Di Susun Oleh :
Rifaul Dian Sri Utami
XII KEPERAWATAN 3
A. IDENTITAS BUKU
Nama pengarang : Abdullah Harahap
Tahun terbit : 1985
Penerbit : Toni G
Jumlah halaman : 160
B. SINOPSIS
Sebuah Honda bebek merah darah membelok dengan cepat memasuki mulut
kampus. Viktor yang sedang santai di atas kendaraannya, terkejut setengah mati. Refleks
ia membanting stang vespanya ke kiri dan ujung sepatu kanannya menginjak rem keras-
keras. Tubuhnya setengah berputar ke belakang. Memperhatikan pengendara Honda
bebek yang juga terhenti mendadak tidak jauh dari halaman parkir di depan kantor
fakultas. Ternyata pemilik Honda bebek tersebut adalah Isabel mantan kekasih sekaligus
adiknya yang dulu pernah pergi dari rumah. Kemudian mereka berpelukan dan berjalan
menuju kantin fakultas. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka pun pergi ke
asrama putri untuk menitipkan Honda bebek milik isabela. Lama juga Viktor menunggu
sampai Isabel keluar dari asrama putri ditemani salah seorang temannya yang bernama
Rosita dan mengenalkannya dengan Viktor. Kemudian Isabel duduk di jok belakang
vespa dan Viktor meluncurkan kendaraannya.
Vespa itu memasuki halaman sebuah rumah kecil di pinggir kota. Seorang
perempuan kecil berumur sekitar lima tahun melepaskan diri dari pelukan perempuan
setengah baya lalu berlari ke arah Isabel dan memeluknya. Kemudian Viktor bertanya
kepada Isabel siapa anak kecil tersebut. Isabel menyeka air matanya dan menjawab
bahwa anak kecil tersebut adalah asmarani, anak hasil hubungan gelap mereka berdua.
Itulah yang menjadi penyebab kepergian Isabel enam tahun yang lalu dari kehidupan
Viktor dan Emilia. Mata Viktor menjadi kelabu kemudian ia jongkok dan memeluk
asmarani. Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah dan makan siang bersama. Setelah
makan bersama berakhir, ternyata Viktor masih belum boleh pulang. Asmarani sudah
dibawa oleh perempuan setengah baya yang rupa-rupanya adalah pembantu rumah tangga
Isabel.
Emilia menghela nafas. Tangan yang memegang majalah lunglai di sisi tubuhnya.
Beberapa saat matanya terpejam, lalu menghela nafas lagi. Saat ia membuka mata, ia
beberkan lagi majalah di depan mata. Seperti tak yakin pada matanya sendiri, ia
membaca keras-keras “… sesuatu yang mengejutkan akan anda hadapi. Tampak tidak
menggembirakan. Perlu ketabahan yang luar biasa”. Tak lama kemudian ia melihat
seseorang yang muncul di depan pintu masuk, dan orang itu adalah Viktor. Viktor
mendekat dan berjongkok di dekat sofa. Ketika melihat majalah yang dibawa Emilia,
laki-laki itu cepat meraihnya dan membaca yang barusan dibaca Emilia. Viktor pun
memarahi Emilia dan melarangnya untuk percaya dengan ramalan bintang namun, Emilia
tetap pada pendiriannya. Bahkan, ia menceritakan kejadian enam tahun yang lalu tentang
kepergian Isabel setelah ia membaca Koran tentang ramalan bintang di tempat yang
sama dan respon Viktor pun sama seperti waktu itu. Emilia sering dihadapi depresi yang
waktu pertama kali terjadi ketika mendengar kedua orang tuanya meninggal sekaligus
karena kecelakaan mobil, kepergian Isabel sampai mengetahui bahwa dirinya terkena
kanker Rahim.
Pusing karena kurang tidur, viktor tak betah lama di kantor. Setelah men-desk
beberapa berita yang masuk untuk dikirim kepercetakan, ia pun keluar. Vespanya ia
genjot ke jalan raya. Ia memang pernah punya cita-cita ingin punya kendaraan sendiri.
Bukan hanya vespa, kalau bisa malah mobil. Ketika viktor masih menjalin asmara dengan
Isabel dia pernah ditanya Emilia “adikmu banyak, mengapa tak kawin saja ?” viktor tak
berani menyatakan bahwa ia memang punya niat untuk itu. Dan calon istrinya sudah ada.
Yakni Isabel, adik Emilia. Kalau aku katakan, Emilia pasti syok, kata Isabel. Jangan kau
sakiti kakakku , tambah gadis itu. Aku sendiri tak berani memperkenalkan abang sebagai
pacarku karena takut ia kecewa. Haram bagiku melangkahi Emilia. Mereka menjalin
hubungan secara diam-diam dan celakanya, Emilia menyangka bahwa viktor hanyalah
teman Isabel. Lebih celakanya lagi Isabel sengaja mendekatkan viktor ke lingkungan
mereka agar Emilia mulai memikirkan laki–laki untuk menjadi pendamping hidupnya.
Diam-diam Emilia sudah mencintai Viktor. Hingga suatu hari mereka berada di dalam
rumah tanpa keberadaan Isabel dan tanpa disengaja mereka berdua telah memadu kasih.
Viktor kecewa, “… coba dulu aku tidak sebodo itu, mungkin hal ini tidak akan
terjadi.” Gumannya dalam hati. Lalu ia memasuki rumah Isabel. Baru saja ia menstandar
vespanya munculah Isabel dan Asmarani dari balik pintu. Kemudian Viktor turun lalu
bergegas masuk ke rumah Isabel dan becanda dengan Asmarani. Ketika ia tau Emilia
menderita kanker Rahim, musnahlah harapan mereka untuk mempunyai seorang anak.
Mengingat hal itu Viktor memeluk Asmarani hingga ia meneteskan air mata dan berkata
dalam hati “Asmarani anakku, ia memang bukan anak Emilia, namun ia adalah anakku”
melihat kejadian itu Asmarani pun menawarkan diri untuk mengusap air matanya.
Namun, air mata viktor makin bertambah ketika Asmarani melakukan hal itu. Setelah
meminum secangkir teh yang dibuatkan Isabel untuk viktor, kemudian mereka mengantar
Asmarani ke sekolah. Di sepanjang jalan si kecil yang berdiri di bagian depan vespa itu
tak henti-hentinya berceloteh. Ketika Asmarani turun di depan sekolah, Isabel berkata
kepada Asmarani untuk mencium papanya. Asmarani dan Viktor sama-sama mlongo lalu
tak lama kemudian Asmarani mencium pipi papanya dan mencium pipi mamanya.
Asmarani kemudian belari kecil bersama teman temannya. Ia kemudian masuk ke dalam
kelas. Namun, perempuan yang berdiri di teras sekolah tidak segera masuk dan tetap
memandangi dua insan yang duduk di atas vespa itu.
Viktor menyerahkan iklan itu ke pemimpin redaksi pada esok harinya untuk
disetujui. Pimpinan kantor Viktor terteguh beberapa lama. Kemudian memandang
pegawai barunya dengan penuh perhatian dan dengan lantang dia berbicara kepada Viktor
“… saya mengerti kini mengapa kau tidak begitu antusias dengan pekerjaanmu”. Viktor
hanya diam dan beliau berkata lagi bahwa iklannya akan dipasang besar-besar di halaman
pertama dan akan diteruskan pada rekan-rekan penerbit harian untuk melakukan hal yang
sama. Viktor mengucapkan terimakasih kemudian meneruskan pekerjaannya. Bubaran
kator, ia langsung pulang. Tidak ada niatan untuk mencari berita. Pada Emilia ia berkata
bahwa iklan itu telah terpasang dan Emilia pun merasa sangat senang. Lalu viktor menuju
ruang makan untuk makan dan bersiap siap untuk pergi. Ketika ditanya Emilia mau
kemana, Viktor menjawab mau ke percetakan akan tetapi,ia ngebut menuju rumah Isabel
dan akan memberi tahu Isabel bahwa ia telah memasang iklan atas suruhan Emilia.
Kemudian mereka akan membicarakan bagaimana menempuh follow-upnya. Apakah
Isabel bersikeras pura-pura tidak pernah membaca iklan itu atau setelah sekian lama
merindukan dan merasa berdosa terhadap kakaknya, akan berubah pikiran. Dan bila itu
terjadi, tidak mudah lika-liku yang harus mereka tempuh. Setelah sampai di rumah Isabel,
ternyata Isabel tidak ada di rumah. Pembantu rumah tangganya itu sedang bekerja lalu
Viktor memutuskan untuk menunggunya di rumah Isabel. Ia jengkel karena setelah
menunggu lama sampai larut malam, Isabel tak kunjung datang. Lalu ia meninggalkan
rumah itu dengan perasaan jengkel yang tidak terpalang. Dari sana ia langsung ke
percetakan.
Hotel itu sepi saja. Tidak seperti dua buah hotel sebelumnya dari mana terjaring
lima pelacur high-class. Namun Viktor juga belum memperoleh sesuatu yang menarik.
Lama juga ia dan seorang petugas lain yang berpakaian sipil nunggu di lobby. Samar-
samar ia mendengar pertengkaran kecil di bagian menerimaan tamu. Bahkan sampai main
telefon segala. Otak bagian belakang Viktor bekerja dengan cepat. Tercatat di sana judul
laporan pada majalah mingguan yang di mana ia bekerja “seorang pejabat terkemuka
mengusahakan hotel tempat mesum”. Pak darja yang tidak berpakaian dinas tersenyum.
Mereka langsung menuju ke tingkat dua. Di kamar tertentu di tingkat itulah sering
terjadi praktek mesum tingkat tinggi itu. Sambil berjalan pak darja menerangkan kalau di
kamar hotel kelas satu seperti ini tidak semata-mata demi kepuasan sex tetapi, ada unsur-
unsur lain. Soal dagang dan fasilitas. Viktor mencatat baik baik hal itu di kepalanya
sambil memperhatikan seorang petugas mengetuk pintu kamar no 234. Segera terdengar
ribut di dalam. Tetapi viktor lebih tertarik pada pintu kamar nomor 237 yang diketuk
sendiri oleh pak darja. Tidak terdengar suara dari dalam. Viktor mulai kecewa kalau hasil
dari kamar nomor 234 juga nihil dan penghuninya memiliki surat nikah.
Terdengar suara petugas dari sana “dapat satu, pak!” pak darja mengangguk dan
terus mengetuk. Lama juga sampai pintu itu terbuka. Akhirnya munculah wajah laki
gemuk dan basah oleh keringat. Matanya memandang dengan tidak senang. Pak darja
mendorong pintu sampai terbuak lebar dan menjelaskan bahwa ia dari pihak kepolisian.
Pucatlah wajah merah oleh kemurkaan tadi dan terdengar suara pekikan seorang
perempuan dari dalam dan ternyata perempuan itu adalah Isabel. Kemudian Isabel
pingsan dan saat itu juga suasana menjadi hening. Setelah sadar Isabel menangis tersedu
sedu dan viktor membimbingnya keluar. Kedua laki-laki itu dibebaskan. Kecuali kedua
wanita tersebut dan disatukan dengan kelima orang perempuan sebelumnya ke dalam
mobil.
Mobil itu kemudian meluncur menuju ke kantor sat res pol. Viktor masih temangu
di tempatnya berdiri. Sampai pak darja yang barusan menelpon ke kantor meminta
dikirim mobil dinas, menyetu disampingnya. Lalu petugas yang tahu diri itu menarik
lengan Viktor perlahan. Di jok belakang vespa, Isabel tak kunjung berhenti. Akhirnya
Viktor mengetahui pekerjaan Isabel. Viktor membelokkan vespanya memasuki sebuah
bar yang masih buka dan memberikan Isabel minuman hangat. Perempuan itu menyeka
air mata, ia mengangkat cangkir minumannya dengan tangan gemetar. Viktor menyuruh
Isabel untuk menghabiskan minumnya. Isabel menurut. Ia tampak sudah bisa menguasai
dirinya. Dan mereka pun beranjak untuk pulang. Diperjalanan pulang, Viktor memberi
tahu Isabel bahwa ia telah memasang iklan sesuai permintaan Emilia.
Ibu guru amalia termenung beberapa saat. Ia meletakkan suat kabar yang dari tadi
ia baca. Kemudian ia berbicara kepada suaminya bahwa ia mengenal perempuan yang
ada di iklan tersebut. Kemudian mereka berdua datang ke kantor majalah yang membuat
iklan tersebut. Akan tetapi Viktor tidak ada di mejanya ketika sepasang suami istri itu
datang untuk memberi tahukan alamat Isabel. Akhirnya mereka berdua meminta alamat
rumah Viktor kepada sekertaris redaksi dan mereka pun mendatangi alamat tersebut.
Sampai dirumah viktor mereka bertemu dengan Emilia. Dan mereka memberi tahukan
alamat Isabel kepada Emilia. Mendengar berita itu Emilia sangat senang dan
berterimakasih kepada mereka yang telah membantu menemuka Isabel.
Siang itu Viktor tidak keliling untuk mencari bahan berita dan iapun tidak pergi ke
kantor meski ketika menginggalkan rumah ia bilang pada emil mau ke kantor. Viktor
sedang menghadapi persoalan yang tidak memberikan waktu baginya untuk berangkat ke
kantor. Ia terus kepikiran Isabel. Rasa takut itu membuat viktor mengebut vespanya tanpa
perhitungan. Disebuah jalan ia menabrak becak yang membelok tiba tiba. Becak dan
penumpangnya terpelanting, vespa Viktor ringseh. Caci mencaci sebentar antara ia
dengan tukang becak. Untuk segera dihentikan oleh polisi lalu lintas. Sim viktor disita
diganti surat tilangan dan pentil becak di cabut dan juga jok nya. Para penumpang becak
yang tidak cidera bersedia diajak berdamai.
Viktor duduk di sebuah kursi yang menghadap pintu masuk dan merusaha
menunjukkan sikap tenang. Ia tidak saja ingin menenangkan dirinya mengadapi apa yang
akan terjadi namun, ia juga tengah berusaha menenangkan pe perangan yang terjadi
dalam batin selagi naik di oplet tadi. Si kribo berkacak pinggang di ambang pintu.
Matanya memandangi Viktor, buas, dan agak ragu oleh sikap Viktor yang tenang dan tak
acuh. Melihat Isabel yang datang berlari-lari dari ruangan dalam dengan wajah yang
semakin pucat dan ketakutan. Viktor dan di kribo pun mencaci maki satu sama lain.
Murka karena semakin dianggap enteng, si kribo menerjang kedepan dan terjadilah
perkelahian antara Viktor dan si kribo di dalam rumah tersebut. Pada akhirnya Viktor
mengangkat sebuah kursi dan si kribo cepat lari keluar.
Mobil itu kabur dengan cepat ke jalan raya . Viktor bertanya kepada Isabel siapa
lelaki itu. Dan Isabel menjawab dengan tangan menggosok punggung viktor yang
membiru akibar cengkeraman si kribo dan benturan dinding. Dia adalah hendra, orang
yang memeras setengah hasil dari penjual tubuhku. Demikian juga dari sejumlah gadis
lainnya. Kemudian Viktor menasehati Isabel supaya kembali kepada Emilia dan berjanji
akan mencarikan suami untuk Isabel supaya nanti ketika ditanya Emilia soal Asmarani
mereka bisa menjawabnya. Isabel tak kuasa menahan tangis, ia pun menagis dipelukan
Viktor. Isabel menyetujuinya untuk kembali ke Emilia namun, Isabel meminta viktor
memberikan curahan kasih sayangnya untuk yang terakhir kali sebelum semua hilang
musnah.
Emilia yang sedari tadi sibuk membersihkan rumah untuk menyambut kedatangan
Isabel. Lalu ia mengunci pintu dan masuk ke rumah sebelah untuk meminjam telepon.
Emilia memutar telepon memanggil taksi kemudian ia menunggu di pinggi jalan. Dengan
tidak sabar pula ia berlari mengejarnya dan menuju alamat yang diberikan bu guru
amalia. Rasa gembira yang meluap luap membuat tubuhnya sedikit kejang. Susah sekali
tangannya bergerak untuk mengetuk pintu. Dari dalam terdengar suara anak kecilmelafal
angka-angka. Akhirnya bisa juga Emilia mengetuk pintu. Perasaan tidak sabar menambah
kejang tubuhnya. Pintu ia ketuk lagi, pintu dibukakan oleh seseorang. Ah buka Isabel,
tapi seorang setengah baya. Emilia bertanya apakah benar ini rumah Isabel dan si
pembuka pintu mengangguk. Belum juga anggukannya selesai, Emilia sudah masuk dan
mencari issabel hingga akhirnya ia bertemu dengan gadis kecil yang mirip sekali dengan
Isabel lalu Emilia menanyakan nama anak tersebut dan memberi tahunya bahwa ia adalah
uwa atau kakak dari ibunya. Emilia menanyakan keberadaan ibunya dan Asmmarani tiba
tiba mudur dan berlari kedalam seranya memanggil ibunya dengan sebutan mama.
Kemudian Emilia mengikuti Asmarani dan tak sabar untuk menemui Isabel.
Mendengarvanaknya memanggil seperti orang ketakutan. Isabel cepet-cepet membuka
pintu kamar. Tubuhnya yang langsing berisi, hanya tertutup oleh sehelai daster yang
tampaknya ditalikan tergesa gesa. Rambutnya kusut tak menentu. Wajahnya berkeringat
segar dan penuh. Alangkah cantiknya Isabel sekarang.
Isabel tak hentinya menangis di belakang Viktor yang mengebut Honda bebek
Isabel. Viktor tidak peduli lagi dengan tangisan Isabel . yang terguncang dipikrannya
hanyalah bayangan Emilia. Viktor benar-benar panic ketika tiba dirumahnya dan ternyata
Emilia tidak ada dirumah. Kemudian Viktor menelfon perusahaan taksi dan mereka
memberi tahu bahwa Emilia dibawa kerumah sakit. Lalu Viktor dan Isabel menuju rumah
sakit untuk menemui Emilia. Sesampai di rumah sakit mereka ditolak untuk menemu
Emilia untuk keselamatan dirinya. Emilia mengalami depresi berat dan dokter jiwa yang
datang dirumah sakit itu Cuma bilang bahwa perempuan ini Cuma membutuhkan
ketenangan tanpa ada orang disisinya.
Lambat laut kondisi Emilia semakin membaik dan telah dilepaskan ikatan yang
membatasi gerakannya. Kemudian Emilia sudah dibolehkan pulang dengan syarat “jauhi
ia dari segala yang mengingatkan pada penyebab depresi itu”. Bukan tugas yang mudah
pikir Viktor ketika duduk dalam becak bersama istrinya menjuju pulang. Perempuan itu
dian dalam becak, entah apa yang ia pandang. Isabel mungkin tidak misa menahan diri
sehingga penyakit Emilia kumat.
Setelah seminggu dirumah dan terus diam diri, tak mau makan, tak mau tidur,
mata Emilia kembali membersitkan sinar ketika melihat Asmarani mendekat kearah
tempat duduknya dengan penuh rasa takut. Tetapi Viktor mendorongnya dan
menganggukkan kepalanya, demikian juga Isabel yang menyembunyikan dirinya di balik
kaca jendela yang sejajar dengan tempat duduk Emilia. Mereka menanti dengan tegang.
Sepasang mata Emilia semakin terbuka lebar ketika Asmarani memanggilnya dengan
sebutan mama kemudian Emilia tersenyum kembali dan Viktor masuk untuk
menghampiri mereka berdua dan memeluknya. Lama kemudian baru viktor menyadari
akan keberadaan Isabel. Dia keluar untuk menemui Isabel namun ia tidak melihat Honda
bebek dihalamannya ia juga tidak melihat Isabel. yang ia lihat hanyalah sepucuk surat.
Lalu Viktor memburu surat itu dan berisi “ kak Emilia dan bang Viktor, maafkan adikmu
ini, aku mau pergi, jangan Tanya kemana….” Viktor jatuh terduduk di teras. Seaka akan
ia membaca peninggalan surat Emilia enam tahun yang lalu. Lima menit kemudian Viktor
pergi kerumah Isabel, perempuan itu tidak ada, pengasuh asmarani juga tidak ada. Viktor
pulang dengan tubuh dan hati yang letih.
Sampai detik ini Viktor masih terus mengubek ubek kamar pelacur di kota
manapun ia berada. Emilia telah pulih, berbahagia punya anak, punya suami. Namun
kebahagiaan itu kurang lengkap tanpa adanya Isabel. Baik Viktor, Emilia maupun
Asmarani sampai detik ini belum mengetahui keberadaannya dan apa yang terjadi pada
Isabel. Dalam keputusasaannya ia telah lari pada hendra. Ia memohon pada si kribo itu
agar diberi pekerjaan lagi. Sebagai imbalan si kribo mengajak Isabel tidur di atas
ranjangnya selama berhari-hari dan bermalam-malam. Ketika Isabel meninggalkan rumah
itu, arwahnya juga telah meninggalkan jasadnya. Si kribo telah membalaskan sakit
hatinya. Puas ia meluluh lantakkan keperempuanan isabela lalu ia membunuhnya. Tak
seorang pun tahu dimana isabela terkubur.tidak asmarani, tidak Viktor, tidak Emilia. Dan
kukira, kau juga tidak.
TAMAT
BAB 2
c. Latar waktu
Pagi hari.
Siang hari.
Sore hari.
Malam hari.
5. SUDUT PANDANG
Novel merajut sejuta bintang ini menggunakan sudut pandan orang ketiga karena
si pengarang menceritakan kehidupan isabela.
6. GAYA BAHASA
Novel merajut sejuta bintang ini menggunakan gaya bahasa Indonesia.
7. AMANAT
Harus selalu jujur apapun yang terjadi.
Jangan mudah terpengaruh oleh nafsu.
BAB 3
PENILAIAN BUKU
A. KELEHIHAN BUKU
1. Harga buku terjangkau
2. Buku tidak terlalu tebal (160 hal)
3. Bahasa mudah dipahami
4. Ceritanya mengajarkan tentang pengorbanan yang dilakukan adik untuk kakaknya
B. KEKURANGAN BUKU
1. Banyak kata kata yang tidak baku
2. Tidak ada gambaranya
3. Kertasnya buram
4. Bau bukunya tidak sedap
BAB 4
A. KRITIK
Novel ini menceritakan tentang pengorbanan seorang adik untuk kakaknya.
B. SARAN
Sebaiknya novel tersebut ditambah motivasi yang lebih bermanfaat lagi dan
mengurangi unsur pornografi serta kalimat kalimat alay
C. KESIMPULAN
Kesimpulan dari novel ini adalah kita harus senantiasa berbuat baik dan selalu
berbuat jujur apapun yang terjadi. Tidak boleh gampang terpengaruh oleh nafsu dan kita
harus bisa mengontrol nafsu kita supaya tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan