Anda di halaman 1dari 2

1.

Pendahuluan

Sebagai makluk individu, setiap manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Sebagai
anggota komunitas masyarakat tertentu akan berbeda juga dengan anggota komunitas
masyarakat lainnya. Perbedaan-perbedaan ini menjadikan keberadaan umat manusia beraneka
ragam baik bentuk fisik, karakter, tujuan hidup, kehendak, kekuasaan,dan aneka perbedaan
lainnya.

Penjelasan lain membedakan baik antar individu manusia maupun antar kelompok
manusia. Perbedaan stratifikasi social mengandaikan adanya perbedaan status dan kesempatan
untuk memperoleh sesuatu antara manusia maupun kelompok manusia. Dalam praktek
kehidupan nyatanpun, perbedaan status social antar individu biasanya memperoleh perlakuan
yang berbeda juga dari pihak yang memperlakukannya.

2. Kesetaraan

Kata kesetaraan berasal dari kata benda “tara” yang mengandung arti “sejajar” (sama
tingginya), sama tingkatnya (kedudukannya, dsb) sepadan dan seimbang.(KKBI, 2007 : 1143).
Nadi kata “kesetaraan” mengandung arti kesejajaran, kesamaan tingkat atau kedudukan,
kesepadanan dan keseimbangan.

Dihubungkan dengan pembicaraan tentang kemanusiaan, kata “kesetaraan”


mengandung arti kesamaan hak, terutama yang menyangkut kritiria hak-hak azasi manusia.

Pada 10 Desember 1948, Perserikatan bangsa-bangsa antara lain mengumumkan


peryataan tentang hak azasi manusia dalam deklarasi yang dikenal dengan sebutan Universal
Declaration of Human Rights. Dalam pernyataan (Declaration) tersebut dinyatakan bahwa
setiap orang mempunyai hak: 1. Hidup, 2. Diakui kepribadiannya, 3.hak atas kemerdekaan dan
keamanan badan, 4. Hak memperoleh pengakuan yang Sama dengan orang lain menurut
hokum untuk mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana seperti diperiksa di muka
umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang syah

Selanjutnya dicantumkan juga hak-hak 5. Masuk ke luar wilayah satu Negara,


6. Mendapat asylum, 7. Mendapatkan suatu kebangsaan, 8. Mendapatkan hak milik atas
benda, 9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan, 10. Bebas memeluk agama, 11. Hak
mengeluarkan pendapat, 12. Berapat dan berkumpul, 13. Mendapat jaminan social, 14.
Mendapatkan pekerjaan, 15. Berdagang, 16. Mendapatkan pendidikan, 17. Turut serta dalam
gerakan kebudayaan dalam masyarakat dan 18. Menikmati kesenian dan turut serta dalam
kemajuan keilmuan.

Di Indonesia, Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, juga mencantumkan


pasal-pasal mengenai kesederajatan atau kesamaan. Pada pasal 27 ayat 1 UUD 1945
dicantumkan bahwa :” Segala warga Negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan
pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya”. Di sini wqacana kesetaraan menyangkut pada
bidang hokum.

Pasal-pasal lainnya juga menyinggung kesamaan hak baik di bidang pendidikan,


memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ps.27:2), ikut serta
dalam bela Negara (Ps 27:3), berserikat dan berkumpul (Ps 28), mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan, membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Ps. 28:3), memeluk agama dan
beribadah menurut agamanya (Ps 28 E:1), dan hak-hak lainnya yang tercantum pada beberapa
pasal (29-34) pada Undang-undang Dasar 1945 tersebut.

Menurut Mc Sherry “Memperlakukan orang dengan cara yang adil harus


memperhitungkan kebutuhan masing-masing”. Bagian dari masalah dalam mencoba untuk
mendefenisikan konsep keadilan social adalah bahwa hal tersebut mencerminkan gagasan
“keadilan” dan kebenaran” yang memiliki komponen normatif bahwa mereka mendasarkan
perdapatnya pada nilai-nilai atau pertimbangan.

Kesetaraan social memrlukan adanya konsep penegakan hokum kelas social atau
warga pinggiran (caste boundaries) dan tidak adanya diskriminasi yang termotivasi oleh
bagian tak terpisahkan dari identitas seseorang. Misalnya, jenis kelamin, ras, usia, orientasi
seksual, asal, kasta atau kelas.

Anda mungkin juga menyukai