A. Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara hukum. Hal ini secara
tegas disebutkan dalam
penjelasan Undang Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (setelah
amandemen) yaitu dalam pasal 1
ayat (3) ; “Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum”. Oleh karena
itu penegakan hukum di Indonesia merupakan hal yang menjadi prioritas dalam
mewujudkan hal tersebut diatas. Penegakan yang dimaksud yaitu baik
penegakan hukum di lingkungan peradilan maupun penegakan hukum diluar
peradilan seperti mediasi dan sebagainya. Selain yang tertuang di dalam tujuan
Negara Indonesia dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, sila-sila yang terdapat dalam Pancasila juga sudah mewakili
semuanya, terutama dalam sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”. Sudah menjadi tanggung jawab Negara untuk menjalankannya,
baik dengan kegiatan pemerintahan maupun dengan kinerja nyata dari para
pejabat Negara yang bersangkutan.
Indonesia kembali dihadapkan dengan kasus besar dalam dunia
hukum, yaitu kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan. Kasus ini
menarik perhatian karena Novel Baswedan merupakan anggota KPK yang
menangani kasus-kasus besar di negeri ini, salah satunya adalah E-KTP.
Kronologi penyiraman menurut https://news.detik.com, Novel Baswedan
berjalan kaki menuju rumahnya setelah salat subuh di Masjid Al Ikhsan, seperti
biasanya. Namun ada yang berbeda hari ini, dua orang yang berboncengan di
satu motor mengikutinya. Motor itu berjalan pelan saat berada di dekat Novel.
3
BAB II
Analisis
4
Analisis yang bisa kita peroleh dari objek hukum tersebut yaitu berkaitan
dengan undang-undang yang mengatur tentang perlindungan hukum, penganiayaan
dan menghalangi proses peradilan.
1) Perlindungan Hukum
Penyidik KPK merupakan suatu pekerjaan yang penuh dengan resiko,
dalam hal ini sebagai seorang yang mengemban tugas negara untuk melawan
penjahat yang merusak ketertiban di negara ini. Sehingga pemerintah sebagai
penyelenggara negara harus mengutamakan keselamatan para jajaran penegak
hukum dengan cara memberikan perlindungan hukum. Perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan
orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata
lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan
oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun2.
Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban (“UU 13/2006”) menyebutkan, hak
seorang saksi dan korban. Kemudian, Pasal 5 ayat (2) UU 13/2006 menyatakan,
hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada saksi dan/atau
korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan Keputusan
LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban). Adapun di dalam
penjelasan Pasal 5 ayat (2) UU 13/2006 diterangkan bahwa yang dimaksud
dengan kasus-kasus tertentu antara lain, tindak pidana korupsi, tindak pidana
narkotika/psikotropika, tindak pidana terorisme dan tindak pidana lain yang
mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan pada situasi yang sangat
membahayakn jiwanya. Karena itu, ketentuan perlindungan terhadap saksi dan
korban dalam lingkup UU 13/2006 tentunya juga mencakup terhadap saksi
dalam tindak pidana korupsi. Lebih lanjut, perlindungan hukum pun dapat
diberikan sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU 13/2006 yang menyatakan,
Saksi, Korban dan Pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana
5
maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang atau telah
diberikannya3. Selain itu, Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan, KPK
berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor
yang menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai
terjadinya tindak pidana korupsi 4.
Negara memang sudah mengatur tentang perlindungan hukum akan
tetapi masih ada korban dari penjahat negara yang tidak ingin diungkap
kejahatannya. Salah satu contohnya adalah penganiayaan yang diterima oleh
Novel Baswedan dari dua orang yang tidak dikenal dengan cara disiram air
keras. Menurut Tim Labfor air keras yang digunakan pada kasus penyiraman
terhadap Novel Baswedan adalah H2SO4 atau asam sulfat 5. Asam sulfat yaitu
bahan kimia senyawa anorganik. Bahan kimia ini mempunyai efek yang tidak
baik jika berkontak dengan kulit karena dapat menyebabkan iritasi yang serius
dan dalam beberapa kasus luka bakar yang parah. Luka bakar pada wajah dapat
menyebabkan luka serius dan membuat cacat/tanda. Sering kontak dengan
asam yang relatif encer (cair atau kabut) dapat menyebabkan dermatitis.
Peradangan pada kulit dapat ditandai dengan gatal, bersisik, kemerahan atau
terkadang melepuh 6.
2) Penganiayaan
Delik penganiayaan dalam tatanan hukum termasuk suatu kejahatan,
yaitu suatu perbuatan yang dapat dikenai sanksi oleh undang-undang. Secara
umum tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut Penganiayaan. Dari
segi tata bahasa, penganiayaan adalah suatu kata jadian atau kata sifat yang
6
berasal dari kata dasar "aniaya" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an"
sedangkan penganiaya itu sendiri berasal dari kata benda yang berasal dari kata
aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku penganiayaan itu. Sehingga,
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penganiayaan adalah perlakuan
saewenang-wenang (penyiksaa, penindasan, dan sebagainya) 7.
Pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan dapat dijatuhi
sanksi pidana berdasarkan pasal 351 KUHP, dikarenakan penyiraman air keras
yang dilakukan terhadap Novel memenuhi unsur delik pada pasal 351 KUHP
tersebut. Unsurnya adalah perbuatan penyiraman air keras mengakibatkan luka
berat pada Novel Baswedan sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Perbuatan
yang dilakukan merupakan kesengajaan merusak kesehatan, yaitu kesehatan
sehingga Novel Baswedan harus dirawat di rumah sakit. Pasal 351 KUHP
menyebutkan bahwa 8:
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulanatau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Novel Baswedan merupakan salah satu penyidik KPK yang aktif, banyak
kasus-kasus besar yang ditangani oleh beliau. Berikut beberapa kasus besar yang
ditangani Novel Baswedan sejak tahun 2004-2016 10.
1. Tahun 2004 Suap cek pelawat Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom,
Nunun Nurbaetie, istri mantan Wakil Kepala Kepolisian RI Adang Daradjatun,
divonis 2,5 tahun penjara.
2. Tahun 2009 Kasus korupsi Bank Jabar Bekas Direktur PT Bank Jabar-Banten,
Umar Syarifuddin, divonis 7 tahun penjara.
3. Tahun 2011 Suap bekas Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu Amran
mendapatkan suap dari pengusaha Hartati Murdaya untuk menerbitkan izin
usaha perkebunan dan hak guna usaha lahan seluas 4.500 hektare. Amran
divonis 7,5 tahun penjara.
8
4. Tahun 2012 Korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri Bekas Kepala Korps
Lalu Lintas, Inspektur Jenderal Djoko Susilo, divonis 18 tahun penjara di
tingkat kasasi.
5. Tahun 2013 Suap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar Dalam kasus suap
pengaturan sengketa pilkada Kabupaten Empat Lawang dan Kota Palembang
ini, Akil divonis 5 tahun penjara. Dalam kasus ini terdapat tersangka Muhtar
Ependy, yang merupakan paman Miko, yang sempat ditangkap polisi dengan
dugaan terlibat penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
6. Tahun 2014 Megakorupsi E-KTP Hingga kini kasus yang merugikan negara Rp
2,3 triliun ini masih disidangkan dengan terdakwa dua mantan pejabat
Kementerian Dalam Negeri. Novel Baswedan pun dikonfrontir dalam sidang
dengan saksi Miryam S. Hariyani.
Dengan berbagai sanksi pidana yang sudah diatur oleh negara ini
seharusnya masyarakat Indonesia mentaati hukum. Karena menurut teori dari Hans
Kelsen yang menyebutkan bahwa hukum merupakan “Wille des Staates”, orang
tunduk pada hukum karena merasa wajib mentaatinya. Tujuan hukum dibuat untuk
membuat suatu perdamaian dan keselarasan dalam hidup. Sesuai dengan kasus
tersebut, adanya hukum bertujuan untuk memberikan sanksi terhadap orang-orang
yang melakukan perbuatan salah dimata hukum supaya tercipta keadilan bagi
korban.
Kasus-kasus tersebut ternyata banyak melibatkan pejabat negara. Hal
tersebut dapat memberikan kita kesimpulan sementara, bahwa sesungguhnya masih
banyak pejabat negara yang terlibat dalam kasus korupsi dan belum terungkap. Hal
ini menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pidana korupsi jika Novel Baswedan
dibiarkan tetap aktif menjadi penyidik KPK pada saat ini. Dalam kasus tersebut
seakan ada rencana yang terorganisir untuk membuat Novel Baswedan menjadi non
aktif dalam penyelidikan tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia. Hal ini juga
berarti secara tidak langsung mengarah kepada rencana pelemahan KPK
dikarenakan Novel Baswedan merupakan penyidik KPK dan kepala satuan tugas
E-KTP menjadi tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya, sehingga
pengusutan kasus-kasus korupsi yang sedang ditangani oleh Novel Baswedan
menjadi terganggu dan terhambat. Jika penegakan tindak pidana korupsi terganggu
9
maka akan membuat pembangunan rakyat Indonesia secara holistik dalam segala
bidang juga akan terhambat, karena penjahat korupsi masih berkeliaran bebas
meraup uang rakyat. Hak-hak rakyat Indonesia yang seharusnya bisa dinikmati
dengan baik juga akan terganggu, akibatnya tidak tercipta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Ilmu filsafat hukum berperan penting dalam mencegah keterpurukan hukum
yaitu menciptakan penegak hukum yang professional. Karena dengan
diciptakannya penegak hukum yang professional maka akan menumbuhkan
kesadaran akan pentingnya hukum dalam hidup bersama, menumbuhkan ketaatan
pada hukum, menemukan ruhnya hukum dan menghidupkan hukum dalam
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
sebagai penyidik senior di KPK, hal inilah yang mengawali tindak pidana
penganiayaan terhadap Novel Baswedan.
Kericuhan tersebut dipicu oleh aksi rebutan menjadi saksi dari calon legislatif dari
Hanura Dapil IV.
Sementara itu, Kapolda Jawa Timur Irjen Luki Hermawan menyebut, secara umum
pelaksanaan Pemilu 2019 di wilayah Madura kondusif hingga Rabu sore.:
11
Analisis masalah:
Ilustrasi polisi
Korban yang tertembak senjata api, Mansur, langsung dibawa korban ke Rumah
Sakit Ketapang untuk mendapatkan perawatan.
"Si Muara ini melakukan penembakan beberapa kali ke massa Widjan dan
mengenai korban yang bernama Mansur ini," kata Budhi.
Saat ini, lanjut dia, polisi juga menyita selongsong peluru sebanyak 6 buah dan 4
proyektil peluru.
Barang bukti ini diamankan di Polres Sampang. Polres Sampang telah menerjunkan
pasukan Brimob Polda Jatim ke lokasi penembakan saat pelaksanaan pemungutan
suara berlangsung, Rabu.
Polisi mengamankan 5 orang dari insiden bentrok di TPS 07. Polisi juga
mengamankan satu dari dua senjata api yang diduga dipakai pelaku untuk
menembak.
"Lima orang sudah kami amankan berikut sebuah senpi dari 2 senpi yang
digunakan," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Luki Hermawan, di Mapolda Jawa
Timur, Rabu (17/4/2019) sore.
"Madura sejak awal memang menjadi prioritas kami untuk pengamanan Pemilu
2019 di Jawa Timur," ujarnya.
Menurut Komisioner KPU Jawa Timur, Miftahur Rozaq, ada banyak persoalan di
Sampang, antara lain kekurangan surat suara, kotak suara dicuri, hingga
penembakan salah satu saksi di Kecamatan Banyuates, Sampang.
Namun, ada syarat-syarat atau kriteria yang sudah diatur undang-undang untuk
melaksanakan proses PSU tersebut.
"Kalau memang nanti sesuai dengan fakta dan beberapa bukti yang ada, saya rasa
PSU itu memungkinkan terjadi," kata Rozaq, kepada Kompas.com, Rabu
(17/4/2019).
13
Aksi kejar-kejaran antara petugas kepolisian dengan dua orang pencuri kotak suara
terjadi di Desa Bapelle, Kecamatan Robatal, Sampang, Jawa Timur, Rabu
(17/4/2019).
Kapolda Jawa Timur Irjen Luki Hermawan mengatakan, polisi menerima laporan
dua orang tiba-tiba membawa kabur kotak suara dengan mobil di sebuah TPS di
Desa Bapelle.
"Sempat terjadi kejar-kejaran dengan petugas, bahkan anggota ada yang hampir
ditabrak," kata Luki, kepada wartawan di Mapolda Jatim, Rabu.
"Alhamdulillah berkat ada bantuan TNI dan Polri, akhirnya dua pelaku bisa
diamankan dan kotak suara dikembalikan ke TPS," ujar dia.
Kesimpulan