Anda di halaman 1dari 3

Mas Malik, ini inti dari halaman 13 (Theoretical Approaches to

Environmental Sociology)-29 mas. Soalnya yang kesimpulan ternyata


engga membahas bab 1. Mohon di cek ya mas,, barangkali ada yang
kurang tepat.. hehe.

Menurut John Hannigan dalam bukunya yang berjudul “Environmental


Sociology : A Social Constructionist Perspective ”, terdapat dua
permasalahan nyata pada kajian sosiologi lingkungan, yaitu :
1. Kasus-kasus kerusakan lingkungan
Untuk menjelaskan terjadinya kasus-kasus kerusakan lingkungan ini,
terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan
ekologis dan pendekatan ilmu ekonomi politik. Berikut merupakan uraian
dari kedua pendekatan tersebut.
a. Pendekatan ekologis
Pada awalnya, model spesifikasi Catton dan Dunlap (1993) dianggap
sebagai dasar terbaik untuk mengkaji permasalahan kerusakan
lingkungan yang mengkaitkan 3 aspek pokok, yaitu gudang persediaan,
tempat hidup, dan tempat pembuangan.
1) gudang persediaan
Gudang persediaan merupakan dasar kehidupan yang terdiri atas
sumber daya yang dapat diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui.
2) Tempat hidup
Tempat hidup yang dimaksudkan mencakup tempat tinggal, sistem
& sarana transportasi serta segala sesuatu yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Tempat pembuangan
Tempat pembuangan digunakan sebagai wadah untuk sampah,
pembuangan kotoran, limbah industri dan hasil-hsail buangan
lainnya.
Akan tetapi, ternyata terdapat satu masalah dengan model yang
dipaparkan oleh Catton dan Dunlap ini, yaitu terkait dengan hasil
penelitian Park dan Universitas Chicago. Berdasarkan penelitian
tersebut, terbukti adanya kasus kerusakan lingkungan yang tidak
dipengaruhi oleh campur tangan manusia.
b. Pendekatan ilmu ekonomi politik
Dalam lingkup kajian sosiologi, pendekatan ini dianggap lebih kuat
dibandingkan dengan pendekatan ekologi yang disampaikan oleh
Catton dan Dunlap. Keunggulan pendekatan ini adalah pembahasan
mengenai ketidak-adilan sistem politik dan ekonomi yang dilakukan
oleh manusia dan keterkaitannya terhadap permasalahan-
permasalahan lingkungan. Adapun salah satu model terbaik yang
digunakan dalam pendekatan ini adalah model Schnaiberg yang
dianggap cocok untuk menunjukkan kasus-kasus klasik seperti
eksploitasi sumber daya oleh para produsen atau pembuangan bahan
beracun oleh perusahaan-perusahaan petrokimia dan juga lembaga-
lembaga/perusahaan lain sehingga berdampak pada terjadinya
pemanasan global dan kelangkaan keanekaragaman hayati.
2. Perkembangan dari kesadaran dan pergerakan hal-hal yang berkaitan
dengan lingkungan
Berkaitan dengan hal tersebut, berikut merupakan uraiannya.
a. Hipotesis refleksi
Hipotesis refleksi ini muncul berdasarkan hasil observasi mengenai
kemunduran lingkungan sejak dimulainya kegiatan industri di
Negara-Negara Barat sampai dengan setelah Perang Dunia II.
Pusat perhatian pada hipotesis ini adalah penafsiran mengenai
reaksi langsung untuk situasi yang memburuk pada waktu itu.
Namun, berdasarkan data-data lain ternyata hipotesis ini dianggap
tidak tepat.
Sementara kondisi lingkungan yang semakin memburuk,
masyarakat justru beranggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi
hanyalah sebuah perkembangan biasa untuk saat ini. Akhirnya,
disimpulkan bahwa pandangan masyarakat mengenai permasalahan-
permasalahan lingkungan yang telah mencapai keadaan genting ini
tidak membutuhkan refleksi nyata, tetapi membutuhkan gambaran
fakta-fakta dari pakar ilmiah, pakar lingkungan, dan media.
b. Tesis pusat-materialisme
Berbeda dengan pendekatan refleksi, perkembangan dan perhatian
lingkungan dalam pendekatan ini tidak melihat hubungan-hubungan
langsung yang dapat memperburuk lingkungan. Selain itu, perhatian
lingkungan publik tidak hanya dibatasi pada negara-negara maju
saja, akan tetapi pada skala global.
Seiring perkembangan zaman, berdasakan kajian lingkungan, pada
akhirnya disimpulkan bahwa pandangan ini dianggap kurang tepat.
Hal ini dikarenakan lebih baik untuk mengkaji fenomena-fenomena
yang lebih kompleks dengan melihat negara kaya dan negara
miskin, dibandingkan dengan mengkaji kegiatan produksi yang
dianggap sebagai pusat materialisme.
c. Tesis kelas menengah baru
Pendekatan ini tidak jauh berbeda dengan pendekatan pusat
materialisme, hanya saja dalam pendekatan ini lebih ditekankan
pada aspek sosial, yakni dengan mengadopsi etika dari para ahli
lingkungan. Ahli lingkungan yang dimaksudkan dalam adalah para
spesialis sosial dan budaya seperti guru, pekerja sosial, wartawan,
artis, dan profesor yang bekerja pada pelayanan publik.
Akan tetapi, selanjutnya muncul gagasan baru yang menyebutkan
bahwa bisa saja tindakan kelas menengah justru memberikan
sumbangan yang besar bagi kemunduran lingkungan. Hal inilah yang
kemudian mendorong munculnya pendekatan baru lagi.
d. Pendekatan penutupan hal-hal yang berkaitan dengan
politik/peraturan
Pendekatan ini merupakan usaha untuk memperhitungkan
perkembangan kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap
lingkungan dengan cara mengidentifikasi sistem politik pada
beberapa negara di Eropa barat. Adapun keunggulan dari
pendekatan ini adalah penempatan perkembangan kajian lingkungan
dalam lingkup sejarah dan budaya yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai