Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan Pelayanan Rawat Inap dan BOR di RSUD Raja Ahmad Tabib

Pelayanan kesehatan merupakan urusan wajib pemerintah yang berkaitan dengan


pelayanan dasar sebagaimana diamanatkan melalui UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 12
Ayat (1). RSUD Raja Ahmad Tabib yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
dan telah beroperasional sejak 29 Februari 2012, merupakan Rumah Sakit rujukan provinsi
yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai
dengan tugas utamanya yaitu melaksanakan upaya kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan.
Salah satu indikator manajemen dalam pelayanan rumah sakit adalah Bed
Occupancy Ratio (BOR) yaitu prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%

(Depkes RI, 2005).


Di tahun-tahun pertama operasional rumah sakit (2012 – 2013), tingkat
pemanfaatan tempat tidur (BOR) berada di kisaran 40% dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 73 TT. Kemudian semakin meningkat pada tahun 2014-2015 sekitar 60% hingga
70%. Seiring dengan waktu, keluhan masyarakat tentang penuhnya tempat tidur dan
tidak terlayaninya permintaan rawat inap pasien untuk kelas tertentu semakin sering di
dengar. Keterbatasan jumlah tempat tidur dan sarana prasarana rawat inap ini tidak
terlepas dari kondisi fisik bangunan yang belum selesai. Secara sepintas tampilan fisik
luar, RS yang memiliki 8 lantai dan 1 basement ini tidak mungkin penuh dan kehabisan
tempat tidur. Namun pada kenyataanya kondisi fisik bangunan lantai 5-8 masih
memerlukan penyelesaian pekerjaan elektrikal, mekanikal dan plumbing dan
membutuhkan anggaran yang cukup besar. Hal ini tidak diketahui oleh sebagian
masyarakat.
Upaya penyelesaian fisik bangunan RS lantai 5-8 baru dapat dilaksanakan pada
tahun 2015-2016 (multiyears) dan pada Desember tahun 2016, operasional lantai 5-6
dilaksanakan dengan penambahan tempat tidur hingga saat ini mencapai 200 TT.
Tingkat pemanfaatan tempat tidur pada tahun 2017 berada di kisaran 40-45%.
Angka ini lebih rendah di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun jika ditelisik
melalui data jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari perawatan, terdapat peningkatan
yang konsisten dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada grafik berikut.

Jumlah pasien rawat inap Th 2012-2017


35000 31290
30000 26045
25000
20000 17867
16196
15000 13017

10000 7880

5000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Hal ini juga sejalan dengan peningkatan kunjungan rawat jalan yang konsisten
meningkat dari tahun ke tahun. Penambahan jenis layanan spesialistik, ketersediaan
peralatan kesehatan canggih penunjang diagnostic dan terlayaninya pasien BPJS
merupakan penyumbang terhadap peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat
inap.
Sejalan dengan upaya akreditasi, rumah sakit akan terus melakukan evaluasi
terhadap indikator pelayanan rumah sakit secara keseluruhan, salah satunya indikator
BOR, dan melakukan upaya perbaikan menuju peningkatan mutu pelayanan dan prioritas
keselamatan pasien. (Tim PMKP)

Anda mungkin juga menyukai