PERCOBAAN II
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2019
I. Topik
Penentuan Koefisien Distribusi
II. Tujuan
Menentukan nilai koefisien distribusi iodine pada pelarut
kloroform/ air
III. Dasar Teori
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut
ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair
(misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan
dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja,
karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Rahayu. 2009).
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air,
pemisahannya akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa
organik, khususnya asam dan basa organik dalam derajat tertentu
larut juga dalam air. Hal ini merupakan masalah dalam ekstraksi.
Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala pelarutan ini,
disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda
diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada
anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi,
lebih baik anda menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk
beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya menggabungkan bagian-
bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi
dengan lebih baik. Alasannya dapat diberikan dengan menggunakan
hukum partisi (Takeuchi. 2009).
Hukum distribusi atau partisi. Cukup diketahui berbagai zat-zat
tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu
dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih
dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon
tetraklorida. Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon
disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu
bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan
memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan
sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau setengah-
campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain
hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod dikocok bersama
suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod
akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan
kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan
larutan iod dalam air (Vogel. 1986 : 145).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang
tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam
kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan.
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam
praktek solutakan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua
pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut
tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien
distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut :
KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
(Soebagio. 2002 : 34).
Jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tak dapat saling bercampur
ditambahkan zat ketiga yang dapat melarut pada keduanya maka zat
ketiga akan terdistribusi diantara ke dua fasa tadi dalam jumlah
tertentu. Bila larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dikocok dalam air yang
tidak larut dalam CHCl3, maka I2 akan terbagi dalam air dan dalam
CHCl3. Setelah tercapai kesetimbangan perbandingan konsentrasi I2
dalam air dan CHCl3 pada temperatur tetap juga tetap,. Kenyataan
ini merupakan akibat langsung hukum termodinamika pada
kesetimbangan. Jika potensial kimia dari solute dalam larutan encer
dalam larutan adalah :
U1 = U10 + kT In C1
Dan pada larutan air adalah :
U2 = U20 + kT In C2
(Tim Dosen Kimia Fisik. 2012 : 17).
Jika tidak terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi pada fase-fase
tersebut dan keadaan yang kita punya adalah ideal, maka harga KD
sama dengan D. untuk tujuan praktis sebagai ganti harga KD atau D,
lebih sering digunakan istilah persen ekstraksi (E). ini berhubungan
dengan perbandingan distribusi dalam persamaan sebagai berikut :
B. Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Iod awal
Diketahui : Viodine = 2,5 ml
VH2SO4 = 1 ml
Vaquades = 5 ml
NNa2S2O3 = 0,01 M
Vtitrasi 1 = 6, 9 ml
Vtitrasi 2 = 6, 3 ml
Vtitrasi 3 = 6, 0 ml
Ditanyakan : mol I2 (a)
Penyelesaian :
V titrasi 1+V titrasi 2 +V titrasi 3
Rata-rata volume titrasi = 3
6,9 ml+6,3 ml+6,0 ml
=
3
19,2 ml
= 3
= 6, 4 ml
Konsentrasi I2 sebelum ekstraksi (Ca)
M1 x V1 = M2 x V2
V titrasi total x N Na2S2O3
Ca = Volume iodine
6,4 ml x 0,01 M
= 2,5 ml
= 0,0256 M
= 1, 9 ml
Konsentrasi I2 sesudah ekstraksi (Cb)
M1 x V1 = M2 x V2
V titrasi total x N Na2S2O3
Cb = Volume iodine
1,9 ml x 0,01 M
= 5 ml
= 0,0038 M
C. Pembahasan
Prinsip dasar percobaan ini yaitu distribusi zat terlarut I2 ke
dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan
kloroform, dimana menurut hukum distribusi Nerst, jika ke
dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling bercampur
dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan
merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi (KD).
Pada percobaan ini, yang akan ditentukan adalah koefisien
distribusi dari I2 dalam system kloroform-air. Aquades yang
ditambahkan dalam ke dalam larutan iod dalam kloroform
dikocok. Fungsi pengocokan yaitu mempercepat terjadinya
distribusi yang disebabkan karena tumbukan-tumbukan antar
partikel campuran yang juga cepat. Pengocokan dilakukan
selama 5 menit agar I2 dapat terdistribusi secara maksimal.
lamanya pengocokan dapat berpengaruh pada distribusi
larutan dimana terjadinya perpindahan massa dari fasa air ke
fasa organik disebabkan, karena reaksi kimia dan difusi.
Antara fasa air dan fasa organik terjadi lapisan antar muka
dengan ketebalan imajiner tertentu yang merupakan hambatan
laju perpindahan massa dari fasa air ke fasa organik atau
sebaliknya. Besarnya tebal lapisan tipis antar muka ini
tergantung kecepatan pengadukan.
Purwani, dkk (2008) juga menjelaskan bahwa
semakin cepat pengadukan, tebal lapisan untuk terjadinya
perpindahan massa semakin tipis. Ketebalan lapisan ini dapat
diperkecil dengan bertambahnya intensitas pengadukan.
Harga Kd akan bertambah besar dengan kenaikan kecepatan
pengadukan, karena intensitas terjadinya tumbukan antara
reaktan semakin banyak dan semakin cepat. Proses
ekstraksi juga merupakan peristiwa perpindahan massa dari
dua cairan yang tidak saling larut, sehingga jika tidak dibantu
oleh tenaga dari luar berupa pengadukan, maka perpidahan
massa dari kedua cairan tersebut akan sangat lambat. Proses
pengadukan ini akan membantu pencampuran fasa air dan fasa
organik dimana proses pengadukan akan menebarkan solut ke
dalam larutan fasa organik sehingga terjadi kontak antar fasa.
Peristiwa ini akan meningkatkan perpindahan massa solut
dari umpan ke dalam larutan fasa organic.
VI. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari percobaan diatas adalah
1. Pada percobaan penentuan koefisien distribusi ini massa
jenis, kepolaran serta kekuatan ikatan yang berbeda dapat
menyebabkan terjadi pemisahan antara kloroform dan air.
2. Lamanya pengocokan dilakukan agar proses distribusi
larutan dapat maksimal.
3. Bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan.
perbandingan solut pada kedua larutan yang terdistribusi
itulah yang disebut tetapan distribusi atau Koefisien
distribusi.
4. Didapat koefisien distribusi dari penitrasian ….
VII. Daftar Pustaka