Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI EMERGENCY

A. DEFINISI
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan di bidang neuro-cardiovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis terdiri dari hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi. Keduanya harus ditangani dengan tepat dan segera
sehingga prognosisnya terhadap organ target (otak, ginjal dan jantung) dan sistemik
dapat ditanggulangi.
Hipertency emergency yaitu kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥220
mmhg dan diastolik dan diastolik ≥ 140 mmhg ) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif sehingga tekanan darah harus diturunkan segera dalam hitungan menit
sampai jam. Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular
yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang
merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan komplikasi yang
sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan penanganan segera untuk
mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. (Kaplan,2006)
B. ETIOLOGI
Hipertensi emergency merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi
peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ
target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi
emergency adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial, sistem kardiovaskuler yang
dapat mengakibatkan infark miokard, berfungsi ventrikel kiri aku, edema paru akut,
diseksi aorta dan sistem organ lainnya .

C. MANIFESTASI KLINIK

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu
diantaranya pusing, nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta,
mata kabur dan edema papilla mata, sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak,gagal ginjal akut pada gangguan ginjal disamping sakit
kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
D. KOMPLIKASI

1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Insufisiensi ginjal
4. CVA ( Cerebro Vaskuler Accident )

E. PATOFISIOLOGI

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada
penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper
kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga
perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena
itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan
cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu
jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf
atau hormon di dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa
jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.
F. PATHWAYS
Predisposisi : Umur, Jenis Presipitasi : pusat vasomotor
kelamin, Gaya hidup, sistem saraf simpatis
Obesitas konstriksi pembuluh darah

HIPERTENSI

Kerusakan organ target progresif

HIPERTENSI EMERGENCY

Otak Ginjal Retina Pemblh darah

Vasokonstriksi Spasmus Sistemik


pemblh. darah arteriole
ginjal
Resistensi Suplai O2 Vasokontriksi
pemb. drh otak
Diplopia
otak Blood flow
afterload
Kesadaran
Tek. pemblh drh Respon KAA
otak COP

Vasokonstriksi
Risiko ketidakefektifan Koroner jantung
perfusi jaringan serebral
Rangsang
Resiko aldosteron Resiko infark miokard
injuri injuri

Retensi Na

Oedema
Intoleransi Nyeri dada
aktivitas

Penurunan Curah Jantung Nyeri


Akut
Ketidakseimbangan
Sumber : volume cairan

- Doengoes (2000 : 59)


- Smeltzer S.C & Bare (2002 : 898)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

1. Terapi Medis

Untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian parenteral,


daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai :

Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus


Kerja
Sodium 0,25-10 mg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside kg / menit menit jangka panjang dapat
sebagai infus setelah infus menyebabkan keracunan
IV tiosianat,
methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia,
sebagai infus 10 min muntah, ,
IV methemoglobinemia;
membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah,
sebagai infus 30 min sakit kepala, peningkatan
IV tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ Ensepalopati dengan
per 250 cc 24 jam gangguan koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah,
Diltiazem ug/kg/menit 30 min sakit kepala, peningkatan
sebagi infus tekanan intrakranial;
IV hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi


dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga
tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi :

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan


Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk
nicardipine bantuan iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2
labetalol jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3
labetalol jam
Kelebihan Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2
katekolamin jam
Hipertensi Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3
ensefalopati jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3
hemorrhage nicardipine jam
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12
jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.
Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat
diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi
intravena ( IV ).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun
venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6 ug /
kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit, duration of
action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit
kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action 4 –
12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5
menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah,
distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus :
10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta
Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume
intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan
cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15
– 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg
secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of
action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus,
retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 – 10
menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi,
dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10
jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering
dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60 menit,
duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam,
gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa
takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi
dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa
jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis.
Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
Pengobatan khusus krisis hipertensi
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi
esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan darah
naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala
saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan
parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal.
Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah
terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat
kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi,
keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila
terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri
dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah
pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan
darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium
Nitroprusid.
6. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin
kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
7. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar
tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah
dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat
pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
(Dewi dan Familia, 2010 : 100).

2. Terapi Keperawatan

a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk
dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


b) Pemeriksaan retina
c) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g) Foto dada dan CT scan
I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI (Doengoes : 2000 )

1. Fokus pengkajian

a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipneu
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan
penyakit cerebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis)
Hipotensi postural, nadi, denyut apikal, frekuensi atau irama,
bunyi jantung.
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perusahaan keperibadian, ansietas, depresi, euforia, atau
marah kronik.
Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang beerkaitan
dengan pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak
Gerak taangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
e. Makanan / cairan
Gejala : Mual-muntah
Perubahan berat badan akhir-akhir ini
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda : Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening atau pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan)
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan atau
reflek tendon dalam.
g. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Nyeri abdomen atau massa
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja
Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan
Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)
Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri kepala
2. Penurunan curah jantung b.d irama jantung, frekuensi jantung
3. Ketidakseimbangan Volume cairan : berlebih b.d oedem
4. Resiko injuri b.d penurunan kesadaran
5. intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3. Asuhan keperawatan teori (nanda-noc-nic)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: ❖ Pain Level, ▪ Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, ❖ pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kimia, fisik, psikologis), ❖ comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. ▪ Observasi reaksi nonverbal dari
DS: Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria ▪ Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan ●Mampu mengontrol ▪ Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati- nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan
hati menggunakan tehnik kebisingan
- Gangguan tidur (mata nonfarmakologi untuk ▪ Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, mengurangi nyeri, ▪ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sulit atau gerakan kacau, mencari bantuan) menentukan intervensi
menyeringai) ●Melaporkan bahwa nyeri ▪ Ajarkan tentang teknik non
- Terfokus pada diri berkurang dengan farmakologi: napas dala, relaksasi,
sendiri menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin
- Fokus menyempit manajemen nyeri ▪ Berikan analgetik untuk mengurangi
(penurunan persepsi ●Mampu mengenali nyeri nyeri: ……...
waktu, kerusakan proses (skala, intensitas, ▪ Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan frekuensi dan tanda ▪ Berikan informasi tentang nyeri
interaksi dengan orang nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa lama
dan lingkungan) ●Menyatakan rasa nyaman nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
contoh : jalan-jalan, ●Tanda vital dalam ▪ Monitor vital sign sebelum dan
menemui orang lain rentang normal sesudah pemberian analgesik
dan/atau aktivitas, ●Tidak mengalami pertama kali
aktivitas berulang- gangguan tidur
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Penurunan curah NOC : NIC :


jantung b/d gangguan ● Cardiac Pump ❖ Evaluasi adanya nyeri dada
irama jantung, stroke effectiveness ❖ Catat adanya disritmia jantung
volume, pre load dan ● Circulation Status ❖ Catat adanya tanda dan gejala
afterload, kontraktilitas ● Vital Sign Status penurunan cardiac putput
jantung. ● Tissue perfusion: ❖ Monitor status pernafasan yang
perifer menandakan gagal jantung
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan ❖ Monitor balance cairan
- Aritmia, takikardia, selama………penurunan ❖ Monitor respon pasien terhadap
bradikardia kardiak output klien efek pengobatan antiaritmia
- Palpitasi, oedem teratasi dengan kriteria ❖ Atur periode latihan dan istirahat
- Kelelahan hasil: untuk menghindari kelelahan
- Peningkatan/penurunan ❖ Tanda Vital dalam ❖ Monitor toleransi aktivitas pasien
JVP rentang normal ❖ Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Distensi vena jugularis (Tekanan darah, Nadi, tekipneu dan ortopneu
- Kulit dingin dan lembab respirasi) ❖ Anjurkan untuk menurunkan stress
- Penurunan denyut nadi ❖ Dapat mentoleransi ▪ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
perifer aktivitas, tidak ada ▪ Monitor VS saat pasien berbaring,
- Oliguria, kaplari refill kelelahan duduk, atau berdiri
lambat ❖ Tidak ada edema paru, ▪ Auskultasi TD pada kedua lengan
- Nafas pendek/ sesak perifer, dan tidak ada dan bandingkan
nafas asites ▪ Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
- Perubahan warna kulit ❖ Tidak ada penurunan selama, dan setelah aktivitas
- Batuk, bunyi jantung kesadaran ▪ Monitor jumlah, bunyi dan irama
S3/S4 ❖ AGD dalam batas jantung
- Kecemasan normal ▪ Monitor frekuensi dan irama
❖ Tidak ada distensi vena pernapasan
leher ▪ Monitor pola pernapasan abnormal
❖ Warna kulit normal ▪ Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
▪ Monitor sianosis perifer
▪ Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
▪ Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
▪ Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
▪ Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
▪ Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk mempertahankan
kontraktilitas jantung
▪ Kelola pemberian antikoagulan
untuk mencegah trombus perifer
▪ Minimalkan stress lingkungan

Ketidakseimbangan NOC : NIC :


Volume cairan : berlebih ❖ Electrolit and acid ● Pertahankan catatan intake dan
Berhubungan dengan : base balance output yang akurat
- Mekanisme ❖ Fluid balance ● Pasang urin kateter jika
pengaturan melemah ❖ Hydration diperlukan
- Asupan cairan Setelah dilakukan tindakan ● Monitor hasil lab yang sesuai
berlebihan keperawatan selama …. dengan retensi cairan (BUN ,
DO/DS : Kelebihan volume cairan Hmt , osmolalitas urin )
- Berat badan teratasi dengan kriteria: ● Monitor vital sign
meningkat pada ❖ Terbebas dari edema, ● Monitor indikasi retensi /
waktu yang singkat efusi, anaskara kelebihan cairan (cracles, CVP ,
- Asupan berlebihan ❖ Bunyi nafas bersih, edema, distensi vena leher, asites)
dibanding output tidak ada ● Kaji lokasi dan luas edema
- Distensi vena dyspneu/ortopneu ● Monitor masukan makanan /
jugularis ❖ Terbebas dari distensi cairan
- Perubahan pada vena jugularis, ● Monitor status nutrisi
pola nafas, ❖ Memelihara tekanan ● Berikan diuretik sesuai interuksi
dyspnoe/sesak vena sentral, tekanan ● Kolaborasi pemberian obat:
nafas, orthopnoe, kapiler paru, output ....................................
suara nafas jantung dan vital sign ● Monitor berat badan
abnormal (Rales DBN ● Monitor elektrolit
atau crakles), , ❖ Terbebas dari ● Monitor tanda dan gejala dari
pleural effusion kelelahan, kecemasan odema
- Oliguria, azotemia atau bingung
- Perubahan status
mental,
kegelisahan,
kecemasan
Risiko Injury NOC : NIC : Environment Management
Risk Kontrol (Manajemen lingkungan)
Faktor-faktor risiko : Immune status ▪ Sediakan lingkungan yang aman
Eksternal Safety Behavior untuk pasien
- Fisik (contoh : Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi kebutuhan keamanan
rancangan struktur dan keperawatan selama…. pasien, sesuai dengan kondisi fisik
arahan masyarakat, Klien tidak mengalami dan fungsi kognitif pasien dan
bangunan dan atau injury dengan kriterian riwayat penyakit terdahulu pasien
perlengkapan; mode hasil: ▪ Menghindarkan lingkungan yang
transpor atau cara ❖ Klien terbebas dari berbahaya (misalnya memindahkan
perpindahan; Manusia cedera perabotan)
atau penyedia ❖ Klien mampu ▪ Memasang side rail tempat tidur
pelayanan) menjelaskan ▪ Menyediakan tempat tidur yang
- Biologikal ( contoh : cara/metode nyaman dan bersih
tingkat imunisasi dalam untukmencegah ▪ Menempatkan saklar lampu
masyarakat, injury/cedera ditempat yang mudah dijangkau
mikroorganisme) ❖ Klien mampu pasien.
- Kimia (obat-obatan:agen menjelaskan factor ▪ Membatasi pengunjung
farmasi, alkohol, kafein, risiko dari ▪ Memberikan penerangan yang
nikotin, bahan lingkungan/perilaku cukup
pengawet, kosmetik; personal ▪ Menganjurkan keluarga untuk
nutrien: vitamin, jenis ❖ Mampumemodifikasi menemani pasien.
makanan; racun; gaya hidup ▪ Mengontrol lingkungan dari
polutan) untukmencegah injury kebisingan
Internal ❖ Menggunakan fasilitas ▪ Memindahkan barang-barang yang
- Psikolgik (orientasi kesehatan yang ada dapat membahayakan
afektif) ❖ Mampu mengenali ▪ Berikan penjelasan pada pasien dan
- Mal nutrisi perubahan status keluarga atau pengunjung adanya
- Bentuk darah abnormal, kesehatan perubahan status kesehatan dan
contoh : penyebab penyakit.
leukositosis/leukopenia
- Perubahan faktor
pembekuan,
- Trombositopeni
- Sickle cell
- Thalassemia,
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak
berfungsi.
- Biokimia, fungsi
regulasi (contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
- Fisik (contoh :
kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : ❖ Self Care : ADLs ❖ Observasi adanya pembatasan klien
● Tirah Baring atau ❖ Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
imobilisasi ❖ Konservasi eneergi ❖ Kaji adanya faktor yang
● Kelemahan Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
menyeluruh tindakan keperawatan ❖ Monitor nutrisi dan sumber energi
● Ketidakseimbangan selama …. Pasien yang adekuat
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap ❖ Monitor pasien akan adanya
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria kelelahan fisik dan emosi secara
Gaya hidup yang Hasil : berlebihan
dipertahankan. ❖ Berpartisipasi dalam ❖ Monitor respon kardivaskuler
DS: aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
● Melaporkan secara disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
verbal adanya tekanan darah, nadi pucat, perubahan hemodinamik)
kelelahan atau dan RR ❖ Monitor pola tidur dan lamanya
kelemahan. ❖ Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
● Adanya dyspneu atau aktivitas sehari hari ❖ Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidaknyamanan saat (ADLs) secara Rehabilitasi Medik dalam
beraktivitas. mandiri merencanakan progran terapi yang
DO : ❖ Keseimbangan tepat.
aktivitas dan istirahat ❖ Bantu klien untuk mengidentifikasi
● Respon abnormal dari aktivitas yang mampu dilakukan
tekanan darah atau ❖ Bantu untuk memilih aktivitas
nadi terhadap aktifitas konsisten yang sesuai dengan
● Perubahan ECG : kemampuan fisik, psikologi dan
aritmia, iskemia sosial
❖ Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
❖ Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
❖ Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
❖ Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
❖ Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
❖ Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
❖ Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
❖ Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Hipertensi. Hipertensi Emergensi dan Hipertensi-Urgensi. BIKBiomed. 2007. Vol.3, No.4


:163-8.2. 2. Saguner AM, Dur S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk
Factors
PromotingHypertensive Crises: Evidence From a LongitudinalStudy. Am J Hypertensi.
2010. 23:775-780.
Kaplan NM. Primary hypertension. In: Clinical Hypertension. 9 ed. Lippincott Williams
&Wilkins; 2006: 50-104.
Madhur MS. Hypertension. Medscape Article. 2012. Vol.3, No.4 :163-8.

Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:


//www.depkes.org.

Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin
Office Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2009:43-50

Anda mungkin juga menyukai