Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi partikel radiasi bermuatan (radiasi Alpha dan Beta ) dengan
materi

Termasuk dalam kelompok ini adalah partikel radiasi Alpha dan radiasi Beta,
karena radiasi Alpha yang tak lain adalah inti helium, yaitu 2H4 yang bermuatan
positif, dan radiasi Beta yang merupakan elektron dan positron yang bermuatan
negatif dan positif. Oleh karena radiasi Alpha dan radiasi Beta termasuk dalam
kelompok radiasi bermuatan maka interaksinya dengan materi akan menimbulkan
efek :

2.1.1 Ionisasi

Ionisasi adalah proses fisik yang mengubah suatu atom atau molekul menjadi
ion melalui penambahan atau pelepasan elektron dari atom atau molekul tersebut.
Pada peristiwa ionisasi molekul ataupun atom yang semula tidak bermuatan listrik
dipaksa menjadi bermuatan listrik. Peristiwa ionisasai dapat digambarkan melalui
salah satu mekanisme berikut,

Gambar 2.1 proses terjadinya ionisasi

Partikel berupa elektron dapat bergerak bebas dari suatu senyawa, molekul
atau atom. Geraknya yang bebas ini dapat menumbuk senyawa, molekul atau atom
lain, seperti yang terlihat pada Gambar 1 dimana partikel menumbuk suatu atom.
Dalam Gambar 1 tersebut partikel menumbuk atom dan mengenai elektron pada kulit
terluar sehingga terpental keluar. (Wardana, 2007).
.

2.1.2 Eksitasi

Salah satu postulat Bohr menyatakan bahwa elektron dapat berpindah dari
satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain. Berpindahnya elektron ini karena
mendapatkan tambahan energi dari luar, salah satunya dapat berasal dari radiasi alpha
dan radiasi betha.

Gambar 2.2 sebuah electron melompat dari keadaan n1 ke keadaan n2 dan


memancarkan sebuah foton

Pada tingkat yang lebih rendah, energi yang dimiliki elektron lebih rendah
daripada di tingkat sebelumnya. Perbedaan energi ini muncul sebagai sebuah
kuantum radiasi berenergi hv yang sama besar dengan beda energi antara kedua
tingkat tersebut. Artinya, jika elektron melompat dari n = n2 ke n=n1, seperti Gambar
2, maka terpancar sebuah foton dengan energi

hυ = En2 – En1

Proses eksitasi dapat terjadi karena partikel radiasi bermuatan yang


berinteraksi dengan materi yang menyebabkan struktur atom bahan terganggu atau
dalam keadaan tereksitasi.Pada radiasi alpha, peristiwa eksitasi yang terjadi.

Pada radiasi beta, peristiwa eksitasi bisa terjadi karena pengaruh adanya
peristiwa stopping power yang menyebabkan energi radiasi beta hilang di sepanjang
lintasannya. Energi radiasi beta yang hilang ini menyebabkan atom-atom yang ada di
sepanjang lintasan radiasi beta juga terganggu (Wardana, 2007).
2.2 Pengurangan energi.

Jika menembus materi, radiasi  berenergi tinggi akan kehilangan energinya


menurut 2 tahap sebagai berikut:

a. atom tereksitasi atau terionisasi oleh energi radiasi ,


b. sewaktu melaju di dekat inti atom materi, radiasi  dibelokkan arahnya oleh
medan listrik inti atom dan kecepatannya berkurang, dengan hilangnya energi
tersebut menyebabkan terjadinya atenuasi radiasi (Bremstrahlung).

Setiap kali partikel  bertumbukan dengan atom, arah geraknya mengalami


pembelokan yang besar dan pergerakannya zig-zag seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 1.

Penyerapan radiasi , di dalam materi dihitung menurut rumus eksponensial.


Jika energi elektron menjadi lebih besar dari beberapa MeV, ada kemungkinan
inti atom dapat tereksitasi, tetapi persentasenya sangat kecil.

Pada proses Bremstrahlung energi elektron (E) berbanding dengan kuadrat nomor
atom (Z) dibagi massa elektron (E = (Z/m)2).

2.3 Daya perlambatan.

Energi partikel bermuatan listrik yang hilang per satuan jarak pada waktu
menembus materi disebut daya perlambatan linear (S). Perbandingan S dan kerapatan
materi (r) disebut daya perlambatan massa (Sm = S/r), artinya energi yang hilang pada
materi bermassa 1 g dengan luasan 1 cm2.

2.4 Hamburan.

Hamburan partikel  disebabkan oleh interaksinya dengan inti atom atau


elektron orbital materi.Untuk memperkecil hamburan digunakan materi dengan
nomor atom yang kecil.Pada pengukuran radioaktivitas radiasi , dapat terjadi
hamburan radiasi b oleh materi pendukung sumber. Peristiwa ini disebut hamburan
balik dan akan mempengaruhi hasil pengukuran. Besarnya hamburan balik
bergantung pada nomor atom dan tebal materi penghambur, makin tebal materi
hamburan balik makin besar, sampai mencapai nilai konstan, dan disebut hamburan
balik jenuh. Koefisien hamburan balik berubah berdasarkan nomor atom dan tebal
materi pendukung, energi radiasi , dan faktor lain..

Hubungan antara hamburan balik jenuh dengan nomor atom materi


penghambur diperlihatkan pada Gambar 3.
2.5 Anihilasi pasangan elektron-positron.

Pada interaksi positron dengan materi, energi geraknya dapat berkurang


hingga habis seperti halnya pada interaksi antara elektron dengan materi.Positron
yang kehilangan energi geraknya bergabung dengan elektron dan berubah menjadi 2
buah foton yang dipancarkan ke arah yang berlawanan.Peristiwa ini disebut anihilasi
pasangan. Dalam hal ini, karena seluruh massa pasangan menjadi energi foton, maka
energi masing-masing foton adalah 0,51 MeV.

2.6 Interaksi partikel berat bermuatan listrik dengan materi.

Partikel bermuatan listrik selain elektron disebut partikel berat bermuatan


listrik. Pada saat menembus materi, partikel berat bermuatan listrik mengionisasi dan
atau mengeksitasi atom, sama seperti halnya elektron, dan karena massanya lebih
besar daripada elektron, maka partikel tersebut tidak kehilangan banyak energinya
sewaktu bertumbukan dengan elektron, dan juga cenderung tidak mengalami
perubahan arah sehingga mampu menembus dengan arah lurus. Pengurangan energi
partikel berat bermuatan listrik pada saat interaksi, umumnya dapat diabaikan,
sehingga perlambatannya tidak dipengaruhi oleh materi.Jika partikel a, yang
merupakan partikel berat bermuatan listrik, menembus materi, maka jumlah pasangan
ion per satuan jarak (ionisasi spesifik) bertambah bersamaan dengan berkurangnya
kecepatannya.Di udara, ionisasi spesifik menunjukkan energi maksimal sebesar 370
keV, yaitu 3 milimeter dari akhir lintasan.

Gambar 4 memperlihatkan kurva yang menunjukkan ionisasi spesifik sepanjang


lintasan radiasi a, dan disebut "kurva Bragg". Peristiwa ini juga berlaku untuk partikel
berat bermuatan listrik lain misalnya proton dan deuteron.

2.7 Interaksi foton dengan materi.

2.7.1 Koefisien atenuasi.

Jika radiasi  atau radiasi-X menembus materi, maka akan terjadi interaksi
dengan materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi karena interaksi adalah
proses pengurangan energi foton atau perubahan arah foton. Rasio atenuasi foton
dalam materi yang tebalnya 1 cm disebut koefisien atenuasi (m).Pada umumnya,
semakin besar energi foton, semakin besar juga nilai m-nya.Oleh karena itu, daya
tembus foton dalam materi semakin besar bila panjang gelombangnya semakin
pendek. Pada materi tertentu, koefisien atenuasi dapat berubah berdasarkan rapat
jenis materi tersebut, disebut koefisien atenuasi massa (mm). Untuk materi tertentu,
koefisien atenuasi massa yang hanya berhubungan dengan panjang gelombang foton,
dan merupakan rasio atenuasi foton dengan luasan 1 cm2 dan massa 1 g.

Pada Gambar 5 diperlihatkan atenuasi foton oleh timbal.

2.7.2 Efek fotolistrik

Peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu atom karena interaksi dengan


radiasi dinamakan efek fotolistrik.Elektron yang dilepaskan pada peristiwa tersebut
disebut fotoelektron, dan energi geraknya adalah selisih antara energi ionisasi
elektron orbital dan energi radiasi . Pada saat energi radiasi  kecil, kebanyakan
fotoelektron terlepas dengan arah tegak lurus pada arah radiasi, tetapi bila energinya
besar maka fotoelektron terpancar ke arah depan dalam jumlah yang banyak. Secara
teori, semakin besar ikatan antara elektron dan inti atom maka semakin besar
persentase terjadinya efek fotolistrik; untuk elektron pada kulit K akan terjadi efek
fotolistrik sebesar kira-kira 80%.
2.7.3 Efek Compton.

Peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan elektron dalam suatu atom
yang mengakibatkan sebagian energi foton menjadi energi gerak elektron dan
sebagian energi hamburan foton disebut efek Compton.

Bila energi foton cukup besar, efek Compton dapat terjadi pada elektron orbital yang
energi ikatnya dapat diabaikan. Selanjutnya, seperti diperlihatkan pada Gambar 6,
elektron dianggap sebagai elektron bebas, energi dan momentumnya sama besar
sebelum dan sesudah bertumbukan.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai


berikut:

1. Ketika electron berinteraksi dengan media yang dilalui atau bahan yang
ditembus maka akan mengalami pengurangan energi, daya perlambatan,
penyerapan dan jangkauan radiasi, hamburan, anihilasi pasangan electron-
positron.
2. Saat radiasi berintraksi dengan materi akan menghasilkan berbagai efek
seperti :
a. Efek foto listrik, yaitu peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu
atom karena interaksi dengan radiasi.
b. Efek Compton, yaitu peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan
electron dalam suatu atom yang mengakibatkan sebagian energy foton
menjadi energy gerak elektron dan sebagian energi hamburan foton.
c. Produksi pasangan, yaitu terjadi dari perilaku suatu radiasi gamma di
dalam medan listrik inti atom, untuk beralih bentuk menjadi pasangan
negatron dan positron radiasi gamma yang sisa dihamburkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/03/08-01-02-03.html

https://www.academia.edu/35431480/MAKALAH_FISIKA_RADIASI_ELEKTRO
MAGNETIK

https://www.academia.edu/11450638/Interaksi_Sinar-X_dengan_Materi_

http://maringdotcom.blogspot.com/2011/08/interaksi-radiasi-dengan-materi.html

Anda mungkin juga menyukai