Anda di halaman 1dari 34

BAB I

KEKRISTALAN ZAT PADAT

Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau


ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom yang teratur letaknya dan
berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai
keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki
keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal.
Bahan kristal, yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan,
lelehan, uap atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-atom
atau partikel-partikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk
menempati posisi yang sedemikian hingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini
cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi,
sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang jauh, dan inilah yang
mencirikan keadaan kristal.
Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak
mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan energi yang lebih tinggi. Susunan yang
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini pada umumnya hanya
mempunyai keteraturan yang berjangkauan terbatas, dan keadaan ini yang mencerminkan
keadaan amorf. Dalam bahan amorf, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga
kedua.
Di antara keadaan kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan amorf di pihak
lain, terdapat keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini
tersusun oleh kristal-kristal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam orde micrometer, bahan yang
bersangkutan termasuk kristal mikro (microcrystalline), dan bila ukuran kristalnya dalam
orde nanometer, maka bahan digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).
Fisika zat padat secara umum dihubungkan dengan kristal dan elektron dalam kristal.
Pengkajian tentang zat padat dimulai pada tahun-tahun awal abad ini sesudah berhasil
dipelajarinya difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini dapat ditemukan bukti bahwa kristal
terdiri dari atom-atom yang tersusunnya teratur. Melalui keberhasilan memodelkan susunan
atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat mempelajari lebih banyak dan lebih lanjut
tentang zat padat. Dalam perkembangan selanjutnya, pengkajian zat padat telah meluas pada
bahan bukan-kristal (amorf), bahan gelas, dan bahkan bahan cair. Bidang yang lebih meluas
ini dikenal sebgai fisika materi terkondensasi (condensed matter physics), dan kini telah
menjadi bidang pengkajian yang paling luas dalam ilmu fisika.

1.1 Ikatan Atom


Gaya apakah yang mempertahankan atom-atom dalam kristal agar tetap bersatu? Gaya
elektrostatik tarik-menarik antara muatan negatif elektron dan muatan positif inti atom adalah
yang menjadi penyebab timbulnya gaya pemersatu (kohesi) dalam zat padat. Sementara itu,
gaya magnet sangat kecil pengaruhnya pada kohesi, dan gaya gravitasi bahkan dapat
diabaikan efeknya. Di pihak lain, adanya interaksi pertukaran, seperti gaya van der Waals
dan ikatan kovalen memberikan sumbangan yang berarti pada kohesi kristal
Energi kohesi kristal didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memecah atau
memisahkan kristal menjadi komponen-komponennya yang berupa atom netral yang bebas.
Apabila komponen-komponen kristal berupa ion positif dan ion negatif, maka energi kohesi
lebih tepat disebut energi kristal. Hal ini banyak dijumpai pada ikatan ionik.
Berdasarkan cara atom-atom berikatan satu sama lain dalam membentuk kristal, dapat
dibedakan : ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan logam, ikatan van der Waals, dan ikatan
hidrogen. Selanjutnya, jenis-jenis ikatan yang bersangkutan akan diuraikan satu-persatu pada
bagian selanjutnya.

1.1.1 Ikatan Ionik


Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik (Coulomb)
anatara ion positif dan ion negatif. Terbentuknya ion-ion tersebut disebabkan oleh terjadinya
transfer elektron antar atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa contoh kristal ionik
antara lain : NaCl, CsCl, KBr, NaI, dan seterusnya. Untuk NaCl, elektron pada atom Na
ditransfer kepada atom Cl :
Na + 5,14 eV Na+ + e-
Cl + e- Cl- + 3,61 eV
+
Na + Cl Na+ + Cl-
Selanjutnya, ion Na+ dan ion Cl- yang dalam keadaan gas berikatan satu sama lain dan
membentuk kristal dengan melepaskan energi kisi (kohesi) sebesar 7,9 eV :
Na+ + Cl- Na+-Cl- + 7,9 eV (1.1)
(gas) (gas) (kristal) (energi kisi)
1- 2
Apabila ion Na+ dan ion Cl- berdekatan pada jarak r, besarnya energi (potensial) tarik-
menarik Coulomb adalah :

(1.2)
dengan e muatan listrik ion dan permitivitas hampa. Gaya tarik-menarik ini tidak
mengakibatkan kedua ion terus mendekat, sampai jarak yang sedekatnya, karena orbital-
tertutup yang terisi penuh elektron pada masing-masing atom juga saling berdekatan. Sebagai
akibatnya, timbul gaya tolak antar elektron pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan
Pauli. Besarnya energi tolak-menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :

atau :

(1.3)
A, B dan ρ adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan (1.3) terlihat bahwa energi
tolak-menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak antar ion. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi tolak-menolak tersebut adalah berjangkauan pendek, terutama
bila dibandingkan dengan interaksi elektrostatik Coulomb. Dengan demikian, setiap ion
hanya “merasakan” interaksi tolak-menolak dengan ion tetangga terdekatnya saja.
Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan berinteraksi baik dengan ion
tetangga terdekatnya maupun dengan ion tetangga berikutnya, karena interaksi ini
berjangkauan lebih jauh. Dengan ini kita perlu memperhitungkan pengaruh tetangga yang
lebih jauh tersebut dalam perhitungan energi interaksinya. Perhatikan kembali gambar 1.1a.
Anggap bahwa ion di pusat kisi (di pusat ruang kubus) adalah ion Na+, sebagai ion acuan
yang ditinjau. Ion-ion yang mengelilingi ion Na+ tersebut adalah seperti ditunjukan pada tabel
1.1. Dengan menggunakan data tersebut, besarnya energi elektrostatik setiap pasangan ion
dapat ditulis sebagai berikut :

(1.4)
Α disebut tetapan Madelung. Untuk selanjutnya, α merupakan karakteristik kisi terutama
untuk kristal ionik, karena nilainya bergantung pada struktur kristal yang bersangkutan.

1- 3
Tabel 1.1 Jenis dan jarak ion-ion tetangga dari ion tinjauan Na+ dalam sel satuan kristal NaCl.
Tetangga ke Jenis ion Jumlah Jarak dari ion tinjauan
1 Cl- 6 r
2 Na+ 12 r
3 Cl- 8 r

Berikut ini dapat dibandingkan nilai α untuk beberapa kristal ionik :


NaCl :α = 1,748
ZnS :α = 1,638
CsCl :α = 1,736

(c) (d)
Gambar 1.1 Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a. Sel satuan secara
umum, b. Konfigurasi octahedral, setiap atom dikelilingi oleh 6 atom tetangga
terdekat, c. Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang sisi
kubus.

1- 4
Gambar 1.2.

Berdasarkan persamaan (1.2) dan (1.3) di atas selanjutnya dapat dibahas lebih lanjut
perumusan energi kisi. Untuk itu diambil contoh kristal NaCl, lihat Gambat 1.1. Ion-ion Na+
dan Cl- berada pada keadaan setimbang pada jarak keseimbangan ro, yaitu jarak terdekat
antara ion Na+ dan Cl- pada gambar 1.1a dan d. besarnya energi total sebagai fungsi jarak
antar ion :

(1.5)

Energi kisi adalah energi total pada r = ro. dalam grafik pada Gambar 1.2, E(ro) adalah nilai
energi keseimbangan pada titik minimum dari kurva E(r). Hal ini berarti turunan pertama dari
E(r) terhadap r pada r = ro adalah sama dengan nol. Jadi,

menghasilkan :

(1.6)
1- 5
Masukkan nilai ini ke persamaan (1.5), diperoleh :

(1.7)

Pada keadaan seimbang, r = ro, didapat ungkapan bagi energi kisi :

(1.8)

Terlihat pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada tetapan
Madelung, sementara itu nilai tetapan ρ biasanya hanya beberapa persen dari nilai ro. Mott
dan Gurney melaporkan bahwa ρ = 0,345 Å untuk 20 macam kristal ionik alkali-halida.
Distribusi elektron di sekitar ion pada kristal NaCl ditunjukkan pada gambar 1.3. Angka-
angka yang tersaji pada kontur menunjukkan konsentrasi relatif elektron di lokasi yang
bersangkutan.

Gambar 1.3 Distribusi rapat elektron pad bidang dasar kristal NaCl. Konsentrasi relatif
elektron ditunjukkan oleh angka-angka tercantum.

1- 6
Gambar 1.4 Energi molekul hidrogen (H2) sebagai fungsi jarak antar atom

Soal. Ulangilah perumusan di atas untuk menentukan ungkapan energi kisi dengan
menggunakan bentuk energi tolak-menolak : .

1.1.2 Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen, sering disebut ikatan valensi atau homopolar, dibangun oleh sepasang
elektron dari dua atom yang berikatan. Setiap atom menyumbang sebuah elektron untuk
membentuk sebuah ikatan kovalen. Elektron-elektron yang membentuk ikatan tersebut
bersifat lokal (hanya terdapat) di daerah antar dua atom, menempati orbital ikatan (α) dengan
spin yang berlawanan arahnya (anti-paralel). Untuk membahas secara lebih rinci tetang
mekanisme pemebentukan ikatan ini diperlukan teori kuantum yang lebih lanjut, sehingga
tidak disajikan dalam cacatan ini demi penyederhanaan. Karena memerlukan teori kuantum
inilah, maka ikatan kovalen sering juga disebut ikatn kuantum.
Molekul hidrogen (H2) merupakan contoh molekul dengan ikatan kovalen yang paling
sederhana. Perhatikan gambar 1.4. Keadaan ikatan yang paling kuat terjadi bila spin kedua
elektron saling anti-paralel (state S). Sedangkan apabila keadaan spinnya parallel (state A),
kedua atom hidrogen berada pada keadaan anti-ikatan; atom-atom saling menolak, karena
elektron-elektronya saling menjauh (ingat prinsip larangan Pauli).
1- 7
Ikatan kovalen termasuk ikatan yang kuat. Ikatan pada dua atom karbon dalam kristal
intan membentuk struktur tetrahedral, artinya setiap atom karbon dikelilingi oleh 4 buah
atom karbon tetangga terdekat. Kristal lain yang termasuk dalam struktur intan adalam kristal
silikon dan germanium. Arah ikatan kovalen nampak jelas dalam ruang pada struktur
tetrahedral, misalnya untuk kristal germanium, lihat gambar 1.5. dalam gambar ini, distribusi
elektron pada daerah di sekitar atom-atom yang berikatan kovalen yang diwakili oleh angka-
angka pada kontur yang bersangkutan.

1.1.3 Ikatan Logam


Logam dicirikan dengan tingginya konduktivitas listrik dan termal, banyak
mengandung elektron bebas yang dapat bergerak diseluruh kristal. Elektron valensi yang
dimiliki oleh setiap atom logam, akan menjadi elektro bebas bila atom-atom tersebut
membentuk kriatal logam. Sebagai contoh, perhatikan atom natrium (11Na) dengan
konfigurasi elektron dalam orbital atom sebagai berikut :

11Na : 1s2-2s2-2p6-3s1

Orbital atom yang terisi penuh elektron bersam-sama inti atom membentuk teras atom
(core). Dalam kristal logam, teras-teras atom saling berikatan, dan elektron valensi menjadi
elektron bebas (satu elektron untuk setiap teras Na). Dalam gambaran ini, ikatan logam dapat
dipandang sebagai kumpulan teras atom “lautan” elektron bebas. Lahat gambar 1.6.

1.1.4 Ikatan Van der Waals


Gas-gas inert (He, Ne, Ar, dan seterusnya) dapat membentuk kristal-kristal sederhana.
Kristal tersebut umumnya transparan, bersifat isolator, berikatan lemah dan memiliki titik
leleh yang sangat rendah. Bila diperhatikan, atom-atom gas ini memiliki orbital valensi yang
terisi penuh oleh elektron, sehingga elektron-elektron valensi tidak lagi memungkinkan untuk
membentuk ikatan. Lalu, gaya apakah yang membuat atom-atom tersebut dapat bertahan
dalam penyusunan kristal?
Atom-atom gas inert dapat mengalami distorsi yang sangat kecil pada distribusi
elektronnya dalam orbital kulit penuh yang berbentuk simetri bola. Meskipun kecil,
penyimpangan ini cukup mengubah atom-atom menjadi dipole-dipole listrik. Interaksi antar

1- 8
dipole inilah yang menghasilkan gaya tarik-menarik yang disebut gaya Van der Waals. Gaya
ini sangat lemah, dan energi interaksinya memiliki bentuk :

(1.9)

Gambar 1.5 Distribusi konsentrasi elektron valensi di sekitar atom Ge dalam kristal
germanium.

teras atom

Elektron bebas

Gambar 1.6 Struktur ikatan logam. Ikatan antar teras atom yang dikelilingi oleh elektron-
elektron bebas.

1- 9
A tetapan dan r jarak antar atom. Untuk menjaga agar atom-atom berada dalam
kesetimbangan, pada jarak yang sangat dekat akan terjadi gaya tolak-menolak sebagai akibat
berlakunya prinsip larangan Pauli (lihat kembali ikatan ionik) yang menghasilkan energi
tolak-menolak :

(1.10)
dengan demilkian bentuk lengkap energi interaksi dalam ikatan Van der Waals adalah :

(1.11)

Persamaan (1.10) dirumuskan lebih lanjut oleh Lennard-Jones dalam bentuk :

(1.12)

dan disebut energi potensial Lennard-Jones. Besar ε dan σ adalah parameter yang dapat
ditentukan dari eksperimen. Selain pada gas-gas inert/mulia, ikatan Van der Waals juga
ditemukan pada kristal-kristal molekul organik.

Soal. Dapatkan bentuk ungkapan energi kohesi dari kristal Van der Waals dengan
menggunakan potensial Lennard-Jones.

1.1.5 Ikatan Hidrogen


Karena hanya memilki sebuah elektron, atom hidrogen hanya dapat berinteraksi dengan
sebuah atom lain. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, sering dijumpai bahwa atom hidrogen
dapat pula berinteraksi cukup kuat dengan dua buah atom lain. Pada keadaan demikian
terbentuklah ikatan hidrogen di antara atom-atom tersebut dan atom H dengan energi ikat 0,1
eV. Dalam ikatan hidrogen atom-atom yang elektronegatif, seperti F, O, dan N.
Ikatan hidrogen berperan penting dalam interasi antar molekul H2O, dan bersama-sama
interaksi elektrostatik dari dipole-dipole listrik (H2O molekul polar) berperan dalam
pembentukan molekul air dan kristal es; perhatikan Gambar 1.7.

1 - 10
1.1.6 Ikatan Campuran
a. Ionik-Kovalen
Ikatan ionik yang sempurna dapat terbentuk pada suatu molekul bilamana atom-atom
yang terlibat dapat membentuk ion-ion yang elektropositif dan elektronegatif kuat. Syarat ini
terpenuhi oleh molekul ionik alkali-halida, oleh karena atom-atom alkali dan halida memiliki
kecenderungan yang kuat untuk melepas dan menerima elektron.
Bagi atom-atom yang kurang keelektropositifan dan keelektronegatifannya, transfer
elektron kation ke anion kurang dari 100%. Sebagai contoh, logam-logam transisi (golongan
B) memiliki energi ionisasi yang lebih besar daripada logam alkali, sehingga perak-halida
(AgX) kurang ionik dibandingkan alkali-halida. Dapat didefinisikan :

% keionikan = (1.13)

λ adalah parameter derajat keionikan yang diungkapkan dalam persamaan :


ψ = ψkov + λψion (1.14)
ψ, ψkov, ψion berturut-turut menyatakan fungsi gelombang elektron terikat, fungsi gelombang
ikatan kovalen dan fungsi gelombang ikatan ionik.

Gambar 1.7 Susunan kristal es (H2O padat), setiap atom oksigen dikelilingi oleh 4 atom H.
jarak atom O-O terdekat 2,76 angstrom dan antara atom-atom H-O 1,75
angstrom dan H-H 1,01 angstrom. Bandingkan dengan jarak antar atom H-O
dalam molekul air 0,96 angstrom

1 - 11
.
Gambar 1.8 Kristal dengan ikatan campuran kovalen-Van der Waals; a. kristal tellurium,
ikatan antar atom di sepanjang rantai kovalen dan ikatan antar rantai Van der
Waals, b. Kristal grafit (C), ikatan antar atom di setiap lapisan adalah
kovalen, sedangkan ikatan antar lapisan adalah Van der Waals.

Tabel 1.2 Persentase keionikan beberapa kristal biner (mempunyai dua jenis atom).
Kristal % Ionik Kristal % Ionik
Si 0 GaAs 31
Ge 0 GaSb 26
SiC 18
AgCl 86
ZnO 62 AgBr 85
ZnS 62 AgI 77
ZnSe 63
ZnTe 61 MgO 84
MgS 79
InP 42 MgSe 79
InAs 36
InSd 32 NaCl 94
RbF 96

1 - 12
b. Kovalen-Van der Waals
ikatan campuran antara kovalen dan Van der Waals banyak ditemukan pada kristal
molekul. Pada Gambar 1.8 ditunjukkan kristal terulium (Te) dan grafit (C), yang masing-
masing mengandung ikatan kovalen dan ikatan Van der Waals. Ikatan kovalen terjadi antar
atom-atom Te yang membentuk spiral, sedangkan ikatan Van der Waals terjadi antar spiral
(Gambar 1.8a). Sedangkan pada kristal grafit, ikatan kovalen terjadi antar atom-atom C pada
satu lapis tertentu, serta ikatan Van der Waals terjadi antar lapisan (Gambar 1.8b).

1.2 SIMETRI DAN KISI


1.2.1 Simetri Translasi dan Basis
Suatu kristal yang ideal terdiri dari satuan susunan yang identik dan berulang dalam
ruang tiga dimensi yang tak terbatas. Satuan susunan tersebut, yang disebut basis, dapat
berupa sebuah atom, sebuah molekul, kumpulan atom, atau kumpulan molekul. Basis mengisi
“wadah” (volume atau ruang) dengan ukuran tertentu, yang dapat ditraslasikan sepanjang
jarak yang diskrit sehingga dapat mengisi seluruh ruang. Wadah yang bersangkutan disebut
sel satuan (unit cell).
“Translasi sepanjang jarak yang diskrit” memberikan sifat simetri translasi pada kristal,
artinya apabila sel satuan ditranslasikan dengan vektor translasi T akan diperoleh sel satuan
yang identik. vektor translasi T adalah berbentuk :

(1.15)

n1, n2, dan n3 adalah bilangan bulat, sedangkan a, b, dan c adalah vektor satuan dalam arah
tiga dimensi (sejajar dengan rusuk-rusuk persegi-empat dari sel satuan) sebagai ilustrasi, bila
pada posisi r dan r’ dapat ditemukan atom-atom yang identik, ini berarti r’ memenuhi :

(1.16)

dikatakan bahwa seperangkat vektor T mendefinisikan kisi ruang atau kisi Bravais. Kisi
Bravais sebesarnya hanyalah merupakan konsep geometri belaka. sedangkan kisi kristal yang
sesungguhnya adalah gabungan antara kisi Bravais dan basis.

1 - 13
1.2.2 Sel Satuan
Sel satuan digabung oleh vektor basis a, b, dan c. Dalam ungkapan vektor-vektor ini,
volume sel satuan dapat dituliskan sebagai perkalian vektor :

(1.17)

Gambar 1.9 Kisi dua dimensi. Dapat dibentuk sel satuan sembarang.

Gambar 1.10 Contoh operasi simetri : a. rotasi, b. rotasi dan refleksi, c. luncuran, dan d.
ulir.

1 - 14
Bentuk dan ukuran sel satuan serta distribusi atom di dalamnya menggambarkan karakteristik
kristal. Pilihan bentuk dan ukuran sel satuan dalam dua-dimensi disajikan pada Gambar 1.9.
Setiap sel satuan memiliki vektor-vektor basis a dan b yang unik.
Titik-titik sebagai tempat kedudukan atom dalam kristal disebut titik kisi. Berdasarkan
jumlah titik kisi dalam setiap sel satuan dapat dibedakan sel satuan primitif dan non-primitif.
Sel satuan disebut primitif bilaman dalam sel tersebut hanya terdapat satu titik kisi, dan bila
terdapat lebih dari satu titik kisi disebut sel satuan non-primitif. Pada Gambar 1.9 sel satuan E
adalah primitif.

1.2.3 Simetri Kisi dan Sistem Kristal


Selain simetri translasi, terdapat beberapa operasi lain yang membuat kisi “invarian”
(tidak berubah bentuknya dari semula), yaitu :
a. Refleksi : Pencerminan pada bidang (simbul : m)
b. Rotasi : Perputaran pada sumbu tertentu dengan sudut sebesar (2π/n) (simbul n =
1,2,3,4, dan 6)
c. Inversi : Pencerminan pada suatu titik tertentu (simbul : i)
d. Luncuran/Glide : Operasi gabungan antara refleksi dan translasi
e. Ulir/Screw : Operasi gabungan antara rotasi dan translasi
Beberapa contoh operasi yang bersangkutan dapat dilihat pada gambar 1.10.
Bila kristal memiliki simetri rotasi, artinya kisi kristal tersebut dapat diputar terhadap sumbu
tertentu dengan sudut 2π/n) dan n = 1,2,3,4 ……….. Akan tetapi, tidak semua operasi rotasi
dapat dilakukan terutama dikaitkan dengan sifat simteri translasinya. Dengan syarat ini maka
untuk kisi dua-dimensi rotasi yang mungkin hanyalah untuk n = 3, 4 dan 6 saja ; perhatikan
Gambar 1.11.

1 - 15
Gambar 1.11 Dalam 2-dimensi bentuk kisi yang memenuhi syarat periodik terbatas
jumlahnya. Hanya segi 3,4 dan 6 yang dapat digunakan, untuk segi 5 dan 8
tersisa bidang yang berbeda bentuknya dengan bentuk kisi, sedangkan
pada segi 7 terjadi penumpukkan.

Dalam ruang tiga-dimensi, persyaratan simetri nampak lebih ketat, yang variasi panjang
vektor a, b dan c serta besarnya sudut (α, β, γ) yang dibentuk oleh vektor-vektor itu.
Persyaratan panjang vektor dan besarnya sudut tersebut menghasilkan 14 kisi Bravais dalam
ruang tiga-dimensi, baik primitif maupun non-primitif yang tertuang ke dalam 7 sistem
kristal, seperti pada Gambar 1.12. Parameter kisi dan sistem kristal ditunjukkan pada tabel
1.3.

1 - 16
Gambar 1.12 Tujuh sistem kristal dan 14 kisi Bravais.

1 - 17
Gambar 1.12A Sel satuan dengan kisi non-Bravais : 1. Intan, 2. Sengblende, 3. Wurtzit, 4.
CsCl, 5. Cu2O, 6. SiF4, 7. MoAl12, 8. BaTiO3, 9. K2PtCl4.

1 - 18
Tabel 1.3. Sistem kristal, parameter kisi dan kisi Bravais
Sistem Kristal Parameter Kisi Kisi Bravais
Triklinik a≠b≠c Primitif (P)
α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
Monoklinik a≠b≠c P
α = γ = 90° , ≠ β Pusat ruang (I)
Ortorombik a≠b≠c P, I
α = β = γ = 90° Pusat dasar (C)
Pusat sisi (F)
Tetragonal a=b≠c P,I
α = β = γ = 90°
Kubus a=b=c P, I, F
α = β = γ = 90°
Trigonal a=b=c P
α = β = γ ≠ 90°
Heksagonal a=b≠c P
α = β = 90° , γ = 120°

1.3 STRUKTUR KRISTAL


1.3.1 Struktur Kristal Sederhana
Tiga jenis struktur kristal yang relatif sederhana dapat dijumpai pada kebanyakan
logam, yaitu : kubus pusat sisi (face-centered cubic=FCC), kubus pusat ruang (body-
centered cubic=BCC), dan heksagonal mampat (heksagonal close-packed=HCP). Satu jenis
lagi struktur kristal yang paling sederhana, meskipun cukup jarak ditemukan ialah kubus
sederhana (simple cubic =SC). Selain untuk HCP, jumlah atom pada setiap sel satuan bagi
struktur kristal tersebut adalah :
- FCC memiliki 4 atom/sel satuan
- BCC memiliki 2 atom/sel satuan
- SC memiliki 1 atom/sel satuan
Koordinat atom-atom dalam setiap sel satuan dapat dinyatakan relatif terhadap panjang
parameter kisinya (kubus : a=b=c=ao). Dengan cara ini koordinat atom-atom terbuat adalah :
- FCC : (0 0 0), (1/2 1/2 0), (1/2 0 1/2), (0 1/2 1/2)
- BCC : (0 0 0), (1/2 1/2 1/2)
- SC : (0 0 0)
Daftar kristal logam dan struktur kristal serta parameter kisinya disajikan pada tabel 1.4.
Sedangkan beberapa jenis kristal non-logam lainnya diberikan pada gambar 1.12A.
Soal. Tentukan jumlah atom (berdasarkan jenis atomnya) dan koordinatnya dalam setiap
struktur kristal pada gambar 1.12A.

1 - 19
Tabel 1.4. Struktur kristal unsur-unsur

1 - 20
(a) (b) (c)
Gambar 1.13 Susunan mampat sel satuan heksagonal : a. heksagonal mampat (hcp), b.
kubus mampat (ccp), c. tampak atas struktur hcp perhatikan posisi lapisan A
dan B.

Gambar 1.14 Faktor pemampatan atom untuk kubus bersusunan mampat : kubus pusat sisi
(FCC), kubus pusat ruang (BCC), kubus sederhana (SC), dan struktur intan
(diamond). Bilangan dalam % menunjukkan APF.

1 - 21
1.3.2 Susunan Mampat
Pada pembahasan yang lalu, atom-atom yang menempati titik kisi digambarkan sebagai
sebuah titik. Bila atom-atom itu digambarkan sebagai bola yang saling bersinggungan dengan
atom tetangga terdekatnya, akan didapatkan susunan mampat (packing structure). Khusus
untuk heksagonal terdapat dua jenis susunan mampat, yaitu heksagonal mampat (HCP) dan
kubus mampat (cubic close-packed = CCP), lihat Gambar 1.13.
Untuk mengetahui besarnya penggunaan ruang sel satuan oleh atom-atom didefinisikan
faktor pemampatan atom (atomic packing factor = APF), yang menyatakan perbandingan
antara volume ruang yang ditempati atom dan volume sel satuan. Sebagai contoh, perhatikan
Gambar 1.14. Akan kita hitung APF untuk struktur SC (Gambar 1.14). Dari gambar tersebut,
andaikan jejari atom R dan tetapan kisi (panjang rusuk) ao, jelas bahwa :

Dalam setiap sel satuan SC terdapat sebuah atom, sehingga volume yang ditempati atom :

Sedangkan volume sel satuan adalah :

Jadi faktor pemampatan atom :

Hasil ini menunjukkan bahwa atom-atom dalam kristal SC menempati 52% dari volume
kristal keseluruhan.

Soal. Dari gambar 1.14, tunjukkan bahwa APF untuk setiap kristal berikut adalah : FCC =
74%, BCC = 68% dan struktur intan = 34%.

1 - 22
Gambar 1.15. Bidang kristal dapat digambarkan pada sel satuan.

Gambar 1.16. Beberapa bidang yang dapat dilukiskan pada sel satuan kubus beserta
indeknya.
1.3.3 Bidang dan arah Kristal
Dalam setiap sel satuan dapat dibentuk bidang kristal. Bidang- bidang (khayal) tersebut
akan memiliki arti bilamana bidang-bidang itu memuat atom-atom. Pada Gambar 1.15,
sebuah bidang digambarkan memotong sumbu koordinat sel satuan di x1 pada sumbu x, di y1
pada sumbu y dan di z1 pada sumbu z. Dengan cara serupa, ada banyak bidang yang dapat
dibuat pada sel satuan tersebut. Untuk membedakan antara bidang yang satu dengan yang
lainnya, digunakan indeks bidang. Langkah-langkah penentuan indeks bidang :
 Tentukan titik potong bidang dengan sumbu koordinat sel satuan, misalnya (x1, y1, z1)
 Bandingkan titik potong dengan tetapan kisi pada masing-masing sumbu, yaitu : x1/a,
y1/b, z1/c,
 Ambil kebalikannya : a/ x1, b/ y1, c/ z1

1 - 23
 Definisikan : h = a/ x1, k = b/ y1, l = c/ z1.
 Sederhanakan perbandinggan h, k, dan l
 Indeks bidang tersebut ditulis : (hkl)
 Bila nilai h, k atau l ada yang negatif, maka indeks tersebut ditulis dengan garis di
atasnya, misalnya : , , atau .
Indeks bidang (hkl) tersebut disebut indeks Miller. Beberapa bidang dan indeknya diberikan
pada gambar 1.16.
Khusus untuk satuan heksagonal digunakan empat buah indeks yaitu (hkil), dengan :

Hal ini berhubungan erat dengan adanya empat buah tetapan kisi untuk sel satuan heksagonal,
yaitu :
dengan
Beberapa contoh bidang untuk kisi heksagonal diberikan pada Gambar 1.17.

Gambar 1.17 Bebarapa bidang pada sel satuan heksagonal dan indeksnya.

Dalam sel satuan yang berbeda dapat dibuat bidang sejenis yang berindeks sama. Jika
digambarka, kedua bidang tersebut adalah sejajar. Dalam keadaan ini, kita dapat menentukan

1 - 24
jarak antar bidang (yang indeks hkl-nya sama), dhkl. Dapat diturunkan secara geometri
sederhana bahwa untuk sel satuan kubus, jarak antar bidang (hkl) adalah :

(1.18)

Contoh , , dan
Selain bidang, dalam kristal (sel satuan) dapat juga didefinisikan arah kristal.
Pengertian arah ini sangat berguna dalam mengungkapkan besaran fisis pada kristal yang
umumnya anisotropis (bergantung arah). Arah kristal dinyatakan dengan notasi : [uvw]. Arah
kristal [uvw] adalah arah yang tegak lurus terhadap bidang (hkl) bilaman u=h, v=k, dan w=l.
misalnya, arah [001] tegak lurus terhadap bidang (001), dan seterusnya.

1.4 DIFRAKSI KRISTAL


Pengkajian difraksi pada bagian ini bertujuan untuk menentukan/mempelajari struktur
kristal secara eksperimen. Syarat agar terjadi difraksi pada kristal adalah penggunaan
gelombang radiasi dengan panjang gelombang yang seorde dengan jarak antar atom dalam
kristal (dalam angstrom). Dengan mengetahui puncak-puncak difraksi dari gelombang yang
dipantulkan oleh bidang kristal (lebih tepat atom-atom pada bidang), maka struktur kristal
dari cuplikan yang bersangkutan dapat dipelajari atau mungkin dapat di-rekonstruksi.
Sumber radiasi yang dapat digunakan untuk keperluan difraksi kristal meliputi : sina-x,
neutron termal, dan berkas elektron. Difraksi dapat terjadi bila panjang gelombang berkas
radiasinya sekitar 1 angstrom.

1.4.1 Sumber Radiasi


Radiasi sinar-x dibangkitkan oleh tabung sinar-x. Spektrum keseluruhan dari sinar-x
bersifat polikromatis (spektrum malar dan karakteristik). Untuk keperluan difraksi digunakan
spektrum karakteristik dengan intensitas yang terkuat, biasanya spektrum Kα. Selanjutnya,
untuk menjamin agar berkas sinar-x benar-benar monokromatis diperlukan filter. Bahan filter
bergantung pada panjang gelombang spektrum Kα yang akan dipakainya. Beberapa jenis
bahan filter diberikan pada Tabel 1.5.

1 - 25
Tabel 1.5. Jenis-jenis bahan filter sesuai dengan spektrum Kα
Logam target Spektrum Kα Bahan filter
(bahan anoda tabung) λ(angstrom)
Mo 0,711 Zr
Cu 1,542 Ni
Co 1,790 Fe
Cr 2,29 V

b. Neutron
Berkas neutron dihasilkan dari reaksi inti, yang dapat berlangsung di dalam reaktor
atom (melalui reaksi fisi) dan dalam generator neutron. Dalam reaktor atom, reaksi fisi
diawali dengan penembakan neutron termal yang diarahkan pada inti berat, misal uranium
(92U235), sehingga terjadi pembelahan inti (fisi) yang disertai dengan pemancaran neutron
(dalam jumlah yang banyak) dan pembebasan energi sampai 200 MeV; menurut reaksi :

295
n + 92U → X + Y + an + 200 MeV
neutron termal inti hasil fisi sejumlah
(tak stabil) neutron
Dalam generator neutron, berkas neutron dapat dihasilkan melalui penembakan partikel
cepat kearah inti atom dan memberikan hasil reaksi berupa neutron dan inti hasil reaksi.
Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

a + A → B + n
partikel inti semula inti hasil neutron

atau dapat ditulis dengan notasi : a (A,B) n. Salah satu contoh reaksi tersebut misalnya : 2He4
(4Be9, 6C12) 0n1.
Berkas neutron yang dihasilkan oleh reaksi inti umumnya memiliki energi yang tinggi
(neutron cepat). Agar neutron tesebut memiliki panjang gelombang sekitar 1Å, maka
energinya harus diturunkan menurut hubungan :

λ = h/p = 0,28 / {E(eV)}1/2Ǻ (1.19)

1 - 26
dengan λ adalah panjang gelombang neutron de Broglie, h adalah tetapan Plank dan p adalah
momentum neutron serta E merupakan energi neutron dalam eV. Agar panjang gelombang
neutron sekitar 1 Å, maka menurut persamaan diatas energi neutron haruslah sekitar 0,025 eV
(termasuk neutron termal). Adapun klasifikasi neutron menurut besarnya energi adalah :
 Neutron termal : berenergi 0,025 eV
 Neutron lambat : berenergi 0 - 1keV
 Neutron menengah : berenergi 1 - 500 keV
 Neutron cepat : berenergi 0,5 - 10 MeV
 Neutron ultra cepat : berenergi > 10 MeV
Untuk menurunkan energi neutron, perlu langkah termalisasi, dengan cara melewatkan
berkas neutron pada moderator (air, grafit, air berat D2O). Selanjutnya, neutron termal (λ
sekitar 1 Å) masih memerlukan upaya penyeleksian agar berkas neutron bersifat
monokromatis dan sebagai monokromator umumnya dipakai kristal grafit.

c. Elektron
Berkas elektron dihasilkan dari bedil elektron (elektron gun). Pemilihan panjang
gelombang elektron dilakukan dengan mengatur tegangan pemercepatnya (energi elektro),
menurut persamaan :

(1.20)

Salah satu kekurangan elektron sebagai sumber radiasi untuk difraksi kristal, adalah
karena elektron merupakan partikel bermuatan. Sebagai partikel bermuatan, elektron mudah
diserap oleh bahan, sehingga daya tembusnya kurang. Dengan demikian, difraksi elektron
hanya memberikan informasi tentang permukaan bahan saja.

1.4.2 Difraksi Sinar-X


Di antara sumber-sumber radiasi yang dapat digunakan untuk difraksi kristal, berkas
sinar-x adalah yang paling layak ditinjau dari kesederhanaan teknik pembangkitanya serta
maksimalnya hasil difraksi dalam meberikan informasi tentang struktur kristal. Tinjau dua
berkas sinar-x yang mengena atom-atom pada bidang kristal (hkl) pada gambar 1.18. Berkas
sinar pertama dan kedua memiliki beda lintasan sebesar (2d sin θ) untuk sampai pada titik
pengamatan. Agar terjadi interferensi yang konstruktif (saling menguatkan), maka beda
1 - 27
lintasan yang bersangkutan haruslah merupakan kelipatan bulat dari panjang gelombang
sinar-x tersebut. Ini berarti :
; n = 1, 2, 3, …………………….. (1.21)
Yang disebut syarat Bragg. Dengan d jarak antar bidang (hkl) yang sama, θ sudut difraksi,
dan λ panjang gelombang sinar-x yang digunakan.
Dalam difraktometer sina-x, posisi kristal sedemikian sehingga pengukuran dilakukan
pada sudut 2θ, yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan sinar hambur. Dengan
demikian, pengukuran yang bersangkutan menghasilkan data intensitas berkas sinar hambur
(I) dan sudut difraksi (2θ). Perhatikan gambar 1.18b dan 1.18c. Dari data yang dihasilkan,
dapat dihitung jarak antar bidang dari bidang-bidang yang mendifraksikan berkas sinar-x.
Dengan demikian, melalui difraksi sinar-x dapat diketahui beberapa parameter kisi dan
struktur kristal dari cuplikan yang diamati.

(a)

1 - 28
(c)
Gambar 1.18. Difraksi sinar-x : a. berkas sinar-x dipantulkan oleh bidang (hkl) yang
berjarak d satu sama lain, b. berkas sinar datang dan sinar hambur
membentuk sudut 2θ, c. data I vs sudut 2θ dari difraktometer sinar-x.

1.4.3 Difraksi dan Kisi Balik


Sel satuan kristal digabung oleh vektor-vektor basis a, b, dan c. Untuk selanjutnya, kisi
dalam ruang (real) tiga dimensi tersebut disebut kisi langsung (direct-lattice). Sebaliknya,
dapat didefinisikan kisi balik (reciprocal-lattice) yang dibangun oleh vektor-vektor basis
dalam ruang balik a*, b*, dan c* menurut hubungan :

(1.22)
dengan :

yaitu volume sel satuan. Sifat-sifat selanjutnya dari vektor basis yang bersangkutan :

(1.23)
vektor dalam kisi balik Ghkl (semacam vektor translasi T dalam kisi langsung) dinyatakan
sebagai berikut :
1 - 29
(1.24)

Gambar 1.19 Posisi vektor gelombang datang, vektor gelombang hambur, vektor hamburan
dan vektor normal bidang.

berhubungan dengan bidang (hkl) dalam kisi langsung dengan sifat sebagai berikut :
(i). Ghkl tegak lurus bidang (hkl)
(ii). (1.25)

kembali pada difraksi kristal, pada Gambar 1.19a dapat diperhatikan bahwa vektor
hamburan s adalah :

(1.26)
dengan k dan ko berturut-turut adalah vektor gelombang hambur dan vektor gelombang
datang. Besarnya s (Gambar 1.19b) adalah :

s= (1.27)

1 - 30
karena hamburan dianggap elakstik : k = ko. Bila dinyatakan dalam ungkapan vektor normal
(tegak lurus) bidang (hkl), hkl maka vektor hamburan memiliki bentuk :

hkl (1.28)

karena s// hkl , dengan :

hkl = (1.29)

dan dengan memanfaatkan sifat (ii) pada persamaan (1.25), maka vektor hamburan s
selanjutnya dapat ditulis :

(1.30)
dengan mengingat kembali syarat Bragg : 2d sin θ = λ , akhirnya didapatkan :

(1.31)
yaitu syarat Bragg dalam ungkapan vektor hamburan dan vektor dalam kisi balik.

1.5 CACAT KRISTAL


Sejauh yang telah diuraikan pada bagian-bagian terdahulu, kristal terdiri dari susunan
atom yang teratur dan periodik. Tetapi, ternyata tidak ada kristal yang sempurna. Setiap
kristal mengandung cacat (defect). Cacat kristal ini besar kemungkinannya untuk terjadi
selama proses pertumbuhan kristal, proses pemurnian atau proses laku (treatment), dan
bahkan sering kali cacat kristal sengaja diciptakan untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu.
Cacat kristal dapat dibedakan menjadi :cacat titik, cacat garis, cacat bidang, dan cacat
ruang.

1.5.1 Cacat Titik


Cacat titik adalah ketaksempurnaan kristal yang terjadi pada sebuah titik kisi tertentu.
Cacat tersebut dapat berupa :
- kekosongan (vacancy)
- sisipan (interstitial)
- takmurnian (impurity)
- cacat Schottky
- cacat Frenkel

1 - 31
Struktur cacat yang bersangkutan diberikan pada gambar 1.20.
Kekosongan adalah hilangnya sebuah atom yang seharusnya menempati suatu titik kisi.
Sisipan adalah “salah posisi” dari sebuah atom yang menempati bukan titik kisi. Sedangkan
takmurnian adalah hadirnya atom “asing” (yang berbeda dari atom mayoritas) dan menempati
suatu titik kisi.

Gambar 1.20. Formasi cacat titik : a. kekosongan dan b. sisipan

Gambar 1.21. Formasi cacat garis : a. dislokasi tepi dan b. dislokasi ulir
Cacat Schottky dan cacat Frenkel banyak dijumpai pada kristal ionik. Cacat Schottky
adalah berupa kekosongan pada subuah titik kisi bersama-sama dengan cacat sisipan di
1 - 32
permukaan. Sedangkan bila kekosongan berpasangan dengan sisipan di dalam kristal
membentuk Cacat Frenkel.

1.5.2 Cacat Garis


Cacat garis adalah cacat yang terjadi pada sederetan titik kisi yang bersambung dan
membentuk suatu garis (dislokasi). Jenis dislokasi yang dikenal adalah dislokasi tepi dan
dislokasi ulir. Perhatikan Gambar 1.21.

1.5.3 Cacat Bidang


Pada bahan polikristal, zat padat tersusun oleh kristal-kristal kecil yang disebut butir
(grain). Setiap butir dapat berukuran mulai dari nanometer hingga mikrometer. Pada setiap
butir atom-atom tersusun pada arah tertentu, dan arah keteraturan atom ini bervariasi dari satu
butir ke butir lain. Pada daerah antar butir, terjadi transisi arah keteraturan atom, dan ini
menimbulkan cacat pada daerah batas butir, sehingga disebut cacat batas butir. Lihat gambar
1.22.

1.5.4 Cacat Ruang


Cacat ruang dapat berupa pori-pori (voids) atau salah susun (stacking fault). Pada
kristal kubus mampat (CCP), ataom-atom membentuk susunan berlapis ……..A-B-C-A-B-C-
A-B-C-…………… Apabila salah satu lapisan hilang (A, B atau C) terbentuklah cacat salah
susun, lihat Gambar 1.2.3.

1 - 33
Gambar 1.22 Cacat batas butir

Gambar 1.23 Lapisan B hilang membentuk “stacking faul”

1 - 34

Anda mungkin juga menyukai