Anda di halaman 1dari 17

HAM DALAM PANCASILA DAN UUD 1945

A. HAM dalam Pancasila


1. Implementasi HAM dalam Pancasila
HAM merupakan salah satu contoh dari penerapan pancasila sila kedua.
Maksudnya disini adalah bagaimana HAM benar-benar dilaksanakan dan
dijunjung tinggi dengan tetap berpegang pada pernyataan pancasila yang berbunyi
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Di dalam kehidupan bangsa, manusia
mempunyai kedudukan sebagai warga masyarakat dan warga negara. Oleh karena
itu, mereka berhak untuk memiliki suatu kedudukan (harkat, martabat, dan drajat)
yang sama. Sila kedua pancasila ini mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang
mengakui adanya harkat dan martabat manusia, mengakui bahwa semua manusia
adalah bersaudara, mengakui bahwa setiap manusia berhak diperlakukan secara
adil, dan pengakuan bahwa setiap manusia wajib mengembangkan kehidupan
bersama yang semakin berbudaya (beradab).
Atas dasar tersebut, sila kemanusiaan tidak akan membedakan manusia dalam
memperlakukan dan mengakui harkat dan martabatnya baik karena perbedaan
kulit, suku, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Setiap warga negara diberi
kebebasan yang sama, tidak ada perbedaan apapun misalnya kebebasan memeluk
agama. Dalam melaksanakan perintah agama, diwajibkan saling menghormati.
Kita tidak boleh melecehkan agama dan keyakinan orang lain.
Peraturan pelaksanaan hak asasi manusia berbentuk peraturan perundang-
undangan yang bersumber pada pancasila. Dalam pelaksanaannya, hak asasi perlu
dilindungi dengan pelaksanaan kewajibannya. Setiap orang mempunyai hak asasi.
Sesuai dengan ajaran hak asasi dalam berbagai peraturan yang berlaku, hak asasi
manusia tidak dapat dilaksanakan secara mutlak sebab kalau dilaksanakan secara
mutlak maka akan melanggar hak asasi orang lain. Jadi batas pelaksanaan hak
asasi adalah hak milik orang lain.
Mertoprawiro menyatakan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia dalam
pancasila harus selalu ada keserasian atau keseimbangan antara hak dan kewajiban
itu sesuai dengan hakikat kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan
masyarakatnya. Kedua saling membutuhkan dan mempengaruhi. Keseimbangan
tersebut harus dicapai sehingga dapat memberikan ketenangan dan keberhasilan
setiap manusia.

1
Oleh karena itu, upaya pemajuan dan perlindungan Hak-hak Asasi Manusia di
Indonesia dilakukan berdasarkan prinsip keseimbangan. Prinsip keseimbangan
mengandung pengertian bahwa diantara Hak-hak Asasi Manusia perorangan dan
kolektif serta tanggung jawab perorangan terhadap masyarakat dan bangsa
memerlukan keseimbangan dan keselarasan. Keseimbangan dan keselarasan
antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam pemajuan
dan perlindungan Hak-hak Asasi Manusia. Di dalam era globalisasai sekarang ini,
tidak ada negara yang bisa menutup dirinya dari masyarakat internasional,
mengucilkan diri dari komunitas internasional, dan sebaliknya kalau ingin
menjalin hubungan dengan banyak negara, pemerintah yang berkuasa tidak bisa
berbuat sewenang-wenang, sehingga kehilangan kelayakan sebagai suatu
pemerintah. Demikian pula dengan warga negara juga tidak bisa melanggar
hukum dan Hak Asasi Manusia.
Semua pihak, yakni pemerintah, organisasi-organisasi sosial politik dan
kemasyarakatan, maupun berbagai lembaga-lembaga swadaya masyarakat, serta
semua kalangan dan lapisan masyarakat dan warga negara perlu terlibat dalam
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Upaya-upaya yang telah dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka menegakan Hak Asasi Manusia di antaranya
melalui pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan
pengadilan HAM, serta Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Pemerintah juga memberlakukan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang ini merupakan payung dari seluruh
peraturan perundang-undangan tentang Hak Asasi Manusia. Pembentukan
Undang-Undang tersebut merupakan perwujudan tanggung jawab bangsa
Indonesia sebagai anggota PBB dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Ternyata penegakan Hak Asasi Manusia
masih jauh dari harapan masyarakat. Banyak hambatan dan tantangan dalam
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Sejarah Indonesia hingga kini
mencatat berbagai penderitaan, kesengsaran, dan kesenjangan sosial. Hal tersebut
disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna
kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial lainnya.
Kenyataan memang menunjukan bahwa pelaksanaan penghormatan,
perlindungan, atau pengakuan Hak Asasi Manusia masih jauh dari memuaskan.

2
Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah,
penculikan, penganiayaan, pemerkosaan, penghilangan paksa, bahkan
pembunuhan, pembakaran rumah tinggal dan tempat ibadah, penyerangan pemuka
agama beserta kelurganya dan sebagainya.
Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum pejabat publik
dan aparat negara. Mereka yang seharusnya menjadi penegak hukum, pemelihara
keamanan, dan pelindung rakyat, kadang kala justru mengintimidasi, menganiaya
atau bahkan menghilangkan nyawa rakyat. Adapun hak –hak asasi manusia dapat
dibedakan menjadi: (1) hak-hak asasi pribadi meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, memeluk agama, bergerak, dan sebagainya; (2) hak-hak asasi ekonomi
yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli, dan menjual serta memanfaatkannya;
(3) hak-hak asasi politik yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih,
hak untuk mendirikan partai politik dan sebagainya; dan (4) hak-hak asasi untuk
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Implementasi HAM dapat dipahami secara benar maka perlu dilakukan upaya
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya HAM dalam kehidupan sosial
maupun kehidupan individu yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari,
upaya tersebut harus diupayakan secara terus menerus ke setiap orang sedini
mungkin melalui pendidikan HAM baik pendidikan formal maupun non formal.
Implementasi HAM tidak hanya disadari dengan pikiran tetapi harus dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh agar tercipta keseimbangan hidup di dalam masyarakat.
2. Prinsip-prinsip HAM dalam Sila-sila Pancasila
The founding fathers setelah melakukan perenungan yang dalam dan panjang
akhirnya menyepakati, menetapkan serta mengesahkan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa, dasar dan ideologi Negara pada 18 Agustus 1945.
sumber bahan dan nilai Pancasila digali dari diri bangsa Indonesia sendiri.
Nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila, menurut Hamid Attamimi
(BP-7 Pusat, 1993:69) memiliki fungsi konstruktif dan regulatif. Fungsi
konstruktif mengandung arti bahwa Pancasilalah yang menentukan apakah tata
hukum Indonesia merupahan tata hukum yang benar. Pancasila di sini merupakan
dasar suatu tata hukum, yang tanpa itu suatu tata hukum kehilangan arti dan
makna sebagai hukum. Pancasila juga memiliki fungsi regulatif yang menentukan
apakah hukum positif yang berlaku di Indonesia merupakan hukum yang adil atau
tidak.

3
Bila mengacu kepada fungsi konstruktif dan regulatif dari Pancasila, maka
menjadi catatan kita bersama bahwa setiap proses perumusan perundang-
undangan (termasuk di dalamnya UU tentang HAM), para perumus harus selalu
menjadikan nilai-nilai universal dan bahkan nilai lokal yang terkandung dalam
Pancasila sebagai acuannya.
Sistem nilai universal dari Pancasila yang melandasi HAM adalah (a) nilai
religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai
kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
Nilai religius (ketuhanan) yang diamanatkan dalam sila pertama, dapat
dikatakan merupakan suatu keunikan dalam penyelenggaraan Negara RI
dibandingkan dengan Negara-negara Barat misalnya, yang tentunya berangkat
dari kondisi masyarakat Indonesia sendiri. Ide tentang HAM bagi bangsa
Indonesia adalah HAM yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan.
Karena HAM bersumber dari nilai-nilai ketuhanan sehingga HAM yang
dikembangkan tidak menyalahi aturan yang ditetapkan Tuhan. Manusia dengan
menempatkan dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka
pada dasarnya manusia itu, termasuk manusia yang menyelenggarakan kekuasaan
tidak akan berarti apapun dalam kehidupannya tanpa kekuasaanNya, sebab di
depan Tuhan semua manusia sama.
Harkristuti Harkrisnowo, merinci kerangka pikiran utama yang dapat ditarik
dari sila pertama Pancasila dalam kaitannya dengan HAM (termasuk kaitannya
dengan hukum) adalah:
1) Negara berkewajiban untuk menjamin hak dan kebebasan dasar pada
setiap individu untuk beragama secara bebas.
2) Ketentuan perundang-undangan harus selalu mengacu pada nilai-nilai ke-
Tuhan-an yang universal
3) Semua individu dalam Negara memiliki hak yang asasi untuk memilih dan
menjalankan ibadahnya sesuai dengan apa yang ia percaya, dan tiada
apapun yang dapat memaksanya untuk memilih dan menjalankan
ibadahnya tersebut.
Derivasi dari asas di atas telah secara tegas dirumuskan dalam pasal 2 UU No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyebutkan bahwa “Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak dan kebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tak terpisahkan dari

4
manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan
martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan” (Sinar Grafika, 1999; 4). Pemahaman nilai ini di tingkat praksis juga
Nampak belum bulat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai tingkat dan bentuk
konflik yang terjadi di beberapa daerah yang masih dilandasi oleh hal-hal yang
primordial.
Kemanusaiaan yang adil dan beradab sebagai sila kedua Pancasila
mengandung nilai kemanusiaan, yaitu pengakuan terhadap adanya martabat
manusia dengan segala hal asasinya yang harus dihormati oleh siapapun, dan
perlakuan yang adil terhadap sesama manusia. Pengertian manusia beradab adalah
manusia yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan iman, sehingga nyatalah
bedanya dengan makhluk lain (Suhadi, 2003: 42). Nilai-nilai kemanusiaan ini
merupakan sumber nilai bagi HAM. Tanpa nilai kemanusiaan, HAM akan
mengakibatkan manusia ke luar dari jatidirinya sebagai manusia. Untuk itu,
kemanusiaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia adalah berkeadilan dan
berkeadaban. Karena itu perwujudan HAM harus meningkatkan keadilan dan
peradaban manusia. Sila kedua Pancasila inilah yang melandasi sejumlah hak dan
kebebasan mendasar bagi seluruh individu yang berada dalam wilayah Indonesia.
Prinsip yang terkandung dalam sila kedua Pancasila menjadi landasan untuk
berperilaku terhadap sesama, yang pada dasarnya antara lain adalah:
1) Setiap individu memiliki kebebasan mendasar yang dijamin Negara dan
hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain.
2) Setiap individu harus diberlakukan sama oleh Negara tanpa melihat asal-
usul biologis maupun sosialnya.
3) Hak atas hidup yang berkualitas, hak atas rasa aman dari ancaman,
serangan atau derita apapun dimiliki oleh setiap individu.
4) Setiap individu harus dilindungi dan berhak untuk tidak disiksa secara
psikis maupun psikologis dan pejabat publik.
Sila ketiga pancasila yakni persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai
persatuan bangsa. Nilai persatuan yang ada disesuaikan dengan nilai-nilai ke-
Indonesia-an. Nilai persatuan yang dimaksud adalah kondisi dinamis untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan secara terus menerus dari bangsa Indonesia
yang sangat heterogen, baik dari segi ras, suku, agama, tingkat ekonomi maupun
keyakinan politik. Sila ketiga Pancasila inilah yang membuahkan kerangka pikir,

5
misalnya penghormatan kepada setiap perbedaan yang ada, penghormatan pada
hukum dan masyarakat adat, harmoni dan keseimbangan.
Kerakyatan yang dipimpin olah hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, sebagai sila keempat pancasila, merupakan asas
yang menghasilkan seperangkat nilai yang menjadi landasan kehidupan sebagai
warga Negara dalam pemerintahan, yang dirumuskan dalam hak untuk turut serta
dalam pemerintahan. Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga
masyarakat mempuyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Di dalam
menyelesaikan masalah bersama diutamakan musyawarah dengan melibatkan
seluruh komponen ikut berpartisipasi dalam masalah tersebut.
Pada dasarnya asas yang dianut dalam sila keempat Pancasila adalah
mengutamakan partisipasi publik yang merupakan salah satu unsur dalam
kerangka Good Governance. Implikasinya adalah bahwa dalam proses
pengambilan keputusan, publik harus dilibatkan untuk menyuarakan aspirasi
mereka.
Sila kelima pancasila di dalamnya terkandung nilai – nilai keadilan sosial,
antara lain berupa (a) perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
meliputi seluruh rakyat Indonesia, (b) keadilan dalam kehidupan social terutama
meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, serta pertahanan
keamanan, dan (c) cita-cita masyarakat adil makmur material dan spiritual secara
merata bagi seluruh rakyat Indonesia, (d) adanya keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain, dan (e) cinta akan kemajuan
dan pembangunan.
Nilai keadilan harus menjadi dasar dalam pembangunan HAM karena tanpa
keadilan HAM akan menjadi manusia kehilangan jati dirinya sebagai manusia.
Menjadilah ia bertindak sewenang-wenang dan melanggar HAM manusia lainnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung elemen
keadilan yang sebenarnya lebih dari sekedar keadilan menurut hukum (legal
justice). Sila kelima Pancasila ini menurut Harkristuti Harkrisnowo, membawa ke
depan sejumlah landasan pikir bagi semua komponen yang menyangkut antara
lain:
1) Hak atas pendidikan, pekerjaan, perumahan yang layak bagi setiap insan
2) Hak atas keadilan hukum yang didasarkan pada asas persamaan di muka
hukum.

6
3) Adannya mekanisme hukum yang memastikan bahwa keadilan diberikan
pada setiap insan.

B. HAM dalam UUD 1945


1. Pengertian HAM
Pengertian hak dalam berbagai bahasa dan menurut bangsa-bangsa barangkali
tidak akan sama, disebabkan oleh perbedaan budaya, tradisi, agama dan sistem
nilai yang berlaku dalam masyarakat disuatu negara. Namun substansi hak yang
merupakan kebenaran yang diperjuangkan oleh setiap orang maupun kelompok
masyarakat pasti tidak akan banyak berbeda dan memiliki kesamaan yang sangat
besar. Perbedaan faham tentang hak dilatarbelakangi oleh cara pandang
masyarakat terhadap kebenaran.
Secara etimologis, hak asasi manusia dalam bahasa Inggris di sebut Human Right,
dan dalam bahasa Arab di sebut Huquuqul Insan. Right dalam bahasa Inggris
berarti : hak; keadilan; kebenaran. Hak dalam Arab berarti lawan batil; kebenaran.
Secara terminologis, yang disebut hak adalah wewenang atau kekuasaan secara
etis untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki, mempergunakan atau menuntut
sesuatu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak ialah sesuatu hal yang benar,
milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas sesuatu
atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Contoh: Setiap warga negara
berhak mendapatkan perlindungan. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
wajib hukum dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).
Contoh: mejalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Hak dan kewajiban dalam bidang politik tertib, yang meliputi: Hak dan
kewajiban dalam bidang sosial Hak dan kewajiban dalam budaya dan Hak dan
kewajiban dalam segala bidang.
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhang Yang Maha Esa. Hak asasi ini
menjadi dasar dari pada hak-hak dan kewajiban lain. Ini berarti bahwa sebgai
anugerah dari Tuhan kepada mahkluknya, hak azazi tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak Azazi tidak dapat dicabut oleh sesuatu
kekuasaan atau oleh sebab sebab lainnya, karena jika hal ini terjadi maka manusia

7
kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Sebagai
contoh yaitu, hak untuk hidup, kebebasan berbicara & berpendapat, hak beragama,
hak kebebasan. Dan hak-hak tersebut tidak dapat di abaikan atau di rampas oleh
siapapun.
Sedangkan menurut pendapat John Locke (two treaties on civil government)
mengatakan bahwa Hak Azazi Manusia adalah hak yang dibawa dari lahir secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat. Sedangkan
pendapat lain dilontarkan oleh Koenjoro Poerbapranoto (1976) mengatakan bahwa
hak azazi adalah hak yang bersifat azazi. Artinya, hak hak yang dimiliki manusia
secara kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya
suci.
Pengertian hak asasi manusia menurut Shalahuddin Hamid ialah Kebenaran
yang diperjuangkan kewenangannya dan menjadi milik individu, kelompok sesuai
dengan cara pandang terhadap kebenaran baik berupa materi maupun non materi.
Menurut Ramdlon Naning, hak asasi ialah Hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan hak tersebut di bawa manusia sejak
lahir ke muka bumi, sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan
merupakan pemberian manusia atau negara.
Hak yang bersifat kodrati tersebut berarti tidak ada kekuasaan apapun di dunia
yang dapat mencabutnya dan tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya. Dengan
demikian, bukan berarti manusia dengan haknya dapat berbuat sebebas mungkin.
Sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar
hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Adapun macam-macam hak asasi manusia menurut Universal Declaration of
Human Rights adalah :
a) Hak-hak pribadi antara lain, hak persamaan, hak hidup, hak kebebasan,
keamanan dan sebagainya yang termuat dalam pasal 3-11.
b) Hak-hak yang dimiliki oleh individu dalam hubungannya dengan kelompok-
kelompok sosial di mana ia ikut serta, yaitu hak kerahasiaan kehidupan
keluarga dan hak menikah, hak untuk memiliki kewarganegaraan, hak untuk
mencari suaka dalam keadaan adanya penindasan, hak-hak untuk mempunyai
hak milik dan untuk melaksanakan agama, yang semuanya diatur dalam pasal
12-17.

8
c) Kebebasan-kebebasan sipil dan hak-hak politik yang dijalankan untuk
memberikan kontribusi bagi pembentukan instansi-instansi pemerintahan atau
ikut serta dalam proses pembuatan keputusan yang meliputi kebebasan
berkesadaran, berfikir dan menyatakan pendapat, kebebasan berserikat dan
berkumpul, hak memilih dan dipilih, hak untuk menghubungi pemerintah dan
badan-badan pemerintah umum. Hal ini diatur dalam pasal 18-21.
d) Berkenaan dengan hak ekonomi dan sosial, yaitu hak-hak dalam bidang
perburuhan, produksi dan pendidikan, hak untuk bekerja dan mendapatkan
jaminan sosial serta hak untuk memilih pekerjaan dengan bebas, untuk
mendapatkan upah yang sama atas kerja yang sama, hak untuk membentuk
dan ikut serta dalam serikat buruh, hak-hak istirahat dan bersenang-senang,
memperoleh jaminan kesehatan, pendidikan dan hak untuk ikut serta secara
bebas dalam kehidupan budaya masyarakat, ini diatur dalam pasal 22-27.
Sedangkan macam-macam hak asasi manusia menurut UUD 1945 adalah :
a) Hak-hak dalam lapangan politik, contohnya kemerdekaan, berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya,
ditetapkan dalam UUD 1945 (pasal 28).
b) Hak-hak dalam lapangan ekonomi, tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27).
c) Hak-hak dalam lapangan sosial, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara (pasal 34).
d) Hak-hak dalam lapangan kebudayaan, tiap-tiap warga negara mendapat
pengajaran, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional (pasal 31), pemerintah memajukan kebudayaan nasional
(pasal 32).
Di samping hak- hak asasi ada kewajiban-kewajiban asasi, yang seharusnya
mendapat perhatian terlebih dahulu dalam pelaksanaannya. Memenuhi kewajiban
terlebih dahulu, baru menuntut hak. Dalam masyarakat yang individualistis ada
kecendrungan pelaksanaan atau tuntutan pelaksanaan hak-hak asasi ini agak
berlebih-lebihan.Hak-hak asasi tidak dapat dituntut pelaksanaannya secara mutlak
karena penuntutan pelaksanaan hak asasi secara mutlak, bererti melanggar hak-
hak asasi yang sama dari orang lain.

9
2. Macam-Macam HAM
Macam-macam hak asasi manusia di dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia nomor XVII/MPR/1998, dijelaskan sebagai berikut :
a) Hak untuk hidup :
1) Berhak untuk hidup
2) Mempertahankan hidup
3) Kehidupan
b) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan:
1) Membentuk keluarga
2) Melanjutkan keturunan melalui perkawinan
c) Hak mengembangkan diri :
1) Berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh berkembang
secara layak.
2) Berhak atas perlindungan dan kasih sayang untuk pengembanga
pribadinya, memperoleh dan mengembangkan pendidikan untu
meningkatkan kualitas hidupnya.
3) Berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi kesejahteraan umat
manusia.
4) Berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan hakhaknya
secara kolektif serta membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
d) Hak keadilan :
1) Berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan, hukum
yang adil.
2) Berhak mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama
dihadapan hukum.
3) Dalam hubungan kerja berhak mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak.
4) Berhak atas status kewarganegaraan.
5) Berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja.
6) Berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
e) Hak kemerdekaan
1) Berhak memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama
dan kepercayaannya itu.

10
2) Berhak atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai nurani.
3) Bebas memilih pendidikan dan pengajaran
4) Bebas memilih pekerjaan
5) Berhak memilih kewarganegaraan
6) Bebas bertempat tinggal di wilayah negara, meninggalkannya dan berhak
untuk kembali
7) Berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
f) Hak atas kebebasan informasi
1) Berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungannya.
2) Berhak untuk mencari, memperoleh, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala saluran yang
tersedia.
g) Hak keamanan
1) Berhak atas rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
2) Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan
hak miliknya.
3) Berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari negara
lain
4) Berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia.
5) Berhak ikut serta dalam upaya perbedaan negara.
h) Hak kesejahteraan
1) Berhak hidup sejahtera lahir dan batin
2) Berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
3) Berhak untuk bertempat tinggal serta kehidupan yang layak
4) Berhak memperoleh kemudahan perlakuan khusus di masa kanak-kanak,
di hari tua, dan apabila menyandang cacat.
5) Berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia bermartabat.
6) Berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh di
ambil secara sewenang-wenang oleh siapapun.

11
7) Berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Hak-hak Asasi Manusia juga dapat dibagi atau dibedakan sebagai berikut:
1) Hak-hak asasi pribadi atau personal right yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak,
dan sebagainya.
2) Hak-hak asasi ekonomi atau property rights, yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau yang biasa rights of legal equality.
4) Hak-hak asasi politik atau political rights, yaitu hak untuk ikut serta dlam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak
mendirikan partai politik dan sebagainya.
5) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaannya atau social and culture rights,
misalnya hak untuk memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan
dan sebagainya.
6) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan atau procedural rights, misalnya peraturan dalam hal
penangkapan, penggeledahan, peradilan, dan sebagainya.
3. Sejarah Perkembangan HAM
Di muka telah dijelaskan bahwa hak asasi manusia bersifat kodrati, dengan
demikian hak asasi manusia lahir bersama-sama dengan manusia, artinya sejak
manusia mempunyai permasalahan, maka hak asasi manusia tersebut mulai
timbul.
Umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa, lahirnya hak asasi manusia di
mulai dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta
antara lain mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut
(raja yang menciptakan hukum, tetapi dia sendiri tidak terikat pada hukum),
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai pertanggungjawabannya
di muka hukum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi, dan mulai
bertanggungjawab kepada hukum.
Adanya Piagam Magna Charta itu, berarti kemenangan telah diraih. Piagam
tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi, karena
ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi
daripada kekuasaan raja.

12
Perkembangan berikutnya, Thomas Aquino (1215 – 1274) menyampaikan
ajarannya : “Bahwa hukum dan undang-undang hanya dapat di buat atas kehendak
rakyat, atau oleh seorang raja yang mencerminkan aspirasi rakyat”. Kemudian
lahir John Locke (1632 – 1704) yang menggambarkan keadaan status naturalis,
dimana manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan, Locke
berpendapat bahwa manusia yang berkedudukan sebagai warga negara itu hak-hak
dasarnya dilindungi oleh negara.
Kemudian muncul beberapa teori tentang Fundering (pendasaran) kekuasaan
negara, yang antara lain dikemukakan oleh J.J. Rousseau yang berpendapat bahwa
kekuasaan negara itu timbulnya karena dan berdasarkan atas suatu persetujuan
atau kontrak antara seluruh masyarakat untuk membentuk suatu pemerintahan,
yakni segolongan manusia yang dikuasakan menjalankan pemerintahan. Teori ini
terkenal dengan sebutan kontrak sosial (1762) yang dianut di Eropa kemudian
sampai ke Amerika, sehingga semakin meningkatlah pergerakan untuk menjamin
dan melindungi hak-hak dan kebebasan yang asasi itu.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776,
merupakan pula Piagam Hak-Hak Asasi Manusia, karena mengandung
pernyataan: “Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh
Maha Penciptanya. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak
hidup, kemerdekaan dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan”.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak
yang lebih dirinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakan
tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk
ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan
oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula Presumption of Innocence, artinya orang-
orang yang tidak ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan
tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan ia bersalah.
Pada tanggal 6 Januari 1941 Roosevelt membuat amanat yang berisi The Four
Freedom di depan kongres Amerika Serikat yang isinya adalah :
a) Kebebasan memilih agama (Freedom of Religion)
b) Kebebasan dari rasa takut (Freedom from Fear)
c) Kebebasan berbicara dan mengemukakan pikiran (Freedom of Speech and
Expression)

13
d) Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (Freedom from Want). Tanggal 26
Juni 1945 di Fransisco, PBB mengesahkan Piagam dan Statuta Mahkamah
International menyangkut perlindungan hak-hak asasi manusia sebagai
terkandung di dalam The Four Freedom.
Setelah Perang Dunia II tahun 1946, badan PBB yang di sebut ECOSOC
merancang piagam hak-hak asasi manusia yang hasilnya disahkan dalam Sidang
Umum PBB tanggal 10 Desember 1948 di Paris. Piagam yang disahkan ini
diterima sebagai Universal Declaration of Human Right (pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia).
Jauh sebelum itu, menurut kitab suci Al Quran lahirnya hak azazi tentang
diturunkannya ajaran kepada Nabi Muhammad SAW yang berisikan tentang
toleransi, berbuat adil, tidak boleh memaksa, bijaksana, menerapkan kasih sayang,
memberikan rahmat keseluruh alam semesta dan sebagainya.
Menurut kitab suci Injil yang dibaw oleh Nabi Isa Almasih sebagai peletak
dasar etika Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar senantiasa hidup
dalam cinta kasih,baik kepada Tuhan maupun kepada sesama.
Menurut Hamurabi lahirnya HAM dimulai ketika perjuangan Nabi Ibrahim
melawan kezaliman Raja Namrud yang memaksakan harus menyembah berhala.
Sedangkan pada zaman Nabi Musa AS, lahirnya HAM ditandai dengan
memerdekakan banga Yahudi dari perbudakan Raja Firaun agar terbebas dari
kewenang wenangan raja yang merasa dirinya sebagai Tuhan.
4. HA M dalam UUD 1945
Berkenaan dengan hak asasi ini, PBB telah mengeluarkan penyataan yang
bernama Universal Declaration of Human Rights, pada tanggal 10 Desember
1948. Indonesia sebagai anggota dari lembaga dunia ini, pula memperhatikan
masalah tersebut. Dasar dari Deklarasi itu adalah individualisme dengan segala
hak-hak yang dipunyainya, namun dalam kerangka pelaksanaannya di Indonesia,
keseimbangandi antara hak dan kewajiban selalu diperhatikan. Hak-hak itu secara
terperinci diuraikan di dalam Deklarasi tersebut, dan di Indonesia secara
konstitusional dicantumkan pokok-pokoknya dengan latar belakang semangat
kekeluargaan. Di dalam negara pancasila sebagai negara hukum, hak-hak asasi
manusia dan hak-hak serta kewajiban warga negara diatur pelaksanaannya dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan dalam pasal-pasal dari Batang Tubuh
UUD 1945.

14
Dalam alinea pertama dari Pembukaan UUD 1945 dinyatakan tentang hak
kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa di dunia, maka oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menetapkan, bahwa segala warga negara
bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung Hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Sedangkan dalam ayat (2) pasal tersebut menetapkan, bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Selanjutnya dalam pasal 28 UUD 1945 diatur tentang kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-Undang. Jaminan tentang kemerdekaan memeluk
agama ditentukan dalam pasal 29 UUD 1945 ayat (2) yang berbunyi: “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
(Bandingkan hak-hak asasi pribadi atau personal right).
Hak-hak dalam pembelaan negara diatur dalam pasal 30 UUD 1945 yang dalam
ayat (1) berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pembelaan negara”. Yang dimaksud dengan “pembelaan negara” disini,
dengan istilah sekarang adalah “Pertahanan dan Keamanan Nasional”.
Kemudian hak-hak asasi dibidang Kesejahteraan Sosial (bandingkan dengan
“Property rights” ) sesuai dengan sila V Pancasila, diatur dalam pasal 33 UUD
1945 yang berbunyi :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dalam hal pelaksanaan hak-hak asasi manusia dalam Pancasila, yang perlu
diperhatikan adalah bahwa disamping hak-hak asasi, wajib-wajib asasi harus kita
penuhi terlebih dahulu dengan penuh rasa tanggung jawab. Hak-hak asasi manusia
dilaksakan dalam rangka hak-hak serta kewajiban warga Negara.

15
C. Negara Hukum dan Hak Azazi
Menjadi kewajiban bagi pemerintah atau Negara Hukum untuk mengatur
pelaksanaan daripada hak asasi ini, yang berarti menjamin pelaksanaannya, mengatur
pembatasan-pembatasannyademi kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara.
Malahan ada kecendrungan bahwa demi penghormatan akan perlindunan hak asasi
manusia itu, maka negara bertugas hanylah menjaga ketertiban masyarakat, karena
yang penting dalam hal ini adalah negara tidak akan turut campur dalam hal yang
dianggap merupakan pelanggaran akan hak asasi itu, seperti masalah setiap orang
berjuan dan bersaing dalam kehidupan ekonomi. Dalam hal ini, para anggota
masyarakat dibiarkan bersaing dalam kehidupan dengan suatu anggapan dasar, bahwa
bila setiap orang berjuang sendiri-sendiri dengan melaksanakan hak asasi, maka
masyarakat akan dengan sendirinya makmur. Dengan menghormati hak asasi manusia
itu, maka setiap orang akan menpergunakan haknya dan dengan sendirinya setiap
orang akan berjuang untuk mencapai kemakmurannya masing-masing. Dengsn
adanya kemakmuran masing-masing, maka kemakmuran rakyat akan tercapai dengan
sendirinya di dalam masyarakat. Dalam hal ini timbullah masyarakat liberal, dimana
individu dikedepankan perannya individualisme berkembang. Perkembangan ini
dimungkinkan dalam masyarakat yang liberal tersebut.
Di dalam suatu negara hukum yang dinamis, negara ikut aktif dalam usaha
menciptakan kesejateraan masyarakat. Dengan demikian diaturlah masalah fungsi
negara dengan penyelenggaraan hak dan kewajiban asasi manusia itu. bagaimanapun
juga, negara disatu pihak melindungi hak-hak asasi, namun di pihak lain
menyelenggarakan kepentingan umum. Kepentingan umum itu berupa kesejahteraan
masyarakat. Dalam hal ini betapa besarnya peranan negara.
Walaupun demikian betapun juga peranan negara dalam membina kesejahteran
masyarakat, namun hak asasi manusia itu harus tetap dilindungi dan diakui.

16
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darjo. 1978. Pancasila Suatu Orientasi Singkat. Jakarta: Aries Lima.

Nursi. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Padang: Direktorat


Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Siswanto, Bambang. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto : Universitas


Jenderal Soedirman.

17

Anda mungkin juga menyukai