Anda di halaman 1dari 7

1.1.

Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi

perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan

dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi perubahan dalam

tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan

pemberantasan kemiskinan. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka

pembangunan suatu negara dapat diarahkan pada tiga hal pokok yaitu, meningkatkan

ketersediaan dan distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar

hidup masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik

kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004:84).

Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dalam suatu

Negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan itu sendiri dapat diartikan sebagai

gambaran mengenai dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang dilaksanakan

dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari

pendapatan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai

proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran

keberhasilan pembangunan (Boediono, 1992:4). Hal ini senada dengan yang

dikemukakan oleh Boediono (1985) yang menyatakan bahwa PDRB merupakan salah

satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di

suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup

suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita
(Suparmoko, 2002:56). Dan perencanaan pembangunan memiliki peran yang sangat

penting dalam proses pembangunan suatu negara. Salah satu peran perencanaan adalah

sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin

dicapai disamping sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang

dilakukan. Sedangkan pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat

nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah.

Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk meningkatkan pendapatan

nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat

memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam

sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan

tertentu. Pembangunan ekonomi ini mempunyai tiga sifat penting, sifat yang pertama

adalah suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus-menerus.

Kedua, suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per jiwa/income per kapita. Ketiga,

adalah kenaikan income per kapita itu harus terus-menerus dan pembangunan itu

dilakukan sepanjang masa (Hasibuan, 1987:38)

Pemberlakuan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pelimpahan sebagian

wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah

tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional Negara Rebuplik Indonesia dan

pemberlakuan Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, diharapkan bisa memotivasi

peningkatan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan mengembangkan


potensi-potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah dan dilaksanakan secara terpadu,

serasi dan terarah agar pembangunan disetiap daerah dapat benar-benar sesuai dengan

prioritas dan potensi daerah (Jhingan, 1983:47). Pertumbuhan ekonomi adalah

sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya

pertumbuhan domestik regional bruto perkapita (PDRB) perkapita (Zaris, 1987:128)

Bagi Negara berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal merupakan

kesempatan yang bagus guna memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi.

Dimana pembangunan ekonomi yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia

merupakan suatu usaha berkelanjutan yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, sehingga untuk dapat

mencapai tujuan itu maka pembangunan nasional dipusatkan pada pertumbuhan

ekonomi. Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki (tercermin pada

tabungan nasional yang masih sedikit) sedangkan kebutuhan dana untuk pembangunan

ekonomi sangat besar. Maka cara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi itu adalah

dengan meningkatkan investasi (Amelia, 2007:15).

Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat

dijadikan tolok ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi meskipun

telah digunakan sebagai indikator pembangunan, pertumbuhan ekonomi masih bersifat

umum dan belum mencerminkan kemampuan masyarakat secara individual.

Pembangunan daerah diharapkan akan membawa dampak positif pula terhadap

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari

perubahan PDRB dalam suatu wilayah (Suryono, 2010:79).


Adapun jumlah PDRb yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tenggara dalam 5

Tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Jumlah PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara

PDRB Menurut
No Tahun ADHK Pertumbuhan
1 2009 Rp10,768,577 0%
2 2010 Rp11,653,906 8%
3 2011 Rp12,698,121 9%
4 2012 Rp14,039,650 11%
5 2013 Rp15,076,856 7%
6 2014 Rp15,984,647 6%
Sumber: BPS Provinsi Sultra, 2019

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB di Provinsi

Sulawesi Tenggara dari tahun 2009-2014 mengalami peningkatan yang juga berarti

pertumbuhan ekonomi di provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan data Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

perekonomian suatu daerah dalam suatu periode tertentu, dimana PDRB di definisikan

sebagai jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit

produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia nampak selalu memberikan prediksi

optimistik yang yang meningkat dari tahun ke tahun. (Suliswanto, 2010).

PBD merupakan suatu tolak ukur keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan

potensi perekonomian daerahnya. Pengelolaan keuangan daerah yang di formulasikan

dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mencerminkan


kemampuan keuangan daerah serta menjadi parameter kinerja pemerintah. Keuangan

daerah terdiri atas keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik pemerintah daerah,

sedangkan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD).

Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin dan belanja

pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Semakin besar pengeluaran

daerah yang produktif maka semakin memperbesar tingkat perekonomian suatu daerah.

(Rahman, Soelistyo, & Hadi, 2014)

Bank Indonesia Pada akhir tahun 2011 telah mengingatkan kepada pemerintah

Indonesia bahwa belanja modal dapat berpengaruh terhadap kinerja berbagai badan

pemerintah. Karena apabila pemerintah mampu untuk melakukan belanja modal secara

bijaksana, maka diharapkan akan mampu memberikan multiplier effect dalam

perekonomian.

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan

aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja

modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah yaitu peralatan,

bangunan,infrastruktur dan harta tetap lainnya (Halim, 2014)

(Tuasikal, 2008) dalam penelitiannya secara simultan, Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap belanja modal, (Anggraini, 2016)

melakukan penelitian bahwa variabel aset daerah berpengaruh positif terhadap


pertumbuhan ekonomi. Yang artinya aset daerah dianggap penting dalam pertumbuhan

ekonomi, dan (Nurmainah, 2013) dalam penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa

variabel belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, menyatakan bahwa berbeda dengan penelitian

ini. Perbedaan pada penelitian ini yaitu pada metode penelitian, alat analisis, variabel,

objek dan tahun yang digunakan. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan

dengan menggunakan metode analisis regresi data panel, alat analisis yang digunakan

adalah eviews 9, variabel yang digunakan yaitu Aset Daerah, Belanja Modal, dan

Produk Domestik Regional Bruto. Objek yang digunakan adalah objek penelitian pada

12 Kabupaten/Kota yang ada di Koridor Utara Selatan Provinsi Jawa Timur pada

Tahun 2013-2016.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul Analisis Pengaruh Aset Daerah dan Belanja Modal terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis menarik rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah Aset Daerah dan Belanja Modal berpengaruh terhadap PDRB di

Provinsi Sultra?

2. Apakah Aset Daerah berpengaruh terhadap PDRB di Provinsi Sultra?

3. Apakah Belanja Modal berpengaruh terhadap PDRB di Provinsi Sultra?


Daftar Pustaka

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE

Jhingan, M. L, 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : PT.Raja


Grafindo Persada

Jhingan, M. L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali


Press

Suliswanto, Muhammad Sri Wahyudi. 2010. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB)
dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 hal.:
357-366.

Suparmoko, M. dan Suparmoko, Maria R. 2000. Pokok-Pokok Ekonomika Edisi


Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Suparmoko.2002.Ekonomi publik untuk keuangan dan pembangunan


daerah.Andi.Yogyakarta.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia


Ketiga, Edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai