PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada
pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri
kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana saya
ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang
ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu
sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu
membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua
dari berpikir filsafat yaitu mendasar.
3
sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu
konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah
informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran
yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti; Objek apa yang ditelaah
ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan
antara objek tadi denga daya tangkap indera manusia yang membuahkan
pengetahuan?.
Untuk membedakan janis pengetahuan yang satu dari pengetahuan yang lain,
maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan
itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut
(epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan
(aksiologi)? Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu maka dengan mudah kita
dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah
kehidupan manusia.
4
2.2 Pengertian Pengetahuan Dan Dasar-Dasar Penetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan
ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telingan.
5
Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan
pemikirannya itu berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat
selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang
merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan
sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam
bingkai dialektika.
6
manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu
muncul dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi.
7
2.3 Penalaran
baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan
hidupnya, namun lebih dari pada itu. Manusia mengembangkan kebudayaan;
memberi makna bagi kehidupan; manusia memanusiakan” diri dalam dalam
hidupnya. Intinya adalah manusia di dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu
yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang membuat
manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini mendorong
manusia menjadi makhluk yang bersifat khas.
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan
tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang
mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan
pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu
penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa
pengetahuan.
8
pengetahuan binatang juga mempunyai pengetahuan. Perbedaan pengetahuan
manusia dan hewan adalah hewan hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut
kelangsungan hidupnya (survival) contohnya apabila ada bencana mereka akan
cepat bersembunyi atau mencari tempat yang aman sedangkan manusia dengan
cara mengembangkan pengetahuannya dia akan berusaha menghindari dan
mencari penyebab terjadinya bencana sampai bagaimana mengatasinya.Manusia
dalam kehidupannya dia akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan kelangsungan
hidupnya, contohnya manusia akan selalu memikirkan hal yang baru,
mengembangkan budaya dan memberikan makna dalam kehidupan.
1. Contoh Penalaran
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan Contoh
lainnya yang membedakan manusia dengan hewan adalah yaitu apabila terjadi
kabut burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan
dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau mengapa
sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja
komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang
diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa
dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang
membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu
memposisikan dirinya di tempat yang benar. Penalaran biasanya di awali dengan
berfikir kerena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan
yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh
sebab itu kegiatan proses berfikir untuk mengasilkan pengetahuan yang benar itu
pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa
yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan
landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. penalaran merupakan suatu
proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai
kriterianya masing-masing.
1. Ciri-ciri Penalaran
1. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal
ini maka dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berfikir logis, di mana berfikir logis disini harus
diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut suatu pola tertentu.
9
2. Bersifat analitik dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu
kegiatan berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan
kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika
penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu
kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga
penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat
analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir
tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan
analisis.
Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama
kali adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin ialah principium indentitas. prinsip identitas
berbunyi: ’’sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain,
“sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan
yang lain”.
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu
dan bukan hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak
mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”. Dengan
kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
10
Prinsip eksklusi tertii, yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak
adanya kemungkinan ketiga.
Prinsip ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau
bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan
tengah. Dengan kata lain, “sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan
ketiga”. Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara
mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya
salah satu yang dapat dimilikinya.
Penalaran merupakan cara berpikir tertentu oleh karena itu untuk melakukan
kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi
pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang
dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta.
Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan
paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang
menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan
sumber kebenaran mengembangkan paham empirism.
2.4 Logika
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum
Masehi), tetapi dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar
permulaan abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang
mempergunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Selain itu kata logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang
berhubungan dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita
adanya hubungan yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan
dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari
11
pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan penarikan kesimpulan dari
apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran.
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat.
Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan
serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara
berpikir manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek
material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia.
Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah
diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan
pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena
berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di
atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar
dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika.
Aristoteles memakai istilah ‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan
mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar
sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik
tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya.
12
Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai
berikut:
13
LOGIKA INDUKTIF
Logika induktif ini sendiri dapat di definisikan sebagai penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual yang benar adanya dengan sifat yang khusus dan telah di
akui bahwa valid secara ilmiah yang akan menjadi sebuah kesimpulan yang
bersifat umum. Sudah dijelaskan di atas bahwa logika induktif akan menghasilkan
simpula yang umum dari pernyataan yang khusus, jadi pada pemaparan logika
induktif di bedakan dari beberapa bentuk penalaran, diantaranya adalah:
a. Generalisasi:
Generalisasi merupakan proses penalaran yang berdasarkan beberapa pernyataan
yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan simpulan yang bersifat umum
atau luas.
Contoh Generalisasi adalah:
-Mobil membutukan bahan bakar untuk bergerak.
-Kapal membutuhkan bahan bakar untuk berlayar.
-Pesawat membutuhkan bahan bakar untuk terbang.
-Jadi, semua transportasi membutuhkan bahan bakar agar bisa bergerak.
b. Analogi:
Analogi adalah cara penalaran dengan membandingkan dua hal atau lebih yang
mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi adalah:
-Ani adalah mahasiswa prodi telekomunikasi Polines.
-Ani dapat lulus dengan nilai baik.
-Budi adalah mahasiswa prodi telemunikasi Polines.
-Maka, Budi dapat lulus dengan nilai baik.
c. Hubungan Kausal:
Hubungan kausal merupakan jenis logika induktif yang penalaranya diperoleh
dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Contoh hubungan kausal adalah:
14
-Ban bocor ini membuat mobil tidak bisa digunakan
-Terlambat kuliah membuat aku tidak boleh mengikuti ujian minggu depan.
LOGIKA DEDUKTIF
Logika deduktif ini sendiri merupakan penarikan kesimpulan yang di peroleh dari
kasus-kasus yang sudah umum untuk menjadi sebuah kesimpulan yang ruang
lingkupnya bersifat khusus atau individu. Jika penalaran deduktif adalah suatu
proses berfikir yang pernyataan bersifat umum ditarik menjadi suatu rangkaian
kesimpulan yang bersifat khusus dan valid. penarikan kesimpulan secara deduktif
ini biasanya menggunakan pola pikir silogisme, silogisme ini disususn dari dua
buah atau lebih pernyataan dan menjadi sebuah suatu kesimpulan. Pernyataan
yang mendasari silogisme ini disebut dengan permis, permis tersebut di bedakan
menjadi dua yaitu permis mayor dan permis minor. Sedangkan untuk
mendapatkan suatu kesimpulan penalaran deduktif merupakan pengetahuan yang
didapat dari penalaran itu didapat dari kedua permis tersebut. Namun, penarikan
kesimpulan itu didapatkan secara langsung dan tidak langsung, jika penarikan
langsung ditarik dari satu permis dan penarikan tidak langsung ditarik dari dua
permis.
-Jadi, Ani perlu nilai untuk lulus dari Prodi Telekomunikasi Polines.
15
2.5 Sumber Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak
jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita. Ada beberapa
sumber untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain:
Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut
rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis
bersifat apriori dan pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang
timbul dari berpikir seperti ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran
dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi
karena premis-premis yang hanya bersumber pada penalaran rasional dan tidak
memperdulikan pengalaman.
2.Pengalaman
3. Intuisi
16
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif
dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat
bekerjasama dalam menemukan suatu kebenaran.
4.Wahyu
Kebenaran adalah keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. Kata
“kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun
abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi atau
makna yang dikandung dalam suatu pernyataan (statement) yang benar. Apabila
subjek menyatakan kebenaran artinya bahwa yang diuji itu pasti memiliki kualitas,
sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai. Hal yang demikian itu karena
kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu
sendiri.
Persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran.
Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi
pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
17
Kebenaran adalah suatu sifat dari kepercayaan, dan diturunkan dari kalimat yang
menyatakan kepercayaan tersebut. Artinya kebenaran merupakan suatu hubungan
tertentu antara satu kepercayaan dengan suatu fakta atau lebih dari luar
kepercayaan. Bila hubungan ini tidak ada, maka kepercayaan itu adalah salah.
Dengan demikian kepercayaan tetap benar jika fakta yang merupakan pertaliannya
dengan dunia luar atau merupakan tanda kejadiannya dan jika tidak ada fakta
seperti itu maka hal itu tetap salah.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat
kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran.
Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:
18
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia
juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana
selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
Untuk menentukan sebuah pernyataan dapat dikatakan benar, ada beberapa teori yang
mengungkapkan kriteria kebenaran, yaitu teori koherensi atau konsistensi, teori
korespondensi, dan teori pragmatis.
2. Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-
kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan
hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan
tempat yang lain.
4. Kebenaran Religius Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan
kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi
19
seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang
dianggapnya benar. Berdasarkan teori koherensi, suatu pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa “semua
manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyaatan yang benar, maka pernyataan
bahwa “si Polan seorang manusia dan si Polan pasti akan mati” adalah benar pula,
sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
Dengan kata lain, penalaran koherensi bersifat logika deduktif.
Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi dan teori korespondensi kedua-
duanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoretis yang
berdasarkan logika dedukitif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Sedangkan
yang bersifat pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta
20
yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori kebenaran yang
lain yang disebut teori kebenaran pragmatis.
Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya
suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan
itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kaum pragmatis
berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan
tentang alam ini yang dianggapnya fungsional dan berguna dalam menafsirkan
gejala-gejala alamiah. Demikian juga kaum pragmatis percaya kepada agama
sebab agama bersifat funsionil dalam memberikan pegangan moral dan percaya
21
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
22
Daftar isi
Diary dahlia,’Dasar-Dasar
Pengetahuan’’http://diarydahlia.blogspot.co.id/2011/09/dasar-dasar-pengetahuan-
filsafat-ilmu.html(diakses15 Semptember 2017 )
lusiyustini.blogspot,’Semuanya Tentang
Filsafat’http://lusiyustini.blogspot.co.id/2016/12/dasar-dasar-pengetahuan-dalam-
filsafat.htm(di akses 16 Semptember 2017)
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu
23