Kelompok :3
AI MASITOH 260110160052
HAMMAM H 260110160053
KHOIRINA 260110160054
AULIA ANNISA 260110160055
FAJRA DINDA C 260110160056
3.2 BAHAN
3.2.1 Aquades,
3.2.2 Asam Sulfat,
3.2.3 Asam Klorida,
3.2.4 Asam Asetat,
3.2.5 Benzokain,
3.2.6 Es Batu,
3.2.7 Etanol,
3.2.8 Fenolftalein,
3.2.9 H2S,
3.2.10 HNO3,
3.2.11 Iodine
3.2.12 KI
3.2.13 K2CrO4
3.2.14 Kanji Iodida,
3.2.15 Metilen Blue,
3.2.16 NaNO2,
3.2.17 NaOH
3.2.18 Na-Tiosulfat
3.2.19 Paracetamol,
3.2.20 Sulfamerazin,
3.2.21 Sulfanilamida,
3.2.22 Trepeolin
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 HASIL PENGAMATAN
3 Pembuatan reagen
a. larutan NaOH 0,5 N
- Ditimbang 6 gr NaOH Didapatkan larutan NaOH
menggunakan kaca arloji, 0,5 N 300 ml
dilarutkan dengan
akuades panas (bebas
CO2). Dimasukkan ke
dalam labu ukur dan di
add dengan akuades
hingga 300 ml.
b. Natrium Tetraborat 0,5 N
(baku primer)
- Ditimbang 4, 7655 gr Didapatkan larutan Natrium
padatan Natrium tetraborat 0,5 N 50 ml
Tetraborat, dilarutkan
dengan akuades dan di
add hingga 50 ml.
- H2SO4 0,5 N
N1 x V1 = N2 x V2
36 x V1 = 0,5 x 150
75
V1 = = 2,0833 ml (2 ml H2SO4 36% diaad dengan 150 ml akuades)
36
- Natrium Tetraborat
𝑁𝑥𝑉𝑥𝑀𝑟 0,5𝑥0,05𝑥381,24
gr = = = 4,7655 gr (add 50 ml)
𝑉𝑎𝑙 2
0,48 x 5,85 = N2 x 50
0,48 𝑥 5,85
N2 = = 0,05616
50
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan uji pemeriksaan mutu sediaan solid
pada smpael tunggal. Pengujian yang dilakukan adalah penetapan kadar tablet
asetosal atau asam asetilsalisilat dengan mengguanakan metode asidimetri.
Asidimetri merupakan metode pentapan kadar secara kuantitaif yang
menggunakan prinsip netralisasi yaitu terhadap senyawa – senyawa basa
terhadap larutan baku asam. Dalam reaksi penetralan ini terjadi reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dan juga ion
hidroksida dari basa yang menyebabkan terbentuknya air yang bersifat netral.
Proses titasi ini juga bisa di katakan dengan reaksi antara pemberi proton atau
asam dengan peerima proton atau basa.
Menurut farmakope Indonesia edisi IV tablet asetosal atau asam
asetilsalisilat memliki syarat untuk kandungan zat aktif yaitu tidak kurang dari
90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket. Asam
asetil salisilat atau asetosal merupakan slah satu obat analgesic antipiretik dan
anti inflamasi yang sangat luas di gunakan dan di golongkan dalam obat bebas.
Asetosal bersifat asam karena dapat mendonorkan proton. Pelepasan
proton ini di akibatkan kaena adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada gugus
karboksil di mana atom O memiliki pasangan atom melimpa sehingga sifatnya
elektronegatif. Hal ini yang membuat electron pada atom C akan lebih tertarik
pada atom O yang menyebabkan atom C bersifat elektropositif sehinga atom
C berikatan dengan gugus OH.
Dalam pengujian ini di uji sampel dalam bentuk tablet sebanyak 20
tablet yang mana sebelum dilakukan penetapan kadar bobot tablet di timbang
satu persatu untuk mendapatkan keseragaman bobot dengan rata rata bobot
tablet asetosal sebesar 0,229 g kemudian dalam proses preparasi sampel di
butuhkan mortir dan stemper yang di gunakan untuk menggerus tablet hingga
halus.
Pemerian asetosal yang diberikan warna zat bewarna kuning zat
berbentuk hablur seperti jarum yang berbentuk rapi berbau khas dan memiliki
kelarutan sukar larut dalam air mudah larut dalam etanol dan mudah larut dalam
kloroform dan eter.
Setelah di dapatkan serbuk halus asetosal di timbang seberat bobot rata
rata 1 tablet yaitu 0,229 g untuk di gunakan dalam penetapan kadar di gunakan
rata rata satu bobot tablet karena kita ingin menghitung kadar asetosal dalam
satu tablet asetosal hal ini agak berbeda dengan prosedur pada farmakope yang
mana di dalam farmakope di cantumkan bahwa zat yang di butuh kan untuk
penetapan kadar itu sebanyak 1,5 g perbedaan perlakuan ini ternyata akan
sangat berpengaruh dalam prosedur selanjutnya.
Setelah di timbang, serbuk asetosal akan di saring dengan pelarutnya
yaitu dengan NaOH 0,5 N sebanyak 50 ml cara penyaringannya adalah dengan
meletakkan sampel zat di atas kertas saring yang di tempatkan di atas corong
Erlenmeyer kemudian di aliri dengan NaOH 0,5 N yang berfungsi sebagai
mengubah asetosal dalam obat yang bersifat asam menjadi garam natrium
aspirin.
Atom hydrogen yang berasal dari gugus asam karboksilat lepas dan
digantikan dengan gugus hidroksil yang berasal dari natrium hidroksida melalui
reaksi substitusi atau reaksi penggantian satu substansi dengan gugus atom
lainnya, sehingga didapat garam natrium aspirin, larutan nartium hidroksida
yang ditambahkan harus berlebih untuk memastikan bahwa seluruh senyawa
asetosal bereaksi dan membuat larutan menjadi suasana basa karena nantinya
harus berinteraksi dengan indicator fenolftalein yang mana indicator tersebut
hanya bekerja di rentang pH basa.
Pemberian NaOH sedikit demi sedikit dalam cara penyaringan kali ini
dilakukan untuk meminimalisir pengaruh eksipien tablet sehingga tidak
merusak hasil penetapan kadar nantinya namun dalam hal ini ada beberapa hal
yang harus di soroti yaitu penggunaan NaOH terdapat kesalahan karena
menurut farmakope NaOH 50 ml itu di berikan jika sampel memiliki berat 1,5
g sedangkan sampel yang di gunakan hanya sebesar 0,229 g sehingga hal ini
merupakan salah satu faktor yang merubah hasil kadar karena akan sangat
mempengaruhi reaksi yang akan terjadi nanti. Adapun setelah di saring dan di
dapatkan larutan sampel asetosal, sebelum di titrasi di lakukan terlebih dahulu
pemanasan selama 10 menit yang bertujuan untuk menghomogen kan larutan
asetosal.
Hasil yang didapatkan pun ternyata memang jauh dari kata sesuai. Hal
ini disebabkan oleh kesalahan dalam prosedur dan lalainya praktikan untuk
mencermati setiap inti dari prosedur yang tertera di farmakope. Seharusnya,
jika sesuai dengan penghitungan jumlah titran dan tepatnnya jumlah pelarut
yang digunakan maka hasil yang diperoleh pun akan mendekati 100% sama.
Tentu kesalahan jumlah pelarut yang digunakan dalam melarutkan serbuk tablet
asetosal ini berpengaruh besar terhadap hasil kadar yang didapat melalui proses
titrasi dan jauh melebihi dari prediksi jumlah titran yang sebelumnya telah
diperhitungkan dan dipertimbangkan. Kadar tablet asetosal sendiri dalam
Farmakope ialah tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%
sedangkan hasil yang didapat dalam praktikum kali ini ialah sebesar 103,26%.
VI. SIMPULAN
Clark, Jim. 2007. Indikator Asam dan Basa. http://www.chem-is-try.org [Diakses pada
tanggal 25 Maret 2018]
Company
Dannhardt, G., dan Laufer, S., 2000. Structural approach to explain the selectivity of
COX-2 inhibitors: is there a common pharmacophore? Curr Med Chem, 7,
1101–1112.
Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Gandjar, Ibnu Gholib. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keenan, Charles W., 1980, Ilmu Kimia untuk Universitas, Edisi VI, 422, Erlangga,
Jakarta.
Kelter, Paul. 2008. Chemistry : The Practical Science. Boston : Houghton Mifflin
Mary. J Mycek Dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Jakarta: Widya
Medika
Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Halaman 540-541.