Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara heterogen dari segi aktifitas perindustriannya,
meskipun bukan termasuk negara perindustrian di dunia. Perindustrian di Indonesia
mulai dari industri rumah tangga, industri dengan beraggotakan komunitasnya saja,
hingga industri global dengan berbagai kerjasama dan cabang-cabang dari negara
lain. Adapun kota-kota besar di Indonesia yang merupakan kota industri terbesar
adalah Surabaya, Sidoarjo, dan Bekasi. Beberapa perusahaan di kota tersebut
merupakan cabang atau kerjasama dari negara lain misalnya PT. Kao Indonesia,
yang salah satu hasil produksinya adalah Sabun dan Detergen. Tidak hanya
perusahaan tersebut yang memproduksi sabun di Indonesia, namun juga PT. Wings
Indonesia, PT. Unilever, dan lain sebagainya.
Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti
natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari
kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air.
Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun
(Achmad, 2004)
Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai
daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Zat kimia
yang terkandung di dalam detergen terdiri atas: surfaktan yang berfungsi sebagai
zat pembasah yang akan menyusup ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain,
builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air, filler (pengisi) adalah
bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya
cuci tetapi menambah kuantitas, dan additives adalah bahan suplemen atau
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
pemutih, dan pewarna. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi
produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air ?
2. Apa yang dimaksud dengan sabun dan deterjen ?
3. Apa saja komposisi dan sifat dari sabun dan deterjen ?
4. Apa saja efek terhadap lingkungan akibat sabun dan deterjen ?
5. Bagaimana cara penanggulangan limbah sabun dan deterjen ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pencemaran air
2. Mengetahui pengertian sabun dan deterjen
3. Mengetahui komposisi, jenis-jenis, sifat dari sabun dan deterjen
4. Mengetahui efek terhadap lingkungan akibat sabun dan deterjen
5. Mengetahui cara penanggulangan limbah sabun dan deterjen

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencemaran Air


Pencemaran adalah suatu keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak
alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak
tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya,
sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat
kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun
bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut (Anonimous, 2009).
Standar Nasional Indonesia (SNI) mengatakan bahwa air limbah sisa dari hasil
usaha dan atau kegiatan yang berwujud air.
Notoadmojo (2007) mendefinisikan bahwa air buangan / air limbah adalah
air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun
kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air
sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dan air yang digunakan
bagi kegiatan - kegiatan manusia sehari - hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk
kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan
akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola
dan diolah secara baik.

Gambar 2.1 Pencemaran Air oleh Limbah Deterjen dan Sabun

3
2.2 Pengertian Sabun dan Deterjen
Sabun merupakan garam logam alkali dari asam-asam lemak. Garam juga
merupakan garam yang terdiri atas campuran anion karboksilat dan kation
bervalensi satu. Campuran anion terbetuk karena pada dasarnya setiap molekul
trigliserida mengandung residu lemak, dan minyak atau lemak tertentu adalah
campuran molekul trigliserida (Sumarlin, 2010:18)
Detergen adalah garam dari alkali sulfat, asam alkil benzena sulfonat
berantai panjang atau garam natrium dari asam sulfonat (Sumarlin, 2010:19).
Detergen merupakan campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Wasitaatmaja, 1997).
O

- +
H3C O Na
Natrium Stearat (sabun)

H3C
O
- +
(H 2C) 10H3C-H 3C S O Na

O
Garam alkil benzene sulfonat (detergen)

2.3 Komposisi Sabun dan Deterjen


A. Sabun mengandung beberapa bahan, antara lain yaitu:
a. Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan
lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair
pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit,

4
sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit
terlarut dalam air.
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na₂CO₃ (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan
asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.
O O
O CH 2OH R1 O
O OR O O- Na+
O
O OR
+ 3NaOH CHOH + R2 O
O O- Na+
O CH 2OH R3 O - +
OR O Na
Trigliserida Natrium Gliserol 3 molekul sabun
(lemak atau minyak) Hidroksida
atau
O O
+
O
CH 2OH K O-
O OR O R
O
O OR
+ KOH CHOH + +
K O
-

O R'
O CH 2OH +
K O
-
OR R''
Trigliserida Kalium Gliserol 3 molekul sabun
(lemak atau minyak) Hidroksida

Sedangkan pada detergen, reaksi yang terjadi adalah:


R CHCH 2R' R CHCH 2R' R CHCH 2R'

AlC 3 H2SO 4 NaOH


RCH CHR' +
SO3H SO3Na
Reaksi Friedel-Craft Reaksi Sulfonasi Reaksi Netralisasi Detergen

5
c. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan
sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl
(garam) dan bahan-bahan aditif.
 NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl
yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl
yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan
(kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
 Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga
menarik konsumen.
B. Deterjen mengandung beberapa bahan, antara lain yaitu ;
a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini
baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene
Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik(Garam Ammonium), Non
ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).
b. Builder (pembentuk)
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan
dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Selain itu builder juga
dapat membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses
pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan
mensuspensikan kotoran yang telah dilepas.
Contoh dari builder, antara lain:
a. Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c. Silikat : Zeolit
6
d. Sitrat : Asam sitrat
Builder yang biasa dimanfaatkan di dalam deterjen adalah fosfat dalam
bentuk senyawaan Sodium Tri Poly Phospate (STPP). Fosfat mempunyai fungsi
penting dalam deterjen yaitu sebagai softener air. Fosfat juga mampu menurunkan
kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca2+ dan Mg2+.
c. Filler (pengisi)
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate.
d. Additives (bahan tambahan)
Additives adalah bahan suplemen/tambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam
larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). F

2.4 Sifat - sifat Sabun dan Detergen


A. Sifat - sifat Sabun :
a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan
dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O -----> CH3(CH2)16COOH + OH-

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 -----> Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

a. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia


koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.

7
B. Sifat-sifat Detergen
1. Fisis
a. Ujung non polar : R – O (hidrofob)
b. Ujung polar : SO3Na (hidrofil)
2. Kimia
a. Dapat melarutkan lemak
b. Tak dipengaruhi kesadahan air
Sifat fisis detergen antara lain memiliki ujung non polar yang berupa R - O
(hidrofob) dan ujung polar yang berupa SO3Na (hidrofil).
2.5 Efek terhadap Lingkungan
Deterjen biasanya menggunakan Jenis surfaktan alkylbenzene sulphonate
(ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis. Hal ini bisa berarti jika
ABS atau alkilbenzene sulfonat ini sukar diuraikan secara biologis oleh bakteri.
Dewasa ini, surfaktan jenis ABS telah digantikan oleh linear alkyl sulphonate
(LAS) yang dapat diuraikan oleh bakteri secara biologis (biodegradeble). LAS
memiliki tingkat biodegradasi sebesar 90% sedangkan ABS hanya sebesar 50-60%.
Surfaktan juga memiliki dampak negatif antara lain :
A. Mengganggu transfer gas di dalam sel, jika surfaktan bereaksi dengan sel dan
membran sel maka surfaktan akan menganggu pertukaran gas yang berlangsung
antar sel. Pertukaran oksigen yang tidak berlangsung dengan lancar akan
mengakibatkan pertumbuhan sel terhambat.
B. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilanganya kelembaban
alami kulit, dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar.
C. Derajat keasaman (pH) deterjen yang tinggi, menyebabkan tangan iritasi
(panas, gatal, dan mengelupas).
Selain surfaktan deterjen juga mengandung builder (bahan pembentuk).
Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contoh dari builder adalah
Sodium tri poly phosphate (STPP), Nitril tri acetate (NTA), Ethylene diamine tetra
acetate (EDTA), zeolit, dan asam sitra. Air yang mengandung fosfat dapat
menyebabkan keracunan apabila terminum oleh manusia. Menurut Damin
Sumardjo (2008: 630), persenyawaan fosfat anorganik yang dipakai sebagai builder
8
(bahan pengawet busa) ternyata dapat mencemari air seperti persenyawaan fosfat
anorganik yang terdapat pada pupuk. Pencemaran ini membuat air disungai menjadi
bau. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang berasal dari peruraian bakteri
anaerob. Air sungai yang tercemar sulit dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Dampak yang ditimbulkan akibat limbah detergen dan sabun:
A. Air sungai yang tercemar limbah deterjen berakibat buruk bagi flora dan fauna
yang hidup di sungai.
B. Ikan dan tumbuhan yang ada di sungai dapat mati karena ekosistem tempat
hidup mereka tercemar.
C. Zat yang terdapat dalam limbah deterjen dapat memacu pertumbuhan eceng
gondok dan gulma air sehingga dapat mengakibatkan ledakan jumlah tanaman
tersebut.
D. Deterjen dapat membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis deterjen
sukar sekali diuraikan oleh enzim-enzim bakteri pengurai sehingga akan tetap
utuh dan berbusa.
E. Limbah deterjen yang tidak dapat diurai dalam waktu yang singkat ini
menyebabkan polusi udara karena baunya yang tidak sedap.
F. Deterjen dalam air buangan dapat meresap ke air tanah atau sumur-sumur di
masyarakat. Kanker ini diakibatkan oleh menumpuknya surfaktan di dalam
tubuh manusia.

2.6 Penanganan Limbah Sabun Dan Deterjen


Adanya limbah sabun dan detergen menyebabkan pencemaran pada air yang
kita gunakan sehari-hari, sehingga akumulasi limbah menyebabkan meningkatnya
COD, BOD, dan permangant. Pengelolaan yang tepat adalah menggunakan teknik
biologi. Seperti yang telah kita ketahui bahwa peningkatan kadar COD, BOD,
ataupun permanganat ada hubungannya dengan mikroorganisme yang ada
didalamnya.
Limbah sabun atau detergen hendaknya tidak dibuang pada pembuangan
septik tank, karena limbah dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk pada
septik tank. Cara paling sederhana untuk menampung limbah-limbah tersebut yaitu

9
pada suatu tempat penampung atau selokan yang pada tempat tersebut ditanami
tanaman air yang dapat menyerap zat pencemar seperti: jaringao, Pontederia
cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati
air, dan lili air.
Cara lainnya adalah dengan membuat sistem pengolahan air limbah (SPAL)

Gambar 2.2 Sistem pengolahan air limbah (SPAL)

Selain limbah yang kita olah, dari kita sendiri pun harus tetap
memperhatikan gaya hidup yang kita lakukan untuk meminimalisir limbah sabun
maupun detergen yang kita hasilkan, diantaranya :
1. Menggunakan sabun dan detergen secukupnya.
2. Memilih selektif sabun dan detergen yang akan kita gunakan.
3. Membuang limbah sabun dan detergen tidak sembarangan

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah tentang sabun dan deterjen ini adalah
sebagai berikut :
 Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya
basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah
gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam
karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga
saponifikasi.
 Bahan baku pendukung pembuatan sabun adalah NaCl atau garam dan
bahan-bahan aditif.
 Sabun memiliki sifat basa, menghasilkan buih, dan mempunyai sifat
membersihkan.
 Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi.
 Bahan utama untuk pembuatan detergen yaitu Surfaktan (surface active
agen), Pengatur Busa (Suds Regulator), Builder (Pembentuk),
Filler (Pengisi), dan Additives (Zat Tambahan).
 Jenis-jenis detergen ada dua, yaitu: detergen keras dan detergen lunak.

11
STUDI KASUS

Limbah Deterjen Warga Penyebab Lautan Busa di KBT Marunda

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan


Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, lautan busa di
Kanal Banjir Timur (KBT) di kawasan Marunda, Jakarta Utara, disebabkan oleh
limbah deterjen dari permukiman warga. Air di KBT Marunda telah tercemar
deterjen. "Sebetulnya karena airnya mengandung deterjen. Deterjennya itu ya dari
rumah-rumah kita semua ini," ujar Andono saat dihubungi Kompas.com, Minggu
(25/3/2018). Andono menjelaskan, air di KBT Marunda tercemar deterjen karena
belum adanya sistem pengolahan air limbah atau sewerage system di kawasan
tersebut. Saluran air hujan masih menyatu dengan saluran air limbah yang dialirkan
ke KBT. Saat ini, sewerage system di Jakarta belum ideal. Jakarta baru memiliki
satu sewerage system di Waduk Setiabudi yang dikelola PD PAL Jaya dan akan
mengembangkan sistem tersebut di 15 zona termasuk marunda.
Masterplan pengembangan seweraga system di Jakarta sudah ada sejak
2012. Menurut Andono, pengembangan sewerage system itu membutuhkan waktu
sangat lama, bisa sampai 20 tahun. "Di kita sekarang kondisinya memang belum
seideal itu, terutama di KBT, itu masih menerima saluran-saluran dari seluruh
permukiman yang ada di kita di mana itu semuanya mengandung deterjen," kata
dia. Lautan busa atau buih-buih itu terjadi saat adanya perbedaan tinggi antara muka
air laut dengan muka air di KBT. Air dari hulu, kata Andono, jatuh ke hilir yang
sudah tercemar deterjen sehingga terjadi pengadukan. "Pengadukannya itu kalau di
12
Marunda, sudah dilihat di lapangan, itu terjadi kalau ada efek air terjun grojokan di
pintu airnya. Di sana itu kan kejadiannya di pintu air. Begitu ada beda tinggi antara
yang hilir dan hulunya pintu air, maka itu akan teraduk dan adukannya itu
menyebabkan timbul buih," ucapnya. Perairan KBT di kawasan Marunda, Jakarta
Utara, dipenuhi busa pada Jumat (23/3/2018) sore. Busa itu memenuhi KBT selepas
Pintu Air Weir 3 Marunda. Busa-busa di KBT Marunda itu sudah menjadi
pemandangan warga sehari-hari. Busa-busa itu sudah muncul selama beberapa
tahun terakhir.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://neverlandlufi.blogspot.com/2014/02/makalah-sabun-dan-detergen.html
https://www.academia.edu/32056889/Sabun_dan_Deterjen
https://dokumen.tips/documents/makalah-industri-sabun-dan-deterjen.html
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/25/18260031/limbah-deterjen-
warga-penyebab-lautan-busa-di-kbt-marunda

14

Anda mungkin juga menyukai