Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450). ISPA adalah suatu
penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun
dinegara maju dan sudah mampu. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang
penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira
1 dari 4 kematian yang terjadi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang
untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan
sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di
Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita
Bedasarakan masalah diatas, kami tertarik untuk membahas ISPA pada anak dalam
makalah ini. Kami juga akan membahas asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA.
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan mampu
ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden pneumonia melalui upaya preventif,
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini mahasiswa mendapat gambaran tentang pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada
anak dengan ISPA.
C. Ruang Lingkup Penulisan

Di dalam makalah ini dibahas ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) secara
teoritis.
D. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu


dengan mempelajari berbagai referensi yang terkait dengan ISPA pada anak, kemudian
mendiskusikan dengan pembimbing dan dituangkan dalam narasi.
E. Sistematika Penulisan

Makalah Asuhan Keperawatan ISPA pada Anak ini disusun secara sistematis yang
terdiri dari 3 BAB yaitu :
BAB I :Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan masalah, ruang lingkup
penulisan, metoda penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka, yang meliputi definisi ISPA pada anak, anatomi fisiologi pernafasan,
etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, serta
asuhan keperawatan.
BAB III : Penutup yang meliputi simpulan.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
Saluran pernafasan menurut anatominya dapat dibagi menjadi saluran pernafasan
atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring, dan saluran pernafasan bawah, mulai dari
laring sampai alveoli (Nelson, 1983; Said dkk, 1989). Dengan demikian, infeksi saluran
pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA
atas ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan di
atas laring, sedangkan ISPA bawah ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi
saluran pernafasan bawah laring (Nelson, 1983).
2. Anatomi Fisiologi
a. Fungsi umum sistem pernafasan :
1) Sirkulasi (pertukaran) gas O2 & CO2 seluler
2) Menekan abdomen selama eliminasi urin dan feces dan melahirkan
3) Proses batuk dan bersin, merupakan reflek protektif.
4) Menghasilkan suara dan resonansi
b. Anatomi pernafasan :
1) Hidung: terjadi proses respires, filtrasi, penghangatan, dan pelembaban.
2) Faring dan Larynx : terjadi vokalisasi, produksi suara cegah terjadi aspirasi ke dalam
trakheobronchial; saat menelan katup menutup, pita suara tertutup, katup saat batuk.
3) Trachea : berfungsi sekresi mucus. Di dalamnya terdapat Pseudostratified ciliated
columnar epithelium memiliki sel goblet yang fungsinya memicu refleks batuk.
4) Bronchus : terdiri dari dua bagian, yaitu bronkus kanan (lebih pendek, besar & memiliki
lumen yg besar, terdiri dari lobus atas, tengah & bawah) dan bronchus kiri (terdiri dari
lobus atas & bawah). Fungsi bronkus adalah menyediakan tempat laluan jalannya udara
yang dibawa masuk ke dalam paru-paru dan untuk mengeluarkan udara.
3. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian
yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping
itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/
neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap
penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama
yakni golongan A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae,
clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
4. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri
ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu
laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang
sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada
umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang
tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa
IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas
bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan
batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.
5. Tanda dan Gejala
a. Demam, gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3
tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh
bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik anak mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan
nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua anak yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bahkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama anak tersebut
mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 2001; 825).
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan
jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997;
224).
7. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA)
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting
bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
a. Upaya pencegahan
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Pengobatan antara lain :
1) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan:
1) Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2) Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
3) Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien)
5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
b. Pemeriksaan fisik: difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan
1) Inspeksi
a) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
2) Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
a) Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
a) Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, nyeri.
b. Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan
nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
d. Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.
e. Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak

3. Perencanaan dan Implementasi


a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, nyeri.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi :
1) Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.
2) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
3) Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta
menyerap keringat.
4) Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.
5) Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
6) Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

b. Cemas b.d. penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan : Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria hasil:
keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam
merawat anaknya.
Intervensi :
1) Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang
diberikan).
2) Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.
3) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
4) Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/
tidak jelas.
5) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan
anaknya.
6) Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan
nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang
bersih dan paten, meningkatnya pengeluaran sekret.
Intervensi :
1) Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.
2) Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
3) Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone danside
lying position).
4) Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
5) Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode
tachypnea.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.
7) Berikan kelembaban udara yang cukup.
8) Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.
d. Resiko infeksi b.d. keberadaan organisme infektif.
Tujuan : Apakah tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sekunder dengan kriteria hasil :
anak menunjukkan bukti gejala infeksi berkurang.
Intervensi :
1) Mempertahankan aseptis lingkungan, menggunakan kateter penghisap steril dan cuci
tangan
2) anak diisolasi seperti yang disarankan (untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial)
3) beri antibiotik sesuai resep (untuk mencegah atau mengobati infeksi)
4) Menyediakan diet nutrisinya sesuai dengan preferensi anak dan kemampuan untuk
mengkonsumsi makanan (untuk mendukung pertahanan alami tubuh)
5) Mendorong fisioterapi dada yang baik
6) Ajarkan anak dan manifestasi keluarga / atau penyakit
e. Intoleransi aktifitas b.d. proses peradangan dan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
Tujuan : akan mempertahankan tingkat energi yang memadai dengan kriteria hasil : anak
dapat bermain, terlihat tenang dan terlibat dalam aktivitas yang sesuai dengan usia dan
kemampuan, anak tidak mengalami peningkatan gangguan pernapasan saat beraktifitas,
peningkatan toleransi aktifitas.
Intervensi :
1) menilai tingkat fisik toleransi anak
2) membantu anak dalam kegiatan hidup sehari-hari yang mungkin berada di luar toleransi
3) menyediakan kegiatan diversional sesuai dengan usia anak, kondisi, kemampuan.
4) menyediakan kegiatan bermain diversional yang mempromosikan istirahat dan tenang
namun mencegah kebosanan dan penarikan
5) menyediakan waktu istirahat dan tidur sesuai dengan umur dan kondisi
6) menginstruksikan anak untuk beristirahat ketika merasa lelah
7) keseimbangan istirahat dan aktivitas saat berjalan

f. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan : nyeri
berkurang/terkontrol dengan kriteria hasil : anak tidak memiliki tingkat rasa sakit atau
rasa sakit dapat diterima
Intervensi :
1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk
atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
2) Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap
rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
3) Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
4) Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

g. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau perawatan anak
Tujuan : akan mengalami penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan.
Kriteria Hasil : orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi anak
dan perawatan tenang, dan menjadi positif terlibat dalam perawatan anak
Intervensi :
1) mengakui perhatian orang tua dan perlunya informasi dan dukungan
2) mengeksplorasi perasaan keluarga dan masalah sekitar rumah sakit dan penyakit anak
3) menjelaskan perilaku terapi anak
4) memberikan dukungan yang dibutuhkan
5) mendorong keluarga berpusat perawatan dan mendorong keluarga untuk terlibat dalam
perawatan anak.
4. Evaluasi
a. Pola nafas kembali efektif
b. Tidak ada rasa cemas pada anak dan orang tua.
c. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu.
d. Tidak terjadi infeksi pada anak
e. Anak dapat mentoleransi aktifitasnya
f. Anak dapat mentoleransi nyeri akut, nyeri berkurang.
g. Tidak terjadi perubahan proses keluarga

BAB III
PEMBAHASAN
Nama Anak : Nabila Susanti Nama Ibu : Maryam
Umur : 11 bulan Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : A. Mujeng
Tanggal : Selasa, 22 Juni 2010
Jam : 10.20 WIB

S : Ibu datang ke Poli Anak II Rumah Sakit Ibu Dan Anak bersama anaknya. Ibu
mengatakan anaknya batuk berdahak, pilek dan demam sudah 2 hari yang lalu. sudah
diberikan obat penurun panas semalam tapi demamnya belum juga turun. Ibu kahawatir
dengan keadaan anaknya dan anaknya masih diberikan ASI dengan tambahan makanan
lain seperti pisang dan nasi.

O : BB : 8 Kg
T : 37,30C
RR : 40x/m
Denyut jantung : 100x/m
Auskultasi : Tidak ada retraksi dada saat bernafas
A : Bayi 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
k/u bayi baik
P : • Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu → bayi dengan ISPA
Menjelaskan pengertian penyakit ISPA yaitu merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru → Ibu sudah mengerti pengertian dari penyakit ISPA.
Menjelaskan penyebab penyakit ISPA yakni dari sebagian besar penyakit jalan napas
bagian atas ini ialah virus → Ibu sudah mengerti penyebab dari penyakit ISPA.
Menganjurkan ibu untuk menghindari kontak langsung bayinya dengan teman seumurnya
atau anggota keluarga yang lain karena penyakit ini dapat menular melalui udara → Ibu
sudah mengerti.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya kepada bayi → Ibu bersedia memberikan
ASInya kepada bayi.
Menganjurkan ibu untuk tidak memberikan makanan yang banyak penyedap dan
pengawet kepada bayinya → Ibu sudah mengerti dan bersedia melakukannya.
Memberikan terapi oral untuk bayi :
Cefadroxil sirup 2 x 1
Paracetamol sirup 3 x 1
GG ½ tab
Efedrin ¼ tab di pulvis X bungkus 3x1 bks
Metil prednisone ¼ tab
Xanvit sirup 3 x 1
Menjelaskan kepada ibu apabila dalam 2 hari demam tidak juga turun, ibu harus segera
datang ke tenaga kesehatan terdekat → Ibu sudah mengerti.

BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta
masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang
keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV.
Mosby-Year book. Inc
Wong, Donna L. 2001. Essential’s of Pediatric Nursing Sixth Edition. St. Louis: Mosby.

Diposkan oleh diii di 12.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Reaksi:
Tidak ada komentar:Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Poskan Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Total Tayangan Laman


16767
Mengenai Saya

diii
Lahir di Jakarta, 15 Mei 1991, lalu kedua orang tua saya memberi nama Diah
Nurlitasari, entah apa makna dibalik nama itu -> apalah arti sebuah nama.
hahahaiii... Alhamdulillah waktu itu SD, SMP, dan SMA lulus. HOREEEE!!!!! :P
Saat ini sedang mengeyam (tiker kali... *itu mah mengayam) pendidikan di
Poltekkes Kemkes Jakarta III (apa tuh???) itu tuh intinya tempat kuliah (??),
ngambil jurusan keperawatan... itu aja yah... :D
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ► 2014 (1)

 ► 2013 (1)

 ▼ 2012 (10)
o ▼ November (3)
 ▼ Nov 14 (2)
 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PROLAPS UTERI
 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA
 ► Nov 05 (1)
o ► Oktober (2)
o ► Agustus (2)
o ► Mei (3)

 ► 2011 (15)

 ► 2010 (3)

o Pengikut
Daily Calendar

Anda mungkin juga menyukai