Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Natrium dan Kalium dalam Darah”

Nadya Galuh K 260110160017 Pembahasan


Yolanda Pertiwi 260110160018 Pembahasan
Hafida Aulia Q 260110160019 Datpeng, Perhitungan
Lutfiah Yusuf 260110160020 Tujuan, Prinsip, Editor
Afrida Cahya N 260110160021 Teori Dasar

Kelas A 2016
Senin, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
1.1 Menentukan kadar natrium dan kalium dalam darah dengan menggunakan
Flame Atomic Emission Spectroscopy (FAES).

II. Prinsip
2.1 Spektroskopi Emisi Atom
Apabila suatu unsur diletakkan dalam sumber energi pengeksitasi, maka
elektron yang terdapat pada orbital paling luar akan tereksitasi. Keadaan
ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat energi semula dengan
pemancaran sinar yang memiliki panjang gelombang karakteristik untuk
tiap unsur yang berbeda (Suarsa, 2015).

2.2 Eksitasi Elektron


Elektron mengalami perpindahan tingkat energi. Apabila terjadi
perpindahan dari tingkat energi rendah ke tinggi dengan menyerap energi
dinamakan eksitasi elektron (Basset et al., 1982).

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Homeostasis cairan tubuh adalah hal penting bagi kelangsungan hidup
semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit
mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-
). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai
“profil elektrolit” (Scott dan Klutts, 2006).
Natrium aktif secara osmotik merupakan elektrolit yang memberikan
kontribusi besar dalam menentukan osmolaritas serum. Ion natrium banyak
terdapat didalam cairan ekstraseluler yang berperan untuk memelihara
tekanan osmotik, keseimbangan asam-basa dan membantu transmisi impuls
saraf. Konsentrasi natrium dalam serum diatur oleh ginjal, SSP dan system
endokrin. Nilai rujukan kadar natrium dalam serum darah adalah 135-144
mmol/L (Kemenkes RI, 2011).
Natirum merupakan kation terbanyak didalam cairan ekstrasel,
jumlahnya mencapai 60 mEq/Kg BB dan sebagian kecil dalam cairan intrasel
jumlahnya sekitar 10-14 mEq/L (Matifin, G., dan Porth, C.M., 2009). Lebih
dari 90% tekanan osmotic dalam cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
natrium, terutama dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3) sehingga penggambaran perubahan konsentrasi natrium
dilihat dari peubahan tekanan osmotic pada cairan ekstrasel (Darwis, et al,
2008).
Kadar natrium dalam tubuh pada kondisi normal adalah 135 – 145
mEq/L. Seseorang dikatakan kekurangan natrium apabila kadar natrium dalam
tubuh kurang dari 135 mEq/L, gejala ini disebut hiponatremia. Sedangkan
dikatakan kelebihan natrium apabila kadar natrium dalam tubuh lebih dari 145
mEq/L, gejala ini disebut hypernatremia (Anggraini, P., et al, 2005).
Kalium merupakan kation utama yang terdapat di dalam cairan
intraseluler, bersama bikarbonat ,kalium memiliki fungsi sebagai buffer
utama. Lebih kurang 80% - 90% kalium dikeluarkan dalam urin melalui
ginjal. Aktivitas mineralokortikoid dari adrenokortikosteroid juga mengatur
konsentrasi kalium dalam tubuh. Hanya sekitar 10% dari total konsentrasi
kalium di dalam tubuh berada di ekstraseluler dan 50 mmoL berada dalam
cairan intraseluler (Kemenkes RI, 2011).
Sebesar 98% dari jumlah kalium berada di dalam cairan intrasel.
Jumlah kalium dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia. Jumlah kalium pada
wanita lebih kecil 25% dibandingkan dengan laki-laki dan jumlah kalium
pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan dengan anak-anak (Priest, et
al., 1996).
Konsentrasi kalium dalam serum darah sangat kecil maka tidak
memadai untuk mengukur kalium serum. Konsentrasi kalium dalam serum
berkolerasi langsung dengan kondisi fisiologi pada konduksi saraf, fungsi
otot, keseimbangan asam-basa dan kontraksi otot jantung. Nilai rujukan kadar
kalium dalam serum darah adalah sebesar 3,6-4,8 mmol/L (Kemenkes RI,
2011).
Hipokalemia dapat menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung,
sedangkan hyperkalemia dapat menyababkan aritmia jantung. Hipokalemia
dapat terjadi karena asupan kalium yang kurang, pengeluaran kalium yang
berlebihan dan kalium masuk ke dalam sel. Sebaliknya jika kalium keluar dari
intrasel menuju ke ekstrasel serta ekskresi kalium ke ginjal berkurang dapat
menyebabkan hiperkalemia (Darwis, et al., 2008).
Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini
yaitu apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor
(sumber pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom tersebut yang
tadinya dalam keadaan dasar atau groud state akan tereksitasi ketingkat-
tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Karena keadaan tereksitasi itu
merupakan keadaan yang sangat tidak stabil maka elektron yang tereksitasi itu
secepatnya akan kembali ke tingkat energi semula yaitu ke keadaan dasarnya
(ground state).(Anshori , 2005).
Dalam FES, larutan sampel diubah menjadi aerosol halus (ternebulasi)
dan dilewatkan ke dalam api, dimana akan terjadi proses desolvasi, vaporisasi
dan atomisasi dalam waktu yang cepat. Selanjutnya atom dan molekul naik ke
keadaan tereksitasi melalui tabrakan termal dengan konstituen yang telah
menjadi gas. Setelah kembali ke keadaan dasar, molekul akan memancarkan
radiasi emisi yang berkarakter dari komponen sampel. Radiasi yang
dipancarkan melalui monokromator yang mengisolasi panjang gelombang
tertentu untuk analisis yang diinginkan. Fotodetektor akan mengukur
kekuatan radiasi yang dipilih, kemudian akan diperkuat dan dikirim ke read
outmeter (Harvey, 2000).
Cara penentuan kadar natrium dan kalium dalam tubuh dapat
dilakukan dengan menggunakan serum darah sebagai sampel analisis (Afridi,
et al., 2012). Alasan penggunaan serum darah karena terdapat elektrolit yang
dbutuhkan untuk analisis. Akan tetapi, serum mengandung banyak protein.
Hal ini dapat mengganggu dalam penentuan elektrolit yang terkandung dalam
serum darah, sehingga diperlukan perlakuan terhadap sampel terlebih dahulu
(Merrell, et al., 2004).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Bulb
b. Flame atomic emission spectroscopy
c. Labu ukur
d. Mikropipet dan tip
e. Pipet volume
f. Sentrifugator
g. Timbangan analitik
h. Vial polietilen
i. Wadah plastik

5.2 Bahan
a. Air suling
b. Air deionisasi
c. Asetoniril
d. Kalium klorida
e. Natrium klorida
f. Sampel darah

VI. Prosedur
a. Pembuatan Larutan Stok Natrium Baku dan Kalium Baku
Pembuatan larutan stok Natrium dengan ditimbang NaCl baku
sebanyak 25,4348 mg dan KCl baku sebanyak 1,91 mg kemudian
dipindahkan NaCl baku ke dalam labu ukur 100 mL yang telah dibilas
dengan air deionisasi. Ditambahkan 100 mL air deionisasi ke dalam labu
berisi NaCl baku dan kocok hingga larut, kemudian ditambahkan hingga
tanda batas. Selanjutnya ditambahkan KCl baku ke dalam labu ukur 50
mL yang telah dibilas dengan air deionisasi. Kemudian ditambahkan 50
mL air deionisasi ke masing-masing labu dan kocok hingga larut,
kemudian menambahkan hingga tanda batas.

b. Pembuatan Larutan Baku Kalibrasi Natrium dan Kalium


Pada pembuatan larutan baku kalibrasi Natrium digunakan air
deionisasi sebagai blanko kemudian sebanyak 0,25; 0,5; 1; 2; 4 mL dari
larutan Na baku 100 ppm dipipet ke masing-masing lima labu ukur 25
mL. Pada pembuatan larutan baku kalibrasi K Dipipet 0,05; 0,1; 0,15;
0,25; 0,3 mL larutan K baku 100 ppm ke masing-masing lima labu ukur
25 mL. Kemudian masing-masing pada setiap labu ditambahkan air
deionisasi hingga tanda batas, lalu kocok hingga homogeny. Sehingga
didapatkan larutan baku variasi konsentrasi yaitu 1, 2, 4, 8, 16 ppm dan
didapatkan konsentrasi larutan K yaitu 0,25; 0,5; 0,75; 1,25; 1,5 ppm.
c. Preparasi Sampel Darah
Dimasukkan 3-5 mL darah ke dalam tabung (tanpa antikoagulan)
kemudian didiamkan darah hingga membeku ± 20 menit. Selanjutnya
dilakukan sentrifugasi pada darah dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit kemudian diambil supernatannya. Ditambahkan 1,5 mL asetonitril
ke dalam setiap 500 µl serum, lalu di sentrifugasi kembali dan diambil
fase bening lalu disimpan dalam freezer. Selanjutnya serum diencerkan
sebanyak 50 kalinya dengan air deionisasi. Dipipet 500 µL serum darah ke
dalam labu ukur 25 mL, air deionisasi ditambahkan dan kocok hingga
larut, kemudian ditambahkan hingga tanda batas.

d. Penentuan Natrium dan Kalium dalam Darah


Alat FAES dinyalakan dan distabilkan, kemudian dilakukan
pengukuran awal selama 15 menit dengan air deionisasi. Peralatan yang
digunakan dibilas dengan air suling, kemudian dengan air deionisasi. Vial
diisi dengan air deionisasi (blanko), larutan baku (1, 2, 4, 8, 16 ppm Na)
serta larutan sampel sebanyak masing-masing 25 mL. Untuk pengukuran
intensitas emisi larutan kalium dengan air deionisasi (sebagai blanko),
larutan baku (2, 4, 6, 8, 10 ppm K) serta larutan sampel masing-masing 25
mL. Sebelumnya setiap vial dibilas dengan larutan masing-masing
Sebelumnya setiap vial dibilas dengan larutan masing-masing. Dialirkan
air deionisasi hingga pembacaan meter (meter reading) stabil, dengan
tombol blanko untuk pembacaan meter (meter reading) 0,00.
Mengalirkan larutan baku Na tertinggi 16 ppm dan kalium dengan
konsentrasi tertinggi yaitu 10 ppm hingga pembacaan meter (meter
reading) stabil, dengan tombol fine sensitivity untuk pembacaan meter
(meter reading) 50. Tahap prosedur kalibrasi diulangi dengan air
deionisasi dan larutan baku Na tertinggi beberapa kali hingga didapatkan
keduanya stabil pada 0,00 dan 50. Dialirkan blanko, lima larutan baku,
dan sampel. Dilakukan tiga pengulangan pembacaan dari setiap larutan
hingga pembacaan meter (meter reading) satu kali stabil. Kalibrasi kedua
dilakukan dengan menempatkan sampel di antara dua larutan baku yang
yang pembacaannya sesuai dengan sampel. Keseluruhan proses kalibrasi
diulangi dengan tiga pengulangan pembacaan sebanyak minimal 1 / 2 kali.

VII. Data Pengamatan


No. Prosedur Hasil Foto
1. Pembuatan Larutan Stok
Natrium Baku dan
Kalium Baku 100 ppm
- Ditimbang 25,4348 Didapatkan NaCl
mg dan KCl baku baku sebanyak
sebanyak 1,91 mg. 25,4348 mg dan
KCl baku
sebanyak 1,91 mg.

- Dipindahkan NaCl Didapatkan larutan


baku ke dalam labu NaCl dalam labu
ukur 100 mL yang ukur 100 mL.
telah dibilas dengan
air deionisasi
- Ditambahkan 100 mL
air deionisasi ke labu
NaCl baku dan kocok
hingga larut,
kemudian
ditambahkan hingga
tanda batas
- Ditambahkan KCl Didapatkan larutan
baku ke dalam labu KCl dalam labu
ukur 50 mL yang ukur 50 mL.
telah dibilas dengan
air deionisasi.
- Ditambahkan 50 mL
air deionisasi ke
masing-masing labu
dan kocok hingga
larut, kemudian
menambahkan hingga
tanda batas
2. Pembuatan Larutan Baku
Kalibrasi Natrium dan
Kalium
- Air deionisasi Didapatkan air
digunakan sebagai deionisasi sebagai
blanko blanko.
- Sebanyak 0,25; 0,5; 1; Didapatkan larutan
2; 4 mL larutan Na baku variasi
baku 100 ppm dipipet konsentrasi yaitu 1,
ke masing-masing 2, 4, 8, 16 ppm
lima labu ukur 25 mL
(1, 2, 4, 8, 16 ppm)
- Dipipet 0,05; 0,1; Didapatkan larutan
0,15; 0,25; 0,3 mL baku variasi
larutan K baku 100 konsentrasi yaitu
ppm ke masing- 0,25; 0,5; 0,75;
masing lima labu ukur 1,25; 1,5 ppm.
25 mL (0,25; 0,5;
0,75; 1,25; 1,5 ppm)
- Ditambahkan air
deionisasi hingga
tanda batas, lalu
kocok hingga
homogen

3. Preparasi Sampel Darah


- Dimasukkan 3-5 mL Didapatkan ±5 mL
darah ke dalam darah dalam
tabung (tanpa tabung berwarna
antikoagulan) merah (tanpa
antikoagulan).

- Didiamkan darah Didapatkan darah


hingga membeku ± yang telah
20 menit membeku.
- Dilakukan Didapatkan darah
sentrifugasi pada yang telah
darah dengan disentrifugasi
kecepatan 3000 rpm dengan 3000 rpm
selama 10 menit selama 10 menit.
- Diambil Didapatkan
supernatannya supernatant yang
disebut sebagai
serum.
- Ditambahkan 1,5 mL Didapatkan 500 µl
asetonitril ke dalam serum yang telah
setiap 500 µl serum, ditambahkan
lalu di sentrifugasi asetonitril dan
kembali telah
disentrifugasi.
- Diambil fase yang Didapatkan fase
bening, lalu disimpan bening yang
di freezer disimpan dalam
freezer.
- Diencerkan serum Didapatkan serum
darah sebanyak 50 darah yang telah
kalinya dengan air diencerkan
deionisasi sebanyak 50
kalinya.
- Dipipet 500 µL serum Didapatkan 500 µL
darah ke dalam labu serum darah ke
ukur 25 mL, dalam labu ukur 25
ditambahkan air mL.
deionisasi dan kocok
hingga larut,
kemudian
ditambahkan hingga
tanda batas
4. Penentuan Natrium dalam
Darah
- Alat FAES Didapatkan alat
dinyalakan dan FAES dalam
distabilkan , keadaan nyala
kemudian dilakukan kemudian
pengukuran awal didapatkan hasil
selama 15 menit pengukuran awal
dengan air deionisasi air deionisasi
sebagai blanko
dengan intensitas
emisi 0.
- Peralatan yang Didapatkan
digunakan dibilas peralatan yang
dengan air suling, telah dibilas
kemudian dengan air dengan air suling
deionisasi dan air deionisasi.
- Vial diisi dengan air Didapatkan larutan
deionisasi (blanko), baku Na sebanyak
larutan baku (1, 2, 4, 25 mL dengan
8, 16 ppm Na) serta konsentrasi 1, 2, 4,
larutan sampel 8, 16 ppm dan
sebanyak masing- sampel serum
masing 25 mL. dalam labu ukur 25
Sebelumnya setiap mL.
vial dibilas dengan
larutan masing-
masing
- Diisi vial dengan air Didapatkan larutan
deionisasi (blanko), baku K sebanyak
larutan baku (2, 4, 6, 20 mL dengan
8, 10 ppm K) serta konsentrasi 0,25,
larutan sampel 0,5, 0,75, 1,25 ,
masing-masing 25 dan 1,5 ppm dan
mL. Sebelumnya sampel serum
setiap vial dibilas dalam labu ukur 20
dengan larutan mL.
masing-masing
- Dialirkan air Didapatkan meter
deionisasi hingga reading stabil
pembacaan meter dengan blanko
(meter reading) stabil, 0,00 dan larutan
dengan tombol blanko baku Na tertinggi
untuk pembacaan pada 50.
meter (meter reading)
0,00. Mengalirkan
larutan baku Na
tertinggi (16 ppm)
hingga pembacaan
meter (meter reading)
stabil, dengan tombol
fine sensitivity untuk
pembacaan meter
(meter reading) 50
- Tahap prosedur Didapatkan hasil
kalibrasi diulangi kalibrasi dengan
dengan air deionisasi blanko 0,00 dan
dan larutan baku Na larutan baku stabil
tertinggi beberapa kali pada 50.
hingga didapatkan
keduanya stabil pada
0,00 dan 50
- Dialirkan blanko, lima Didapatkan
larutan baku, dan pembacaan dari
sampel. Dilakukan setiap larutan
tiga pengulangan dalam meter
pembacaan dari setiap reading yang
larutan hingga stabil.
pembacaan meter Didapatkan hasil
(meter reading) satu intensitas emisi
kali stabil larutan baku Na
yaitu sebagai
berikut :
Baku 1 ppm : 2
Baku 2 ppm : 4
Baku 4 ppm : 7
Baku 8 ppm : 12
Baku 16 ppm : 19
- Kalibrasi kedua Didapatkan hasil
dilakukan dengan kalibrasi dengan
menempatkan sampel blanko 0,00 dan
di antara dua larutan larutan baku stabil
baku yang yang pada 50.
pembacaannya sesuai
dengan sampel
- Keseluruhan proses Didapatkan
kalibrasi diulangi pembacaan hasil
dengan tiga kalibrasi dari
pengulangan setiap larutan
pembacaan sebanyak dalam meter
minimal 1 / 2 kali reading yang
stabil.
Didapatkan hasil
intensitas emisi
sampel yaitu
sebagai berikut :
Sampel 1 : 3,5
Sampel 2 : 4
Sampel 3 : 2,25
Sampel 4 : 2
5. Penentuan Kalium dalam
Darah
- Untuk kalium, air Didapatkan meter
deionisasi dengan reading stabil
tombol blanko untuk dengan blanko
pembacaan meter 0,00 dan larutan
(meter reading) 0,00. baku K tertinggi
Larutan baku K pada 50.
tertinggi (10 ppm)
dengan tombol fine
sensitivity untuk
pembacaan meter
(meter reading) 50
- Tahap prosedur Didapatkan hasil
kalibrasi diulangi kalibrasi dengan
dengan air deionisasi blanko 0,00 dan
dan larutan baku K larutan baku stabil
tertinggi beberapa kali pada 50.
hingga didapatkan
keduanya stabil pada
0,00 dan 50
- Dialirkan blanko, lima Didapatkan
larutan baku K, dan pembacaan dari
sampel. Melakukan setiap larutan
tiga pengulangan dalam meter
pembacaan dari setiap reading yang
larutan hingga stabil.
pembacaan meter Didapatkan hasil
(meter reading) satu intensitas emisi
kali stabil larutan baku K
yaitu sebagai
berikut :
Baku 0,25 ppm : 2
Baku 0,5 ppm : 3
Baku 0,75 ppm : 5
Baku 1,25 ppm : 8
Baku 1,5 ppm : 10
- Kalibrasi kedua Didapatkan hasil
dilakukan dengan kalibrasi dengan
menempatkan sampel blanko 0,00 dan
di antara dua larutan larutan baku stabil
baku yang yang pada 50.
pembacaannya sesuai
dengan sampel
- Keseluruhan proses Didapatkan
kalibrasi diulangi dan pembacaan hasil
tiga pengulangan kalibrasi dari
pembacaan sebanyak setiap larutan
minimal 1 / 2 kali dalam meter
reading yang
stabil.
Didapatkan hasil
intensitas emisi
sampel yaitu
sebagai berikut :
Sampel 1 : 0,2
Sampel 2 : 0,75
Sampel 3 : 0,7
Sampel 4 : 0,25
VIII. Perhitungan

Pembuatan Larutan Stok Natrium Baku 100 ppm


C .V. Mr NaCl
g =
𝐴𝑟 𝑁𝑎
100. 0,1. 58,5
=
23
= 25,4348 mg

Pembuatan Larutan Stok Kalium Baku 100 ppm


C .V. Mr KCl
g =
𝐴𝑟 𝐾
10. 0,1. 74,5
=
39
= 1,91 mg
Untuk 50 mL = 1,91 x 5 = 9,55 mg

Pengenceran dari Larutan Stok Natrium Baku 100 ppm


 1 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 1 = V2 . 100
V2 = 0,25 mL

 2 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 2 = V2 . 100
V2 = 0,5 mL

 4 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 4 = V2 . 100
V2 = 1 mL

 8 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 8 = V2 . 100
V2 = 2 mL

 16 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 16 = V2 . 100
V2 = 4 mL

Pengenceran dari Larutan Stok Kalium Baku 100 ppm


 0,25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,25 . 20
V1 = 0,05 ml

 0,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,5 . 20
V1 = 0,1 ml

 0,75 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 0,75 . 20
V1 = 0,15 ml
 1,25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 1,25 . 20
V1 = 0,25 ml

 1,5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 1,5 . 20
V1 = 0,3 ml

Pengenceran Sampel Serum Sebanyak 50 kalinya


1
x 1000.000 = 20.000 ppm
50
𝑚𝐿
20.000 ppm = x 1000.000
25 𝑚𝐿
mL = 0,5 mL
= 500 µL

Kurva Baku Natrium


Konsentrasi ppm Intensitas Emisi
1 2
2 4
4 7
8 12
16 19
Kurva Baku Natrium
25

20 y = 1.1102x + 1.9167
R² = 0.9818
15
Emisi

10 Series1
Linear (Series1)
5

0
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Hasil Natrium dalam Sampel


sampel emisi 1 emisi 2 rata-rata emisi (y)
1 4 3 3,5
2 5 3 4
3 2,5 2 2,25
4 3 1 2
*FP = 50

Nilai Rujukan Na dalam Serum


Na = 135-145 mmol/L Na = 135-145 mmol/L
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
Na = 135 x Ar Na = 145 x Ar
𝐿 𝐿
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑔 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑔
= 135 x 23 = 145 x 23
𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐿 𝑚𝑜𝑙

= 3105 mg/L = 3335 mg/L


= 3105 ppm = 3335 ppm
Sampel 1
Y = 1,1102x + 1,9167
3,5 = 1,1102x + 1,9167
3,5−1,9167
X = 1,1102

= 1,4261 ppm
X . FP = 1,4261 x 50
= 71,305 ppm

Sampel 2
Y = 1,1102x + 1,9167
4 = 1,1102x + 1,9167
4−1,9167
X = 1,1102

= 1,8765 ppm
X . FP = 1,8765 x 50
= 93,825 ppm

Sampel 3
Y = 1,1102x + 1,9167
2,25 = 1,1102x + 1,9167
2,25−1,9167
X = 1,1102

= 0,3002 ppm
X . FP = 0,3002 x 50
= 15,01 ppm

Sampel 4
Y = 1,1102x + 1,9167
2 = 1,1102x + 1,9167
2−1,9167
X = 1,1102

= 0,0750 ppm
X . FP = 0,0750 x 50
= 3,75 ppm

Kurva Baku Kalium

Konsentrasi ppm Intensitas Emisi


0,25 2
0,5 3
0,75 5
1,25 8
1,5 10

Kurva Baku Kalium y = 6.4651x + 0.1047


R² = 0.9941
12

10
Intensitas Emisi

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Konsentrasi
Hasil Kalium dalam Sampel
sampel emisi 1 emisi 2 rata-rata emisi (y)
1 0,2 - 0,2
2 0,5 1 0,75
3 0,9 0,5 0,7
4 0,2 0,3 0,25
*FP = 50

Nilai Rujukan K dalam Serum


K = 3,5-5,3 mmol/L K = 3,5-5,3 mmol/L
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑚𝑜𝑙
K = 3,5 x Ar K = 5,3 x Ar
𝐿 𝐿
𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑔 𝑚𝑚𝑜𝑙 𝑔
= 3,5 x 39 𝑚𝑜𝑙 = 5,3 x 39 𝑚𝑜𝑙
𝐿 𝐿

= 136,5 mg/L = 206,7 mg/L


= 136,5 ppm = 206,7 ppm

Sampel 1
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,2 = 6,4651 x + 0,1047
0,2−0,1047
X = 6,4651

= 0,0147 ppm
X . FP = 0,0147 x 50
= 0,737 ppm

Sampel 2
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,75 = 6,4651 x + 0,1047
0,75−0,1047
X = 6,4651

= 0,0998 ppm
X . FP = 0,0998 x 50
= 4,99 ppm

Sampel 3
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,7 = 6,4651 x + 0,1047
0,7−0,1047
X = 6,4651

= 0,092 ppm
X . FP = 0,092 x 50
= 4,6 ppm

Sampel 4
Y = 6,4651 x + 0,1047
0,25 = 6,4651 x + 0,1047
0,25−0,1047
X = 6,4651

= 0,022 ppm
X . FP = 0,022 x 50
= 1,123 ppm

IX. Pembahasan
X. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., Boybul, dan Arif N. 2005. Aplikasi Spektrofotometer Emisi pada
Analisis Unsur-unsur Bahan Paduan Aluminium AlMgSi-1. Jurnal Teknik
Bahan Nuklir. Vol. 1(2): 58 – 107.

Anshori JA. 2005. Spektrometri Serapan Atom . Pelatihan Instrumentasi Analisa


Kimia. Universitas Padjajaran.
Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk.
2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi,
Diagnosis dan Tatalaksana Ed. ke-2. Jakarta: FK-UI.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Boston: McGraw Hill.


Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alkes.
Merrell, K., Southwick, K., Graves, S. W., Esplin, M. S., Lewis, N. E., et al. 2004.
Analysis of Low-Abundance, Low-Molecular-Weight Serum Proteins using
Mass Spectrometry. J Biomol Tech. Vol. 15, hal. 238–248.
Priest, G; Smith, B; and Heitz. 1996. Electrolyte Analyzer Operator annual 1st
Edition. USA: AVL Scientific Corporation.
Scott, M.G., LeGrys, V.A. and Klutts, J., 2006. Electrochemistry and Chemical
Sensors and Electrolytes and Blood Gases' In : Tietz Text Book of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol 1. Philadelphia: Elsevier
Saunders In.

Anda mungkin juga menyukai