Anda di halaman 1dari 5

Sari Pediatri, Vol. 7, No.

Sari Pediatri, Vol. 1,


7, Juni 2005:
No. 1, Juni34-38
2005

Peran Eritropoietin pada Anemia Akibat Keganasan


pada Anak
Reni Suryanty, Nelly Rosdiana, Bidasari Lubis

Anemi relatif sering terjadi pada kasus keganasan hematologi atau tumor padat, namun
penyebab anemia belum jelas diketahui. Eritropoietin merupakan suatu glikoprotein
hormon yang dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor darah merah.
Salah satu penanganan anemia yaitu pemberian transfusi yang mempunyai banyak risiko
diantaranya risiko transmisi infeksi, hemolitik, non- hemolitik, penumpukan besi dan
penekanan produksi eritropoietin endogen. Dipertimbangkan pemberian eritropoietin
eksogen (human recombinan erythropoietin) yang identik dengan eritropoietin endogen
pada keganasan terutama yang mendapat kemoterapi bila Hb £ 10 g/dL dengan dosis
150 U/kg BB 3x seminggu selama 4 minggu dan dosis dapat ditingkatkan hingga 300
U/kg BB dan diberikan selama 4 - 8 minggu. Diperlukan pemeriksaan secara periodik
terhadap kadar besi, TIBC, (total iron binding capacity) saturasi transferin dan feritin.
Rhu-EPO dipasaran yaitu epoetin alfa dan beta. Efek samping Rhu-EPO antara lain
hipertensi, nyeri kepala, nyeri tulang, mual, edem, lemah dan diare. Dilaporkan pada
epoetin beta relatif jarang terjadi hipertensi dan dilaporkan tentang terjadinya kasus
pure red cell aplasia pada pemberian epoetin alfa (eprex).

Kata kunci : keganasan, anemia, eritropoietin

A
nemia adalah berkurangnya sel darah ataupun keduanya yang berpengaruh terhadap respon
merah atau konsentrasi hemoglobin produksi eritropoietin.1-3
akibat gangguan keseimbangan antara Untuk mengatasi anemia dan mengurangi
kehilangan sel darah merah dan gangguan kebutuhan transfusi yang berulang pada kasus
produksi.1 Anemia relatif lebih sering terjadi pada keganasan maka Brumariu dkk 4, Ludwig dkk 5 ,
pasien dengan keganasan hematologi atau tumor padat. mempertimbangkan penggunaan pemberian eri-
Penyebab anemia pada keganasan masih belum jelas tropoietin eksogen (recombinant human erythropoetin
diketahui, tetapi pada kebanyakan kasus dapat = rhu – EPO) karena pemberian transfusi darah
disebabkan akibat pengobatan, latar belakang penyakit mempunyai risiko transmisi infeksi (transfussion
transmitted disease) dan dapat menyebabkan risiko
hemolitik, non hemolitik, penumpukan besi,
imunosupresi, serta menekan produksi eritropoietin
Alamat korespondensi: endogen.4,5
Dr. Nelly Rosdiana, SpA. Recombinan human erythropoetin (rhu-EPO)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS HAM Jalan Bunga Lau No. mengandung protein kecil yang tersusun dari 165
17 Medan.
Telepon: (061) 8361721, Fax: (061) 8361721.
amino acid glycoprotein yang merupakan hasil rekayasa
genetik (recombinant DNA technology) yang indentik
dr. Reni Suryantii PPDS IKA FK – USU / RSHAM, Bagian Ilmu eritropoietin endogen,1,4 merupakan asam amino dan
Kesehatan Anak, Medan. mempunyai dampak merangsang maturasi retikulosit

34
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005

menjadi eritrosit pada sel induk di sumsum tulang, pada keganasan.


meningkatkan jumlah eritrosit dan selanjutnya • Kerusakan sumsum tulang karena pengaruh
meningkatkan cadangan oksigen serta memperbaiki langsung keganasan itu sendiri (bone marrow
kemampuan penyebaran oksigen.1 replacement).7,10,11
• Kemoterapi dapat menyebabkan dan mem-
perburuk anemiaa dengan cara menurunkan atau
Eritropoiesis mengurangi produksi eritropoietin atau sensitivitas
terhadap hormon ini dan merusak sel progenitor
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah serta hematopoietik yang matur, sementara terapi
merah. Sel darah merah berfungsi sebagai pengangkut radiasi menyebabkan kerusakan pada sumsum
oksigen ke jaringan dan mengikat CO2 dari jaringan. tulang.7,12
Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 • Kehilangan darah dan defisiensi nutrisi merupakan
faktor yaitu (1) stem sel hematopoetik, (2) sitokin faktor pendukung timbulnya anemiaa pada pasien
spesifik, growth factor dan hormonal regulator, serta keganasan anak.
(3) hematopoietik yang mempengaruhi micro- • Metastase ke sumsum tulang dapat menimbulkan
environtment yang merupakan stroma pendukung dan kerusakan dan destruksi sel progenitor, menganggu
interaksi sel dengan sel yang diikuti proliferasi dan lingkungan mikro dan produksi sel deret eritrosit.12
diferensiasi hematopoetik sel stem dan mempengaruhi • Adanya gangguan yang diperantarai oleh sitokin
erythroid progenitor yang akhirnya menghasilkan sel (cytokine associated syndrome). Dalam hal ini tumor
darah merah yang matur. berinteraksi dengan sistem imun sehingga
Proliferasi dan maturasi ini diatur oleh sitokin menyebabkan produksi sitokin yang berlebihan
termasuk eritropoietin sebagai faktor yang terpenting (inflammatory cytokine) seperti interleukin-1,
dalam mekanisme ini. Bila terjadi hipoksia, nefron ginjal interleukin-6 dan tumor necrosis factor α.
akan merespons dengan memproduksi eritropoietin.
Eritropoietin (EPO) merupakan suatu glikoprotein Sitokin – sitokin ini dapat mengganggu formasi
hormon dengan berat molekul 30 – 39 kD yang akan koloni eritroid dalam merespon eritropoietin,
terikat pada reseptor spesifik progenitor sel darah merah penurunan masa hidup (life span) eritrosit, meng-
yang selanjutnya memberi sinyal merangsang proliferasi ganggu/menghalangi produksi eritropoietin dan
dan diferensiasi.6 Sebaliknya bila terjadi peningkatan mencegah penggunaan besi.7,12
volume sel darah merah di atas normal misalnya oleh Anemia keganasan adalah normochromic normocytic
karena transfusi, aktivitas eritropoietin di sumsum tulang pada umumnya merupakan anemia ringan (Hb > 9 g/
akan berkurang.1,2,7 dL) dan jarang Hb < 7 g/dL. Konsentrasi besi serum
Eritropoietin terutama dihasilkan oleh peritubular dan kapasitas ikat besi total (TIBC) menurun,
interstitial (endothelial) ginjal (± 90%) dan sisanya (10- pemeriksaan morfologi sumsum tulang terhadap
15%) dihasilkan di hati.1,2,4,7,8 Produksi EPO akan erythroid precursor tampak normal.12,13
meningkat pada keadaan anemiaa ataupun hipoksia
jaringan.7-9
Penggunaan Human Erithropoietin Re-
combinant (rhu-EPO)
Patofisiologi Anemia Keganasan
Pada tahun 1989 FDA (Food and drug administration)
Anemia merupakan kelainan hematologi yang paling menyetujui penggunaan eritropoietin rekombinan
sering ditemukan pada pasien keganasan anak dan pada anemiaa oleh karena gagal ginjal kronik.1,15,16
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap klinis Beberapa peneliti menggunakan eritropoietin
dan kualitas hidup pasien. Faktor-faktor seperti tipe, rekombinan tersebut sebagai alternatif transfusi pada
stadium, jenis keganasan dan intensitas kemoterapi pasien keganasan, prematuritas, atau penyakit kronik.16
atau radiasi serta komplikasi pengobatan seperti infeksi, Penggunaan eritropoietin pada anak dengan
sepsis mendukung terjadinya anemiaa ini. Beberapa keganasan masih terbatas, terutama studi dilakukan
mekanisme yang dapat menjelaskan terjadinya anemiaa pada pasien dewasa. 16 Penelitian awal menunjukkan

35
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005

penggunaan eritropoietin pada pasien keganasan digunakan bila tidak didapati kenaikan hemo-
dengan dosis dan jadwal yang berbeda. Berdasarkan globin sesudah kemoterapi. Transfusi darah
beberapa penelitian tersebut ASCO (American Society merupakan pilihan pada keadaan klinis yang berat.
of Clinical Oncology) dan ASH (American Society of
Hematology) pada 1997 mulai mendiskusikan panduan Killian A dkk16 meneliti secara random, terhadap
praktis klinis penggunaan rhu-EPO pada pasien anak umur 1 – 7 tahun dengan diagnosis ALL yang
keganasan. Rekomendasi yang dianjurkan sebagai mendapat rhu-EPO 150 U/kg BB 3x seminggu
berikut.15 intravena atau subkutan dibandingkan dengan anak
1. Pemberian rhu-EPO pada pasien anemia yang yang tidak mendapatkan rhu-EPO selama tiga periode
disebabkan kemoterapi apabila kadar Hb £ 10 g/ kemoterapi. Hasil penelitian tidak menunjukkan
dL. Transfusi sel darah merah pada keadaan anemia perbedaan bermakna kebutuhan transfusi. Namun
berat merupakan pilihan pengobatan. diantara anak-anak yang didiagnosis ALL risiko
2. Rhu-EPO digunakan bila kadar Hb £ 10 g/dL dan rendah, secara bermakna lebih sedikit volume transfusi
tergantung keadaan klinis. Transfusi darah merah yang diperlukan pada group rhu-EPO dan tidak
dapat merupakan pilihan pengobatan pada ditemukan efek samping dengan rhu-EPO, namun
keadaan klinis yang berat. defisiensi besi terjadi pada kedua group.
3. Rhu-EPO diberikan secara subkutan 3 kali per Ludwig Heinz. dkk 5 melakukan penelitian
minggu dengan dosis awal 150 U/kg paling sedikit terhadap 13 pasien dewasa multiple myeloma yang telah
4 minggu. Dosis dapat ditingkatkan hingga 300 mendapat kemoterapi diberikan rhu-EPO dengan
U/kg dan dapat diberikan selama 4 – 8 minggu; dosis awal 150 U/kg dan diobservasi dalam 3 minggu,
dosis total per minggu 40.000 U. dosis dapat dinaikkan hingga 200 U/kg. Periode
4. Apabila terapi dengan rhu-EPO tidak memberi median pemberian rhu-EPO selama 32 minggu (2 –
respons setelah 6 – 8 minggu yaitu peningkatan 42 minggu). Hasil penelitian sebagai berikut: 85 %
kadar Hb kurang dari 1 – 2 g/dL dianggap terapi terjadi peningkatan Hb lebih kurang 2 g/dL selama 5
tersebut tidak berhasil dan dipertimbangkan untuk minggu dan 2 pasien terjadi peningkatan Hb lebih dari
menghentikan pengobatan. Pemeriksaan pro- 2 bulan.
gresifitas tumor atau kemungkinan defisiensi besi Killian dkk.16 melaporkan hasil penelitian secara
perlu dilakukan. random dengan menggunakan rhu-EPO dan tanpa
5. Apabila kadar Hb telah mendekati 12 g/dL maka rhu-EPO terhadap 34 anak berusia 6 bulan – 18 tahun
dosis rhu-EPO harus dikurangi untuk menjaga yang menjalani kemoterapi. Dosis rhu-EPO yang
kestabilan kadar tersebut. Jika kadar Hb turun diberikan 150 U/kg BB, 3x seminggu selama 8 minggu
mendekati 10 terapi awal dapat dimulai kembali. terhadap 17 anak sedangkan 17 anak lainnya sebagai
6. Pemeriksaan secara periodik kadar besi, TIBC, kontrol mendapat pengobatan baku. Dijumpai
saturasi transferrin, feritin dapat dilakukan untuk peningkatan rata-rata Hb dari 8,5 menjadi 10,2 g/dL
membatasi penggunaan rhu-EPO dan mengetahui sesudah 4 minggu pengobatan pada group rhu-EPO,
penyebab gagalnya pengobatan. Waktu pemerik- pada group kontrol rata-rata Hb tidak berubah. Secara
saan belum dapat ditentukan. bermakna lebih sedikit keperluan transfusi pada group
7. Pada beberapa penelitian penggunaan rhu-EPO rhu-EPO dibanding group kontrol. Satu pasien yang
pada pasien anemiaa yang disebabkan mielo- mendapat rhu-EPO mengalami hipertensi dan terapi
displasia risiko rendah sangat baik, tetapi belum dihentikan, namun 1 minggu kemudian terapi
ada penelitian mendukung penggunaannya pada dilanjutkan tanpa komplikasi lebih lanjut.
pasien anemia dengan myeloma, non hodgkin Rhu-EPO yang terdapat di pasaran adalah Epoetin
lymphoma atau chronic lymphoblastic leukemia tanpa – alfa (Epogen, Eprex, Procrit) dan Epoetin-beta
kemoterapi. (Neorecormon) yang berbeda struktur, proses produksi
8. Pasien dengan penyakit myeloma, NHL, CLL yang dan stabilitasnya. Dapat diberikan secara subkutan atau
diberikan kemoterapi dengan atau tanpa korti- intra-vena, namun pemberian intra-vena memerlukan
kosteroid, dilakukan observasi hematologis sampai dosis yang lebih besar dari pada subkutan karena
tumor mengalami reduksi sebelum dipertim- konsentrasinya lebih cepat berkurang dalam serum.16
bangkan pemberian rhu-EPO. Rhu-EPO dapat Rhu-EPO berfungsi meningkatkan atau mem-

36
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005

pertahankan kadar RBC, sehingga menurunkan pada ekspresi gen renin dan substrat renin kedua ginjal
keperluan transfusi darah. Masa paruh berkisar antara dan jaringan vaskular. Namun beberapa studi
4-13 jam pada pasien dengan gagal ginjal kronik setelah menunjukkan bahwa pemberian EPO tidak me-
intra-melalui vena dan kira-kira 27 jam pada ningkatkan aktifitas plasma renin atau konsentrasi
pemberian subkutan. Kadar serum puncak dicapai 5- angiotensin II pada tikus.22
24 jam setelah pemberian subkutan. Rhu-EPO Kontra indikasi pemberian epoetin termasuk
merupakan obat yang mahal, sehingga memerlukan keadaan hipertensi yang tidak terkontrol, hipersensitif
biaya lebih dari 1 milyar per tahun. Sediaan rhu-EPO terhadap albumin yang berasal dari mamalia atau
yang tersedia adalah 1000 IU, 2000 IU, 4000 U (dalam manusia, pada pasien gagal ginjal kronik dengan
1 syringe) 2000 IU, dan 4000 IU (dalam 1 ampul).16,17 anemiaa berat, atau pada pasien HIV maupun
Cheer dan Wagstaff, melaporkan bahwa pemberian keganasan yang mengalami anemiaa yang disebabkan
epoetin beta sekali seminggu mempunyai efektifitas oleh defisiensi besi, folat, hemolisis, atau perdarahan
yang sama dibandingkan pemberian 3 x seminggu pada cerna.17 Meskipun tidak ada obat yang berinteraksi
pasien anemia dengan keganasan hematologi.18 bermakna dengan epoetin, namun beberapa peneliti
melaporkan diperlukan dosis yang lebih besar pada
pasien yang mendapat angiotensin converting enzim
inhibitor dan yang mendapat heparin.16
Efek Samping dan Kontra Indikasi

Efek samping yang dilaporkan lebih sering pada pasien Kesimpulan


dewasa yang menderita gagal ginjal kronik, antara lain
hipertensi (24%), nyeri kepala (16%), nyeri tulang Rhu-EPO bermanfaat mengurangi kebutuhan transfusi
(11%), mual (11%), edem (9%), lemah (9%) dan diare darah pada pasien anak dengan keganasan, dengan efek
(9%). Efek samping pada anak yang menderita gagal samping yang minimal. Beberapa kasus dilaporkan
ginjal hampir sama dengan dewasa.16 terjadinya aplasia sel darah merah oleh karena
Ludwig dkk. dalam penelitiannya pada pasien penggunaan epoetin alfa khususnya Eprex. Diperlukan
dewasa multiple myeloma menyatakan bahwa tidak monitoring secara periodik pada penggunaan epoetin.
terjadi efek samping selama uji klinis. 5
Porter dkk menyatakan efek toksik rhu-EPO minimal,
tidak ada pasien yang menderita hipertensi atau kejang, Daftar Pustaka
dua pasien mengeluh nyeri pada tempat injeksi, tanpa
adanya infeksi.9 Studi lain menyatakan pencegahan 1. The agency for health care research and quality (AHRQ).
anemiaa dengan injeksi eritropoietin dua kali per Uses of epoetin for anemiaa in oncology. Evidence re-
minggu intraperitoneal selama 6 minggu menyebabkan port/technology assessment 2001; 30:1-13.
lebih banyak kejadian hipertensi sistemik dan 2. Christensen RD, Ohls RK,. Development of the
kerusakan glomerular yang ditentukan secara hematopoieric system. Dalam: Behrman RE, Kliegman
histologis.18 Means dkk 20 dalam penelitiannya terhadap RM, Arvin Am, penyunting. Nelson textbook of pedi-
dua orang pasien yang menerima rhu-EPO selama 8 atrics. Edisi ke-15. Philadelphia: Saunders, 1996. h.
minggu dengan dosis 150 U/kg, 3x perminggu terjadi 1375-82.
defisiensi besi. 3. Firat D, Banzon J. Erythropoietic effect of plasma from
Pada pasien gagal ginjal kronik yang mendapat rhu- patients with advanced cancer. Cancer Res 1971;
EPO terjadi peningkatan tekanan darah arteri pada 31:1353-9.
beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah onset 4. Brumariu O, Miron I, Munteanu M, Gavrilovici C. The
terapi. Umumnya peningkatan tekanan darah use of growth factors in pediatric diseases. Didapat dari:
berkaitan dengan peningkatan hematokrit pada pasien URL: http://www.nefroped.net 2000.ro/article 002.htm
yang mendapat EPO. Pada beberapa studi terbaru, 5. Ludwig H. Eritz E, Kotzmann H, Hocker P, Gisslinger
didapatkan bahwa pada terapi EPO terjadi gangguan H, Barnas U. Erythropoetin treatment of anemiaa asso-
sistem vasodilator yang berperan terhadap terjadinya ciated with multiple myeloma. N Engl J Med 1990;
hipertensi. Terapi EPO juga menunjukkan rangsangan 322:1693-9.

37
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005

6. Lubis B. Eritropoietin pada sepsis pediatrik. Disampai- Principles and practice of pediatric oncology. Edisi ke –
kan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat 3. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1997. h. 1053.
VI, Medan, 4 Oktober, 2003. 15. Rizzo JD, Lichtin AE, Woold SH, Seldenfeld J, Bennett
7. Miller DR. Eritropoietin, hypoplastic anemiaas, and CL, Cella D, et al. Use of epoetin in patients with can-
disorders of heme synthesis, Dalam: Miller DR, Bachner cers ; evidence – based clinical practice guidelines of the
RL, Miller LP. Blood diseases of infancy and childhood. American Society of Clinical Oncology and the Ameri-
Edisi ke – 7. St Louis: Mosby, 1995. h. 140-82. can Society of Hematology. Blood 2002; 100:2303-20.
8. Ganong WF. Erythropoetin. Riview of Medical Physi- 16. Killian A. Pediatric use of recombinat human
ology. Edisi ke 14. London: Prentice – Hall, 1989. h. erythropoetin. Pediatr Pharm 2002; 8:1-5.
392. 17. Drug information organized alphabetically. Epoetin alfa
9. Porter JC, Leahey A, Polise K, Buning, Manno CS. Re- recombinant. Diambil dari: URL : http://www.healhdigest.or/
combinant human erythropoietin reduces the need dug/epoetinalfarecombinant.html.
erythrocyte and platelet transfusion in pediatrics patient 18. Cheer SM, Wagstaff AJ. Epoetin beta: a review of its
with sarcoma: A randomized, double-blind, placebo- clinical use in the treatment of anemiaa in patients with
controlled trial. J Pediatr, 1996; 129:656-60. cancer. Drugs 2004; 64 (3):323-46.
10. Miller CB, Platanias LC, Mills SR, Zahurak ML, Ratain 19. Exchbach JW, Kelly MR, Haley R. Treatment of the
MJ, Ettinger DS. Phase I – II trial of erythropoetin in anemiaa of progressive renal failure with recombinant
the treatment of cisplatin – associated anemiaa. J Na- human erythropoetin. N. Engl J Med 1989; 321:158-
tional Cancer Institute 1992; 84:100-3 63.
11. Dainiak N, Kulkarni V, Howard D, Kalmanti M, Dewey 20. Means RT. Olsen NJ, Krantz SB.Treatment of the
MC, Hoffman R. Mechanism of abnormal erythropoie- anemiaa of rheumatoid arthritis with recombinant hu-
sis in malignancy. Cancer, 1983; 51:1101-6. man erythropoetin: Clinical and in vitro studies. Arthitis
12. Permono B. Anemiaa dan eritropoitin. Disampaikan and rheumatoid, 1989; 32:638-42.
pada Simposium Nasional Nefrologi Anak IX Hemato- 21. Cazzola M. Erythropoietin therapy : need for rationality
Onkologi Anak. Batu. 12-14 Desember, 2003. and active survaillance. Heamatologica 2003; 06:601-3
13. Miller CB, Jones RJ, Piantodosi S, Abeloff MD, Spivak 22. Vaziri ND, Tang DH, Dissociation of the pressor and
JL. Decreased erythropoietin response in patients with erythropoetic effects of Erythropoetin. Didapat dari
the anemiaa of cancer. N Engl J Med 1990; 322:1689-2. URL: http:/www.uninet.edu/cid2000/ comferences/
14. Pizzo PA, Poplack DG. Erythrocyte replacement therapy. vaziri.html.

38

Anda mungkin juga menyukai