BAB II1 (Repaired)
BAB II1 (Repaired)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
bahakan merupakan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Indonesia sebagai salah satu dari negara
berkembang mengandalkan industri sebagai landasan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat (Ginting, 2007).
Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor
industri terhadap pendapatan nasional menggambarkan sejauh mana tingkat
industrialisasi telah dicapai. Untuk dapat hidup dalam pembangunan berkelanjutan
apabila pembangunan industri berada dalam kondisi yang berwawasan lingkungan
yaitu industri berusaha memelihara kestabilan dan melestarikan ekosistemnya.
Tindakan yang diperlukan untuk melestarikan ekosistem industri adalah mencegah
pencemaran, mengurangi emisi-emisi, melestarikan keanekaragaman hayati,
menggunakan sumber daya biologi terpulihkan secara berkelanjutan dan
mempertahankan keterpaduan ekosistem satu dengan ekosistem lainnya (Ginting,
2007).
Industri secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
2.1.1 Industri dasar atau hulu
Industri hulu mempunyai sifat sebagai berikut; padat modal, berskala besar,
menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan
bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini
belum tersentuh pembangunan. Oleh karena itu industri hulu membutuhkan
perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunannya, mulai dari
perencanaan sampai operasional. Di sudut lain juga dibutuhkan pengaturan tata-
ruang, rencana pemukimam, pengembangan kehidupan perekonomian, pencegahan
kerusakan lingkungan dan lain-lain. Pembangunan industri ini dapat
4
5
mengakibatkan perubahan lingkungan baik dari aspek sosial ekonomi dan budaya
maupun pencemaran. Terjadi perubahan tatanan sosial, pola konsumsi, tingkah
laku, sumber air, kemunduran kualitas udara, penyusutan sumberdaya alam dsb.
2.1.2 Industri hilir
Industri hilir merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya
industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu
diusahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji padat karya.
2.1.3 Industri kecil
Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan memiliki
peralatan sederhana. Walaupun hakikatnya sama dengan industri hilir, tetapi sistem
pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik meupun pengolahan
limbah belum mendapat perhatian. Sifat industri ini padat karya.
Dampak kegiatan industri terhadap lingkungan lebih banyak didominasi
dampak biologi dengan komponen biologi lebih banyak sebagai media pencemar.
Bahan pencemar pada limbah masuk dalam lingkungan parairan pada gilirannya
mengancam biota perairan. Philoplankton yang hidup dalam perairan mengalami
kemunduran pertumbuhan dan populasinya semakin habis karena bahan-bahan
pencemar limbah cukup banyak, akibatnya berbagai jenis nekton dalam perairan
kehilangan sumber makanan dan populasinya juga semakin berkurang
(Sugiarto,1987).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia
organik dan anorganik.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada
jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh
yang berarti namundalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap
6
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini dioksidasi
oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih optimum, adapun reaksi yang
terjadi:
klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan untuk memastikan bahwa
hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih
harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa menentukan berapa besar
oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi
dengan Ferro Ammonium Sulfat (FAS). Reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut.
klorida yang umumnya terdapat di dalam air buangan. Untuk memastikan bahwa
hampir semua zat organis hampir teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 yang
sesudah direfluks masih harus tersisa. K2Cr2O7 yang tersisa dalam larutan tersebut
digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7
tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Indikator
ferroin yang digunakan akhir titrasi yitu saat warna hijau-biru larutan menjadi
coklat-merah.
Analisis COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antar
angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan, seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan Rata-rata Angka BOD5/COD Untuk Beberapa Jenis Air.
Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/l di dalam sampel
dapat menjadi gangguan karena dapat menjadi ganguan karena dapat mengganggu
kerjanya kualitas Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh
dikromat, sesuai dengan reaksi berikut:
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ → 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O
Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penambahan HgSO4 pada sample. Adapun
keuntungan dengan penambahan tes COD dibandingkan tes BOD5, antara lain:
2.5 Elektrokimia
Elektrokimia adalah peristiwa kimia yang berhubungan dengan energi
listrik. Prinsip dasar reaksi pada elektrokimia adalah reaksi reduksi oksidasi
(redoks), reaksi tersebut tersebut terjadi pada suatu sistem sel elektrokimia. Ada
dua jenis sel elektrokimia yaitu sel galvanis dan sel elektrolisis. Sel galvanis dan
sel elektrolisis adalah inti dari suatu proses elektrokimia (Purwanto, 2005).
Elektrolisis merupakan salah satu alternatif dalam mengolah limbah,
besarnya tegangan listrik dan waktu tinggal merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi hasil proses dalam penurunan COD, kejernihan (%T) dan Total
Solid (TS), serta untuk mempelajari pengaruh elektroda dan tegangan listrik yang
digunakan sebagai sumber listrik anoda terhadap proses koagulasi limbah sehingga
dapat mengurangi pencemaran air sungai akibat limbah rumah tangga (Purwanto,
2005).
Reaksi elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu, yang menghasilkan arus
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik
elektrolisis. Tipe pertama rekasi bersifat merata dan energi bebas sistem kimianya
berkurang. Sistem itu dapat melakukan kerja misalnya menjalankan motor. Tipe
kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap sistem kimia)
dan energi bebas sistem kimia bertambah (Underwood, 1980).
Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk dapat
berlangsungnya reaksi kimia. Pada sel elektrolisis, reaksi kimia tidak terjadi secara
spontan tetapi melalui perbedaan potensial yang di picu dari luar sistem. Anoda
berfungsi sebagai elektroda bermuatan positif dan katoda bermuatan negatif,
sehingga arus listrik mengalir dari anoda ke katoda. Sel ini terdiri dari, sumber arus
searah yang dihubungkan dengan kawat penghantar pada dua buah elektroda
(katoda dan anoda), kedua ujung elektroda dicelupkan dalam bejana yang berisi
cairan elektrolit. Elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif berfungsi
sebagai anoda, sedangkan katoda adalah elektroda yang dihubungkan dengan kutub
negatif.
12
2.6 Elektroda
Pada sel elektrolisis elektroda yang berfungsi sebagai penghantar listrik
adalah anoda sehingga terjadi suatu pelarutan material anoda menghasilkan kation
logam. Elektrolisis air merupakan reaksi sampingang menghasilkan gas hidrogen
pada katoda dan gas oksigen pada anoda (Purwanto, 2005).
Elektroda yang digunakan dalam sel elektrolisis terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Elektroda inert
Elektroda inert adalah elektroda yang tidak ikut bereaksi baik sebagai katoda
maupun anoda, sehingga dalam sel elektrolisis yang mengalami reaksi redoks
adalah elektrolit sebagai zat terlarut dan atau air sebagai pelarut. Elektroda inert
contohnya adalah karbon (C) dan platina (Pt).
2. Elektroda tidak inert atau elektroda aktif
Elektroda tidak inert atau elektroda aktif yaitu elektroda yang ikut bereaksi,
terutama jika digunakan sebagai anoda, dapat mengalami reaksi oksidasi.
Contohnya adalah: Fe, Al, Cu, Zn, Ag dan Au.
Penggunaan jenis elektroda sangat menentukan reaksi yang terjadi pada
sel elektrolisis. Elektrolisis larutan dengan elektroda inert, reaksi yang terjadi di
anoda dan katoda adalah sebagai berikut:
1. Reaksi katoda
a. Kation logam dari golongan IA, IIA, IIIA, Alumunium dan Mn tidak dapat
tereduksi dalam pelarut air, sehingga air yang mengalami reaksi reduksi
sebagai berikut:
2H2O + 2e- H2 + 2OH-
b. Kation H+ dan logam selain golongan IA, IIA, IIIA, Alumunium (Al) dan
Mangan (Mn) dapat tereduksi sebagai berikut:
2H+ + 2e- H2
Fe2+ + 2e- Fe
2. Reaksi anoda
a. Anion sisa asam oksi (SO42-, NO3-, PO43-, CIO4-) tidak dapat teroksidasi
13
dalam pelarut air, sebagai gantinya air yang mengalami oksidasi sebagai
berikut:
2.7 Elektrokoagulasi
2.7.1 Defenisi Elektrokoagulasi
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan
proses flokulasi-koagulasi. Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan
pengendapan pertikel-partikel haus yang terdapat dalam air dengan menggunakan
energi listrik. Adapun prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua
buah lempeng elektroda yang dimasukkan kedalam bejana yang diisi dengan air
yang akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah
sehingga terjadilah proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak menuju
katoda dan anion bergerak menuju anoda. Dan pada akhirnya terbentuk floulan
yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-partikel dari air baku tersebut.
14
Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempat dua elektroda dan dialiri
arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala
dekomposisi elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke anoda dan (anion)
15
c) Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan
direduksi menjadi logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan
pada permukaan batang katoda, (Suaib, 1994).
Fe2+ +2e→Fe
Mg2+ +2e →Mg
2.10.2 Reaksi Pada Anoda
. Kelebihan Elektrokoagulasi :
a) Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk
dioperasikan.
b) Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel
yang paling kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air
akan mempercepat mereka didalam air dengan demikian akan
memudahkan proses.
c) Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses
elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan ke atas air sehingga dapat
dengan mudah dihilangkan.
d) Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai
kondisi, dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.
e) Tidak diperlukan pengatuuran pH.
f) Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
18
Kelemahan Elektrokoagulasi
a) Tidak dapat digunakan unutk mengolah cairan yang mempunyai sifat
elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar
elektroda.
b) Besarnya reduksi logam berat dalam cairan dipengaruhi oleh besar
kecilnya arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya
bidang kontak elektroda dan jarak antara elektroda.
c) Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
reaksi oksidasi.
d) Penggunaan listrik yang mungkin mahal.
Kedelai
Air
FILTRAT
Air tahu/whey
Penyaringan (TSS, BOD)
Tahu
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu (BPPT 1997, diacu dalam Pohan
2008).
Limbah industri tahu pada umumnya ada dua jenis yaitu limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang
menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan
ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak
begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah cair yang berupa
ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai (Kaswinarni2007).
bakunya, yaitu 80o-100oC (BPPT 1997, diacu dalam Pohan 2008), kekeruhan
535-585 FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co, amonia 23,3-23,5 mg/1 (Herlambang
2002, diacu dalam Kaswinarni 2007). Apabila air limbah tersebut langsung
dibuang keperairan maka dapat mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas dan tegangan permukaan.
Bahan-bahan organik yang terkandung dalam buangan industri tahu pada
umumnya sangat tinggi. Kualitas air buangan industri tahu bergantung dari proses
yang digunakan. Apabila prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah (Kaswinarni, 2007).
21
c). Chemical Oksigen Demand (COD) atau disebut juga kebutuhan oksigen
kimiawi, merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (missal
kalium dikromat) untuk mengoksidasi seluruh material baik organik
maupun anorganik yang terdapat dalam air (Metcalf & Eddy, 2003;
dalam Husin, 2008). Jika kandungan organik dan anorganik cukup besar,
maka oksigen terlarut dalam air dapat mencapai nol, sehingga biota-biota air
yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan untuk hidup.
d). Nitrogen-Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organik campuran
senyawa kompleks antara lain asam-asam amino, gula amino, dan protein
(polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari
campuran antara N-organik, N-amino, nitrat dan nitrit (Sawyet et al. 1994,
diacu dalam Husin
e) Drajat Keasaman (pH). Air limbah industri tahu sangat bersifat asam, pada
keadaan asam ini akan melepaskan zat-zat yang mudah menguap yang
mengakibatkan limbah cairan industri tahu mengeluarkan bau busuk.
Penggunaan bahan kimia seperti batu tahu (CaSO4) atau asam asetat sebagai
koagulan tahu juga menyebabkan limbah cair tahu mengandung ion-ion logam.
Kuswardani (1985) melaporkan bahwa limbah cair industri tahu mengandung Pb
(0,24 mg/l), Ca (34,03 mg/l), Fe (0,19 mg/l), Cu (0,12 mg/l) dan Na (0,59 mg/l)
(Pohan, 2008).
Menurut Nuriswanto (1995), diacu dalam Sudaryati, dkk (2007) dalam
penelitiannya bahwa air limbah industri tahu memiliki angka COD (Chemical
Oxygen Demand) antara 1940-4800 mg/L, BOD (Biological Oxygen Demand)
antara 1070-2600 mg/L, padatan tidak larut antara 2100-3800 mg/L dan pH
antara 4,5 – 5,7. Air limbah tersebut dihasilkan dari ± 875 L per 35 kg bahan
baku kedelai. Sementara menurut kajian analisis resiko dari limbah tahu oleh
Damayanti, dkk (2004) diperoleh rata-rata kandungan pencemaran limbah tahu
yaitu COD 7050 mg/l, BOD 5389,5 mg/l, N-Total 161,5 mg/l, P-Total 81,6 mg/l,
dan pH 4,11. Adapun standar baku mutu limbah air tahu yang dapat dilepas ke
badan sungai menurut perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004, dapat
dilihat pada Tabel 2.2.
23
INDUSTRI TAHU
No PARAMETER BEBAN
KADAR MAKSIMUM PENCEMARAN
(Mg/L) MAKSIMUM
(Kg/Ton)
1 Temperatur 38oC -
2 BOD5 150 3
4 TSS 100 2
5 pH 60-90
(Sumber: Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004, diacu dalam
Kaswinarni, 2007).
metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air,
dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika) yang
berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau yang dapat menggangu
kenyamanan masyarakat sekitar pabrik industri tahu.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun
terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau
menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan,
air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk.
Bau busuk ini mengakibatkan gangguan pernapasan. Apabila air limbah ini
merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka dapat mencemari air
sumur (air tanah) sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini
dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai (air permukaan) sehingga bila
masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit
gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang
berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik
(Kaswinarni 2007).
2.14 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu persepsi, kondisi atau prinsip yang dianggap benar
dan barangkali tanpa keyakinan agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis,
dengan cara ini kemudian diadakan pengujian atau testing tentang kebenaran.