Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masa globalisasi sekarang ini, peran penanaman modal semakin krusial.
Apalagi terhadap negara-negara yang sedang taraf membangun seperti Negara
Republik Indonesia ini. Indonesia merupakan Negara yang sedang membangun.
Untuk membangun diperlukan adanya modal atau investasi yang besar. Secara umum
investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi (natural person) ataupun badan hukum (juridical
person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya baik
yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan, aset tidak bergerak, hak atas
kekayaan intelektual, maupun keahlian.1
Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal,
baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan.
Istilah investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia usaha, sedangkan istilah
penanaman modal lebih banyak digunakan dalam perundang-undangan. Namun pada
dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama sehingga kadang-
kadang digunakan secara interchangeable (hubungan timbal-balik).2
Pasal 1 undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal,
menyebutkan bahwa penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan
penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri ataupun penanaman
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.3

1
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2009), h.1.
2
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 10
3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat (1)
diunduh dari httpwww.bi.go.ididtentang-biuu-biDocumentsUU25Tahun2007PenanamanModal.pdf
pada tanggal 24 April 2019.

1
Besarnya kebutuhan mengakibatkan pemerintah harus membuka kesempatan
bagi para pemilik modal, baik pemilik modal dalam negeri maupun pemilik modal
asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Setiap penanaman modal akan
memberikan konstribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara,
karena penanaman modal akan mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian
secara keseluruhan. Di samping adanya kebutuhan perekonomian pembangunan,
keberadaan penanaman modal baik domestik maupun asing juga memberikan
sejumlah manfaat bagi pemerintah yakni dapat menyerap tenaga kerja di negara
penerima modal, dapat menciptakan tuntutan bagi produk dalam negeri sebagai bahan
baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat
menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of
technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how).4
Iklim investasi di Indonesia masih banyak dikeluhkan investor asing.
Indonesia dianggap bukan tempat yang kondusif untuk melakukan investasi
dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Cina.5 Oleh karena itu,
didalam pelaksanaannya pihak investor asing enggan untuk datang dan menanamkan
modalnya, karena masih ditemukan kendala-kendala yang sangat kompleks
diantaranya permasalahan buruh, ketidakpastian hukum, keamanan, dan pelaksanaan
otonomi daerah. Selain itu kendala-kendala yang dihadapi investor asing juga
berkaitan dengan beberapa permasalahan prosedural dan birokrasi misalnya dalam
mengurus perizinan investasi baru, banyaknya pungutan liar, dan lain-lain.

4
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan Undang -Undang No.
25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), h. 24.
5
Hikmahanto Juwana, Perlindungan Investasi Asing,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
h.78.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Kebijakan Dasar dalam Penanaman Modal ?
2. Apakah Penanaman Modal mampu Meningkatkan Iklim Usaha yang
Kondusif ?
3. Bagaimana Upaya Perlindungan terhadap Penanaman Modal ?
4. Bagaimana Peran Tenaga Kerja dan Bidang Usaha dalam Pelaksanaan
Penanaman Modal ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kebijakan Dasar dalam Penanaman Modal.
2. Untuk Mengetahui Penanaman Modal mampu atau tidak Meningkatkan
Iklim Usaha yang Kondusif.
3. Untuk Mengetahui Upaya Perlindungan terhadap Penanaman Modal.
4. Untuk Mengetahui Peran Tenaga Kerja dan Bidang Usaha dalam
Pelaksanaan Penanaman Modal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penanaman Modal
1. Pengertian Penanaman Modal
Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno, investasi adalah penanaman modal
uang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai
bidang usaha yang terbuka untuk investasi dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan.6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan penanaman
modal adalah penempatan modal di badan usaha dengan cara membeli saham atau
obligasi dari badan usaha tersebut.7 Sedangkan investasi adalah penanaman uang atau
modal dari suatu perusahaan atau projek untuk tujuan memperoleh keuntungan.8
Menurut Sadono Sukirno, investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.9
Menurut Rancangan Perjanjian Multilateral tentang investasi (Multilateral
Agreement on Investment) yang pada waktu itu sedang disiapkan oleh Organisasi
Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization For Economic Cooperation
and Development) memberikan pengertian investasi yang lebih luas. Dalam
rancangan tersebut penanam modal (investment) diartikan sebagai suatu jenis aktiva
yang memiliki atau dikendalikan secara langsung atau tidak langsung oleh suatu

6
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2008),
h. 33
7
Tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (cetakan keempat), (Jakarta : Balai Pustaka, 2003),
h. 895
8
Ibid., h. 337
9
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro, (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), h. 36
4
investor (every kind of asset owned or controlled, directly or indirectly, by an
investor).10

2. Tujuan dan Manfaat Penanaman Modal


Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain
melalui perbaikan koordinasi antara instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman
modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di
bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor
penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara
signifikan.11
Menurut Pasal 3 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007, Tujuan penyelenggaraan
penanaman modal, antara lain :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
b. Menciptakan lapangan kerja.
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional.
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional.
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.12

10
Komarudin dalam N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia,
(Malang : Bayu Media Publishing, 2003), h. 4
11
Ibid., h. 23
12
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 3 ayat (1)
diunduh dari httpwww.bi.go.ididtentang-biuu-biDocumentsUU25Tahun2007PenanamanModal.pdf
pada tanggal 24 April 2019.

5
Penanaman modal berkembang sejalan dengan kebutuhan suatu negara dalam
melaksanakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakatnya. Kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai
konsekuensi berkembangnya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan. Upaya
pembangunan ekonomi mensyaratkan adanya rangkaian investasi yang dilaksanakan
secara bertahap. Pada setiap tahapnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
seluruh rakyat serta meletakan landasan yang kuat bagi pembangunan tahap
berikutnya. Sebagaimana diungkapkan oleh N. Rosyidah Rakhmawati bahwa
penanaman modal memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi yang pada
dasarnya adalah untuk meningkatkan perekonomian nasional, yaitu untuk
meningkatkan kesempatan kerja, meraih teknologi dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi.13
Berkaitan dengan tujuan penanaman modal Sumantoro menyatakan bahwa
penanaman modal mempunyai peranan dan sumbangan penting dalam pembangunan.
Pembangunan tersebut direncanakan oleh pemerintah yang di dalamnya juga
diarahkan agar penanaman modal mempunyai peranan dalam pembangunan.
Kegiatan penanaman modal diharapkan tidak berorientasi kepada motif mendapat
keuntungan saja, melainkan juga diarahkan kepada pemenuhan tugas pembangunan
pada umumnya.14
Kemudian dari segi manfaat, ada dua keuntungan mengenai terselenggaranya
penanaman modal bagi Indonesia. Pertama, meningkatnya pendapatan riil yang
tercermin dari pada peningkatan upah gaji konsumen atau peningkatan penerimaan
pemerintah. Kedua, adanya manfaat tidak langsung seperti diperkenalkannnya
teknologi dan pengetahuan baru.15

13
N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Malang : Bayu Media
Publishing, 2003), h. 8
14
Sumartono, Hukum Ekonomi, (Jakarta : UI Press, 2006), h. 111
15
Ibid., h. 122
6
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal
Saat ini tingkat investasi mengalami penurunan yang cukup tajam apabila
dibandingkan dengan masa sebelum terjadi krisis ekonomi. Penurunan tingkat
investasi disebabkan oleh beberapa faktor yang akhirnya dapat mempengaruhi
investor dalam menanamkan modal. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan ke dalam
2 (dua) kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal16
1) Prosedur penanaman modal.
2) Kondisi politik dan keamanan.
3) Kualitas kemampuan tenaga kerja.
4) Aspek perlindungan hukum dan kepastian hokum.
5) Hak kepemilikan tanah.
6) Country risk (Risiko negara).
7) Fasilitas-fasilitas.
b. Faktor Eksternal17
1) Interdependensi antar Negara.
2) Globalisasi dan liberalisasi ekonomi internasional.
3) Persaingan antar negara berkembang.

4. Kebijakan Dasar Penanaman Modal


Penandatanganan aturan main tentang perdagangan internasional oleh 117
negara, di antaranya Indonesia, di Marakess, Desember 1994, yang dikenal dengan
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) menandai proses liberalisasi pasar
ekonomi dunia yakni dengan pembebasan pasar akan menaikkan produktivitas
produsen sehingga dapat menciptakan kemakmuran masyarakat. Hal tersebut telah
mendorong lalu lintas perdagangan dunia yang tidak lagi mengenal batas-batas
teritorial dan politik. Pemilik modal dapat menanamkan modalnya di wilayah yang

16
N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal …………………………….., h. 47
17
Ibid., h. 49
7
memberikan keuntungan kompetitif. Kondisi tersebut menuntut berbagai negara
untuk membuka wilayahnya dengan tujuan memperlancar lalu lintas perdagangan
dan modal dengan melakukan deregulasi berbagai aturan yang berpotensi
menghambat masuknya arus barang dan modal serta pasar bebas (free market).18 Hal
tersebut juga yang membuat Pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Daerah, yang di antaranya mengatur dengan jelas tentang
Kebijakan Dasar Penanaman Modal yaitu dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 yang menyatakan bahwa :19
c. Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk :
1) Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.
2) empercepat peningkatan penanaman modal.
d. Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)Pemerintah memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam
negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, yang menjadi alasan utama pemerintah
dalam menetapkan kebijakan penanaman modal sesuai dengan yang telah diatur di
dalam UUPM lebih beralasan kepada ketahanan dan pembangunan perekonomian
nasional yakni untuk mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal dalam penguatan daya saing perekonomian nasional dan
mempercepat peningkatan penanaman modal.

18
Heni Chalid, Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi Tantangan dan Hambatan,
(Jakarta : Mitra, 2005), h. 69
19
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 4 ayat (1)
diunduh dari httpwww.bi.go.ididtentang-biuu-biDocumentsUU25Tahun2007PenanamanModal.pdf
pada tanggal 24 April 2019.

8
B. Peningkatan Iklim Usaha Kondisif
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penanaman modal, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, sistem hukum
investasi secara garis besar terdiri dari bidang hukum mengenai perizinan,
permodalan, bentuk usaha, status pelakunya (investor), lokasi, lingkungan, obyek,
dan lain sebagainya. Faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal
harus diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi pemerintah pusat
dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman
modal, serta iklim usaha yang nyaman di bidang ketenagakerjaan dan keamanan
dalam menjalankan usaha yang disesuaikan dengan sistem hukum investasi di
Indonesia. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi
penanaman modal akan membaik secara signifikan.20
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) selama
periode 2009-2010 terjadi penurunan aplikasi dibandingkan tahun sebelumnya dari
hanya US$ 2,72 miliar penanaman modal menjadi US$ 1,75 miliar pada 2010.21
Dalam rangka pencapaian iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal,
diperlukan langkah sebagai berikut :22
1. Melakukan perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah,
penciptaan birokrasi yang efesien, dan memberikan kepastian hukum dibidang
penanaman modal yang disesuaikan dengan sistem hukum investasi di
Indonesia.
2. Melakukan perubahan kebijakan dalam hal pengembangan penanaman modal
dengan membentuk satuan gugus pengendalian penanaman modal atau yang
disebut dengan task force.

20
Ida Bagus Wyasa Putra et. Al., Hukum Bisnis Pariwisata, Bandung : PT Refika Aditama,
2003), h. 56
21
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta Timur : Kuwais, 2010),
h. 263
22
Ibid., h. 266
9
C. Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Indonesia merupakan negara yang berdasar atas hukum (rechstaat). Tujuan
utama negara hukum adalah menyelenggarakan ketertiban, yakni tata tertib yang
umumnya berdasarkan hukum yang terdapat pada rakyat. Negara hukum menjaga
ketertiban dengan harapan agar semuanya berjalan berdasarkan hukum yang terdapat
pada rakyat. Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu
sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya sehingga benturan-
benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin.
Menurut Sudikno Mertokusuma, bahwa hukum itu bertujuan agar tercapainya
ketertiban dalam masyarakat sehingga diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi untuk mencapai tujuannya dan bertugas membagi hak dan kewajiban
antar perorangan dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengutamakan
pemecahan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.23 Menurut R. Subekti
dalam buku Sudikno Mertokusumo berpendapat, bahwa tujuan hukum itu mengabdi
kepada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi
rakyatnya.24
Berdasarkan pengertian hukum yang telah dijabarkan tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pengertian hukum adalah peraturan yang berisi larangan dan
perintah yang mengatur tingkah dan perilaku manusia serta berkehidupan di dalam
masyarakat, hukum juga memiliki sanksi terhadap pelanggaran peraturan bersifat
tegas dan diatur melalui peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh badan- badan
resmi negara dan memiliki sifat memaksa.

23
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Liberty, 2005),
h. 64
24
Ibid., h. 65
10
2. Bentuk Perlindungan Hukum
Bentuk perlindungan hukum dalam kegiatan ekonomi khususnya penanaman
modal tidak bisa dilepaskan dari aspek hukum perusahaan, khususnya mengenai
perseroan terbatas karena perlindungan hukum dalam penanaman modal melibatkan
beberapa pihak pelaku usaha turutama pihak penanam modal, direktur, komisaris,
pemberi izin dan pemegang kekuasaan, serta pihak-pihak penunjang terjadinya
kegiatan penanaman modal seperti notaris yang mana para pihak tersebut didominasi
oleh subjek hukum berupa badan hukum berbentuk perseroan terbatas.25
Subjek hukum dalam hukum perdata terdapat dua subjek hukum, yaitu subjek
hukum orang pribadi dan subjek hukum berupa badan hukum. subjek hukum orang
pribadi adalah orang atau manusia yang telah dianggap cakap menurut hukum, orang
sebagai subjek hukum merupakan pendukung atau pembawa hak sejak dia dilahirkan
hidup hingga dia mati.26 Selanjutnya, subjek hukum dalam hukum perdata adalah
badan hukum atau rechtspersoon. Badan hukum merupakan kumpulan manusia
pribadi ataudapat pula merupakan kumpulan dari badan hukum. Menurut Satjipto
Rahardjo, hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya secara terukur.
Kepentingan merupakan sasaran dari hak karena hak mengandung unsur
perlindungan dan pengakuan.27
Sementara itu, Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum
menjadi dua, yang antara lain :28
a. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
mengajukan keberatan atas pendapatnya sebelum suatu keputusan

25
H.R. Sardjono dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukum Perdata,
(Jakarta : Indihill Co, 2003), Cet. 1, h. 141
26
Ibid., h. 143
27
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), Cet. 6, h. 54
28
Philipus M. Hadjon, , Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Jakarta : Bina Ilmu,
2007), h. 28

11
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Sehingga, perlindungan hukum
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya
bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong
pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan
atau diminta pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut.
b. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi
sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial
menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi
tiga yaitu :
1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umum. Dewasa ini dalam praktek
telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada
peradilan umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.
2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi
penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi
pemerintah dalam hal banding. Lembaga banding tersebut menangani
permintaan banding terhadap suatu tindakan pemerintah oleh pihak
yang telah merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah lainnya.
Lembaga ini berwenang untuk merubah bahkan membatalkan sutau
tindakan dari pemerintah tersebut.
3) Badan-badan khusus: badan yang terkain dan berwenang untuk
menyelesaikan suatu sengketa. Badan khusus tersebut antara lain kantor
urusan perumahan, pengadilan kepegawaian, badan sensor film, panitia
urusan piutang negara, peradilan administrasi negara.

12
D. Peran Tenaga Kerja dalam Pelaksanaan Penanaman Modal
Sumber daya manusia atau tenaga kerja memiliki peranan paling penting
dalam pembangunan ekonomi. Banyak negara industri maupun negara industri baru
memusatkan perhatiannya terhadap sumber daya manusia karena hal tersebut
merupakan faktor yang signifikan. Faktor ini bersifat disembodied, tetapi
pengaruhnya sangat nyata terhadap pembangunan ekonomi.29
Selama ini untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu ada
penekanan terhadap pentingnya akumulasi modal. Penekanan terhadap akumulasi
modal ini tidak semata hanya mencakup modal fisik tetapi juga human capital
(tenaga kerjanya).30 Human capital atau modal manusia dalam arti tenaga kerja saat
ini memegang peranan yang sangat penting, sekalipun tingkat teknologi sering
dianggap sebagai sumber utama bagi keberlangsungan pertumbuhan yang
berkelanjutan, namun kemampuan manusia untuk menemukan teknologi baru
tersebut dan menggunakannya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Strategi pembagunan yang mengutamakan sumber daya manusia dan
berwawasan pengembangan sumber daya manusia melalui pembudayaan,
pengetahuan, pendidikan dan dilengkapi dengan penelitian akan selalu berdampak
positif dalam usaha memperkecil pengangguran dan dapat meningkatkan stabilitas,
kesejahteraan, ketentraman dan kualitas hidup di bumi Indonesia. Efek positif
investasi sangan bergantung pada kemampuan yag dimiliki oleh penerima modal
(sumber daya manusia) dalam menyerap dan menggunakan pengetahuan untuk
membangun perekonomiannya sehingga dapat bermanfaat bagi daerahnya, yang
bertumpu pada sumber daya manusianya.31

29
Didik J. Rachbini, Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Grasindo,
2008), h. 95
30
Endah Pujiastuti, Kebijakan Penanaman Modal dalam Kaitannya dengan Penyerapan
Tenaga Kerja, (Tesis, Universitas Diponegoro, 2005), h. 58
31
Idid., h. 60
13
Pengaturan ketenagakerjaan dalam penanaman modal diatur dalam Pasal 10
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:32
1. Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
harus mengutamakan tenaga kerja warga negara indonesia.
2. Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga
negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan
peraturan perudang-undangan.
3. Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga
kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja asing
diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi
kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

E. Peran Bidang Usaha dalam Pelaksanaan Penanaman Modal


Sebelum penanaman modal baik dalam negeri ataupun penanaman modal
asing, modalnya terlebih dahulu harus melalui beberapa prosedur dan tata cara
penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Calon penanaman modal yang
akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal asing harus mempelajari
daftar bidang-bidang usaha yang tertutup. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal
12 UU No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pemerintah telah menetapkan perincian bidang-bidang usaha baik
bidang usaha yang terbuka, bidang usaha yang tertutup, maupun bidang usaha yang
tertutup dan terbuka dengan persyaratan.33

32
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 10 ayat (1)
diunduh dari httpwww.bi.go.ididtentang-biuu-biDocumentsUU25Tahun2007PenanamanModal.pdf
pada tanggal 24 April 2019.
33
Ibid., Pasal 12 ayat (1)
14
Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan
untuk di tanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.34
Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang di
usahakan sebagai kegiatan penanaman modal.35 Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah di tentukan daftar
bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik
maupun investasi asing, yang meliputi :36
1. Produksi senjata.
2. Mesiu.
3. Alat peledak.
4. Peralatan perang.
5. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
Undang-undang.

34
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi…………………………………h, 54
35 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat (1),
diunduh dari httpwww.bi.go.ididtentang-biuu-biDocumentsUU36Tahun2010BidangUsaha.pdf pada
tanggal 24 April 2019
36
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi…………………………………h, 55
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, mengenai kebijakan penanaman modal penulis
membuat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kebijakan dasar penanaman modal berisi tentang peraturan :
a. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing, dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
b. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan
berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan
sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungan kepada UMKM dan Koperasi.
2. Peningkatan iklim usaha yang kondisif masih memiliki beberapa hambatan
yang harus diselesaikan, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar
instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien,
kepastian hukum di bidang penanaman modal, serta iklim usaha yang
nyaman di bidang ketenagakerjaan dan keamanan dalam menjalankan
usaha yang disesuaikan dengan sistem hukum investasi di Indonesia.
Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi
penanaman modal akan membaik secara signifikan.
3. Perlindungan penanaman modal terdiri dari :
a. Perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari
negara manapun.
b. Tidak akan dinasionalisasi. Namun bila sampai terjadi nasionalisasi
maka akan diberikan kompensasi sesuai harga pasar.
16
c. Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi
dalam valuta asing, antara lain terhadap :
1) Modal.
2) Keuntungan, bunga bank, deviden dan pendapatan lain.
3) Kompensasi atas kerugian.
4) Kompensasi atas pengambilalihan.
4. Kebijakan tenaga kerja dalam penanaman modal terdiri dari :
a. Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia (WNI).
b. Untuk jabatan dan keahlian tertentu, perusahaan penanaman modal
berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing (WNA).
5. Kebijakan bidang usaha dalam penanaman modal terdiri dari :
a. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
dan terbuka dengan persyaratan.
b. Kriteria, persyaratan dan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan
Presiden.
B. Saran
Berdasarkan uraian-uraian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera memperbaiki iklim
investasi. Untuk memperbaiki iklim investasi tersebut, pemerintah perlu
melakukan beberapa tindakan nyata, antara lain segera menerbitkan
undang-undang investasi yang baru, menetapkan batas waktu pemberian
perizinan investasi, dan menerbitkan peraturan pelaksanaan UU
Pemerintahan Daerah yang dapat menjamin kepastian hukum.

17
2. Pemerintah Indonesia diharapkan agar tetap mengawasi, memperhatikan
dan menangani segala masalah-masalah mengenai penanaman modal baik
dalam negeri maupun penanaman modal asing walaupun saat ini
pemerintah telah melakukan berbagai langkah liberalisasi investasi melalui
berbagai produk peraturan perundang-undangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Chalid Heni, Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi Tantangan dan


Hambatan, Jakarta : Mitra, 2005.

Hadjon Philipus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Jakarta : Bina
Ilmu, 2007.

Harjono Dhaniswara K, Hukum Penanaman Modal, Jakarta : Raja Grafindo Persada,


2007.

HS Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers,
2008.

Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta Timur : Kuwais,


2010.

Juwana Hikmahanto, Perlindungan Investasi Asing, Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2009.

Komarudin dalam N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di


Indonesia, Malang : Bayu Media Publishing, 2003.

Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty,


2005.

Pujiastuti Endah, Kebijakan Penanaman Modal dalam Kaitannya dengan


Penyerapan Tenaga Kerja, Tesis, Universitas Diponegoro, 2005.

Putra Ida Bagus Wyasa et. Al., Hukum Bisnis Pariwisata, Bandung : PT Refika
Aditama, 2003.

Rachbini Didik J., Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia, Jakarta :
Grasindo, 2008.

Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006.

Rakhmawati N. Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Malang : Bayu


Media Publishing, 2003.

Rokhmatussa’dyah Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta :
Sinar Grafika, 2009.
19
Sardjono H.R. dan Frieda Husni Hasbullah, Bunga Rampai Perbandingan Hukum
Perdata, Jakarta : Indihill Co, 2003.

Sembiring Sentosa, Hukum Investasi Pembahasan Dilengkapi dengan Undang -


Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Bandung : Nuansa
Aulia, 2007.

Sukirno Sadono, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Jakarta : Raja Grafindo, 2003.

Sumartono, Hukum Ekonomi, Jakarta : UI Press, 2006.

Tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Dinas Pendidikan


dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (cetakan keempat), Jakarta :
Balai Pustaka, 2003.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup
dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB IV Elga
    BAB IV Elga
    Dokumen13 halaman
    BAB IV Elga
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKa Elga
    DAFTAR PUSTAKa Elga
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKa Elga
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • Rencana Family Gathering Karyawan
    Rencana Family Gathering Karyawan
    Dokumen3 halaman
    Rencana Family Gathering Karyawan
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    NonieciezulungygbaexhatieTigapuluhseptembersrceamolibraCiieicecreamnatique
    Belum ada peringkat