JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019 Pemanasan Global
A. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selain itu, pemanasan global adalah kondisi peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi akibat konsentrasi gas rumah kaca yang berlebih. B. Penyebab Pemanasan Global Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi secara alami karena memungkinkan berlangsungnya kehidupan semua makhluk di bumi. Tanpa adanya gas rumah kaca, seperti karbodioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas yang termasuk dalam kelompok gas rumah kaca adalah karbodioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis gas rumah kaca memberikan yang sumbangan terbesar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana dan dinitro dioksida. Sebagian besar gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, (minyak bumi dan batu bara) disektor energi dan transportasi, penggundulan hutan, dan pertanian. Emisi karbondioksida dihasilkan dari pembakaran bahan baker fosil (minyak bumi dan batu bara) pada sektor industri dan transportasi. Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada dua macam. Pembangkit listrik bertenaga batu bara. Pembakaran kendaraan bermotor. (Ford, 2005). C. Sifat Bahan Kimia Gas Rumah Kaca 1. Gas Karbon dioksida (CO2) Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi Karbon dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan di hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan asam karbonat lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah minum air berkarbonasi (Misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 Ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih besar dari 50.000 Ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. 2. Gas Metana (CH4) Metana merupakan komponen utama gas alam, sekitar 87% volume. Pada suhu kamar dan tekanan standar , metana adalah gas tidak berwarna, tidak berbau. Metana memiliki titik didih -161 ° C (-257,8 ° F ) pada tekanan satu atmosfer . Sebagai gas itu mudah terbakar hanya sedikit rentang konsentrasi (5-15%) di udara. Metana cair tidak membakar kecuali mengalami tekanan tinggi (biasanya 4-5 atmosfer). Metana sangat mudah terbakar. Campuran dari metana dengan udara yang eksplosif dalam kisaran 5-15% volume metana.Metana dapat bereaksi keras atau eksplosif dengan oksidator kuat, seperti oksigen, halogen atau senyawa interhalogen. Pada metana konsentrasi tinggi menyebabkan keadaan sesak nafas. 3. Gas Dinitro oksida (N2O) Dinitrogen oksida, dikenal luas sebagai gas tertawa, adalah senyawa kimia dengan rumus N2O. Sebutan "gas tertawa" merujuk pada efek kegirangan (euforia) yang dialami manusia apabila menghirupnya, sehingga dulu pernah digunakan sebagai halusinogen rekreatif (hiburan). Pada suhu ruang, ia berwujud gastak berwarna dan tidak mudah terbakar. Apabila dihirup atau dicecap terasa sedikit aroma dan rasa manis. Sebagai salah satu gas rumah kaca dan pencemar udara, N2O termasuk gas yang berbahaya karena memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat daripada CO2 dalam rentang waktu 100 tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen membentuk NO, dan NO kemudian akan memecah ozon. 4. Gas Hidrofluorokarbon (HFC) Hidrofluorokarbon (HFC) dikembangkan untuk menggantikan CFC sebagai refrigerant atau gas pendingin. Sayangnya, walaupun bisa mencegah kerusakan ozon karena bisa menggantikan CFC, HFC menjadi ancaman dalam bentuk lain karena dapat menyerap panas 3839 kali lebih besar dari CO2. Produksi HFC setiap tahunnya meningkat 15%. Dengan terus meningkatnya produksi HFC, dan kemampuan „super‟nya sebagai gas rumah kaca, tentu bisa melemahkan efek dari usaha pengurangan gas rumah kaca yang lain seperti CO2. 5. Gas Perfluorokarbon (PFC) Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan PFC (Perfluorokarbon) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet). 6. Gas Sulfur heksafluorida (SF6) Sulfur Heksafluorida (SF6) merupakan gas rumah kaca dengan potensi terbesar. Gas ini dapat menyerap panas 22.800 kali lebih besar dari CO2 dan mampu bertahan di atmosfer selama 100 tahun. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. (Eko Cahyono, 2011). D. Reaksi yang Terjadi Pada Pemanasan Global Pemakaian BBM dalam kendaraan bermotor akan menimbulkan salah satu gas rumah kaca yaitu CO2. Semakin banyak kendaraan di bumi maka semakin banyak CO2 yang timbul di bumi. Sebenarnya dengan kontribusi tumbuhan pada kelangsungan bumi yang cukup besar, CO2 dapat diubah menjadi O2 oleh tumbuhan. Namun banyaknya tumbuhan yang ditebang tanpa memperhitungkan akibat yang akan timbul. Jumlah tumbuhan di bumi tak sebanding dengan jumlah CO2 yang harus diubah ke O2. sehingga gas CO2 yang tak dapat diubah menjadi O2 akan naik ke atmosfer dan menjadi gas efek rumah kaca. Reaksi Kimia Reaksi pembakaran sempurna : CH4 (g) + 2 O2 (g) → CO2 (g) + 2 H2O (g) + E Reaksi pembakaran tak sempurna : 2 CH4 (g) + 3 O2 (g) → 2 CO (g) + 4 H2O (g) + E Reaksi kimia antara ozon dengan CFC12: CFC12(CCl2F2) + UV → Cl + CClF2 (Cl bereaksi kembali) Cl + O3 (ozon) → ClO + O2(Cl bereaksi kembali) Cl + O3 (ozon) → ClO + O2 Selanjutnya Cl ini bereaksi lagi dengan ozon, dan terulang kembali reaksi semula hingga Cl ini habis terurai. Reaksi kimia antara ozon dengan CO CO + O3 → CO2 + O2. (Ford, 2005). E. Dampak Pemanasan Global 1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat. 2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup. (Syaifullah, 2015). 3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna. 4. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien dan migrasi ikan). 5. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir. 6. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya. 7. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap. 8. Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru. 9. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang ini. Untuk menyelamatkan kerusakan terumbu karang akibat pemanasan global ini, maka para aktivis lingkungan dari enam negara tersebut telah merancang protokol adaptasi penyelamatan terumbu karang. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada di kawasan segitiga ini. (Burke, 2002). DAFTAR PUSTAKA
Burke, L. E. Selig, dan M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara. World Resources Institute: Washington DC. USA. Eko Cahyono, Waluyo. 2011. Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan Bumi. Bandung: Jurnal Peneliti Pengkajian Ozon dan Lapisan Udara. Vol.1. No.2: 28-30. Ford, Harry. 2005. Topik Paling Seru: CUACA. Jakarta: Erlangga. Syaifullah, Djazim. 2015. Suhu Permukaan Laut Perairan Indonesia dan Hubungannya Dengan Pemanasan Global. Jakarta: Jurnal Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Vol.11. No.1: 37-47.