Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahan baku yang banyak digunakan dalam pembangunan baik sebagai


komponen utama maupun komponen tambahan adalah logam. Logam terbagi
dalam beberapa jenis, salah satunya adalah logam baja. Baja banyak digunakan
sebagai bahan pembuatan alat-alat industri maupun sebagai rangka bangunan,
contohnya low carbon steel atau mild steel yang sering digunakan sebagai bahan
baku pembuatan baut, badan kendaraan, serta konstruksi jembatan dan bangunan
(Fathiayasa, Fia., dan Arie Buchari. 2015).
Pada penggunaannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan daya guna
bahan logam menurun, salah satunya adalah faktor korosi. Dari peristiwa korosi
yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan yang mengakibatkan kerugian baik
secara ekonomi maupun keamanan (Jones. Denny, 1997). Di Indonesia
permasalahan korosi perlu mendapat perhatian serius, mengingat dua pertiga
wilayah nusantara terdiri dari lautan dan terletak pada daerah tropis dengan curah
hujan yang tinggi yang memiliki kandungan senyawa asam yang tinggi dimana
lingkungan seperti ini dikenal sangat korosif (Asdim, 2001). Proses terjadinya
korosi pada logam merupakan hal yang tidak dapat dihentikan dan hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya. Beberapa cara yang dapat memperlambat laju korosi antara lain
dengan cara pelapisan permukaan logam agar terpisah dari medium korosi,
perlindungan katodik serta penggunaan zat pelambat karat (inhibitor) (Crow,
1988). Dalam banyak hal, korosi tidak dapat dihindarkan. Hampir semua material
apabila berinteraksi dengan lingkungannya secara perlahan tapi pasti, akan
mengalami degradasi mutu bahan, pengertian ini didefinisikan sebagai korosi. (R.
Tems, 2006).
Metode yang saat ini terus dikaji adalah metode pencegahan korosi dengan
menggunakan inhibitor korosi. Selain biayanya yang relatif murah, prosesnya pun
2

cukup sederhana (Suroso, Asih dkk, 2011). Inhibitor korosi umumnya berasal dari
senyawa-senyawa anorganik dan organik yang memiliki pasangan elektron bebas
sehingga mampu membentuk senyawa kompleks dengan logam. Senyawa
anorganik yang biasa digunakan adalah senyawa nitrit, kromat, fosfat, dan urea,
senyawa-senyawa ini cukup berbahaya, mahal, tidak ramah lingkungan dan dapat
menyebabkan kerusakan sementara atau permanen pada sistem organ tubuh
mahluk hidup seperti gangguan pada ginjal, hati dan juga sistem enzim,
Sedangkan senyawa organik yang bisa digunakan sebagai inhibitor korosi adalah
senyawa yang mengadung atom N, O, P, dan S (S.A.Umoren, 2014). Senyawa
organik ini banyak ditemukan di bahan alam.
Penelitian tentang penggunaan inhibitor yang berasal dari bahan alam
sudah banyak dilakukan karena keunggulannya sebagai inhibitor yang aman,
mudah diperoleh, bersifat biodegradable, relatif murah, dan ramah lingkungan.
Contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai inhibitor organik yaitu
cangkang kelapa sawit dan sekam padi. Sekam padi adalah limbah dari hasil
penggilingan padi. Di industry penggilingan, dapat menghasilkan 65% beras, 20%
sekam padi, dan sisahnya hilang. (Haryono, G, 2010). Pemanfaatan limbah sekam
padi ini masih relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh karakteristik sekam padi
yaitu bersifat kasar, bernilai gizi rendah, memiliki kerapatan yang rendah dan
kandungan abu yang cukup tinggi. Dari hasil pembakaran sekam padi diperoleh
senyawa SIO2 (silika) yang berfungsi sebagi inhibitor organik. Dalam penelitian
lain, silika bersamaan dengan getah flamboyan dengan berbagai variasi komposisi
digunakan sebagai material coating pada sampel baja yang dibiarkan dalam
kondisi lingkungan terbuka (Fia Fathiyasa, 2016). Penelitian tentang silika dari
ekstrak sekam padi sebagai bio inhibitor korosi sudah dilakukan. Sekam padi yang
digunakan diperoleh dari Kedah, Malaysia bagian utara. Pengujian dilakukan
dengan sampel carbon steel dalam media air suling dan didapat hasil yang sangat
baik yaitu efisiensi inhibitor mencapai 99% dalam konsenterasi inhibitor 20 ppm
(Awizar, 2013).
Pada penelitian ini menggunakan inhibitor ekstrak sekam padi untuk
mendapatkan senyawa silika (SiO2). Inhibitor dari ekstrak sekam padi ini
merupakan salah satu bio inhibitor karena diperoleh dari bahan alam, selain
3

inhibitor ekstrak sekam padi dalam penelitian ini juga menggunakan Kalium
iodida sebagai senyawa Barier atau dinding yang melindungi lapisan logam agar
memperlambat laju korosi pada mild steel (S.A.Umoren, 2014).
Selain menggunakan inhibitor organik seperti ekstrak dari sekam padi
yang menghasilkan silika ada pula inhibitor anorganik yang digunakan pada
penelitian ini yaitu Kalium iodida (KI). Kalium iodida merupakan inhibitor yang
sangat efektif untuk besi murni didalam larutan H2SO4 (asam sulfat). (Attar,
Tarik, 2014)
Berdasarkan uraian latar belakang ini maka penelitian dilakukan agar
dapat mengetahui bahwa sekam padi dapat digunakan sebagai bahan alam dalam
pembuatan bio inhibitor korosi dan kalium iodida dapat digunakan sebagai barier
dalam menghambat laju korosi, sehingga dapat dihitung laju korosi serta efisiensi
nya sebagai inhibitor organik dan anorganik terhadap sampel baja mild steel.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah penggunaan sekam padi dan
kalium iodida sebagai bahan pada pembuatan bioinhibitor dan mengetahui laju
korosi serta efisiensi nya pada pengujian korosi terhadap mild steel.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat inhibitor yang aman dari sekam
padi dan kalium iodida serta mengetahui laju korosi dan efisensinya pada
pengujian menggunakan mild steel.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bahan alam yang digunakan untuk
pembuatan inhibitor yaitu sekam padi limbah pertanian dikota cilegon yang akan
dimanfaatkan kandungan silika nyadan inhibitor anorganik yaitu Kalium iodida
sebagai barier untuk menghambat terjadinya korosi, sampel logam yang
4

digunakan dalam penelitian ini adalah baja mild steel jenis SS 400, media korosif
yang digunakan sebagai wadah terbentuknya korosi adalah asam sulfat 0,1 M,
pengujian terhadap sifat amorf silika menggunakan analisa XRD, serta pengujian
laju korosi serta efisiensi bio inhibitor menggunakan analisis Weight Loss.
5

DAFTAR PUSTAKA

Gusti, Diah Riski. 2008. Laju Korosi dalam Larutan Asam Sulfat dengan
Menggunakan Inhibitor Asam Oksalat. Chem Prog vol.1 Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi.
S.A.Umoren, M.M. Solomon. 2014. Effect of Halide ions on the corrosion
inhibition efficiency of different organic species. Journal of Industrial and
Engineering Chemistry.
Haryono, G., Sugiarto, B.. Farid, H.. Tanoto, Y. 2010. Ekstrak Bahan Alam
sebagai Inhibitor Korosi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” ISSN 1693 – 4393 Pengembangan Teknologi Kimia
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010.
Fathiayasa, Fia., dan Arie Buchari. 2015. Pengaruh Penambahan SiO2 pada
Pembuatan – Getah Flamboyan (Delonix regia) sebagai Material Coating
Pencegah Korosi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Cilegon Banten.
R. Tems, & A.M. Al-Zahrani., Cost of Corrosionin Oil Production & Refining,
Saudi Aramco Journal of Technology., 2006
Attar, Tarik, Lahcène Larabi, and Yahia Harek. 2014. The Inhibition Effect of
Potassium Iodide on the Corrosion of Pure Iron in Sulphuric Acid.
University Center of Naˆama, BP 66, 45000 Naˆama, Algeria.
M.F. Montemor. 2016. Chapter 6 Fostering Green Inhibitors for Corrosion
Prevention. Universidade de Lisboa. Lisboa, Portugal.

Anda mungkin juga menyukai