Pada Inisiasi 3 ini kita akan mempelajari beberapa konsep yang telah kita pelajari untuk
sistem optika, adalah untuk gabungan beberapa lensa (cermin) seperti kamera, teleskop dan
mikroskop dimana alat-alat ini biasa kita jumpai di sekitar kita. Meskipun termasuk olat
optika sederhana namun merupakan dasar-dasar yang sangat penting untuk penyusunan
alat optika yang lebih kompleks.
Sejumlah besar alat-alat optika yang telah dikembangkan sejauh ini adalah dalam usaha
untuk membantu indera mata kita untuk melihat obyek yang relatif kecil atau untuk obyek
yang relatif jauh. Cara kerja dari sistem optika ini dapat kita pahami dari sudut pandang
optika geometri sebelumnya.
Penggunaan lebih dari satu lensa itu sendiri untuk meningkatkan kualitas bayangan
termasuk mereduksi efek-efek yang tidak diinginkan. Pembahasan akan kita mulai dengan
beberapa definisi penting terkait dengan desain alat optika.
Tidak semua sinar dari sebuah titik obyek, yang diarahkan ke sistem optika berhasil menjadi
bayangan, bergantung pada lokasi titik obyek dan sudut sinar. Kebanyakan dari sinar-sinar
tersebut dihalangi oleh bukaan (aperture) lensa dan cermin yang ada pada suatu instrumen
optika. Bukaan tersebut ada dalam sistem optika sering ditujukan untuk mendapatkan
berbagai macam tujuan praktis, antara lain untuk; memodifikasi efek-efek aberasi sferis,
astigmatisma dan distorsi. melindungi bayangan dari sinar-sinar yang tidak diinginkan.
Jika prisma diatur pada posisi deviasi minimum maka i = (P + D m)/2 dan r = P/2, maka
indeks bias prisma pada titik O bidang prisma pertama dengan menggunakan hukum
Snell maka adalah:
sin i sin[( P + Dm ) / 2]
n= =
sin r sin( P / 2)
B. Dispersi, penguraian seberkas sinar putih dilewatkan pada prisma maka komponen-
komponen (merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu). Komponen-komponen
warna cahaya ini yang membentuk pita-pita warna disebut spektrum. Untuk dapat
melihat dispersi maka kita memerlukan berkas sinar yang sangat sempit. Ini dapat
kita gunakan celah. Jika menggunakan berkas sinar yang tidak sempit maka semua
warna akan tumpang tindih karena deviasi yang kecil.
dn / d l = -2 B / l 3
Perbedaan gejala dispersi dengan deviasi digambar seperti gambar berikut.
Kasus ekstrem untuk dispersi d dari tiga panjang gelombang dan deviasi D untuk
panjang gelombang tengah.
Ukuran rasio dispersi dengan deviasi ini didefinisikan sebagai daya dispersi
(dispersive power):
d n - nC
D= = F
D nD - 1
2. Kamera
Peralatan optika yang cara kerjanya paling dekat dengan cara kerja mata. Bagian
penting sebuah kamera adalah lensa cembung (lensa obyektif), medan penglihatan
field stop (FS), diafragma atau Aperture stop (AS) yang dapat divariasi (variable
aperture) yang ditempatkan sebelum dan setelah lensa obyektif, atau jika lensa
adalah lensa gabungan maka ditempatkan di antara komponen-komponennya.
iluminansi bayangan adalah sebanding dengan:
D2 o2 D 2
I� . = 2
o2 i 2 i
Pada kamera biasanya jarak bayangan yang terbentuk kira-kira sama dengan jarak
fokus yaitu i �f , oleh karena itu:
D2 1
I� 2
�
f ( f / D) 2
Jumlah sinar yang mengenai film bergantung pada kecepatan pemotret (di atur oleh
shutter), yaitu 1/10, 1/50, 1/100, 1/200 sampai 1/500 detik, dan ukuran bukaan pada
lensa.
D (diameter bukaan) menyatakan porsi lensa yang disinari. Diafragma iris dikalibrasi
dalam bentuk bilangan/angka f. Angka f didefinisikan dengan:
panjang fokus f
f #= =
diameter bukaan D
1
I�
( f #)2
Bilangan f menunjukkan daya pengumpulan sinar, sehingga bilangan ini juga
dipandang sebagai kecepatan (speed) lensa. Dari persamaan di atas maka nilai kecil
f# akan mendapatkan speed yang lebih besar.
3. Mikroskop
Alat yang digunakan untuk menghasilkan pada retina mata sebuah bayangan yang
diperbesar dari sebuah obyek yang sangat kecil. Peralatan mikroskop juga
menggunakan lensa cembung untuk mendapatkan bayangan yang diperbesar, tegak
dan maya dari sebuah obyek kecil yang ditempatkan pada fokus.
Mikroskop sederhana sama seperti kaca pembesar biasa seperti telah kita pelajari
sebelumnya.
dengan
m1 = - i1/o1
sedangkan
m2 = - i2 /o2
3. Teleskop
Alat optika untuk melihat obyek sangat jauh dengan jelas dan jernih.
Jenis Teleskop:
A. Teleskop Astronomi
Teleskop ini juga mempunyai dua buah lensa positif namun sekarang lensa
obyektif L1 mempunyai jarak fokus besar, bayangan yang terbentuk adalah
terbalik
Skema teleskop
Jika obyek ditempatkan di tak hingga dari L1. Panjang total tabung teleskop L
ialah:
L f1 + f2
mangular = fobyektif/fokular
B. Teleskop Galileo
Teleskop Galileo mengandung dua jenis lensa yaitu lensa cembung untuk lensa
obyektif dan lensa cekung untuk lensa okular. Lensa obyektif panjang fokusnya
lebih besar.
Teleskop Galileo juga disebut teleskop terrestrial yang menghasilkan bayangan
diperbesar dan tegak.
Struktur mata
Mata adalah sensor visual yang adaptabel yang memungkinkan kita melihat berbagai macam
situasi.
Mata dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang menggunakan sistem lensa untuk
menampilkan bayangan (seperti pada mata manusia dan beberapa vertebrata yang lain),
dan yang menggunakan sistem bundel-bundel serat optika untuk membawa kesan
penglihatan ke syaraf (seperti pada mata lalat dan beberapa serangga yang lain). Mata
manusia merupakan sistem optika yang sangat sempurna. Dalam keadaan mata normal
(tidak cacat) maka lensa mata manusia dapat secara fleksibel menyesuaikan diri sehingga
bayangan obyek pada jarak tertentu di depan mata dapat dilihat dengan jelas dan tajam.
Mata manusia hampir berbentuk bola bundar.
Sambil bergerak, bayangan obyek harus dikumpulkan tanpa gerakan yang menyebabkan
buramnya bayangan. Bagian elektro-mekanik mata dekat dan sekitar lensa mata
memberikan perangkat penjejakan, mengatur cahaya dan pemfokusan. Kemampuan
penjejakan untuk mengontrol arah mata dan fokus diperlukan oleh mata kebanyakan
makhluk hidup. Di sini otak mengontrol di mana dan bagaimana mata melihat sebaik apa
yang mata lihat. Pemrosesan bayangan oleh otak beserta software dan hardwarenya untuk
mata merupakan hal yang lebih menakjubkan daripada mata itu sendiri.
Para ilmuwan telah berusaha memahami proses lengkap dari penglihatan dan telah
menerapkan untuk pengembangan teknologi optika seperti untuk keperluan militer (optical
missile warning sistems, and automatic optical target recognition sistems) atau keperluan
komersial (commercial infrared surveillance or visible viewing sistem). Sistem-sistem ini
sangat mirip dengan mata kita. Secara umum dapat digambarkan seperti diagram di bawah
ini bagaimana proses penglihatan mata diadopsi ke teknologi tersebut.
Fungsi mata:
1. Untuk melihat obyek jauh-dekat mata, lensa mata mempunyai kemampuan mengubah
bentuknya seperlunya agar memperoleh bayangan yang tajam perlu berakomodasi.
Jarak minimum obyek dari mata dimana sebuah obyek masih dapat terlihat jelas disebut
titik dekat mata (near point of eye). Untuk rata-rata orang dewasa maka titik dekat ini
sekitar 25 cm. Pada jarak titik dekat ini maka sebuah obyek masih dapat terlihat jelas oleh
retina (jatuh ke retina). Jika jarak ini dikurangi maka bayangan menjadi kabur.
Cacat mata karena lensa mata tidak mempunyai akomodasi yang sempurna, mempunyai
kemampuan mengubah bentuknya seperlunya agar memperoleh bayangan yang tajam .
A. Gejala rabun dekat (hyperopia atau farsightdness). Cacat mata ini dapat melihat
obyek jauh dengan jelas namun untuk obyek yang relatif dekat (dengan titik dekat
mata) justru terlihat kabur. Gejala rabun dekat sering terjadi pada banyak orang jika
umurnya bertambah.
Dengan bertambahnya umur maka akomodasi lensa berkurang.
B. Gejala rabun jauh (myopia atau nearsightness). Cacat mata ini menyebabkan
seseorang dapat melihat obyek dekat namun untuk obyek relatif jauh (bukan tak
hingga) mengalami kesulitan (kabur). Bayangan obyek jauh jatuh di depan retina
mata. Cacat ini dapat di atasi dengan menempatkan lensa divergen di depan mata.
2. Untuk memproses sinyal cahaya dengan kecerahan yang beragam mata perlu
beradaptasi.
Jumlah sinar yang masuk ke mata pertama kali di atur oleh iris yang memiliki bukaan yang
dapat di atur yang disebut pupil. Kemampuan mata untuk merespons sinyal cahaya dalam
kondisi sangat redup sampai sangat terang, yang merupakan interval intensitas yang
berbeda dengan faktor yang mencengangkan sekitar 105
3. Untuk mengesan orentasi spasial pemandangan 3D maka mata perlu menggunakan
stereoscopic vision.
Stereo vision memerlukan koordinasi mata yang baik untuk menduga dengan baik ke dalam
ruang 3 dimensi. Akurasi persepsi kedalaman ini adalah fungsi dari sejumlah sensor-sensor
sensitif cahaya atau resolusi optika mata, sudut mata, pemfokusan bayangan dan intepretasi
otak. Setiap pasangan sensor cahaya secara efektif bekerja untuk satu titik cahaya yang
dirasa mata.
Perbedaan kecil antara dua bayangan dari mata kanan dan kiri malah memberikan dasar
untuk fungsi stereoscopic vision pada manusia.
4. Untuk membentuk bayangan detail dari obyek luar maka mata menggunakan visual
ocuity nya.
Selamat Belajar