Anemi relatif sering terjadi pada kasus keganasan hematologi atau tumor padat, namun
penyebab anemia belum jelas diketahui. Eritropoietin merupakan suatu glikoprotein
hormon yang dapat merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor darah merah.
Salah satu penanganan anemia yaitu pemberian transfusi yang mempunyai banyak risiko
diantaranya risiko transmisi infeksi, hemolitik, non- hemolitik, penumpukan besi dan
penekanan produksi eritropoietin endogen. Dipertimbangkan pemberian eritropoietin
eksogen (human recombinan erythropoietin) yang identik dengan eritropoietin endogen
pada keganasan terutama yang mendapat kemoterapi bila Hb £ 10 g/dL dengan dosis
150 U/kg BB 3x seminggu selama 4 minggu dan dosis dapat ditingkatkan hingga 300
U/kg BB dan diberikan selama 4 - 8 minggu. Diperlukan pemeriksaan secara periodik
terhadap kadar besi, TIBC, (total iron binding capacity) saturasi transferin dan feritin.
Rhu-EPO dipasaran yaitu epoetin alfa dan beta. Efek samping Rhu-EPO antara lain
hipertensi, nyeri kepala, nyeri tulang, mual, edem, lemah dan diare. Dilaporkan pada
epoetin beta relatif jarang terjadi hipertensi dan dilaporkan tentang terjadinya kasus
pure red cell aplasia pada pemberian epoetin alfa (eprex).
A
nemia adalah berkurangnya sel darah ataupun keduanya yang berpengaruh terhadap respon
merah atau konsentrasi hemoglobin produksi eritropoietin.1-3
akibat gangguan keseimbangan antara Untuk mengatasi anemia dan mengurangi
kehilangan sel darah merah dan gangguan kebutuhan transfusi yang berulang pada kasus
produksi.1 Anemia relatif lebih sering terjadi pada keganasan maka Brumariu dkk 4, Ludwig dkk 5 ,
pasien dengan keganasan hematologi atau tumor padat. mempertimbangkan penggunaan pemberian eri-
Penyebab anemia pada keganasan masih belum jelas tropoietin eksogen (recombinant human erythropoetin
diketahui, tetapi pada kebanyakan kasus dapat = rhu – EPO) karena pemberian transfusi darah
disebabkan akibat pengobatan, latar belakang penyakit mempunyai risiko transmisi infeksi (transfussion
transmitted disease) dan dapat menyebabkan risiko
hemolitik, non hemolitik, penumpukan besi,
imunosupresi, serta menekan produksi eritropoietin
Alamat korespondensi: endogen.4,5
Dr. Nelly Rosdiana, SpA. Recombinan human erythropoetin (rhu-EPO)
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS HAM Jalan Bunga Lau No. mengandung protein kecil yang tersusun dari 165
17 Medan.
Telepon: (061) 8361721, Fax: (061) 8361721.
amino acid glycoprotein yang merupakan hasil rekayasa
genetik (recombinant DNA technology) yang indentik
dr. Reni Suryantii PPDS IKA FK – USU / RSHAM, Bagian Ilmu eritropoietin endogen,1,4 merupakan asam amino dan
Kesehatan Anak, Medan. mempunyai dampak merangsang maturasi retikulosit
34
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
35
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
penggunaan eritropoietin pada pasien keganasan digunakan bila tidak didapati kenaikan hemo-
dengan dosis dan jadwal yang berbeda. Berdasarkan globin sesudah kemoterapi. Transfusi darah
beberapa penelitian tersebut ASCO (American Society merupakan pilihan pada keadaan klinis yang berat.
of Clinical Oncology) dan ASH (American Society of
Hematology) pada 1997 mulai mendiskusikan panduan Killian A dkk16 meneliti secara random, terhadap
praktis klinis penggunaan rhu-EPO pada pasien anak umur 1 – 7 tahun dengan diagnosis ALL yang
keganasan. Rekomendasi yang dianjurkan sebagai mendapat rhu-EPO 150 U/kg BB 3x seminggu
berikut.15 intravena atau subkutan dibandingkan dengan anak
1. Pemberian rhu-EPO pada pasien anemia yang yang tidak mendapatkan rhu-EPO selama tiga periode
disebabkan kemoterapi apabila kadar Hb £ 10 g/ kemoterapi. Hasil penelitian tidak menunjukkan
dL. Transfusi sel darah merah pada keadaan anemia perbedaan bermakna kebutuhan transfusi. Namun
berat merupakan pilihan pengobatan. diantara anak-anak yang didiagnosis ALL risiko
2. Rhu-EPO digunakan bila kadar Hb £ 10 g/dL dan rendah, secara bermakna lebih sedikit volume transfusi
tergantung keadaan klinis. Transfusi darah merah yang diperlukan pada group rhu-EPO dan tidak
dapat merupakan pilihan pengobatan pada ditemukan efek samping dengan rhu-EPO, namun
keadaan klinis yang berat. defisiensi besi terjadi pada kedua group.
3. Rhu-EPO diberikan secara subkutan 3 kali per Ludwig Heinz. dkk 5 melakukan penelitian
minggu dengan dosis awal 150 U/kg paling sedikit terhadap 13 pasien dewasa multiple myeloma yang telah
4 minggu. Dosis dapat ditingkatkan hingga 300 mendapat kemoterapi diberikan rhu-EPO dengan
U/kg dan dapat diberikan selama 4 – 8 minggu; dosis awal 150 U/kg dan diobservasi dalam 3 minggu,
dosis total per minggu 40.000 U. dosis dapat dinaikkan hingga 200 U/kg. Periode
4. Apabila terapi dengan rhu-EPO tidak memberi median pemberian rhu-EPO selama 32 minggu (2 –
respons setelah 6 – 8 minggu yaitu peningkatan 42 minggu). Hasil penelitian sebagai berikut: 85 %
kadar Hb kurang dari 1 – 2 g/dL dianggap terapi terjadi peningkatan Hb lebih kurang 2 g/dL selama 5
tersebut tidak berhasil dan dipertimbangkan untuk minggu dan 2 pasien terjadi peningkatan Hb lebih dari
menghentikan pengobatan. Pemeriksaan pro- 2 bulan.
gresifitas tumor atau kemungkinan defisiensi besi Killian dkk.16 melaporkan hasil penelitian secara
perlu dilakukan. random dengan menggunakan rhu-EPO dan tanpa
5. Apabila kadar Hb telah mendekati 12 g/dL maka rhu-EPO terhadap 34 anak berusia 6 bulan – 18 tahun
dosis rhu-EPO harus dikurangi untuk menjaga yang menjalani kemoterapi. Dosis rhu-EPO yang
kestabilan kadar tersebut. Jika kadar Hb turun diberikan 150 U/kg BB, 3x seminggu selama 8 minggu
mendekati 10 terapi awal dapat dimulai kembali. terhadap 17 anak sedangkan 17 anak lainnya sebagai
6. Pemeriksaan secara periodik kadar besi, TIBC, kontrol mendapat pengobatan baku. Dijumpai
saturasi transferrin, feritin dapat dilakukan untuk peningkatan rata-rata Hb dari 8,5 menjadi 10,2 g/dL
membatasi penggunaan rhu-EPO dan mengetahui sesudah 4 minggu pengobatan pada group rhu-EPO,
penyebab gagalnya pengobatan. Waktu pemerik- pada group kontrol rata-rata Hb tidak berubah. Secara
saan belum dapat ditentukan. bermakna lebih sedikit keperluan transfusi pada group
7. Pada beberapa penelitian penggunaan rhu-EPO rhu-EPO dibanding group kontrol. Satu pasien yang
pada pasien anemiaa yang disebabkan mielo- mendapat rhu-EPO mengalami hipertensi dan terapi
displasia risiko rendah sangat baik, tetapi belum dihentikan, namun 1 minggu kemudian terapi
ada penelitian mendukung penggunaannya pada dilanjutkan tanpa komplikasi lebih lanjut.
pasien anemia dengan myeloma, non hodgkin Rhu-EPO yang terdapat di pasaran adalah Epoetin
lymphoma atau chronic lymphoblastic leukemia tanpa – alfa (Epogen, Eprex, Procrit) dan Epoetin-beta
kemoterapi. (Neorecormon) yang berbeda struktur, proses produksi
8. Pasien dengan penyakit myeloma, NHL, CLL yang dan stabilitasnya. Dapat diberikan secara subkutan atau
diberikan kemoterapi dengan atau tanpa korti- intra-vena, namun pemberian intra-vena memerlukan
kosteroid, dilakukan observasi hematologis sampai dosis yang lebih besar dari pada subkutan karena
tumor mengalami reduksi sebelum dipertim- konsentrasinya lebih cepat berkurang dalam serum.16
bangkan pemberian rhu-EPO. Rhu-EPO dapat Rhu-EPO berfungsi meningkatkan atau mem-
36
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
pertahankan kadar RBC, sehingga menurunkan pada ekspresi gen renin dan substrat renin kedua ginjal
keperluan transfusi darah. Masa paruh berkisar antara dan jaringan vaskular. Namun beberapa studi
4-13 jam pada pasien dengan gagal ginjal kronik setelah menunjukkan bahwa pemberian EPO tidak me-
intra-melalui vena dan kira-kira 27 jam pada ningkatkan aktifitas plasma renin atau konsentrasi
pemberian subkutan. Kadar serum puncak dicapai 5- angiotensin II pada tikus.22
24 jam setelah pemberian subkutan. Rhu-EPO Kontra indikasi pemberian epoetin termasuk
merupakan obat yang mahal, sehingga memerlukan keadaan hipertensi yang tidak terkontrol, hipersensitif
biaya lebih dari 1 milyar per tahun. Sediaan rhu-EPO terhadap albumin yang berasal dari mamalia atau
yang tersedia adalah 1000 IU, 2000 IU, 4000 U (dalam manusia, pada pasien gagal ginjal kronik dengan
1 syringe) 2000 IU, dan 4000 IU (dalam 1 ampul).16,17 anemiaa berat, atau pada pasien HIV maupun
Cheer dan Wagstaff, melaporkan bahwa pemberian keganasan yang mengalami anemiaa yang disebabkan
epoetin beta sekali seminggu mempunyai efektifitas oleh defisiensi besi, folat, hemolisis, atau perdarahan
yang sama dibandingkan pemberian 3 x seminggu pada cerna.17 Meskipun tidak ada obat yang berinteraksi
pasien anemia dengan keganasan hematologi.18 bermakna dengan epoetin, namun beberapa peneliti
melaporkan diperlukan dosis yang lebih besar pada
pasien yang mendapat angiotensin converting enzim
inhibitor dan yang mendapat heparin.16
Efek Samping dan Kontra Indikasi
37
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
6. Lubis B. Eritropoietin pada sepsis pediatrik. Disampai- Principles and practice of pediatric oncology. Edisi ke –
kan pada Simposium Nasional Pediatri Gawat Darurat 3. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1997. h. 1053.
VI, Medan, 4 Oktober, 2003. 15. Rizzo JD, Lichtin AE, Woold SH, Seldenfeld J, Bennett
7. Miller DR. Eritropoietin, hypoplastic anemiaas, and CL, Cella D, et al. Use of epoetin in patients with can-
disorders of heme synthesis, Dalam: Miller DR, Bachner cers ; evidence – based clinical practice guidelines of the
RL, Miller LP. Blood diseases of infancy and childhood. American Society of Clinical Oncology and the Ameri-
Edisi ke – 7. St Louis: Mosby, 1995. h. 140-82. can Society of Hematology. Blood 2002; 100:2303-20.
8. Ganong WF. Erythropoetin. Riview of Medical Physi- 16. Killian A. Pediatric use of recombinat human
ology. Edisi ke 14. London: Prentice – Hall, 1989. h. erythropoetin. Pediatr Pharm 2002; 8:1-5.
392. 17. Drug information organized alphabetically. Epoetin alfa
9. Porter JC, Leahey A, Polise K, Buning, Manno CS. Re- recombinant. Diambil dari: URL : http://www.healhdigest.or/
combinant human erythropoietin reduces the need dug/epoetinalfarecombinant.html.
erythrocyte and platelet transfusion in pediatrics patient 18. Cheer SM, Wagstaff AJ. Epoetin beta: a review of its
with sarcoma: A randomized, double-blind, placebo- clinical use in the treatment of anemiaa in patients with
controlled trial. J Pediatr, 1996; 129:656-60. cancer. Drugs 2004; 64 (3):323-46.
10. Miller CB, Platanias LC, Mills SR, Zahurak ML, Ratain 19. Exchbach JW, Kelly MR, Haley R. Treatment of the
MJ, Ettinger DS. Phase I – II trial of erythropoetin in anemiaa of progressive renal failure with recombinant
the treatment of cisplatin – associated anemiaa. J Na- human erythropoetin. N. Engl J Med 1989; 321:158-
tional Cancer Institute 1992; 84:100-3 63.
11. Dainiak N, Kulkarni V, Howard D, Kalmanti M, Dewey 20. Means RT. Olsen NJ, Krantz SB.Treatment of the
MC, Hoffman R. Mechanism of abnormal erythropoie- anemiaa of rheumatoid arthritis with recombinant hu-
sis in malignancy. Cancer, 1983; 51:1101-6. man erythropoetin: Clinical and in vitro studies. Arthitis
12. Permono B. Anemiaa dan eritropoitin. Disampaikan and rheumatoid, 1989; 32:638-42.
pada Simposium Nasional Nefrologi Anak IX Hemato- 21. Cazzola M. Erythropoietin therapy : need for rationality
Onkologi Anak. Batu. 12-14 Desember, 2003. and active survaillance. Heamatologica 2003; 06:601-3
13. Miller CB, Jones RJ, Piantodosi S, Abeloff MD, Spivak 22. Vaziri ND, Tang DH, Dissociation of the pressor and
JL. Decreased erythropoietin response in patients with erythropoetic effects of Erythropoetin. Didapat dari
the anemiaa of cancer. N Engl J Med 1990; 322:1689-2. URL: http:/www.uninet.edu/cid2000/ comferences/
14. Pizzo PA, Poplack DG. Erythrocyte replacement therapy. vaziri.html.
38