TUGAS KEWARGANEGARAAN
Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
MEMUDARNYA KESADARAN BELA NEGARA DI ERA REFORMASI disusun dalam
rangka melengkapi nilai tugas mata kuliah Kawarganegaraan pada semester gasal.
Penulis sadar bahwa selama kami menyusun makalah ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan tarima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Bapak Sukirman, Dosen Kewarganegaraa Universitas Jenderal Soedirman yang telah
banyak memberi bimbingan dalam menyusun makalah ini.
2. Teman-teman yang telah banyak memberi masukan serta saran-saran yang membangun.
3. Keluarga tercinta yang telah banyak memberi bantuan dan dorongan baik moril maupun
material.
4. Staf perpusatakaan Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberi kesempatan
kepada kami untuk memanfaatkan fasilitas yang ada.
5. Warung Internet Caber Net yang telah menyedikan fasilitas kepada penulis dalam
browsing di Internet.
6. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangannya. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam memberi
informasi tentang betapa pentingnya kesadaran bela negara bagi kita sebagai warga negara
Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta menjaga keutuhan bangsa dari segala
ancaman, gangguan dan hambatan baik dari dalam maupun dari luar negeri, khususnya bagi
generasi muda para penerus bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. PERMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
D. METODE 3
BAB II ISI 4
A. Pengertia Bela Negara 4
B. Hakekat Ancaman Terhadap Negara Kesatuan 5
Republik Indonesia Ancaman Dari Luar
C. Ancaman Dari Dalam 6
D. Memudarnya Nasionalisme dan Kecintaan Pada 8
Bangsa dan Tanah Air
E. Bela Negara Sebagai Hak dan Kewajiban Warga 10
Negara Konsep Bela Negara
1. Bela Negara Secara Fisik 11
2. Bela Negara Secara Non-Fisik 12
BAB III PENUTUP 14
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbangnya kekuasaan Soeharto di era orde lama menandakan masa otoriter telah berakhir.
Munculah era reformasi yang membawa banyak perubahan di hampir segala bidang di
Republik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, tapi
tampaknya ada juga yang negatif dan pada gilirannya akan merugikan bagi keutuhan wilayah
dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca
pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak
terbendung. Berbagai ideologi, mulai dari ekstrim kiri sampai ke ekstrim kanan, menarik
perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda, untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan
dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu
oleh sistem pemerintahan yang otoriter.
Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan
kecintaan pada negara. Perbedaan pendapat antar golongan atau ketidaksetujuan dengan
kebijakan pemerintah adalah suatu hal yang wajar dalam suatu sistem politik yang
demokratis. Namun berbagai tindakan anarkis, konflik SARA dan separatisme yang sering
terjadi dengan mengatas namakan demokrasi menimbulkan kesan bahwa tidak ada lagi
semangat kebersamaan sebagai suatu bangsa. Kepentingan kelompok, bahkan kepentingan
pribadi, telah menjadi tujuan utama. Semangat untuk membela negara seolah telah memudar.
Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militer atau militerisme, seolah-olah kewajiban
dan tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia.
Padahal berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warga negara Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri.
UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara RI mengatur tata cara penyelenggaraan
pertahanan negara yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun oleh
seluruh komponen bangsa. Upaya melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
penyelenggaraan pertahanan negara itu antara lain dilakukan melalui Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara. Di dalam masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan
reformasi, tentu timbul pertanyaan apakah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara masih
relevan dan masih dibutuhkan. Makalah ini akan mencoba membahas tentang memudarnya
kesadaran Bela Negara di era reformasi dan dalam rangka menghadapi era globalisasi abad
ke 21.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut
1. Apa yang terjadi terhadap masyarakat Indonesia di era reformasi ini setelah era orde lama
runtuh dan otoriterisme berakhir?
2. Apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam proses menuju negara yang
madani?
3. Mengapa peranan masyarakat dalam bela negara di era reformasi ini cenderung semakin
berkurang?
4. Apa yang seharusnya dilakukan agar kesadaran masyarakat akan bela negara dapat
meningkat?
C. TUJUAN
Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang :
1. Mengetahui kondisi masyarakat Indonesia di era reformasi setelah runtuhnya orde lama
khusunya dalam peran masyarakat dalam bela negara.
2. Mengenali masalah-masalah yang sebenarnya dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam
proses menuju negara yang madani.
3. Penyebab-penyebab yang mengakibatkan semakin memudaranya peran masyarakat akan
bela negara.
4. Cara-cara menumbuhkan kesadaran akan pentingnya bela negara bagi masyarakat
Indonesia.
Makalah ini diharapkan memberikan informasi tentang betapa pentingnya kesadaran akan
bela negara bagi setiap insan masyarakat Indonesia dalam hal mempertahankan kesatuan dan
persatuan bangsa.
D. METODE
Metode penulisan yang digunakan dalam dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi pustaka yaitu pengambilan data dari buku panduan, literatur atau brosur-brosur yang
menunjang kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini.
2. Browsing Internet yaitu pengambilan data dari internet.
Demikian metoda yang digunakan dalam makalah ini, yang kesemuanya membantu kami
dalam menyelesikan makalah ini.
BAB II
ISI
Di masa transisi ke arah demokratisasi sesuai dengan tuntutan reformasi saat ini, potensi
konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat sangatlah besar. Perbedaan pendapat
yang justru adalah esensi dari demokrasi malah merupakan potensi konflik yang serius
apabila salah satu pihak berkeras dalam mempertahankan pendiriannya sementara pihak yang
lain berkeras memaksakan kehendaknya. Dalam hal ini, sebenarnya cara yang terbaik untuk
mengatasi perbedaan pendapat adalah musyawarah untuk mufakat. Namun cara yang
sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu tampaknya sudah dianggap
kuno atau tidak sesuai lagi di era reformasi ini. Masalahnya, cara pengambilan suara
terbanyakpun (yang dianggap sebagai cara yang paling demokratis dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat) seringkali menimbulkan rasa tidak puas bagi pihak yang "kalah",
sehingga mereka memilih cara pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya.
Tidak adanya kesadaran hukum di sebagian kalangan masyarakat serta ketidak pastian hukum
akibat campur tangan pemerintah dalam sistem peradilan juga merupakan potensi ancaman
bagi keamanan dalam negeri. Apalagi di masa transisi saat ini ada kelompok/golongan yang
secara terbuka menyatakan tidak mengakui Peraturan/perundangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah transisi yang berkuasa saat ini. Pelecehan terhadap hukum/undang-undang ini
jelas menimbulkan kekacauan/anarki dan merupakan potensi konflik yang serius. Contoh
yang paling nyata adalah insiden Semanggi di mana para pengunjuk rasa yang jelas-jelas
tidak mematuhi UU no 9/1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum akhirnya bentrok dengan aparat keamanan yang justru ingin menegakkan hukum.
Terlepas dari berbagai faktor psikologis dan politis yang memicu terjadinya insiden tersebut,
kenyataannya adalah seandainya semua pihak menyadari pentingnya kepatuhan terhadap
hukum, tentunya insiden itu tidak akan terjadi. Keragu-raguan aparat penegak hukum
(kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan) dalam menangani berbagai tindak pidana korupsi
yang melibatkan pejabat tinggi negara juga potensial untuk menyulut huru-hara akibat
kekecewaan masyarakat. Tidak adanya kesadaran hukum, di samping aspek sosial-psikologis
yang perlu diteliti lebih lanjut dan dicarikan penyelesaiannya, juga menyebabkan sering
timbulnya tawuran antar warga atau tawuran antar pelajar yang pada gilirannya menimbulkan
keresahan masyarakat dan menyebabkan instabilitas keamanan lingkungan. Maka, sosialisasi
berbagai peraturan dan perundang-undangan serta penegakan hukum yang tegas, adil dan
tanpa pandang bulu adalah satu-satunya jalan untuk mengatasi potensi konflik ini. Potensi
ancaman dari dalam negeri ini perlu mendapat perhatian yang serius mengingat instabilitas
internal seringkali mengundang campur tangan pihak asing, baik secara langsung maupun
tidak langsung, untuk kepentingan mereka.
E. Bela Negara Sebagai Hak dan Kewajiban Warga Negara Konsep Bela Negara
Pasal 30 UUD 1945 menyebutkan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara". Konsep Bela Negara dapat diuraikan yaitu secara fisik
maupun non-fisik. Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul bedil" menghadapi serangan
atau agresi musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar.
Sedangkan Bela Negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara".
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela negara secara
non-fisik ini, maka berbagai potensi konflik yang pada gilirannya merupakan ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kegiatan bela negara secara non-fisik sebagai
upaya peningkatan Ketahanan Nasional juga sangat penting untuk menangkal pengaruh
budaya asing di era globalisasi abad ke 21 di mana arus informasi (atau disinformasi) dan
propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin canggihnya teknologi komunikasi.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, jelaslah potensi ancaman terhadap keamanan
negara bisa datang dari luar maupun dalam negeri. Namun potensi ancaman yang lebih besar
adalah yang dari dalam negeri, terutama di masa transisi menuju masyarakat madani sesuai
dengan tuntutan reformasi. Lebih jauh lagi, pengalaman menunjukkan bahwa instabilitas
dalam negeri seringkali mengundang campur tangan asing baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan masyarakat kita, terutama
di kalangan elite (politik dan ekonomi) serta kaum intelektual/akademisi, dapat dikatakan
bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara untuk menanamkam kesadaran bela negara
masih sangat relevan dan masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa
mendatang. Namun perlu dicarikan format yang lebih efektif, lebih sesuai dengan kondisi
masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan
indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan. Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara untuk masyarakat umum akan sangat bermanfaat, khususnya dalam upaya
menanamkan kesadaran akan hak dan kewajiban konstistusional sebagai warga negara untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia. Materi yang diajarkan dapat
ditingkatkan kualitasnya, namun mengingat latar belakang pendidikan formal peserta yang
cukup beragam mungkin perlu dilakukan penyesuaian atau modifikasi.
Selain itu, perlu dipertimbangkan untuk melibatkan lebih banyak peserta dari kalangan elite
(politik dan ekonomi) yang tampaknya kurang memiliki kesadaran bela negara akibat terlalu
sibuk membela kepentingan pribadi/golongannya. Pendidikan kewiraan di tingkat perguruan
tinggi, yang juga merupakan salah satu bentuk dari Pendidikan Pendahuluan Bela Negara,
kiranya juga masih relevan dan diperlukan meskipun materinya tentu saja perlu disesuaikan
seiring dengan perubahan situasi politik yang sedang terjadi dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/bela negara
Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Jendral oedirman