Anda di halaman 1dari 15

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Bio inhibitor dari Sekam Padi

Pembuatan bio inhibitor pada penelitian ini, memanfaatkan kandungan silika


pada sekam padi dengan metode ekstraksi refluks. Pada tahap awal ekstraksi
dilakukan tahap preparasi dengan mengeringkan sekam padi bawah sinar
matahari, dan membersihkan dari pengotornya. Pengeringan dilakukan untuk
mengeliminasi kandungan air dalam sekam dengan menguapkan air dari sekam [8].
Selanjutnya sekam padi dibakar secara sempurna dengan temperatur tinggi
menggunakan pemanas (furnace) pada temperatur 700oC selama 2 jam.
Pemanasan dengan temperatur tinggi dilakukan untuk mengisolasi kandungan
silika pada sekam padi. Pembakaran ditunjukkan untuk menghilangkan
kandungan zat selain silika pada sekam padi seperti karbon, dan menghilangkan
kandungan air pada sekam padi. Abu hasil pembakaran yang diperoleh masih
berwarna putih keabuan, yang menunjukkan bahwa masih terdapat zat pengotor
Ion-ion pengotor yang masih terdapat pada abu sekam padi dapat mengikat sisa
karbon dalam abu, sehingga karbon tidak dapat bersentuhan langsung dengan
udara dan menyebabkan karbon tidak dapat teroksidasi[10].

Selanjutnya yaitu proses ekstraksi silika dalam sekam padi menggunakan


pelarut alkali hidroksida. Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan abu sekam padi
sebanyak 10 gr dan di ekstraksi dengan metode refluks pada suhu 85oC
menggunakan pelarut NaOH 1,0 M sebanyak 60 ml selama 1 jam. Fungsi NaOH
adalah untuk melarutkan atau mereaksikan SiO2 yang terdapat dalam abu sekam
padi karena SiO2 hanya larut dalam alkali hidroksida dan leburan-leburan
karbonat. Ekstraksi silika dari abu sekam padi dengan larutan NaOH akan
menghasilkan natrium silikat. Industri komersial, membuat silika dengan
mencampur larutan natrium silikat dengan suatu asam mineral. Reaksi yang
terjadi yaitu sebagai berikut :[10]
32

SiO2 + 2NaOH → Na2SiO3 + H2O…………………..(1)

Na2SiO3 + 2 HCl → H2SiO3 + 2 NaCl…………...........(2)

H2SiO3 → SiO2.H2O……………………..….(3)

(a.) (b.)

(c.)

Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Sekam Padi (a.) Proses filtrasi, (b.) cake abu sekam
padi (c.) filtrat natrium silikat

Filtrat Natrium silika yang diperoleh pada gambar 4.1(c) memiliki warna
kecoklatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa adanya zat pengotor yang
terkandung didalam sekam padi, beberapa zat pengotor yang terdapat dalam
ekstrak abu sekam padi diantaranya tannin, karbon, natrium, kalium, dan besi.[10]
33

(a.) (b.)

Gambar 4.2 (a.) Natrium silikat hasil ekstraksi (b.) Natrium silikat yang
sudah dinetralkan dengan HCl
Selanjutnya filtrat natrium silikat yang didapat dinetralkan dengan asam kuat
HCl 1 M hingga mencapai PH netral (PH = 7.0), silika akan membentuk gel pada
PH dibawah 10. Pemilihan nilai PH tersebut berdasarkan pada sifat silika yang
tidak larut dalam media dengan PH netral, sehingga diharapkan pada kondisi
tersebut silika yang terendapkan mencapai hasil optimal. Larutan HCl berfungsi
sebagai asam kuat yang menetralkan larutan filtrat silika agar berbentuk gel[8].
Dapat dilihat pada gambar 4.2 (a) yaitu natrium silikat hasil ekstraksi ph nya
sebesar 11,2. Pada gambar 4.2 (b) natrium silikat yang telah dinetralkan dengan
HCl hingga PH nya =7, dan akan berubah bentuk menjadi silika gel.

(a.) (b.)

Gambar 4.3 Pengeringan silika (a.) Penyaringan gel silika (b.) Silika yang
telah dikeringkan dengan oven
Silika gel yang terbentuk selanjutnya dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 105oC sampai beratnya konstan, agar silika yang didapatkan kering,
sehingga kandungan air dalam silika hilang dan diperoleh yield silika padatan
34

yang kemudian digerus menggunakan mortar hingga menjadi bubuk. Hasil silika
yang diperoleh adalah ±4,5 gram[8].

4.2 Analisa XRD

Gambar 4.4 Hasil Analisa menggunakan XRD pada silika

Struktur dan komposisi dari hasil ekstraksi sekam padi ditentukan dengan
difraksi sinar X (XRD). Difraksi sinar X (XRD) digunakan untuk memperoleh
informasi tentang struktur. Hasil XRD dapat mengidentifikasi sampel didasarkan
pada puncak kristalisasi dengan menggunakan radiasi Cu Kα atau Fe Kα sebagai
difraksi cahaya monokromatik[8]. Pembakaran sekam padi dilakukan pada
temperatur rendah (< 800o C) untuk mencegah terjadinya transformasi silika yang
[7]
berstruktur amorf menjadi kristalin . Tanpa perlakuan pembakaran yang tepat
maka abu hasil pembakaran sekam padi hanya akan mengandung silika kristalin
yang bersifat membahayakan dan dapat mengganggu kesehatan. Hal ini
disebabkan oleh keberadaan senyawa-senyawa pengotor inorganik lainnya, yang
mengandung K dan Na yang dapat menurunkan titik leleh silika yang dihasilkan
sehingga dapat mempercepat perubahan fasa menjadi kristalin [18].
Peak yang landai menunjukkan bahwa pada sekam padi memiliki struktur
amorf, sedangkan peak yang curam menunjukkan sedang terjadi perubahan
35

[7]
struktur amorf , Dari hasil analisa XRD (gambar 4.4) terlihat peak landai yang
menunjukkan bahwa silika yang dihasilkan bersifat amorf, Hal ini dibuktikan
dengan karakteristik silika yang berwarna putih yang diperkuat dengan sedikitnya
jumlah peak pengotor berdasarkan analisa XRD. Adanya beberapa peak yang
terlihat tinggi dikarenakan terdapat sedikit kandungan NaCl dalam silika dari sisa
reaksi netralisasi dengan HCl. Hal ini bersesuaian dengan penelitian sebelumnya
bahwa silika yang diekstrak dari sekam padi memiliki struktur amorf [10].

4.3 Pengaruh Konsentrasi dan Temperatur Terhadap Laju Korosi

Laju korosi adalah banyaknya logam yang lepas tiap satuan waktu pada
permukaan logam tersebut. Laju korosi ini biasanya dinyatakan dalam satuan mils
per year (mpy). Penghitungan laju korosi merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengetahui kecepatan suatu material untuk terkorosi, sehingga
dapat diprediksi kapan material tersebut mulai terkorosi, berapa lama umur pakai
material, serta dapat diketahui evaluasi dan variasi kontrol lingkungan untuk dapat
melindungi material tersebut dari korosi [23].

Metode penghitungan laju korosi yang paling banyak digunakan adalah


metode weight loss. Metode weight loss adalah metode perhitungan laju korosi
yang menggunakan massa sampel sebagai data. Data yang dibutuhkan adalah
massa mild steel saat sebelum pengujian dan massa mild steel setelah pengujian,
sehingga dapat diperoleh selisih massa yang kemudian dikonversikan menjadi
suatu laju korosi. Semakin tinggi nilai laju korosi, semakin cepat suatu logam
terkorosi[23].

Berikut adalah data hasil perhitungan laju korosi dengan metode weight loss
pada variasi waktu, variasi konsenterasi, dan variasi temperatur yang didapatkan
pada penelitian:
36

Tabel 4.1 Pengaruh temperatur, lama perendaman, dan konsentrasi inhibitor


terhadap laju korosi

T t Laju Korosi (mmpy)


(°C) (Jam) konsentrasi inhibitor (ppm)
0 250 500 750 1000 1250
2 456,61 169,877 130,3883 100,3689 41,38426 28,19109
40 4 500,92 195,6502 171,6184 129,5996 112,3715 81,13405
6 575,7 222,0088 202,1173 186,246 175,5158 171,6016
2 623,05 326,0396 261,8323 220,8404 218,3017 125,029
60 4 668,08 270,4823 230,3866 220,0142 198,3265 166,3476
6 706,69 326,6386 296,1338 283,2708 282,2216 259,848
2 720,35 527,456 412,2852 403,5102 354,1859 242,2532
80 4 764,63 598,5505 584,1264 550,9347 514,9221 504,2809
6 813,89 546,3819 492,6322 482,8347 459,2707 416,691

4.3.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Korosi

Berikut adalah grafik hasil pengujian laju korosi dengan metode weight loss
terhadap variasi waktu, variasi konsentrasi, dan variasi temperatur yang
didapatkan pada penelitian

800
700
laju korosi (mmpy)

600
500
400 40°C
300 60°C
200 80°C
100
(a)
0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(a.)
37

900
800

laju korosi (mmpy)


700
600
500
400 40°C
300 60°C
200
100 80°C
0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(b.)

900
800
700
laju korosi (mmpy)

600
500
40°C
400
300 60°C
200 80°C
100
0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(c.)

Gambar 4.5 Pengaruh konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi (a.) pada waktu 2
jam (b.) pada waktu 4 jam (c.) pada waktu 6 jam

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mild steel yang dibentuk
persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 2 cm x 0,1 cm. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian laju korosi dalam larutan korosif asam kuat H2SO4 1 M,
dengan rentan waktu perendaman selama 2 jam, 4 jam, dan 6 jam, dengan
konsentrasi inhibitor sekam padi 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm,
dan 1250 ppm. Dari data yang didapat memperlihatkan adanya perbedaan antara
mild steel yang ditambahkan dan tanpa ditambahkan inhibitor ekstrak sekam padi.
Pada berbagai variasi konsentrasi inhibitor yang diberikan terlihat adanya indikasi
38

pengurangan laju korosi setelah ditambahkan inhibitor seperti yang terlihat pada
Gambar 4.5 (a.), (b.), dan (c.).

Pada gambar 4.5 grafik (a.) yaitu pengujian selama waktu 2 jam pada T= 40
o
C, dapat dilihat pada grafik laju korosi tertinggi yaitu pada konsentrasi inhibitor 0
ppm (tanpa penambahan inhibitor) yaitu laju korosinya sebesar 456,61 mmpy,
Sedangkan laju korosi terendah pada grafik 1 yaitu pada penambahan inhibitor
korosi dengan konsentrasi 1250 ppm, yaitu laju korosinya sebesar 28,191 mmpy.
Pada gambar 4.5 (b.) saat perendaman dengan media korosif selama 4 jam pada
T=40 oC, didapatkan hasil laju korosi tertinggi yaitu saat konsentrasi inhibitor 0
ppm (tanpa penambahan inhibitor) yaitu laju korosinya sebesar 500,92 mmpy,
sedangkan laju korosi terendah pada grafik 2 yaitu saat penambahan inhibitor
dengan konsentrasi 1250 ppm sebesar 81,13 mmpy. Pada gambar 4.5 (c.)
pengujian selama waktu 6 jam pada T= 40 oC, dapat dilihat pada grafik laju korosi
tertinggi yaitu saat konsentrasi inhibitor 0 ppm (tanpa penambahan inhibitor) yaitu
laju korosinya sebesar 575,7 mmpy. Sedangkan laju korosi terendah pada
penambahan konsentrasi inhibitor 1250 ppm yaitu sebesar 171,60 mmpy.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penambahan ekstrak


sekam padi dapat menghambat atau memperkecil laju korosi. Nilai laju korosi
yang rendah menunjukkan bahwa mild steel yang diuji membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat terkorosi. Semakin besar konsentrasi bio inhibitor, maka laju
korosinya akan semakin kecil hal tersebut dikarenakan semakin tinggi konsentrasi
bio inhibitor, maka semakin banyak kandungan silika yang dapat membentuk
senyawa kompleks dengan zat pengkorosi dan menutupi permukaan sampel,
sehingga proses korosi menjadi terhambat. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh
mata biasa, namun dapat menghambat proses korosi pada logam. Semakin lama
waktu kontak antara logam dengan media korosif, dan inhibitor, maka kerja dari
inhibitor akan lebih maksimal karena nilai efisiensi inhibisinya meningkat [24].
39

4.3.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Laju Korosi

Pada penelitian ini dilakukan pengujian pengaruh temperatur terhadap kerja


dari bio inhibitor sekam padi. Temperatur yang digunakan yaitu pada 40 oC, 60
o
C, dan 80oC. pada penambahan konsentrasi inhibitor 0 ppm, 250 ppm, 500 ppm,
750 ppm, 1000 ppm, dan 1250 ppm selama perendaman 2 jam, 4 jam, dan 6 jam
pada media mild steel.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.5 (a.)
pengujian pada waktu 2 jam, laju korosi terendah yaitu saat konsentrasi inhibitor
1250 ppm pada suhu 40oC laju korosinya sebesar 28,19 mmpy, dan laju korosi
tertinggi pada grafik 4.5 (a.) yaitu saat konsentrasi inhibitor 0 ppm / tanpa
penambahan inhibitor, saat suhu 80oC yaitu laju korosinya sebesar 720,35 mmpy.
Pada grafik 4.5 (b.) saat pengujian dengan waktu perendaman 4 jam. Laju korosi
terendah didapat saat suhu reaksi 40oC, dan konsentrasi inhibitor 1250 ppm yaitu
nilai laju korosinya sebesar 81,13 mmpy, sedangkan laju korosi tertinggi pada
grafik 4.5. (b.) yaitu saat suhu reaksi 80oC, tanpa penambahan inhibitor yaitu laju
korosinya sebesar 504,28 mmpy. Pada grafik 4.5 (c.) pengujian pada waktu
perendaman 6 jam, laju korosi terendah saat konsentrasi inhibitor 1250 ppm, pada
suhu 40oC laju korosinya sebesar 171,60 mmpy. Sedangkan laju korosi tertinggi
pada grafik c yaitu saat suhu 80oC, tanpa penambahan inhibitor laju korosinya
sebesar 813.89 mmpy.

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa kenaikan temperatur memberikan pengaruh


terhadap laju korosi pada mild steel. Semakin tinggi temperatur semakin tinggi
laju korosi yang terjadi. hal ini disebabkan dengan semakin tinggi temperatur akan
mempercepat difusi oksigen melalui lapisan katodik dari oksida yang
terbentuk[25]. Temperatur mempengaruhi reaksi pada logam dikarenakan dapat
menyebabkan desorpsi dari inhibitor yang telah teradsorp pada permukaan logam
ketika temperatur ditingkatkan, yang dapat mempengaruhi menurunnya nilai
efisiensi inhibisi (%IE) dan meningkatnya laju korosi (Cr) [5].
40

4.4 Pengaruh Konsentrasi dan Temperatur terhadap Efisiensi inhibisi

Efisiensi inhibisi menunjukan kemampuan inhibitor dalam menghambat laju


korosi. Berikut adalah data hasil perhitungan efisiensi inhibisi dengan metode
weight loss pada variasi waktu, variasi konsentrasi, dan variasi temperatur yang
didapatkan pada penelitian :

Tabel 4.2 Pengaruh temperatur, lama perendaman, dan konsentrasi inhibitor


terhadap efisiensi inhibisi
T t Efisiensi Inhibisi (%)
(°C) (Jam) Konsentrasi inhibitor (ppm)
0 250 500 750 1000 1250
2 0 62,7961 71,4443 78,0187 90,9366 93,826
40 4 0 60,9418 65,7394 74,1277 77,567 83,803
6 0 61,4367 64,48919 67,6488 69,5126 70,1925
2 0 47,6704 57,9757 64,5549 64,9624 79,9327
60 4 0 59,5135 65,5151 67,0677 70,314 75,1007
6 0 53,7791 58,0957 59,9158 60,0643 63,2303
2 0 26,7778 42,766 43,9841 50,8314 66,3701
80 4 0 21,7202 23,6067 27,9475 32,6573 34,049
6 0 32,8678 39,4719 40,6757 43,5709 48,8025

4.4.1 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Efisiensi inhibisi

Berikut adalah grafik hasil pengujian laju korosi dengan metode weight loss
terhadap variasi waktu, variasi konsentrasi, dan variasi temperatur yang
didapatkan

100
Efisiensi inhibisi (%)

80

60
40°C
40 60°C
20 80°C

0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(a.)
41

100

Efisiensi inhibisi (%)


80

60
40°C
40 60°C
20 80°C

0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(b.)

100
Efisiensi inhibisi (%)

80

60
40°C
40 60°C
20 80°C

0
0 250 500 750 1000 1250
konsentrasi inhibitor (ppm)

(c.)
Gambar 4.6 Grafik pengaruh konsentrasi terhadap efisiensi inhibisi (a.) pada
waktu 2 jam (b.) pada waktu 4 jam (c.) pada waktu 6 jam
Pemberian inhibitor dapat mengurangi laju korosi dan dapat menaikkan nilai
inhibisi. Kemampuannya untuk menginhibisi diukur dari efisiensinya. Nilai
efisiensi bergantung kepada konsentrasi inhibitor yang digunakan. Efisiensi yang
dihasilkan dari bio inhibitor sekam padi meningkat seiring dengan penggunaan
konsentrasi. Pada gambar 4.6, dapat dilihat bahwa efisiensi inhibisi tertinggi
adalah pada penggunaan bio inhibitor 1250 ppm dengan waktu perendaman 2 jam
pada temperatur 40 ◦C yaitu mencapai 93%. Sedangkan efisiensi inhibisi terendah
yaitu pada mild steel tanpa menggunakan bio inhibitor, dan pada mild steel dengan
konsentrasi 250 ppm dengan waktu perendaman 4 jam pada temperatur 80 ◦C
yaitu 21%. Tingginya konsentrasi yang ditambahkan mempengaruhi besarnya
efisiensi inhibisi dimana semakin tinggi konsentrasi maka terjadi adsorpsi dan
42

pembentukan lapisan pelindung yang baik oleh bio inhibitor. Pembentukan


lapisan pelindung merupakan hasil interaksi molekul nanosilikat dengan atom-
atom permukaan dasar mild steel[11], yang dapat dilihat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 skematik adsorpsi nanosilikat pada permukaan mild steel[11]

Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lapisan proteksi yang terbentuk untuk
menghambat korosi terserap dengan baik dan maksimal pada permukaan mild
steel. Dengan semakin tinggi konsentrasi inhibitor yang ditambahkan, maka efek
perlindungan dan inhibisinya pun menjadi lebih maksimal[26].

4.4.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Efisiensi Inhibisi

Temperatur perendaman dapat menaikan laju korosi dan mengurangi efesiensi


inhibisi. Dari gambar 4.6 menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi menurun seiring
dengan tingginya temperatur yang digunakan dalam pengujian. Hal ini
dikarenakan temperatur mempengaruhi reaksi pada mild steel karena dapat
menyebabkan desorpsi dari inhibitor yang telah teradsorp pada permukaan logam
ketika temperatur ditingkatkan dari 40◦C ke 60 ◦C dan 80◦C sehingga dapat
mempengaruhi nilai efisiensi inhibisi[5]. Penurunan efisiensi inhibisi dengan
peningkatan temperatur dapat dikaitkan dengan desorpsi yang meningkat dari
molekul inhibitor dari permukaan logam dan peningkatan kelarutan film
pelindung atau produk reaksi yang diendapkan pada permukaan logam yang
menghambat reaksi [27].
Nilai efisiensi terbesar pada penggunaan temperatur 40◦C dengan konsentrasi
1250 ppm dan waktu perendaman 2 jam yaitu mencapai 93 %, sedangkan efisiensi
inhibisi terendah pada penggunaan temperatur 80◦C dengan konsentrasi 250 ppm
dan waktu perendaman 4 jam yaitu 21%. Adapun pengelompokkan inhibitor
43

korosi berdasarkan efisiensi inhibisi yaitu bahwa inhibitor buruk jika nilai
efisiensi inhibisi (<40% EI), cukup baik (40-69% EI) dan sangat baik (>70 %EI)
[28]
. Dapat dilihat, pada penggunaan temperatur 40◦C rata-rata efisiensi inhibisi
lebih dari 70% sehingga inhibitor korosi dapat dikatakan bekerja dengan sangat
baik. Pada temperatur ruang, inhibitor ekstrak sekam padi memiliki efisiensi
inhibisi terbaik mencapai 100% pada penggunaan bioinhibitor 25 ppm dengan
waktu perendaman 2 jam yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya[10].
Nilai efisiensi yang cukup besar ini menunjukkan bahwa penggunaan inhibitor
ekstrak sekam padi memiliki potensi sebagai inhibitor korosi.

4.5 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Efisiensi Inhibisi

100
90
80 2 jam (40°C)
Efisiensi Inhibisi (%)

70 2 jam (60°C)
60 2 jam (80°C}
50
4 jam (40°C)
40
4 jam (60°C)
30
4 jam (80°C)
20
6 jam (40°C)
10
6 jam (60°C)
0
0 250 500 750 1000 1250 6 jam (80°C)
Konsentrasi Inhibitor (ppm)

Gambar 4.8 Grafik Efisiensi Inhibisi terhadap waktu perendaman


Gambar 4.8 adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara efisiensi
inhibisi terhadap waktu perendaman. Pada sistem dengan penambahan inhibitor
ekstrak sekam padi jumlah rata-rata berat yang hilang lebih kecil dibandingkan
dengan sistem tanpa penambahan inhibitor di semua waktu perendaman. Hal
tersebut menunjukkkan bahwa inhibitor ekstrak sekam padi berhasil
memperlambat terjadinya laju korosi. Masih terjadi pengurangan berat sampel
44

atau dalam artian masih terjadi korosi pada sistem dengan penambahan inhibitor
disebabkan belum seluruhnya inhibitor teradsorp secara anodik dan katodik[31].

Efek pengurangan berat sampel dapat dihubungkan dengan laju korosi yang
terjadi pada lingkungan. Semakin banyak berat yang hilang menandakan semakin
besar nilai dari laju korosi sistem tersebut atau efisiensi inhibisinya semakin kecil.
Maka dari itu dapat dibandingkan laju korosi untuk sistem dengan penambahan
inhibitor dan tanpa penambahan inhibitor. Selain itu terlihat pengaruh waktu juga
menjadi faktor dari jumlah berat yang hilang dan laju korosi. Semakin lama waktu
perendaman semakin banyak berat yang hilang di setiap sistem penelitian. Hal ini
sesuai dengan persamaan 4 [31]:

...................................................................(4)

Keterangan :
K = Konstanta (mmpy = 87,6)
W = Kehilangan Berat (gram)
D = Densitas (gram/cm3)
A = Luas Pemukaan yang terendam (inch)
T = Waktu (jam)
Dapat dilihat perbandingan W (berat yang hilang) dengan T (waktu
perendaman) yang berbanding lurus. Seperti yang sudah dibahas laju korosi juga
dipengaruhi berat yang hilang dan waktu perendaman. Laju korosi yang semakin
cepat ditandai dengan nilai laju korosi yang semakin besar, pada penelitian ini laju
korosi yang besar terjadi pada waktu perendaman 6 jam pada T= 80oC yaitu laju
korosinya sebesar 813,89 mmpy. Hal tersebut disebabkan sampel mengalami
waktu perendaman relative lebih lama untuk terjadinya proses korosi, dan
pengurangan berat akibat bereaksi dengan lingkungan yaitu larutan asam kuat
H2SO4.
Hubungan antara waktu perendaman dan efisiensi inhibisi yaitu semakin
lama waktu perendaman, pengurangan berat yang terjadi juga semakin besar atau
efisiensi inibisinya menurun[30]. Senyawa kompleks yang telah dibentuk oleh
inhibitor membentuk lapisan pasivasi yang sangat tipis pada permukaan mild steel
45

untuk melindungi permukaan mild steel, pada grafik dapat dilihat pada
perendaman 4 jam merupakan waktu yang paling efektif dalam melindungi mild
steel, hal ini disebabkan lapisan pasivasi yang terbentuk hanya mampu bertahan
pada waktu tertentu dan mulai hilang sehingga akan terbentuk lapisan aktif yang
menyebabkan proses korosi berlangsung[29]. Semakin lama plat mild steel di
rendam dalam inhibitor silika pada media korosif, maka laju korosinya akan
semakin tinggi dalam konsentrasi inhibitor yang sama.

Anda mungkin juga menyukai