Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi tentang psikologi pendidikan dewasa ini semakin mendapat
perhatian dari kalangan ilmuwan yang menekuni bidang pendidikan. Studi ini
dianggap menepati bagian terpenting dalam studi pengembangan kurikulum dan
pembelajaran. Hal ini wajar, sebab psikologi pendidikan dalam proses belajar
mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan
keberhasilan seorang guru dalam menghantarkan kesuksesan belajar para siswa.
Itu sebabnya, setiap individu yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama para
guru yang setiap hari berinteraksi dengan para siswa di ruang kelas, baik formal
dan non formal, harus memiliki kemampuan dalam memahami setiap siswa yang
dididiknya. Jadi artinya, berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar
sangat berkaitan erat dengan kemampuan para pendidik dalam memahami dan
membimbing para siswa sehingga mereka dapat menemukan tujuan dan mencapai
hasil terbaik mereka dalam belajar.
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga landasan
psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan.
Sementara itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya
antara lain akan dipengaruhi oleh tentang pemahamannya dalam pendidikan
perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, kita
perlu memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami
tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut
sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Mengingat pentingnya memahami psikologi anak dalam pembelajaran,
maka kami menyusun makalah dengan judul “Mengkaji Landasan Psikologi
dalam Pembelajaran (Memuat psikologi tingkah laku dan psikologi kognitif)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan psikologi?
2. Bagaimanakah psikologi tingkah laku dalam pembelajaran?
3. Bagaimanakah psikologi kognitif dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan psikologi
2. Untuk mengetahui psikologi tingkah laku dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui psikologi kognitif dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Psikologi

Dilihat dari arti katanya, psikologi berasal dari kata “psyche” yang
berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu dilihat dari arti katanya,
psikologi dapat diartikan seolah-olah sebagai ilmu jiwa yaitu ilmu yang
mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari jiwa kurang tepat, karena pada kenyataannya psikologi tidak
mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak
dapat diamati secara konkrit. Psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mengkaji perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Perilaku
yang dimaksud adalah pengertian yang luas sebagai manifestasi hayati (hidup)
yang meliputi jenis, motorik, kognitif, konatif, dan afektif. Perilaku motorik
adalah perilaku dalam bentuk grakan seperti berjalan, berlari, duduk, dsb.
Perilaku kognitif ialah perilaku dalam bentuk bagaimana individu mengenal
alam disekitarnya spserti pengamatan, berfikir, mengingat, mencipta, dsb.
Perilaku konatif ialah perilaku berupa dorongan dari dalam individu, misalnya
kemauan, motif, kehendak, nafsu, dsb. Perilaku afektif ialah perilaku dalam
bentuk perasaan atau emosi seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dsb.
Kesemua jenis perilaku itu merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode-
metode ilmiah (scientifik methods) untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, dan untuk menafsirkan informasi yang berkenaan dengan
perilaku individu. Beberapa metode yang dipergunakan antara lain
eksperimen, observasi, klinis, psikometrika dan sebagainya.
Menurut Branca (dalam Khodijah,2006) menyatakan bahwa psikologi
sebagai ilmu tentang perilaku. Menurut Woodworth dan Narquis menyatkan
bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktifitas individu baik aktifitas motorik,
kognitif, maupun emosional. Pengertian landasan psikologis merupakan
pemahamann terhadap peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan.
Psikologi ialah cabang psikologi yang secara khusus mengkaji berbagai
perilaku individu dalam kaitan dengan situasi pendidikan. Tujuan psikologi
pendidikan ialah menenemukan bergabai fakta, generalisasi, dan teori
psikologis yang berkaitan dengan pendidikan untuk digunakan dalam upaya
melaksanakan proses pendidikan yang efektif.
Pendidikan merupakan upaya dalam mempengaruhi individu agar
berkembang menjadi manusia yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam
pendidikan terjadi proses pengembangan potensi manusiawai dan proses
pewarisan kebuayaan. Pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan
individu (manusia) yang berperilaku yang disebut dengan perilaku
pendidikan. Perilaku diwujudkan oleh mereka yang secara langsung ataupun
tidak langsung terlibat dalam pendidikan seperti pendidik (guru, pengajar),
peserta didik (murid, pelajar, mahasiswa), pengelola pendidikan, administrator
pendidikan, perencana pendidikan, peneliti pendidikan, lingkungan
pendidikan (orang tua, masyarakata, dsb). Adalah sangat diharapkan agar
mereka-mereka yang terlibat dalam proses dan kegiatan pendidikan itu dapat
menunjukkan perilaku pendidikan yang sesuai dengan agar pendidikan dapat
berlangsung secara efektif sesuai dengan lanasan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Dalam lingkup yang lebih khusus (terutama dalam ruang kelas)
psikologi pendidikan banyak memusatkan pada psikologi pembelajran dan
pengajaran. Disini lebih difokuskan pada pengkajian aspek psikologis dalam
aktifitas pembelajaran dan pengajaran. Dengan demikian dapat diciptakan
suatu proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Hal itu dapat
iupayakan dengan mewujudkan perilaku pembelajaran pada siswa, serta
perilaku-perilaku individu yang yang lain yang terkait (misalnya orang tua,
pengelola, dan administrator pendididikan). Hal ini mengandung makna
bahwa psikologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses
pembelajran dan pengajaran.

Beberapa peranan psikologi pendidikan antara lain :


1. Memahami siswa sebagai pelajar (perkembangannya, tabiat, kemampuan,
kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dsb)
2. Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran
3. Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran
4. Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6. Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7. Membantu siswa-siswa yang mendapat kesulitan belajar
8. Memilih alat bantu pengajaran dan embelajaran
9. Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru
11. Membimbing perkembangan siswa

2.2 Psikologi Tingkah Laku dalam Pembelajaran

Psikologi tingkah laku adalah bidang psikologi yang menjelaskan


semua aktivitas mental dan fisik dalam hal respon yang dikeluarkan terhadap
faktor eksternal (stimuli). Psikologi tingkah laku menyatakan bahwa:

1. Tingkah laku adalah dikondisikan dan ditentukan oleh hasil dan


konsekuensinya sendiri
2. Tingkah laku manusia bisa dipahami dengan cara meneliti tingkah laku
hewan.
3. Aspek-aspek tingkah laku yang bisa diobservasi dan diukur.
4. Mengulangi cara-cara yang sama terhadap sesuatu yang sifatnya setara
dengan pemahaman.
5. Pengetahuan adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang dan diambil
oleh seorang yang mendengar atau melihatnya.

Psikologi tingkah laku adalah cabang psikologi yang berfokus kepada


studi dan perubahan tingkah laku manusia, termasuk tindakan, emosi, dan
pemikiran mereka. Ada empat subdisiplin dari psikologi tingkah laku: analisa
tingkah laku terapan, terapi tingkah laku, terapi kognitif dan terapi kognitif-
tingkah laku. Teknik-teknik yang bisa diaplikasikan diantaranya
restrukturisasi kognitif, pemodelan tingkah laku dan, yang paling mendasar,
pengkondisian klasik dan operant.
Para peneliti dan ilmuwan yang mempelajari psikologi tingkah laku
mencoba untuk memahami kenapa kita berperilaku seperti apa yang telah
tunjukkan dan mereka ingin menemukan pola-pola dalam tindakan dan
tingkah laku kita. Harapannya adalah bahwa jika kita bisa menggunakan
psikologi tingkah laku untuk membantu kita dalam memprediksi bagaimana
manusia akan berperilaku, kita bisa membangun kebiasaan yang lebih baik
sebagai individual, menciptakan produk yang lebih baik bagi perusahaan, dan
mengembangkan ruang hidup yang lebih baik sebagai komunitas.
Ada 4 sub disiplin dari psikologi tingkah laku, yaitu :
1. Analisa tingkah laku
2. Terapi tingkah laku
3. Terapi kognitif
4. Terapi kognitif tingkah laku
5.
Aliran Psikologi tingkah laku

Psikologi belajar atau disebut pula dengan teori belajar adalah teori
yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa. Psikologi
mengajar atau teori mengajar berisi tentang petunjuk bgaimana semestinya
mengajar siswa pada usia tertentu, bila ia sudah siap belajar. Jadi pada teori
mengajar terdapat prosedur dan tujuan mengajar.

a. Toeri Thorndike
Edward L. Thorndike (1984-1949) mengemukakan beberapa hokum
belajar yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Menurut hukum ini
belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus
segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasaan. Rasa senang atau
kepuasaan ini bisa timbul sebagai akibat anaka mendapatkan pujian atau
ganjaran lainnya.
Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini
disebut juga koneksionis. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya
belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum kesiapan (law of readiness),
hukum latihan (law exercise) dan hukum akibat (law of effect).
Hukum kesiapan menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak
dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai
kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan
kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan
melahirkan kepuasan bagi dirinya.
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon
sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin
jarang hubungan stimulus respon dipergunakan, maka akan makin lemah
hubungan yang terjadi. Hukum pada dasarnya menggunakan bahwa
dasar stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara
kuat, jika proses pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini
dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersifat otomotis. Seorang
anak yang diahadapkan pada suatu persoalan yang sering ditemuinya
akan segera melakukan tanggapan secara cepat sesuai dengan
pengalamannya pada waktu sebelumnya.
Dalam hokum akibat dijelaskan bahwa kepuasaan yang terlahir dari
adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasaan bagi anak, dan
anak cendrung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang
telah dicapainya itu. Guru yang memberikan senyuman wajar terhadap
jawaban anak, akan tetapi menguatkan konsep yang tertanam pada diri
anak. Kata-kata “Bagus”. “Hebat”, “Kau sangat teliti” dan semacamnya
akan merupakan hadiah bagi anak yang kelak akan meningkatkan dirinya
dalam menguasai pelajaran.
b. Toeri Skinner
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran penguatan
mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Ganjaran
merupakan respon yang sifatnya mengembirakan dan merupakan tingkah
laku yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu
yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respond an lebih
mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Dalam teori Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan dapat dianggap
sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut sering dengan
meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya
itu. Dalam hal ini penguatan yang diberikan pada anak memperkuat
tindakan anak, sehingga anak semakin sering melakukannya.
Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang diberikan
pada anak. Sikap guru yang bergembira pada anak saat menjawab
pertanyaan, merupakan penguatan positif pula. Untuk mengubah tingkah
laku anak dari negative menjadi positif,guru perlu mengetahui psikogi
yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) dan
mengendalikan tingkah laku anak. Guru didalam kelas mempunyai tugas
untuk mengarahkan anak dalam aktifitas belajar, Karena pada saat
tersebut, control berada pada guru, yang berwenang memberikan intruksi
ataupun larangan pada anak didiknya.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik (menunjang
efektivitas pencapaian tujuan)harus segera diberi penguatan positif agar
respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu
dipertahankan. Misalnya dengan mengatakan bahwa “bagus, pertahankan
pretasimu” untuk siswa yang mendapat nilai tes yang memuaskan.
Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak
menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi penguatan negative
agar respon tersebut tidak diulang lagi dan berubah menjadi respon yang
sifatnya poitif, penguatan negatif ini bias berupa teguran, peringatan, atau
sangsi.
c. Teori Ausubel
Teori ini dikenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan antar belajar
menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa
hanya menerima, jadi tinggal menghapalkannya, tetapi pada belajar
menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran
begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar
menghafal,siswa menghafalkan materi yang diperolehnya, tetapi pada
belajar bermaknamateri yang diperoleh itu dikembangkan dengan
keadaan lain sehingga belajarnya lebih dimengerti.
d. Teori Gagne
Menurut Gegne dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat
diperoleh, yaitu objek lansung dan objek tidak langsung. Objek tak
langsung antara lain kemampuan menyelidik dan memecahkan masalah,
belajar mandiri, bersikap positif terhadapa matematika, dan tahu
bagaimana semestinya belajar, sedangkan objek lansung berupa fakta,
keterampilan, konsep dan aturan.
Menurut Gegne, belajar dapt dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar yaitu
1) Belajar isyarat
Adalah belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada
niat atau spontanitas. Contohnya menyenan, atau menghindar
pelajaran karena akibat perilaku gurunya.
2) Stimulus respon
Merupakan kondisi belajar yang ada niat diniati dan responnya
jasmaniah. Misalnya siswa meniru tulisan guru di papa tulis.
3) Rangkain gerak
Adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih
dalam rangka stimulus respon.
4) Rangkain verbal
Adalah perbuatan lisan terurur dari dua kegiatan atau lebih dalam
rangka stimulus respon. Contohnya adalah mengemukakan
pendapat, menjawab pertanyaan guru secara lisan.
5) Belajar membedakan
Adalah belajar memisah-misah rangkain yang bervariasi.
6) Pembentukan konsep
Disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat
sifat bersama benda-benda konkrit atau peritiwa untuk dijadikan
suatu kelompok.
7) Pembentukan aturan
8) Pemecahan masalah
Dalam pemecahan masalah ada 5 langkah yang harus dilakukan
yaitu:
a. Menyajikan masalah dalam bentuk yang jelas.
b. Menyatakan masalah dalm bentul yang operasional.
c. Menyusun hipotesis-hipotesis alternative dan prosedur yang
diperkirakan baik.
d. Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk meperoleh
hasilnya
e. Mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
e. Teori Pavlov
Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov
mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning) dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa belajar
dengan baikmaka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan
soal pekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya,
menjelaskannya, atau member nilai terhadap hasil pekerjaannya.
f. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru.
Maksudnya bukan mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan
santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, tingkah laku
yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka siswa
akan menirunya. Jika conto-contoh yang dilihatnya kurang baik iapun
menirunya. Dengan demikian harus ada menjadi manusi yang
propfesional.
2.3 Psikologi Kognitif dalam Pembelajran
Menurut Wundt, kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang
bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk tori belajar yang sering disebut sebagai model
percektual. Prespektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi 3, yaitu :
1. Pengetahuan deklarif, yaitu pengetahuan yang dinyatakan dalam bentuk kata
atau yang biasa disebut konseptual.
2. Pengetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau proses
yang harus dilakukan tentang bagaimana melakukan implementasi (praktik
dari suatu konsep).
3. Pengetahuan kodisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa suatu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedyral diguanakan.

Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif mengasumsikan adanya beberapa jenis intelegensi dan
memiliki penekanan pada strategi yang digunakan orang pada saat berpikir dalam
menghadapi suatu masalah dan menemukan solusi permasalahan.
Salah satu teori kognitif yang paling terkenal adalah teori triarki inteligency
yang diperkenalkan oleh Robert Sternberg tahun 1988, triarki berarti 3 bagian.
Pada tahun 2004 Stenberg mendefinisikan bahwa pengetahuan dan kemampuan
yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam hidup berdasarkan definisi
keberhasilan yang dimiliki seseorang. Menurut Stenrberg integency terdiri dari 3
aspek yaitu intelegency komponensial, intelegency kreatif, dan intelegency
praktis.
Prespektif kognitif menekankan hal yang berlangsung dipikan seseorang
tentang bagaimana cara berfikir, mengingat, memahami bahasa, memecahkan
masalah, menjelaskan berbagaia pengalaman, memperoleh sejumlah standard
moral dan membentuk keyakinan.
Teori-teori Belajar Berbasis Kognitif

Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses


mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan
ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Psikologi kognitif juga disebut psikologi
pemrosesan informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan pada tindakan
mengenal/ memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Prinsip dasar psikologi kognitif


* Belajar aktif
* Belajar lewat interaksi sosial
* Belajar lewat pengalaman sendiri

Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya beberapa


teori diantaranya :

a) Teori Belajar Kognitif menurut Piaget


Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas
gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai
istilah scheme: pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan
dengan:
* Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
* Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat
diamati)

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat


tingkat yaitu :
(1) Sensori motor, dari lahir sampai umur 2 tahun
(2) Pra operasi, dari 2 tahun sampai 7 tahun
(3) Operasi konkrit, dari sekitar 7 tahun sampai 11 tahun.
(4) Operasi formal, dari sekitar 11 tahun sampai seterusnya.

Perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap menurut Piaget yaitu:

a. Kematangan
b. Pengalaman fisik/ lingkungan
c. Transmisi social
d. Equilibrium/ self regulation

Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan


dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

b) Teori Belajar Kognitif menurut Brunner


Jorome Brunner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar
matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-
konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang
diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep dan
struktur-struktur.
Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif
dalam belajar di kelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu siswa
mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat
mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya anak
melewati 3 tahap, yaitu:
1. Tahap enaktif
Dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam memnipulasi
(mengotak-atik) objek.
2. Tahap ikonik
Dalam tahap ini keigiatan yang dilakukan anak berhbungan dg mental,
yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak
tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam
tahap enaktif.
3. Tahap simbolik
Dalam tahp ini anak memainpulasi symbol-simbol atau lambing-lambang
objek tertentu. Anak tidak lagi terkait dengan objek-objek pada tahap
sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi
tanpa ketergantungan terhadap objek riil.

c) Teori Belajar Kognitif menurut Gestall


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti
sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa
obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan
yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada enam prinsip
organisasi yang terpenting yaitu :
1. Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan
latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan
sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar
bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan
figure.
2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung
akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
4. Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung
membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan
keteraturan.
6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan
suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :


a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-
unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta
didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

d) Teori Belajar Kognitif menurut Brownell


W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus
merupakan belajar bermakna dan belajar pengertian. Dia menegaskan bahwa
belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Toeri yang
dikemukakan Brownell ini sesuai dengan teori belajar-mengajar Gestalt,
yang muncul dipertengahan tahun 1930.
Menurut teori belajar-mengajar Gestalt, latihan hafal atau yang dikenal
dengan sebutan drill adalah sangat penting dalam kegiatan pengajaran.
Menurut Brownell anak-anak yang berhasil dalam mengikuti pelajaran pada
waktu memiliki kemampuan berhitung yang jauh melebihi anak-anak
sekarang. Banyaknya latihan yang diterapkan pada anak dan latihan
mengasah otak dengan soal-soal yang panjang dan sangat rumit merupakan
pengaruh dan doktrin disiplin formal.

e) Toeri Dienes
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan
perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya
bertumpu pada teori piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak
– anak, sedemikian rupa sehingga system yang dikembangkannya itu
menarik bagi anak yang mempelajari matematika.
Jenis berpendapat bahwa dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur, memisah – misahkan hubungan – hubungan diantara
struktur dan mengkategorikan hubungan – hubungan diantara struktur –
struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap – tiap konsep atau prinsip dalam
matematika yang disajikan dalam bentuk konkret akan dapat dipahami
dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda – benda atau objek – objek
dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.

f) Teori Van Hiele


Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh
van hiele (1954), yang menguraikan tahap – tahap perkembangan mental
anak dalam geometri.Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang
mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Hasil penelitiannya itu,
yang dirumuskan dalam disertasinya, diperoleh dari kegiatan Tanya jawab
dan pengamatan.
Menurut van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu
waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika tata
secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan anak kepada tingkatan
berpikir yang lebih tinggi.
Van Hiele mengatakan bahwa terdapat lima tahap belajar anak dalam belajar
geometri yaitu :
1. Tahap pengenalan (visualisasi)
Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri
secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat
dari bentuk geometri yang dilihat itu.
2. Tahap analisi
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki
benda geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan
keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu. Misalnya,disaat ia
mengamati pesegi panjang, ia telah ,mengetahui bahwa telah terdapat
dua pasang sisi yang berhadapan, dan kedua psang sisi tersebut saling
sejajar. Dalam tahap ini anak belum mengatahui hubungan yang terkait
antara satu benda geometri dengan geometri lain.
Misalnya, anak belum mengetahui bahwa bujur sangkar adalah persegi
panjang, bahwa bujur sangkar adalah belah ketupat dan sebaganya.
3. Tahap pengurutan (deduksi informal) pada tahap ini anak sudah mulai
mampu melaksanakan penarikan kesimpulan yang kita kenal dengan
sebutan berfikir deduktif. Satu hal yang perlu diketahui adalah , anak
pada tahap ini sudah mulai mampu megurutkan. Misalnya, ia sudah
mengenali bahwa bujur sangkar adalah jajaran genjang, bahwa belah
ketupat adalah layang – layang. Pola pikir anak pada tahap ini masih
belum mampu menerangkan mengapa suatu persegi panjang itu sama
panjang. Anak mungkin belum memahami bahwa belah ketupat dapat
dibentuk dari segi tiga kongruen.
4. Tahap deduksi
Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal–halyang bersifat umum
menuju hal–hal yang bersifat khusus. Demikian pula ia telah mengerti
betapa pentingnya peranan unsur – unsur yang tidak didefinisikan,
disamping un sur – unsur yang didefinisikan. Misalnya anak sudah
mulai memahami dalil. Selain itu,pada tahap ini anak sudah mulai
mampu menggunakan aksioma atau postulat yang digunakan dalam
pembuktian.
Postulat dalam pebuktian segitiga yang sama dan sebangun,seperti
sudut–sudut–sudut, sisi–sisi–sisi atau sudut–sisi–sudut, dapat
dipahaminya, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar
dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara–cara
pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun (kongruen).
5. Tahap akurasi
Dalam ini anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketetapan dari
prinsip–prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, ia
mengetahui pentingnya aksioma–aksioma atau postulat–postulat dari
geoetri Euclid. Tahap–tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang
tinggi rumit dan komplek oleh karena itu tidak mengherankan jika
beberapa anak, meskipun sudah duduk di bangku sekolah lanjutan atas
masih belum sampai pada tahap berfikir ini.
BAB III
A. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang
dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca:
peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan
sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis
yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan
mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari
pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-
perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks
yang lebih luas.
Keberadaan psikologi pendidikan sangat mendukung bagi para pendidik
untuk lebih memahami para peserta didik sehingga keberadaan psikologi
pendidikan sangat diperlukan bagi para pendidik (guru), sudah seharusnya
seorang pendidik memahami tentang psikologi pendidikan guna menunjang
aktifitas proses pembelajaran diruang kelas dan dengan psikologi pendidikan
diharapkan para pendidik lebih memahami tentang karakteristik siswa yang
dididiknya sehingga mereka dapat menggunakan potensi belajar mereka dengan.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai