Disusun Oleh:
2. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pengembangan dada dinamis yang kiri
tertinggal dari kanan menandakan adanya trauma/massa. Adanya fremitus raba
dada kiri menurun menandakan adanya cairan, massa, dan udara. Pada perkusi
didapatkan hipersonor pada paru kiri menandakan adanya udara. Pada auskultasi
didapatkan suara paru hilang di lapang paru kiri menandakan adanya jarak
bertambah antara paru dan dinding dada, kemungkinan collapse. Selain itu juga
menandakan adanya benda didalamnya, yang menghalangi paru dan dinding dada,
contohnya adanya udara yang terjebak di cavitas pleura.
Pada paru-paru, tekanan lebih rendah dari di luar, sehingga udara dapat masuk.
Selain itu, adanya tegangan antar pleura, supaya paru-paru dapat mengembang.
Apabila ada perubahan, dapat disebabkan oleh trauma atau prosedur medis,
sehingga paru-paru collapse. Namun, terdapat elastic recoil yang dapat
mempertahankan agar tidak collapse.
Ada fibrosis
Ditutup menggunakan suatu kedap udara supaya hanya udara yang dapat masuk
16. Pasien tidak ada riwayat hipertensi, tetapi tekanan darah dan denyut nadi naik,
menyebabkan kompensasi jantung ketika tubuh kekurangan Oksigen. Kekurangan
Oksigen disebabkan karena paru-paru collapse.
D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.
Definisi
Nyeri Dada
Nyeri Dada Etiologi
Kardiogenik
Patogenesis
Anamnesis
Vital Signs
Nyeri Dada
Nonkardiogenik Patofisiologi
Interpretasi dan
Pemeriksaan Fisik Jantung Patogenesis Signs and
Symptoms
Paru
Pemeriksaan Radiologi DD Pneumothorax
x
Pmx Efusi Pleura
Penunjang
Dx
Tatalaksana
A. PNEUMOTHORAX
Pneumothorax adalah penyakit yang ditandai dengan terakumulasinya
udara di cavitas pleuralis. Pneumothorax berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Pneumothorax Spontan
Pneumothorax spontan yaitu terkumpulnya udara di cavitas pleuralis
tanpa adanya trauma yang menyebabkan lubang di pleura.
Pneumothorax spontan sendiri dapat dibedakan menjadi 2 lagi:
a. Pneumothorax Spontan Primer
Pneumothorax spontan primer disebabkan terjadinya ruptur
bleb/bullae subpleura (Sahn,2000). Terbentuknya bleb/bullae tidak
akan menimbulkan pneumothorax selama tidak terbentuk bleb di
subpleura. Terdapat teori yang mengemukakan bahwa bleb/bullae
terbentuk karena adanya faktor lingkungan seperti rokok atau pada
kasus perokok pasif yang.
Patogenesis pneumothorax spontan primer berawal dari
faktor lingkungan yang menyebabkan terdegradasinya serat elastis
pada paru-paru. Hasil degradasi ini mengundang netrofil dan
makrofag untuk datang. Sebagai respons imunitas, dihasilkan
oksidan untuk mengoksidasi produk degradasi serat elastin. Setelah
itu terjadi ketidakseimbangan antara protease dan antiprotease yang
menyebabkan terjadinya bleb subpleura. Apabila terjadi tekanan
intrapulmoner/ alveoler yang meningkat seperti pada saat mengejan
karena mengangkat beban yang berat, bleb tersebut dapat ruptur
dan udara di dalamnya mengalami kebocoran ke dalam interstitium
paru. Jika udara telah sampai ke hilum pulmonis maka terjadilah
pneumomediastinum. Semakin lama tekanan mediastinal akan
semakin meningkat sebagai hasil dari akumulasi udara di
mediastinum dan mendesak pleura parietalis paru-paru. Pada
akhirnya, pleura akan mengalami ruptur dan terjadilah
pneumothorax spontan primer.
Patofisiologi dari pneumothorax spontan primer bermula
dari gangguan restriktif dari paru-paru. Paru-paru yang yang
diselubungi pleura tidak dapat mengembang dengan sempurna
pada pneumothorax karena pleura yang seharusnya dapat
membantu pengembangan paru pada saat inspirasi justru terisi
udara sehingga tidak dapat menarik paru-paru. Gangguan restriktif
ini menyebabkan kapasitas vital paru menurun dan berakibat
terjadinya hipoxemia.
b. Pneumothorax Spontan Sekunder
Patogenesis pneumothorax spontan sekunder hampir sama
dengan patogenesis pneumothorax spontan primer dimana terjadi
degradasi elastin pada paru-paru yang berkahir pada rupturnya bleb
subpleura. Perbedaan antara pneumothorax spontan primer dan
sekunder adalah pneumothorax spontan sekunder didasari penyakit
paru-paru sebelumnya, terutama Penyakit Pernapasan Obstruktif
Kronis (PPOK), seperti emfisema dan bronkitis kronis.
2. Pneumothorax Traumatik
Pneumothorax traumatik disebabkan karena terbentuknya lubang di
pleura akibat luka trauma. Tekanan pleura normalnya berada dibawah
tekanan atmosfer agar dapat memasukkan udara saat inspirasi normal.
Pada pneumothora traumatik, udara di atmosfer masuk melalui lubang
di pleura menuju ke tekanan negatif di dalam cavitas pleuralis.
Terkumpulnya udara di dalam cavitas pleruralis secara terus menerus
dapat menyebabkan tekanan pleura positif. Hal tersebut dapat
berakibat fatal yang disebut dengan pneumothorax ventil/ tension
pneumothorax.
Pneumothorax Iatrogenik
Pneumothorax iatrogenik hampir sama dengan pneumothorax
traumatik namun pneumothorax iatrogenik disebabkan oleh tindakan
medis yang menyebabkan lubang di pleura seperti thoracobiopsy, fine
needle aspiration biopsy (FNAB), akupuntur.
B. EFFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan di dalam cavitas pleuralis.
Terdapat 2 tipe efusi pleura yakni transudatif dan eksudatif. Efusi pleura
Patofisiologi
Temuan utama pada bronchitis adalah hipertropi kelenjar mukosa
bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema
pada mukosa sel bronkus.Pembentukan mukosa yang terus menerus
mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan factor fagositosis dan
melemahkan mekanisme pertahananya sendiri. Pada penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam
saluran napas.
Pathogenesis
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan
diameter
bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus
normal, dan
akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus
menutupi cilia, karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tida
kmampul agi mendorong dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan
dahak dari bronki adalah dengan batuk.
Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan
dan
faktor host/penderita.Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan
meliputi
polusi udara, merokok dan infeksi.Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi
bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus
(RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor
polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadiny
abronkitis. Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin,
kondisi alergi dan riwayat penyakit paru yang sudah ada.
Efusi Pleura
Definisi
Efusi pleura didefinisikan sebagai terkumpulnya cairan abnormal di
dalam cavum pleura. Cavum pleura merupakan ruangan yang hanya
berisi sedikit cairan serous untuk melumasi dinding dalam pelura. Namun
pada kondisi ini, di dalam cavum pelura terdapat cairan yang berlebih,
sehingga dengan jumlah cairan yang berlebih tadi, akan menekan paru
menyebabkan paru akan sulit untuk mengembang. Kondisi paru yang
sulit mengembang nantinya akan menyebabkan berkurangnya oxygen
intake dari pasien dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi
sistemik hingga ke arah kematian.
Efusi pleura secara spesifik dinamakan berdasarkan jenis cairan
abnormal yang terakumulasi secara abnormal di cavum pleura, yang
berasal dari sumber – sumber tertentu seperti yang disebutkan pada
paragraf sebelumnya. Jenis – jenis efusi pleura antara lain :
Hidrothoraks : Terakumulasinya cairan serous
Hemothoraks : Terakumulasinya darah
Kilothoraks : Terakumulasinya cairan limfe
Pyothoraks : Terakumulasinya cairan pus sisa infeksi
Secara garis besar jenis cairan pleura dibedakan menjadi dua untuk
mempermudah diagnosis diferensial, yakni cairan efusi pleura transudat
dan cairan pleura eksudat.
Diagnosis
Diagnosis untuk menentukan pasien dengan efusi pleura di awali dengan
melakukan anamnesis. Tanda dan Gejala yang muncul pada efusi pleura
antara lain yakni dyspneu, nyeri dada, deviasi trakea, batuk.
Setelah melakukan anamnesis, langkah selanjutnya adalah dengan
melaksanakan pemeriksaaan fisik. Pada pemeriksaan fisik thoraks
dilakukan dengan urutan inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi. Pada
inspeksi dapat ditemukan tanda – tanda antatra lain dinding paru
asimetris, dinding dada tertinggal, ada sianosis dan lain - lain. Pada
palpasi akan ditemukan stem fremitus paru akan mengalami penurunan
dibandingkan paru yang tidak efusi. Pada perkusi biasanya akan
ditemukan perbedaan yang cukup nyata yakni pada pasien dengan efusi
pleura maka akan ditemukan suara redup pada lapangan bawah paru.
Pada auskultasi akan ditemukan suara paru melemah pada lapangan paru
yang sedang kolaps oleh karena efusi pleura.
Setelah melalui proses pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai sarana untuk memastikan diagnosa kerja yang telah
dibangun. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis efusi
pleura cukup sederhana yakni dengan melakukan x foto thorax posisi PA.
i. Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri
jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk
ii. Sesak nafas
iii. Dada terasa sempit
iv. Mudah lelah
v. Denyut jantung yang cepat
vi. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
vii. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
viii. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
ix. Hidung tampak kemerahan
x. Cemas, alveol, tegang
xi. Tekanan darah rendah (hipotensi)
b. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya
penurunan suara pernafasan pada sisi yang terkena. Trakea (saluran
udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah
satu sisi karena terjadinya pengempisan paru-paru. Pemeriksaan yang
biasa dilakukan yaitu rontgen dada (adanya udara diluar paru-paru)
dan gas darah arteri.
c. Tatalaksana
Penatalaksanaan pneumothorax tergantung dari jenis pneumothoraks
antara lain dengan melakukan :
i. Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura
menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama
ditunjukan pada pneumothorax tertutup atau terbuka, sedangkan
untuk pneumothorax ventil tindakan utama yang harus dilakukan
dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi tersebut yaitu
dengan membuat hubungan udara ke luar.
ii. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara:
a) Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga
pleura dengan demikian tekanan udara yang positif dirongga
pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar
melalui jarum tersebut.
b) Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il
Dapat memakai infuse set
Jarum abbocath
Pipa WSD (Water Sealed Drainage)
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukan kerongga
pleura dengan perantara thoakar atau dengan bantuan klem
penjepit (pean). Pemasukan pipa plastic (thoraks kateter)
dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan
insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah atau
pada garis aksila belakang. Selain itu data pula melalui sela
iga ke 2 dari garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela
alveola didada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa
alveola lainya, posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol
sebaiknya berada 2 cm dibawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan
tersebut.
1. Hematotoraks
2. Pneumotoraks
2. bila gambaran udara pada foto toraks lebih dari seperempat rongga
torak sebelah luar
Macam-macam WSD :
Pada system ini ada penambahan botol ketiga yaitu untuk mengontrol
jumlah cairan suction yang digunakan. Sistem tiga botol
menggunakan 3 botol yang masing-masing berfungsi sebagai
penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan
penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak
biasanya digunakan mesin penghisap (suction) dengan tekanan
sebesar 20 cmH20 untuk mempermudah pengeluaran. Karena dengan
mesin penghisap dapat diatur tekanan yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai tempat
penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol
"water seal". Udara dapat keluar dari rongga intrapelura akibat
tekanan dalam bbtol pertama yang merupakan sumber-vacuum. Botol
kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki
rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan. Botol
tersebut merupakan botol tertutup yang mempunyai katup atmosferik
atau tabung manometer yang berfungsi untuk mengatur dan
mongendalikan mesin penghisap yang digunakan.
Keuntungan
Torakosentesis
Torakosentesis dilakukan untuk tujuan mencari penyebab ataupun
menghilangkan rasa sesak dengan cara mengeluarkan cairan serta
memasukan antibiotik dan antiseptik ke rongga pleura pasien. Kontra
indikasi adalah pada pasien yang mengalami kelainan pembekuan
darah. Torakosentesis dilakukan pada posisi duduk, untuk menentukan
batas atas dari efusi dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik.
Torakosentesis dilakukan di sela iga di linea aksilaris, linea aksilaris
posterior ujung tulang belikat dan linea aksilaris anterior di bawah
permukaan cairan, dan permukaan kulit tempat tusukan harus bebas
dari segala penyakit dan jarum tusukan sedalam 5 – 10 cm ke arah
vertebra.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada skenario 3 ini, dari hasil anamnesis diketahui bahwa pasien adalah
seorang laki-laki berusia 30 tahun dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri,
satu jam sebelumnya pasien sedang mengangkat beban berat di pasar.
Vital sign didapatkan tekanan darah 150/100 (abnormal, normal tekanan
darah ialah 120/80), Frekuensi nafas 40 x/menit (di atas normal,
normalnya 14-20), denyut nadi takikardi 120 kali (normalnya 60-100 kali),
suhu tubuh 360 C (normal, normalnya 36,6-37,2). Saturasi oksigen 90%
(rendah, normalnya 95-100%)
Dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala-gejala yang sesuai didapatkan
suatu diagosis banding, yaitu: efusi pleura, pneumonia, emfisema. Hal ini
didasarkan pada tanda-tanda yang muncul seperti adanya retraksi
intercostalis dan sternal, didapatkan suara hipersonor pada paru kiri (paru
berisi udara), didapatkan suara dasar vesikular, pada palpasi didapatkan
pengembangan dada tertinggal dan fremitus raba menurun, sedangkan
jantung dalam batas normal (menandakan bahwa kelainan tidak berasal
dari jantung). Namun, sebelum bisa ditentukan diagnosis nya secara tepat ,
dokter merencanakan untuk tindakan awal, kemudian dokter segera
merujuk untuk penganganan lebih lanjut.
B. Saran
Untuk mahasiswa: