir dan berkpribadian yang hebat menyebabkan
banyak sejarawan belanda mengabaikan banyak kekurangan pendahulunya yang
berjumlah besar itu, yang harus di catat seorang sejarawan netral jika ia setiap ada
profesinya.
Pemilihan dan penunjukan berikut untuk volksraad dewan rakyat terjadi pada
1939 hasilnya sekali menunjukan bahwa kecenderungan pemilihan Indonesia untuk
mendukung kaum nasionalis terus tumbuh. Fraksi nasional di bentuk kembali pada
1941 lewat kerjasama 4 partai nasionalis berjumlah 10 orang. Kaum nasionalis
Indonesia merumuskan lagi tuntutan mereka pada kongres gabungan politik
Indonesia yang di selenggarakan pada 31 januari 1941 tuntutan itu adalah :
1. Penunjukan seorang Indonesia sebagai letnan gubernur jenderal
2. Penunjukan orang-orang Indonesia sebagai asisten direktur dari departemen
departemen pemerintahan.
3. Penunjnukan beberapa orang Indonesia untk duduk di dewan hindia
4. Penciptaan DPR yang akan berpungsi sebagai parlemen orang banyak.
5. Hak pilih universal aktif dan pasif untuk laki-laki dan perempuan, pemilih buta
huruf akan dilaksanakan dengan mewakilkan nya kepada para wakil pemilih
Pemerintah Batavia hampir pasti tidak akan menerima usulan tersebut tapi
setidaknya untuk langkah maju sesaat sebelum perang pecah di eropa. Seorang
anggota dewan rakyat Mr. Wiwoho mengusulkan bahwa pemerintahan belanda
harus mengambil langkah untuk mengganti nama hindia belanda menjadi Indonesia
dan istilah inlander harus diganti dengan orang Indonesia. Pemerintah menganggap
perubahaan itu suatu inovasi yang aga berbahaya. Tapi pada 16 juni 1941 pemerintah
menyatakan bahwa ia bersedia menyiapkan suatu konferensi orang-orang tertama
mewakili 4 bagian kerajaan belanda untuk mempelajari masalah adaptasi struktur
kerajaan sesuai kebutuhan jaman pasca perang. (Vlekke:426
2.1.6 Kesultanan Makassar

21
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian
selatan pada abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah
kerajaan kecil yang saling bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh kerajaan
kembar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi
Kesultanan Makassar. Cikal bakal Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil
bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya
Sulawesi dengan kedudukan strategis dalam perdagangan rempah-rempah. Seperti
yang terjadi di bandar rempah-rempah lainnya, para pedagang muslim juga berupaya
menyebarkan ajaran Islam di Makassar.

Masjid Makassar

Awalnya Upaya penyebaran agama Islam dari Jawa ke Makassar tidak


banyak membawa hasil. Demikian pula usaha Sultan Baabullah dari Ternate yang
mendorong penguasa Gowa-Tallo agar memeluk agama Islam. Islam baru dapat
berpijak kuat di Makassar berkat upaya Datok Ribandang dari Minangkabau.

Pada tahun 1650, Penguasa Gowa dan Tallo memeluk agama Islam.[1] Dalam
perjalanannya kerajaan masing-masing, dua kerajaan bersaudara ini dilanda
peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian pada masa Gowa dipimpin Raja
Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua kerajaan kembar itu pun
menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja,
seorang hamba). Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo ini akhirnya meleburkan

Faktor – Faktor Penyebab Kesultanan Menjadi Besar

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan Kesultanan


Makassar menjadi besar:

1. letaknya strategis.
2. Memiliki Pelabuhan yang baik.
22
3. jatuhnya Malaka pada tahun 1511 ke tangan Portugis yang
menyebabkan pedagang Islam pindah ke Makassar.

Raja – Raja Kesultanan Makassar

Perkembangan Kesultanan Makassar tidak terlepas dari peranan Raja-raja


yang memerintah. Adapun Raja-raja yang pernah memerintah Kesultanan Makassar,
antara lain sebagai berikut:

1. Sultan Alauddin (1591-1639 M). Sultan Alauddin sebelumnya bernama


asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna dan merupakan raja
Makassar pertama yang memeluk agama Islam. Pada pemerintahan Sultan
Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam
dunia pelayaran dan perdagangan.
2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M). Pada Pemerintahan Sultan
Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat sebab Bandar transit,
bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan
ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.
3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M). Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan. Makassar berhasil menguasai
hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah
kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores). Hasanuddi
mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur, karena keberaniannya dan
semangat perjuangannya untuk Makassar menjadi besar.

Kehidupan Sosial Kesultanan Makassar

Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar


dibedakan atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:

1. Kareng yang terdiri dari keluarga Raja dan dari kaum Bangsawan.
2. Tusamaraq atau Tumaradeka adalah gelar untuk rakyat biasa, penduduk yang
bebas tdk bisa diperintah oleh kaum Karaeng.

23
3. Ata untuk Hamba Sahaya yaitu kaum pekerja dari Karaeng

Sultan Hasannudin Menyampaikan pidatonya

Sultan Hasannuddin

Setelah menjadi sebuah Kesultanan Makassar, kemudian mereka berusaha


untuk mengislamkan berbagai kerajaan di Sulawesi Selatan. Upaya yang dilakukan
ini mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Bone pada tahun 1528 dan Bone
membentuk persekutuan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan
Wajo dan Kerajaan Soppeng. Kemudian persekutuan itu disebut
dengan Persekutuan Tellum Pocco (Tiga Kekuasaan). Namun satu persatu kerajaan
tersebut berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Makassar. Selain menakhlukkan
kerajaan tetangga, mereka memperluas pengaruh hingga ke bagian timur
kepulauan Nusa tenggara. Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sempat menjalin
kerja sama dengan kerajaan Islam lainnya, khususnya Kesultanan
Mataram di Jawa. Hingga kini, Islam menjadi agama mayoritas di wilayah Sulawesi
Selatan.

Penguasa terbesar dan terakhir dari Kesultanan Makassar adalah Daeng


Mattawang yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasannudin (1653-1669). Di
bawah kepemimpinan Hasanuddin ini Makassar berkembang menjadi satu kekuatan
besar di kawasan timur Nusantara. Sultan Hasanuddin berhasil memperluas
pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Maros, Bulukumba, Mandar, Sulawesi
Utara, Luwu, Buton, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. Sultan Hasanuddin juga
berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transit di Indonesia
bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari

24
Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi
kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.

Balai kota Makassar.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)


terlibat persaingan dengan Kerajaan Bone. Persaingan antara dua kekuatan tersebut
pada akhirnya melibatkan campur tangan dari Belanda dalam sebuah peperangan
yang dinamakan Perang Makassar (1660-1669). Belanda yang mempunyai tujuan
tertentu yaitu, berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempahdi pelabuhan
Makassar memanfaatkan situasi dengan berpihak pada Kerajaan Bone, sebagai
musuh Kesultanan Makassar. Kemudian dalam peperangan Makassar ini Kesultanan
Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasannudin akan tetapi Hasannudin tidak
bisa mematahkan kekuatan Kerajaan Bone yang dibantu oleh
kekuatan Belanda yang berambisi menguasai Makassar. Kemudian Hasannudin
dipaksa oleh VOC untuk menandatangani Perjanjian Bungaya (18 November 1667)
sebagai tanda takluk kepada VOC.

Isi Perjanjian Bungaya

Berikut ini merupakan isi dari perjanjian antara Kesultanan Makassar dengan VOC
(Belanda):

1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar.


2. VOC diizinkan mendirikan benteng di Makassar.
3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone.
4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC.
5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja.
6. Makassar membayar semua utang perang.

25
7. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.

Perdagangan dan Kemunduran Kesultanan Makassar

Litografi Pelab

Kerajaan-kerajaan di Nusantara memadukan


kepentingan politik dan ekonomi secara koheren sebagai suatu sistem yang koheren,
termasuk makassar. Sejarah Makassar tidak terlepas dari
kegiatan perdagangan maritim di wilayah Nusantara, Asia Tenggara, dan Asia
Timur pada umumnya. Dengan adanya interaksi antarpusat perdagangan, Makassar
menjadi salah satu pintu masuk bagi para pedagang, terutama para pedagang Eropa.

Kerajaan Makassar ini adalah salah satu kerajaan di Nusantara yang


menganut sistem perdagangan maritim untuk membantu perekonomian di kerajaan,
dengan sistem perdagangan maritim ini mulai terkenal dan tersohor pada
pertengahan abad XV dan awal XVI M, terutama pada masa Karaeng Tumapa'resik
Kallonna memerintah. Di bawah Karaeng inilah Makassar membangun sebuah
pangkalan perniagaan di Maccini Sombala yang bermuara di sungai
Jeneberang hingga ke wilayah utara di sungai Tallo. Sebuah Pelabuhan terbuka
dengan sistem perdagangan bebas sehingga dapat menarik pedagang dari
Eropa, Tiongkok, Arab, dan India yang bermukim di Nusantara. Karaeng ini juga
mengangkat seorang Syahbandar (seorang penjabat kerajaan yang bertugas
mengatur dan mengawasi perdagangan, juga memiliki kekuasaan penuh di
pelabuhan) untuk mengurusi dan mengatur perdagangan di wilayah Makassar.

Kesultanan Makassar sebenarnya tidak memiliki banyak hasil bumi untuk


diperdagangkan. Hasil bumi yang dihasilkan di Makassar hanya beras. Kesultanan
lebih berperan sebagai pelabuhan singgah. Akan tetapi sumber lain menyebutkan

26
bahwa begitu luasnya dan rute jaringan pelayaran hingga ke wilayah Pegu (Filipina),
dan Cambay (india) membuat Makassar terkenal dengan perdagangan maritimnya di
wilayah Asia. Hasil-hasil bumi merupakan salah satu pemasukan ekonomi bagi
Kesultanan Makassar dan Tanah-tanah pertanian disewakan dengan sistem bagi
hasil. Hasil-hasil tersebut diperdagangkan melalui jalur laut dengan
menggunakan kapal laut. Hasil ternah, emas, dan beras bahkan juga budak sebagai
salah satu sumber ekonomi di Kesultanan Makassar. Selain itu, Makassar juga
memperdagangkan bahan tekstil berupa kain dan pakaian, serta rempah-
rempah. Dengan Menjual kembali hasil-hasil yang diperoleh, Makassar
mendapatkan keuntungan dari perdaganan maritim yang dilakukan, terutama dengan
pedagang dari Jawa. Sehingga yang terjadi di pelabuhan adalah sistem beli dan
menjual, Orang-orang yang akan pergi ke atau datang dari Maluku singgah untuk
berdagang rempah-rempah dan mengisi perbekalan di Makassar. Kedudukan
sebagai pelabuhan singgah membuat makassar mendukung
kebijakan pelayaran dan perdagangan bebas di kawasan timur Nusantara. Masuknya
Belanda, VOC (Vereening-de Oost-Indische Compaigne) di Makassar ini
merupakan masa baru bagi Makassar. Makassar Merupakan pelabuhan yang terus
terbuka sebagai pelabuhan bebas yang penting bagi semua pedagang asing dan
pedangan lokal. Keadaan perdagangan yang bebas ini memicu konflik dengan orang
Belanda yang ingin memaksa pembatasan pelayaran dan monopoli perdagangan
rempah-rempah. Pertikaian dengan Belanda akhirnya menyebabkan keruntuhan
Kesultanan Makassar.

2.1.7 Sejarah Kota Makassar


Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses perubahan sosial di kota
Makassar khususnya di wilayah Sudiang, kita perlu membahas tentang sejarah kota
makassar terlebih dahulu.

27
Sejarah

Hotel Oranje pada tahun 1920-an.

Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3


kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu
daerah taklukkan Majapahit.[4] Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi
Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar
mengembangkan kota Makassar.[5] Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman
ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat
seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.[5]

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di


Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-
raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh
pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak
upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa


meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk
agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar.
Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-
orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga
menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua
keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang
memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja
Tallo).

Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya


pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli

28
perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada
tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa
kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-
Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai
rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan
mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh
belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda
tangani Perjanjian Bongaya.

Penamaan

Kota ini dahulu bernama Ujung Pandang dan dipakai dari kira-kira
tahun 1971 sampai tahun 1999.

Alasan untuk mengganti nama Makassar menjadi Ujung Pandang adalah


alasan politik, antara lain karena Makassar adalah nama sebuah suku bangsa padahal
tidak semua penduduk kota Makassar adalah anggota dari etnik Makassar.

Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indonesia sekali lagi mengubah
wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadikannya
kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar-pun semakin menghilang
dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha
menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca revolusi.
Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang
lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya
pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama
kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama
berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun
1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13
Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung
Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang
Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000
Ha, menjadi 27.577Ha.

Ujung Pandang sendiri adalah nama sebuah kampung dalam wilayah Kota
Makassar. Bermula di dekat Benteng Ujung Pandang sekarang ini, membujurlah

29
suatu tanjung yang ditumbuhi rumpun-rumpun pandan. Sekarang Tanjung ini tidak
ada lagi. Nama Ujung Pandang mulai dikenal pada masa pemerintahan Raja Gowa
ke-X, Tunipalangga yang pada tahun 1545 mendirikan benteng Ujung Pandang
sebagai kelengkapan benteng-benteng kerajaan Gowa yang sudah ada sebelumnya,
antara lain Barombong, Somba Opu, Panakukang dan benteng-benteng kecil lainnya.

Setelah bagian luar benteng selesai, didirikanlah bangunan khas Gowa


(Ballak Lompoa) di dalamnya yang terbuat dari kayu. Sementara di sekitar benteng
terbentuk kampung yang semakin lama semakin ramai. Disanalah kampung
Jourpandan (Juppandang). Sedangkan Benteng dijadikan sebagai kota kecil di tepi
pantai Losari.

Beberapa tahun kemudian benteng Ujung Pandang jatuh ke tangan Belanda, usai
perang Makassar, dengan disetujuinya Perjanjian Bungaya tahun 1667, benteng itu
diserahkan. Kemudian Speelmen mengubah namanya menjadi Fort Rotterdam.
Bangunan-bangunan bermotif Gowa di Fort Rotterdam perlahan-lahan diganti
dengan bangunan gaya barat seperti yang dapat kita saksikan sekarang.

Ihwal nama Kota Makassar berubah menjadi Ujung Pandang terjadi pada
tanggal 31 Agustus 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1971.
Tatkala itu Kota Makassar dimekarkan dari 21 kilometer persegi menjadi 115,87
Kilometer persegi, terdiri dari 11 wilayah kecamatan dan 62 lingkungan dengan
penduduk sekitar 700 ribu jiwa. Pemekaran ini mengadopsi sebagian dari wilayah
tiga kabupaten yakni Kabupaten Maros, Gowa dan Pangkajene Kepulauan. Sebagai
“kompensasinya” nama Makassar diubah menjadi Ujung Pandang.

Tentang kejadian bersejarah tersebut, Wali kota Makassar H.M.Daeng Patompo


(alm) berkilah “terpaksa” menyetujui perubahan, demi perluasan wilayah kota.
Sebab Bupati Gowa Kolonel K.S. Mas’ud dan Bupati Maros Kolonel H.M. Kasim
DM menentang keras pemekaran tersebut. Untunglah pertentangan itu dapat diredam
setelah Pangkowilhan III Letjen TNI Kemal Idris menjadi penengah, Walhasil
Kedua Bupati daerah tersebut, mau menyerahkan sebagian wilayahnya asalkan nama
Makassar diganti.

Sejak awal proses perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang, telah
mendapat protes dari kalangan masyarakat. Tertama kalangan budayawan, seniman,
sejarawan, pemerhati hukum dan pebisinis. Bahkan ketika itu sempat

30
didekalarasikan Petisi Makassar oleh Prof.Dr.Andi Zainal Abidin Farid SH,
Prof.Dr.Mattulada dan Drs.H.D.Mangemba, dari deklarasi petisi Makassar inilah
polemik tentang nama terus mengalir dalam bentuk seminar, lokakarya dan
sebagainya.

Beberapa seminar yang membahas tentang polemik penggantian nama Makassar


antara lain:

 Seminar Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 1981 di Hotel


Raodah, diselenggarakan oleh SOKSI Sulsel.
 Diskusi panel Makassar Bersinar diselenggarakan 10 Nopember 1991 di
gedung Harian Pedoman Rakyat lantai III. “Seminar Penelusuran Hari
Lahirnya Makassar”, 21 Agustus 1995 di Makassar Golden Hotel.

Namun Pemerintah Daerah maupun DPRD setempat, tidak juga tergugah


untuk mengembalikan nama Makassar pada ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Nasib kota “Daeng” ini nyaris tak menentu, hingga akhirnya dipenghujung masa
jabatan Presiden BJ Habibie, nama Makassar dikembalikan, justru tanpa melalui
proses yang berbelit.

Dalam konsideran Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 1999, di antaranya


menyebutkan bahwa perubahan itu wujud keinginan masyarakat Ujung Pandang
dengan mendapat dukungan DPRD Ujung Pandang dan perubahan ini sejalan
dengan pasal 5 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999, bahwa perubahan
nama daerah, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Seiring perubahan dan pengembalian nama Makassar, maka nama Ujung


Pandang kini tinggal kenangan dan selanjutnya semua elemen masyarakat kota mulai
dari para budayawan, pemerintah serta masyarakat kemudian mengadakan
penelurusan dan pengkajian sejarah Makassar, Hasilnya Pemerintah Daerah Nomor
1 Tahun 2000, menetapkan Hari jadi Kota Makassar, tanggal 9 Nopember 1607. Dan
untuk pertama kali Hari Jadi Kota Makassar ke 393, diperingati pada tanggal 9
November 2000. Nama Makassar berasal dari sebuah kata dalam bahasa Makassar
"Mangkasarak" yang berarti yang metampakkan diri atau yang bersifat terbuka.

31
BAB III
METODE PENULISAN

Dalam melakukan penulisan ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu :

1. Tehnik Pengumpulan Data

a. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan ataupun prosedur kerja yang

berhubungan dengan objek yang diteliti.

b. Browsing

Yaitu dengan melakukan pencaharian data – data yang telah tersedia di Internet dengan

memilih beberapa sumber yang dianggap dapat diambil datanya.

2. Data-data yang dibutuhkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan karya tulis ini adalah:

a. Data Primer

Berupa data yang didapatkan langsung dari pemerintah yang tersedia di Internet

b. Data Sekunder

Berupa data-data pendukung yang diperoleh dari internet berupa sejarah kota

Makassar, dan perubahan yang terjadi

3. Metode Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode analisis dengan terlebih dahulu

mengumpulkan data yang didapat dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal atau

keterangan saja.

32
Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penyusunan dan pembahasan tugas akhir ini, penulis akan

menguraikan secara garis besarnya dalam beberapa bab penulisan dengan rincian sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini penulis membahas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan serta sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini menjelaskan teori-teori yang menjadi landasan dalam memaparkan pokok

permasalahan, menerangkan tentang sejarah kota Makassar, keadaan sosial kota Makassar

dizaman penajajahan dan zaman kerajaa.

BAB III : Metode Penulisan

Pada bab ini penulis menerangkan tentang metode penulisan yang digunakan oleh penulisan

dan susunan laporan secara garis besar

BAB IV : Analisis dan pembahasan

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai hasil pembahasan tentang perubahan sosial di

kota makassar yang terjadi hingga sekarang.

BAB V : Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan

dengan masalah-masalah yang dibahas dalam tugas ini.

33
BAB IV
ANALASIS DAN SINTESIS

1. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

Seiring padatnya jumlah penduduk Kota Makassar serta perkembangan pembangunan


dan perumahan terus menggerus area lahan produktif. Dampak perkembangan pembangunan
yang terjadi selama ini, luas lahan pertanian terancam semakin menyempit. Beralihnya fungsi
lahan pertanian ke non pertanian yang tidak dimbangi pembangunan irigasi akan
mempengaruhi perkembangan areal pertanian, sehingga menjadi kendala bagi peningkatan
ketahanan pangan Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar.

Disisi lain, hal ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk, sehingga luas
kepemilikan lahan bergeser dari lahan pertanian ke non pertanian. Dari segi kependudukan saja
sudah timbul ketidakmerataan. Sebagian besar terkonsentrasi di Kota Makassar sementara
kabupaten/kota lainnya memiliki jumlah penduduk dengan proporsi yang kurang. Ini harus
menjadi perhatian, karena semakin menyempitnya penguasaan lahan dapat berakibat
sempitnya skala usaha tani, dan hasil usaha petani juga akan kecil. Pemerintah dapat membuat
rumah susun untuk meminimalisasi penyempitan lahan petani akibat banyaknya bangunan
yang berdiri. Begitu juga halnya pendirian gedung, pemerintah harus lebih memperketat
pengeluaran surat ijin mendirikan bangunan

Saat ini banyak lahan pertanian baik di kota, dan maupun di pedesaan yang beralih fungsi
menjadi lahan untuk fungsi industri dan perumahan mewah. Praktik industrialisasi dan
komersialisasi atas lahan pertanian setiap tahun semakin marak yang di lakukan oleh kaum
pemodal besar melalui investasi.Praktik penggusuran, pembongkaran ruang-ruang
penginapan/tempat tinggal dan tempat usaha yang sudah puluhan tahun dihuni masyarakat
kerap terjadi di lapangan.Masyarakat sering kali tidak mengetahui dengan jelas mengapa
tempat hidup dan tempat mengais rezeki mereka digusur.

Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya.Perubahan itu bisa
berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk
perubahan sosial dapat dibedakan menjadi:

34
a. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)
Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa
kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa
memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi
masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi
masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan
merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi,
pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).

Perubahan dalam arti progress, misalnya masuknya jaringan listrik membuat kebutuhan
manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat elektronik meringankan pekerjaan
dan memudahkan manusia memperoleh hiburan daninformasi; penggunaan alat-alat
transportasi memudahkan dan mempercepat mobilitas orang dalam proses pengangkutan; dan
penemuan alat-alat komunikasi modern seperti telepon dan internet, memperlancar komunikasi
jarak jauh. Menurut Daeng Jarre “Dulu mereka merasa sangat terbelakang, terutama mengenai
informasi, namun saat ini dengan masuknya berbagai perangkat informasi, seperti TV, dan
Internet kini mereka merasa lebih banyak mengetahui informasi dan lebih siap menghadapi
setiap perubahan yang terjadi. Lebih lanjut menurutnya, kalau dulu mereka mengenal telepon
hanya ada di kantor-kantor pemerintah atau perusahaan swasta, tapi sekarang mereka sudah
bisa berkomunikasi dengan keluarga yang merantau lewat handphone.”1

b. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)


Tidak semua perubahan yang tujuannya kearah kemajuan selalu berjalan
sesuai rencana.Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa
menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi
masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah kemunduran.Misalnya,
penggunaan telepon seluler (handphone) sebagai alat komunikasi.Telepon seluler telah
memberikan kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh
pun masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi telepon seluler
telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi
komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan
dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atau individu.
Menurut Abdullah Sinaba “Jika dulu masyarakat di wilayahnya, rutin melaksanakan

35
pertemuan di Balai Pertemuan warga atau di salahsatu rumah warga, saat ini masyarakat
cukup melakukan komunikasi dengan telepon seluler.

Selain teknologi informasi penggunaan teknologi lain seperti mesin cuci, rice cooker,
kulkas, kompor gas dsb yang memudahkan pekerjaan keluarga menjadi salah satu ciri dari
keluarga modern, namun dibalik-kemudahan-kemudahan yang dihasilkan oleh teknologi
modern tersebut, dapat melunturkan rasa saling tolong-menolong diantara anggota keluarga
dalam hal melakukan pekerjaan rumah, sehingga mereka akan semakin individualistis dalam
keluarganya.

Jika dilihat dari proses berlangsungnya, menurut Anwar dan Adang (2013:247)
perubahan dapat dibedakan menjadi evolusi dan revolusi (perubahan lambat dan perubahan
cepat).

1. Evolusi
Evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam
waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu
sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu. Pada kasus perubahan masyarakat agraris ke industri di Kecamatan
Tamalate Kota Makassar perubahan tersebut dapat dilihat dari pengalihan fungsi lahan
pertanian menjadi perumahan, dimana sebagian besar wilayah Kecamatan Tamalate saat ini
telah banyak berubah menjadi kawasan perumahan. Menurut A. Ilham bahwa terjadinya
perubahan atas lahan pertanian menjadi perumahan adalah karena pengembangan kota, yang
mengarah pada wilayahnya. Hal ini karena wilayahnya merupakan wilayah yang dianggap
cukup baik untuk

membangun perumahan dibanding mempertahankannya menjadi wilayah pertanian.3

2. Revolusi
Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali
oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut
sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Kasus yang terjadi

36
di Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar merupakan bagian dari
terjadinya peristiwa besar “reformasi”, dimana era orde baru tumbang dan era reformasi
dimulai. Beberapa hal yang ditunjukkan dari kejadian tersebut dapat dilihat dari dampaknya,
yaitu adanya kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum dengan cara melakukan
demonstrasi. Menurut Abdul Rahman “Demonstrasi yang pernah terjadi merupakan luapan
kekecewaan masyarakat Tanjung Merdeka, karena pihak pengembang dalam hal ini GMTD
tidak melibatkan masyarakat setempat dalam proses pembangunan kawasan. Padahal dalam
melakukan setiap kegiatan di wilayahnya perlu adanya sosialisasi agar masyarakat yang
terkena dampak dari pembangunan kawasan dapat mengetahui lebih awal.

Jika dilihat dari ruang lingkupnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan
sosial yang berpengaruh besar dan perubahan sosial yang berpengaruh kecil.

1. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.Contoh
perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Menurut salah
seorang warga (sesepuh) di Kecamatan Tamalate perubahan kecil, seperti mode rambut dan
pakaian tidak begitu terlihat di wilayahnya, hanya saja ada beberapa orang yang sudah meniru-
niru cara berpakaian orang luar (maksudnya kebarat-baratan).5

2. Perubahan besar
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar
adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
Hal ini tampak pada Kelurahan Tanjung Bunga Kota Makassar, dimana penduduk di desa
tersebut bertambah karena daya tarik industri perumahan, mereka berdatangan dari berbagai
penjuru kota dan kabupaten yang ada di sekitar Kota Makassar. Diantara mereka ada yang
dipakai sebagai tempat tinggal permanen adapula yang digunakan sebagai sebuah investasi.6

Jika dilihat dari keadaannya, perubahan sosial dibagi menjadi dua yaitu, perubahan yang
direncanakan dan tidak direncanakan.

1. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan Perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu
oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat.Pihak-pihak tersebut

37
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar
terdapat LSM Celebes Intelektual Center.LSM ini membentuk posko pengaduan masyarakat
korban dari pengusaha yang bermasalah.

2. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan

Salah satu perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial adalah perubahan yang
tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan.Perubahan semacam ini merupakan perubahan
yang terjadi di luar kehendak masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat
sosial yang tidak diharapkan.Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar dampak pendirian
perumahan adalah berdirinya tembok-tembok besar yang menghalangi pengairan untuk sawah
dan kebun-kebun penduduk akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa menerimanya dan
melakukan protes keras.7

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat agraris ke
masyarakat industri dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Tamalate Kota
Makassar.
Umumnya masyarakat yang hidup pada suatu tempat dalam dipastikan akan mengalami
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita
melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang
kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang terjadi secara terus-menerus.
Hal ini dikarenakan mereka membutuhkan input dari berbagai sumber daya yang dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk hidup. Namun perubahan yang terjadi suatu
masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.

Perubahan tentu saja akan dirasakan oleh semua manusia dalam setiap lapisan
masyarakat. Perubahan dalam masyarakat tersebut sangat wajar, mengingat manusia memiliki
kebutuhan yang harus selalu terpenuhi. Kita akan mengetahui perubahan itu setelah
membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu
dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan lain
sebagainya. Menurut Anwar dan Adang (2013:249) Beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan sosial, yaitu:

38
1. Perubahan struktur pola hubungan sosial

Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar
sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur
sosial yang ada. Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya ketegangan
sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan.
Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial
bersama untuk merubah norma dan nilai. Contohnya adalah Industrialisasi, yang membawa
pengaruh pada hubungan kerja, lembaga kemasyarakatan, sistem pemilikan tanah, pelapisan
sosial, hubungan kekerabatan, dan lain-lain. Menurut Daeng Jarre “Sejak perumahan masuk di
Kecamatan Tamalate, kepemilikan tanah sering menjadi persoalan dan konflik di antara sesama
warga.

Perubahan sosial yang disebabkan oleh industrialisasi ini termasuk perubahan besar
karena perubahan ini membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat dan terjadi
pada unsur-unsur sosial budaya masyarakat.

Industri memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan


terjadinya perubahan di dalam masyarakat. Dampak industri terhadap masyarakat sangat
banyak, misalnya dampak positifnya: terbukanya kesempatan kerja yang besar yang menyerap
penganguran, munculnya prasarana dan sarana ekonomi seperti jalan dan transportasi, pasar,
toko-toko, telekomunikasi, bank, perkreditan, perdagangan, pergudangan, penginapan, rumah
makan. Sedangkan dampak negatif dapat pula terasa seperti polusi air bersih, dan udara,
pemukiman semakin sesak, meningginya temperature, kenaikan harga barang-barang, dan
perbedaan yang menyolok dalam kehidupan dalam kawasan industri tersebut. Industri
memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan
oleh masyarakat bisa dalam bentuk yang berbeda. Bila suatu wilayah sangat tergantung sangat
tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan, perkembangan industri atau
perusahaan tersebut akan menentukan apakah wilayah tersebut akan berkembang atau hancur.

Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberi pengaruh besar
terhadap jumlah tenaga kerja. Hadirnya Industri akan menjadikan suatu daerah menjadi tujuan
daerah urbanisasi karena dengan hadirnya industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak
sehingga banyak orang memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah yang memiliki lapangan
pekerjaan seperti industri. Pertambahan penduduk dan pengurangan penduduk ini pada

39
gilirannya memperlemah gotong royong dalam masyarakat di daerah yang dekat dengan
industri dan berubahnya pola pemukiman dan juga bangunan rumah masyarakat.

2. Persebaran penduduk

Di dalam masyarakat muncul apa yang disebut dinamika penduduk, yaitu pertambahan
dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan
mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga
kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini adalah orang akan mengenal hak milik atas
tanah, mengenal sistem bagi hasil, dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah
mengenal. Sedangkan berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan
baik dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi sosial, hal tersebut akan mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Menurut Moh Syarief “Dulu penduduk di
Kecamatan Tamalate tidak terlalu banyak, namun dari tahun ke tahun terus bertambah dan
menjadi salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Makassar.

Selain itu, komposisi penduduk yang heterogen juga turut mempengaruhi perubahan
sosial. Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan
ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan keguncangan
sosial. Keadaan

demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat


dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.

3. Sistem politik dan kekuasaan

Perubahan sosial dapat disebabkan oleh terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga
mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu
masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tata cara

yang berlaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena
adanya kebijaksanaan atau ide-ide yangberbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917)

yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem


diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis (Sutinah, 2010:61). Revolusi

40
tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan
dalam keluarga.

Perubahan sosial juga dapat dilihat dari proses transformasi tiga pola politik dan
kekuasaan, yaitu demokrasi, fasisme, dan komunisme. Demokrasi merupakan suatu bentuk
tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada
negara dengan tatanan politik demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari
kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai
kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Terdapat pula gejala
penghancuran kelompok masyarakat bawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang
mengambil jalan demokrasi dalam proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan
Amerika Serikat (Sriningsih, 2010:143).

Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi konservatif yang
dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang
memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang
memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai
gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari negara
yang mengambil jalan fasisme.

Menurut Sutinah (2010:68) bahwa “Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar
sebagai akibat ketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan
borjuis. Perjuangan kelas yang digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk
perkembangan yang akan berakhir pada kemenangan kelas proletar yang selanjutnya akan
mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan masyarakat oleh Marx digambarkan
sebagai bentuk linear yang mengacu kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk
masyarakat primitif (primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa
kelas (scientific communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal
dan tahap masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap
masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai tahap “kesempurnaan” perkembangan perlu
dilakukan revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor
produksi dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud
masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses transformasinya

41
adalah Cina dan Rusia.” Dengan demikian, perubahan sosial dapat diakibatkan oleh perubahan
sistem politik dan kekuasaan di suatu masyarakat.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Tamalate, sejak era reformasi dan demokrasi,
masyarakat menjadi lebih leluasa menyampaikan aspirasi dan keinginannya dalam
memperlakukan lahan yang dimilikinya. Menurut Moh Syarief “ Sejak reformasi, masyarakat
menjadi lebih terbuka dan mau menerima setiap perubahan yang ditawarkan oleh pemerintah.
Hal ini bisa kita lihat pada penggunaan lahan-lahan milik penduduk untuk kepentingan saluran
air (got) dipinggir jalan.”10 Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi di
Kecamatan Tamalate merupakan buah dari adanya perubahan pada sistem politik dan
kekuasaan yang berlangsung selama era kemerdekaan. Dimana masyarakat lebih bisa
menerima perubahan-perubahan sebagai bagian dari proses politik yang terjadi di negeri ini.

4. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga atau kekerabatan juga dapat menjadi faktor yang turut
mempengaruhi perubahan sosial. Menurut Suyanto dan Narwoko (2010:297) bahwa: “Dalam
masyarakat sejumlah besar kegiatan sosial dan ekonomi diorganisir oleh pranata. Keluarga
merupakan media sosialisasi untuk meneruskan perubahan-perubahan sosial yang terjadi
melalui pengetahuan dan teknologi.” Salah satu contohnya adalah mengenai pola hubungan
antara orang tua dengan anak-anaknya yang pada umumnya bersifat asosiatif, yang lazim
dijumpai pada masa sekarang ini. Akan tetapi tidak jarang bahwa dengan meningkatnya usia
dan kedewasaan anak, terjadi suatu sikap keragu-raguan terhadap pendirian orang tua yang
dianggap kolot dan kuno padahal anak-anak memperolehnya dari informasi yang tersedia
melalui kemajuan teknologi informasi. Menurut Yusuf “Orang tua yang telah terikat pada
tradisi, tidak begitu saja menerima perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat, di mana
perubahan-perubahan tersebut dapat lebih mudah diterima oleh generasi yang muda, yang
belum sepenuhnya berhasil membentuk kepribadiannya, misalnya mode dan gaya
berpakaian.”11 Belum stabilnya kepribadian generasi muda, yang tak jarang menimbulkan
konflik dalam dirinya, berhadapan pula dengan kepribadian generasi tua yang telah lama
terbentuk dan tertanam dengan kuat, sehingga cenderung konservatif. Hal ini dapat memicu
konflik atau pertentangan sosial.

42
Keluarga yang mengikuti tren (peradaban terbaru) sebagai akibat dari penyesuaian-
penyesuaian terhadap gejala-gejala baru yang disebabkan oleh semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan keluarga modern yang relatif bisa menyesuaikan
dengan perubahan sosial. Sebagai contoh, di Kota Makassar khususnya dan umumnya di kota-
kota besar lainnya dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, seorang wanita yang dahulu
hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi pekerjaan rumah, sekarang sudah
banyak yang mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi dan mereka juga sudah
banyak yang bekerja di berbagai sektor pemerintah maupun swasta. Mereka sudah tidak lagi
bekerja hanya di rumah namun dapat juga bekerja di tempat lain.

Keluarga juga merupakan unit moral, yang mengajarkan pada anggotanya bahwa kerjasama
dan prinsip kedisiplinan merupakan pondasi spritualitas masyrakat. Dalam situasi tertentu,
peran keluarga lebih penting dari pemerintah. Ketika tidak ada lagi pemerintahan, namun
bangunan keluarga masih bertahan, maka peluang tetap terjaganya keteraturan sosial masih
terbuka lebar. Inilah keyakinan para sosiolog yang percaya, dengan hancurnya keluarga, maka
hancur pula peradaban manusia. 5. Sistem status

Perubahan sistem status dapat menjadi penyebab perubahan sosial. Berdasarkan lintasan
sejarahnya, stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas
dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat
perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status sosial
masih terbatas pada bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat
terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai muncul seiring perubahan moda produksi
agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan
kemunculan organisasi kompleks.

Perubahan mode produksi menimbulkan masalah yang pelik berupa kemunculan status-
status sosial yang baru dengan segala keterbukaan dalam stratifikasinya. Pembangunan
ekonomi seiring perkembangan kapitalis membuat adanya pembagian

43
status berdasarkan pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Hal inilah yang
menimbulkan inkonsistensi status pada individu. Apabila dilihat lebih jauh, kemunculan kelas
baru ini akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar individu dalam masyarakat baik
dalam perebutan kekuasaan atau upaya melanggengkan status yang telah diraih. Fenomena
kompetisi dan konflik yang muncul dapat dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional
yang memunculkan perubahan sosial dalam masyarakat.

Adanya sistem yang terbuka (open stratification) di dalam lapisan masyarakat akan dapat
menimbulkan terdapatnya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan
kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Menurut Yusuf “Sejak
reformasi masyarakat yang tadinya ada di kelas bawah saat ini sudah mampu menunjukkan
eksistensinya di masyarakat. Mereka tidak lagi menjadi kelompok yang selalu berada pada
posisi yang rendah tapi saat ini mereka dapat mengikuti pola pikir dan perilaku orang-orang
yang selama ini memandangnya rendah.”12 Hal seperti ini akan berakibat seseorang
mengadakan identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih tinggi.
Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang tersebut merasa memiliki
kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi.
Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya
memiliki status yang tinggi tersebut. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi
mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini
membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

44
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Beberapa bentuk
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat agraris ke masyarakat industri dalam
pembangunan masyarakat di Kecamatan Tamalate Kota Makassar, bisa berupa kemajuan
maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial
dapat dibedakan menjadi, yaitu:

Evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam
waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.
Pada kasus perubahan masyarakat agraris ke industri di Kecamatan Tamalate Kota Makassar
perubahan tersebut dapat dilihat dari pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan,
dimana sebagian besar wilayah Kecamatan Tamalate saat ini telah banyak berubah menjadi
kawasan perumahan. Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Kasus yang terjadi di
Kelurahan Tanjung Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar merupakan bagian dari
terjadinya peristiwa besar “reformasi”, dimana adanya kebebasan menyampaikan pendapat di
muka umum dengan cara melakukan demonstrasi terhadap proyek pembangunan PT. GMTD
Tbk (Gowa Makassar Tourism Development).

Jika dilihat dari ruang lingkupnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan
sosial yang berpengaruh besar dan perubahan sosial yang berpengaruh kecil, yaitu:Perubahan
kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.Contoh perubahan kecil adalah
perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Perubahan besar adalah perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh
berarti bagi masyarakat. Hal ini tampak pada Kelurahan Tanjung Bunga Kota Makassar,
dimana penduduk di desa tersebut bertambah karena daya tarik industri perumahan, mereka
berdatangan dari berbagai penjuru kota dan kabupaten yang ada di sekitar Kota Makassar.

45
Jika dilihat dari keadaannya, perubahan sosial dibagi menjadi dua yaitu, perubahan yang
direncanakan dan tidak direncanakan, yaitu:

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan, dimana pihak-pihak yang hendak


melakukan perubahan di masyarakat telah merencanakan lebih dulu. Perubahan yang tidak
dikehendaki atau yang tidak direncanakan, dimana perubahan semacam ini merupakan
perubahan yang terjadi di luar kehendak masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-
akibat sosial yang tidak diharapkan. Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar dampak pendirian
perumahan adalah berdirinya tembok-tembok besar yang menghalangi pengairan untuk sawah
dan kebun-kebun penduduk akibatnya banyak penduduk yang tidak bisa menerimanya dan
melakukan protes keras.

Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik,
hukum dan lain sebagainya. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan sosial, yaitu:
Perubahan struktur pola hubungan sosial, dimana perubahan pola hubungan antar individu
menyebabkan adanya ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan
konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya
perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan nilai. Persebaran penduduk,
dimana masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang
berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.

Sistem politik dan kekuasaan, dimana sejak era reformasi dan demokrasi, masyarakat
menjadi lebih leluasa menyampaikan aspirasi dan keinginannya dalam memperlakukan lahan
yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi merupakan buah
dari adanya perubahan pada sistem politik dan kekuasaan yang berlangsung selama era
kemerdekaan. Dimana masyarakat lebih bisa menerima perubahan-perubahan sebagai bagian
dari proses politik yang terjadi di negeri ini.

Hubungan keluarga atau kekerabatan juga dapat menjadi faktor yang turut mempengaruhi
perubahan sosial. Hal ini dapat dilihat dari keluarga yang mengikuti trend (peradaban terbaru)
sebagai akibat dari penyesuaian-penyesuaian terhadap gejala-gejala baru yang disebabkan
oleh semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keluarga modern
yang relatif bisa menyesuaikan dengan perubahan sosial. Sistem status, dimana sejak
reformasi masyarakat yang tadinya ada di kelas bawah saat ini sudah mampu menunjukkan

46
eksistensinya di masyarakat. Mereka tidak lagi menjadi kelompok yang selalu berada pada
posisi yang rendah tapi saat ini mereka dapat mengikuti pola pikir dan perilaku orang-orang
yang selama ini memandangnya rendah.

B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
 Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, sebaiknya menggunakan jumlah
responden yang lebih banyak.
 Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail tentang perubahan sosial
yang terjadi di Sudiang, Makassar sebaiknya mencari data lebih banyak
melalui pemerintahan setempat
 Mengumpulkan data – data terbaru mengenai perubahan sosial yang terjadi

47
DAFTAR PUSTAKA

http://fidamanunggal.blogspot.com/2015/11/jenis-jenis-perubahan-sosial.html
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/01/pengertian-perubahan-sosial-secara-
umum.html
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sosiologi/bentuk-perubahan-sosial/
https://daerah.sindonews.com/read/853288/29/kota-makassar-di-zaman-pendudukan-jepang-
1397229602
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Makassar
Jurnal Bina Praja Volume 7 Nomor 4 Edisi Desember 2
https://puncakhati.blogspot.com/2016/04/pengaruh-budaya-asing-terhadap-indonesia.html

48

Anda mungkin juga menyukai