Anda di halaman 1dari 2

Nama : Irene Aulia Kinanti

Biro/Departemen : Kesekretariatan

KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Kesehatan merupakan suatu hal mutlak yang harus dijaga dan ditanamkan sejak dini,
karena dengan tubuh yang sehat seseorang dapat melakukan berbagai aktivitas dengan lancar.
Menurut Soekidjo Notoatmojo (2003) bahwa kesehatan untuk anak tidak jauh dari pengertian
kesehatan pada umumnya. Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari segi sejahtera
badan, jiwa, dan sosial yang menjadikan tiap manusia hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.

Gigi dan mulut termasuk kedalam salah satu anggota tubuh yang penting untuk dijaga
kesehatannya. Namun, dewasa ini seringkali kita lupa akan pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut. Sepertinya ada kecenderungan di masyarakat bahwa memeriksakan kesehatan
gigi hanya penting saat sakit gigi saja, bahkan ada yang sampai tidak memeriksakan hingga
giginya mati karena tidak tertangani. Pendidikan mengenai bagaimana menjaga kesehatan
gigi dan mulut juga sangat kurang.

Gigi dan mulut yang sehat merupakan cermin tubuh yang sehat juga. Jika kesehatan
gigi dan mulut kurang baik, maka tidak hanya tubuh yang terkena dampak. Kehidupan sosial,
ekonomi, lingkungan, dan pendidikan kita juga akan terkena dampaknya.

Dampak apabila kita tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut antara lain yaitu, Sakit
gigi, gusi berdarah dan bengkak, karies gigi (gigi berlubang), nafas tidak segar/ bau mulut,
gigi goyang, gigi kuning, gigi sensitif/ linu, sariawan, serta karang gigi.

Secara sosial, kondisi gigi yang kurang baik akan membuat kita tak percaya diri
ketika bersosialisasi, sementara secara ekonomi, kita harus menghabiskan biaya cukup besar
untuk merawat gigi. Dari segi lingkungan, perawatan gigi di klinik gigi menghasilkan limbah
medis, sementara dari segi pendidikan, seseorang tidak bisa konsentrasi ketika sedang sakit
gigi. Sayangnya hal-hal seperti ini belum menjadi perhatian masyarakat umum.
Masalah kesehatan gigi dan mulut ini ternyata menjadi masalah kesehatan yang tak
hanya dialami orang dewasa tapi juga anak-anak. Sebuah studi yang dilakukan Pepsodent
kepada 506 anak di Indonesia menemukan bahwa 64 persen anak Indonesia yang disurvei
mengalami sakit gigi selama satu tahun terakhir. Tentunya ini diakibatkan karena kurangnya
kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Lalu apa solusinya? Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memberikan akses pada
pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pertama, memberdayakan kelompok kerja masyarakat
seperti ibu-ibu PKK dan dokter gigi kecil di sekolah. Kedua, pemerintah harus menjamin
pengadaan alat dan bahan kedokteran gigi dan mulut di setiap puskesmas.

Dan untuk menambah jumlah dokter gigi di Indonesia, pemerintah harus


mempertimbangkan kemungkinan membuka lebih banyak fakultas kedokteran gigi di
perguruan tinggi negeri. Selain itu, kurikulum modul kesehatan gigi masyarakat harus
memasukkan studi gender agar mahasiswi kekdokteran gigi terbuka mengenai kesetaraan
gender dan mahasiswi tergerak untuk terlibat aktif dalam mengabdi pada negara.

Anda mungkin juga menyukai