Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Obat tradisional Indonesia telah berabad-abad lamanya dipergunakan secara
luas oleh masyarakat Indonesia, meskipun masih banayak bahan baku standar yang
belum memiliki persyaratan resmi. Obat tradisional pada umumnya menggunakan
bahan-bahan alam yang lebih dikenal sebagai simplisia. Simplisia ialah bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
b. Tujuan
Mengetahui macam-macam jamu
Mengetahui manfaat dan dampak konsumsi jamu
c. Rumusan Masalah
Ø Apa yang dimaksud dengan jamu?
Ø Apa manfaat jamu bagi kesehatan?
Ø Apa dampak penggunaan jamu bagi kesehatan?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer
dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa
bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang,
buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing
atau tangkur buaya.Jamu (herbal medicine) sebagai salah satu bentuk pengobatan
tradisional, memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk di negara
berkembang. Diperkirakan sekitar 70-80% populasi di negara berkembang
memiliki ketergantungan pada obat tradisional (Wijesekera, 1991; Mahady,
2001).Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek
samping. Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta bukti
empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun (Winarmo, 1997).Jamu
gendong pada umumnya digunakan untuk maksud menjaga kesehatan. Orang
membeli jamu gendong seringkali karena kebiasaan mengonsumsi sebagai
minuman kesehatan yang dikonsumsi sehari-hari.
B. Macam-macam Jamu
1. Jamu beras kencur
Jamu beras kencur berkhasiat dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh dan
sebagai tonikom atau penyegar saat habis bekerja. Dengan membiasakan minum
jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul
bila bekerja terlalu payah. Selain itu, beras kencur bisa meringankan batuk dan
merupakan seduhan yang tepat untuk jamu batuk.
Bahan baku
Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang
digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai,
yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini
selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-
bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah
biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kayu keningar, kunir.
Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih.
Cara pengolahan
Bahan baku
Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jamu dan rimpang lempuyang.
Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis
maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain adas,
pulosari, rimpang kunir, biji kedawung, keningar dan asam kawak. Sebagai
pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan kadangkala mereka juga
mencampurkan gula buatan serta dibubuhkan sedikit garam.
Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih
dan dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan
sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi
atau batu. Seluruh bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang
yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk rata kemudian
dimasukkan ke dalam botol-botol.
Bahan baku
Bahan utama kudu laos, adalah Buah mengkudu, rimpang laos, Merica, asam
kawak, cabe jamu, bawang putih, kedawung, garam secukupnya, gula jawa bisa
juga ditambah gula pasir.
Cara pengolahan
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu yaitu
pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah sesuai kebutuhan. Bahan-
bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan
lumpang dan alu besi atau batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke
dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai
diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya dimasukkan ke
dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
Bahan baku
Penggunaan bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak jauh berbeda di
antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu
dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa
pembuatnya ada yang mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak,
biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula
merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan,
serta dibubuhkan sedikit garam.
Cara pengolahan
Pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu direbus sampai
mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi
racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau
diiris tipis-tipis (kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai
mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula sampai diperoleh rasa
manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang diperoleh dibiarkan sampai agak
dingin, kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang sudah disaring dibiarkan
dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk
dijajakan.
5. Jamu Sinom
Manfaat, bahan penyusun, serta cara pembuatan jamu sinom tidak banyak berbeda
dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada tambahan bahan sinom.
Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi dengan cara
mengencerkan jamu kunir asam dengan mengurangi jumlah bahan baku yang
selanjutnya ditambahkan gula secukupnya.
6. Jamu Pahitan
Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu
memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya
adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan
manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan,
menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat,pegal,dan pusing.
Bahan baku
Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat
bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang
menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro
laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti
adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu
masakan). Ramuan jamu pahitan sebaiknya dicampur dengan berbagai rempah-
rempah dan empon-empon, jika ramuan tidak dicampur dengan berbagai rempah-
rempah dan empon-empon ada indikasi kurang baik untuk kesehatan.
Cara pengolahan
Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air sampai
air rebusan menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua
zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan.
Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu
pahitan, tidak diberikan gula atau bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit,
konsumen minum jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar seperti
sinom atau kunir asam.
Bahan baku
Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih.
Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu
menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu
keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan
majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu
jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan
gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam.
Cara pengolahan
Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu air
direbus sampai mendidih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan
komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau
batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam air
matang yang sudah didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai kebutuhan,
sampai diperoleh rasa manis sesuai selera dengan cara dicicipi. Ramuan selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan.
8. Jamu Uyup-uyup/Gepyokan[
Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan
produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu
yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan
yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut.
Bahan baku
Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu, namun pada
umumnya selalu menggunakan bahan empon-empon yang terdiri dari kencur, jahe,
bangle, laos, kunir, daun katu, temulawak, puyang, dan temugiring.
Cara pengolahan
pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu semua bahan dicuci
bersih tanpa dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang (diiris tipis) ditambah
bahan-bahan lain dan ditumbuk kasar, lalu diperas serta disaring. Perasan
dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula
sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk diperjual belikan.
Harga obat yang terbuat dari herbal biasanya lebih murah, karena bahan-bahan yang
digunakan tidak perlu diimpor dari luar negeri, cukup didapatkan dari dalam negeri
kita. Selain itu proses produksi bahan herbal tidak serumit saat memproduksi obat
kimia. Meskipun ada juga bahan-bahan herbal yang proses produksinya
menggunakan teknologi canggih untuk mendapatkan kemurnian suatu senyawa
yang terdapat dalam bahan herbal tersebut sehingga menjadikan harga obat
herbal seperti ini juga mahal.
KEKURANGAN JAMU
Selain memiliki kelebihan ternyata pengobatan secara herbal juga memiliki
kekurangan, seperti beberapa hal di bawah ini :
b. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan dapat saya tarik kesimpulan :
a. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai
obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
b. Bagian dari tumbuh tumbuhan yang paling sering dijadikan obat adalah daun.
Namun akar juga terkadang digunakan dalam pembuatan obat tradisional.
c. Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk
dan direbus
d. Dalam penggunaan tanaman obat tradisional tetap membutuhkan dosis yang
tepat.
e. Penggunaan tanaman obat tradisional harus mempunyai ketepatan waktu
penggunaan. Artinya ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan
tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.
f. Dalam segi penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat
dalam pengobatan penyakit dibanding penyembuhan menggunakan Obat – obatan
kimia, namun pengobatan secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh
lebih aman bagi tubuh dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya,
bebas racun, mudah di produksi, menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh,
murah dan mempunyai banyak khasiat.
Daftar Pustaka
Ø http://sukoharjokab.bps.go.id/index.php/18-menu-slide/15-patung-jamu-gendong-
sebagai-identitas-kabupaten-sukoharjo
Pengobatan Tradisional Studi Pada Masyarakat di kutau. Dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengobatan tradisional di lakukan di kutau dan yang menjadi
tujuan utama peneliti adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam apa sebab-
sebab masyarakat lebih memilih pengobatan tradisional dari pada pengobatan
medis dengan adanya perkembangan teknologi dalam bidang ilmu medis pada saat
ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian
kualitatif, dengan sampel sebagian masyarakat dan dukun yang tinggal di Manna
tepatnya di kutau. Data-data yang di perlukan dalam penelitian ini di ambil melalui
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keseluruhan data di analisis secara
deskriptif yang di lanjutkan dengan penjelasan yang relevan dengan data yang
diambil selama penelitian yang diperoleh dari masyarakat yang berhubungan
dengan pengobatan tradisional Adapun hasil dari penelitian ini yaitu, pengobatan
tradisional tetap bertahan sampai dengan sekarang di karenakan kebutuhan dari
masyarakat. Hal ini tetap bertahan karena. Yang menggunakan pengobatan
tradisional ini pun tidak hanya masyarakat kalangan ekonomi bawah saja, akan
tetapi ada juga masyarakat ekonomi kalangan menengah sampai dengan kalangan
atas datang berobat ke dukun yang ada di Kutau. Selain itu juga mengapa
masyarakat lebih memilih pengobatan tradisonal semua itu disebabkan oleh faktor
ekonomi dan kebiasaan masyarakat untuk melakukan pengobatan tradisional.
Selain faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini juga di temukan ada beberapa
kalangan menengah keatas yang menggunakan penggobatan tradisional, dan datang
kedukun dengan keluhan-keluhan yang bermacam-macam, Sebenarnya presepsi
pengobatan tradisional ini karna menurut masyarakat di kutau bahan-bahan yang
digunakan berasal dari alam dan tidak mempunyai efek samping dan obat-obat
tersebut mujarap.