1. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
2. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
3. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
4. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut
akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan
menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk
menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat
dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam
masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
Prinsip pikiran abraham maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang
disusun secara hierarki dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri.
Abraham maslow menekankan prilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu
yang bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan
Kebutuhan prestasi yang tercermin dari keinginanya untuk mengambil tugas yang
bisa dipertanggung jawabkan secara individu. Dalam hal ini, seseorang harus bisa
menentukan tujuan yang logis dengan memperhitungkan resiko yang ada serta
melakukannya secara kreatif dan inovatif.
Kebutuhan Afiliasi. (baca juga: 4 karakter manusia – tipe kepribadian melankolis)
kebutuhan Kekuasaan, kebutuhan ini dapat terlihat pada diri seseorang yang ingin
memiliki pengaruh atas diri orang lain. Mereka haruslah peka terhadap struktur
pengaruh antara satu sama lainnya, bahkan mencoba untuk menguasai orang tersebut
hingga mengatur tingkah lakunya.
Karena untuk mencapai sesuatu yang diinginkan haruslah ada sesuatu yang
mendasari untuk mencapai sesuatu itu dan hal tersebut adalah motivasi. Dengan adanya
motivasi akan tumbuh suatu dorongan yang kuat bahwa seseorang harus mencapai apa
yang diinginkannya. Menurut saya, motivasi terbesar adalah diri sendiri, dari kekuatan
diri sendiri yang karena sesuatu apa yang kita kerjakan yang melakukan itu diri kita
sendiri, maka motivasi yang utama adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri. Untuk
mencapai sesuatu yang menjadi mimpi terbesar seseorang tidaklah mudah, dari setiap
jalan atau cara yang dilewati pasti ada kendala atau seperti ujian dari setiap untuk
mencapai suatu tingkatan. Dari sinilah peran motivasi sangat diperlukan. Misalkan ada
seseorang yang motivasi belajarnya untuk menjadi seseorang yang hebat adalah orang
tua, maka saat dia menemukan atau mendapat kesulitan dalam belajarnya seperti malas,
terpengaruh dunia luar, sering mendapat nilai jelek dan masalah lainnya maka setiap dia
mendapatkan masalah tersebut dia akan mengingat orang tuanya sehingga masalah
tersebut dapat dia lewati. Maka, motivasi disini sangatlah berperan penting dalam
mewujudkan mimpi seseorang, tidak hanya dari dalam tetapi motivasi juga timbul dari
luar.
Cita-cita
Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa
dan nilai-nilai kehidupan serta oleh perkembangan kepribadian. Cita-cita untuk
menjadi sesorang (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajar. Seseorang
dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-cita yang sesuai maka akan
menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang
diinginkan.
Kondisi siswa
Motivasi belajar adalah usaha-usaha seseorang (siswa) untuk
menyediakansegala daya (kondisi-kondisi) untuk beljar sehingga ia mau atau ingin
melakukan pembrelajaran. Kondisi- kondisi tersebut baik fisik maupun emosi yag
dihadapi oleh peserta didik akan mempengaruhi keinginan individu untuk belajar
dan tentunya akan melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan
belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan motivasi blejar.
Sehat berarti dalam keadaan baik, segenap badan beserta bagian-bagiannya atau
bebas dari penyakit serta keadaan akal yang sehat. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan terganggu.
Keadaan emosional dan sosial berupa perasaan tertekan, yang selalu dalam
keadaan takut akan kegagalan, yang mengalami kegoncangan karena emosi-emosi
yang kuat tidak dapat belajar efektif. Demikian pula anak yang tidak disukai oleh
teman dan lingkungan sosialnya akan menemui kesulitan belajar.
Peran pengajar
Peran pengajar dalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya
agar makin aktif belajar. Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar
pada dasrnya terletak pada guru atau pelajar itu sendiri. Membangkitkan motivasi
belajar tidak hanya terletak bagaimana peran pengajar, namun banyak hal yang
mempengaruhinya. Kreatifitas setra aktifitas pengajar harus mampu menjadi
inspirasi bagi para siswa sehingga siswa akan lebih terpacu motivasi untuk belajar,
berkarya dan berkreasi. Pengajar bertugas memperkuat motivasi belajar siswa
lewat penyajian pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi siswanya. Dalam
hal ini pengajar melakukan hal yang menggiatkan anak dalam belajar. Peran
pengajar untuk mengelola motivasi bewlajar sangat penting dan dapat dilakukan
melelui berbagai aktifitas belajar. Kemampuan mengajar menjadikan dirinya model
yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta
didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi.
Kondisi lingkungan
Sebagai anggota masyarakata maka siswa dapat terpenagruh oleg
lingkunagn sekitar. Lingkungan sekitar berupa keadaan alam, tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang
sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Karakteristik fisik lingkunagan belajar,
keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya manusia dan materi dapat
mempengaruhi tingkat motivasi seseorang dan lingkungan juga dapat membentuk
atau mengurangi kondisi penerimaan pembelajaran. Lingkungan yang aman,
nyaman dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar.
Sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan
dan tidak adanya privasi dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan
menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar.
1. Tes Proyektif
Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic
Apperception Test (TAT). Dalam tes ini klien diberikan gambar dan klien diminta
untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dijelaskan, bahwa
manusia memiliki 3 kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan
untuk power (n-power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut
kita dapat menelaah motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan konsep
kebutuhan tersebut.
2. Kuesioner
Caranya adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Contohnya adalah
EPPS (Edward's Personal Preference Schedule). Kuesioner ini terdiri dari 210 nomer
dimana pada masing-masing nomer terdiri dari 2 pertanyaan. Klien diminta untuk
memilih salah satu dari kedua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya.
Dari pengisian kuesioner tersebut maka akan diketahui motivasi dari klien.
3. Observasi
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga
klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Contohnya,
untuk mengukur keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi
origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien
menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan
mementingkan kualitas daripada kuantitas kerja.