HIPERTENSI EMERGENCY
A. DEFINISI
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan di bidang neuro-cardiovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Keduanya harus ditangani dengan tepat dan segera
sehingga prognosisnya terhadap organ target (otak, ginjal dan jantung) dan sistemik
dapat ditanggulangi.
Hipertency emergency yaitu kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥220
mmhg dan diastolik dan diastolik ≥ 140 mmhg ) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif sehingga tekanan darah harus diturunkan segera dalam hitungan menit
sampai jam. Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang
merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan komplikasi yang
sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan penanganan segera untuk
mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. (Kaplan,2006)
B. ETIOLOGI
Hipertensi emergency merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi
peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ
target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi
emergency adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial, sistem kardiovaskuler yang
dapat mengakibatkan infark miokard, berfungsi ventrikel kiri aku, edema paru akut,
diseksi aorta dan sistem organ lainnya .
C. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu
diantaranya pusing, nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta,
mata kabur dan edema papilla mata, sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak,gagal ginjal akut pada gangguan ginjal disamping sakit
kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
D. KOMPLIKASI
1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Insufisiensi ginjal
4. CVA ( Cerebro Vaskuler Accident )
E. PATOFISIOLOGI
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada
penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper
kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga
perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan
cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf
atau hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.
F. PATHWAYS
Predisposisi : Umur, Jenis Presipitasi : pusat vasomotor
kelamin, Gaya hidup, sistem saraf simpatis
Obesitas konstriksi pembuluh darah
HIPERTENSI
HIPERTENSI EMERGENCY
Vasokonstriksi
Risiko ketidakefektifan Koroner jantung
perfusi jaringan serebral
Rangsang
Resiko aldosteron Resiko infark miokard
injuri injuri
Retensi Na
Oedema
Intoleransi Nyeri dada
aktivitas
1. Terapi Medis
2. Terapi Keperawatan
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fokus pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipneu
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan
penyakit cerebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis)
Hipotensi postural, nadi, denyut apikal, frekuensi atau irama,
bunyi jantung.
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perusahaan keperibadian, ansietas, depresi, euforia, atau
marah kronik.
Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang beerkaitan
dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak
Gerak taangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
e. Makanan / cairan
Gejala : Mual-muntah
Perubahan berat badan akhir-akhir ini
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening atau pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan)
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau
reflek tendon dalam.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Nyeri abdomen atau massa
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja
Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan
Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri kepala
2. Penurunan curah jantung b.d irama jantung, frekuensi jantung
3. Ketidakseimbangan Volume cairan : berlebih b.d oedem
4. Resiko injuri b.d penurunan kesadaran
5. intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3. Asuhan keperawatan teori (nanda-noc-nic)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: ❖ Pain Level, ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, ❖ pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kimia, fisik, psikologis), ❖ comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. ▪ Observasi reaksi nonverbal dari
DS: Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan ●Mampu mengontrol ▪ Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati- nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan
hati menggunakan tehnik kebisingan
- Gangguan tidur (mata nonfarmakologi untuk ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, mengurangi nyeri, ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sulit atau gerakan kacau, mencari bantuan) menentukan intervensi
menyeringai) ●Melaporkan bahwa nyeri ▪ Ajarkan tentang teknik non
- Terfokus pada diri berkurang dengan farmakologi: napas dala, relaksasi,
sendiri menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin
- Fokus menyempit manajemen nyeri ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi
(penurunan persepsi ●Mampu mengenali nyeri nyeri: ……...
waktu, kerusakan proses (skala, intensitas, ▪ Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan frekuensi dan tanda ▪ Berikan informasi tentang nyeri
interaksi dengan orang nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa lama
dan lingkungan) ●Menyatakan rasa nyaman nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
contoh : jalan-jalan, ●Tanda vital dalam ▪ Monitor vital sign sebelum dan
menemui orang lain rentang normal sesudah pemberian analgesik
dan/atau aktivitas, ●Tidak mengalami pertama kali
aktivitas berulang- gangguan tidur
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin
Office Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2009:43-50