Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

G1P0A0 Hamil 19 Minggu dengan Abortus


Imminens dan Anemia Ringan Janin
Tunggal Hidup Intrauterin

Disusun oleh:
Satria Wisnu Murti S.Ked 04084821517015
Ghea Duandiza S.Ked 04084821517016
Mutiara Khalida S.Ked 04084821517021
Denis Puja Sakti S.Ked 04054821517045

Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi


Periode 11 Januari 2016 - 25 Maret 2016

Pembimbing: dr. H. Firmansyah B, Sp.OG.K

BAGIAN DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

G1P0A0 Hamil 19 Minggu dengan Abortus Imminens dan


Anemia Ringan Janin Tunggal Hidup Intrauterin

Oleh :
Satria Wisnu Murti S.Ked 04084821517015
Ghea Duandiza S.Ked 04084821517016
Mutiara Khalida S.Ked 04084821517021
Denis Puja Sakti S.Ked 04054821517045

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 11
Januari - 25 Maret 2016.

Palembang, 7 Februari 2016

dr. H. Firmansyah B, Sp.OG.K

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ” G1P0A0 Hamil 19 Minggu
dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan Janin Tunggal Hidup Intrauterin”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Firmansyah B, Sp.OG.K
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, 7 Februari 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ...............................................................................3
Identifikasi ...............................................................................................3
Anamnesis ...............................................................................................3
Pemeriksaan Fisik ....................................................................................4
Pemeriksaan Tambahan ...........................................................................6
Diagnosis .................................................................................................6
Prognosis .................................................................................................6
Tatalaksana ..............................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................8
3.1. Abortus ..............................................................................................................8
3.2. Anemia dalam kehamilan................................................................................10
BAB IV ANALISIS KASUS ...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar
25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, dan nifas. World Health Organization (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat
hamil atau bersalin.1 Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu menurut
provinsi di Indonesia diperkirakan mencapai 11.534 pada tahun 2010.1,2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.1
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut.3
Insiden abortus dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetrik seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari
semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi
lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi
komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga
tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid
yang terlambat. Sebanyak 80% kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan
sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.3,4

Menurut Pernoll, Martin L, (2009), ada beberapa macam Abortus, yaitu


Abortus Imminens, Abortus Insipiens, Abortus Kompletus, Abortus Inkompletus,

1
2

Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksiosus dan Abortus Septic.


Penyebab dari abortus secara umum itu bervariasi, diantaranya: faktor genetik,
kelainan kongenital uterus, autoimun, defek fase luteal, infeksi dan lingkungan.
Pada Abortus Imminens terjadi peristiwa perdarahan pervaginam pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, yang proses terjadinya secara spontan.4
Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Palembang berdasarkan laporan indikator
Database 2005 United Nation Found Population (UNFPA) 6th Country Programe
adalah 317 per 100.000 kelahiran, lebih rendah dari Propinsi Sumsel sebesar 467
per 100.000 kelahiran. Jumlah kematian ibu tahun 2005 di Kota Palembang
sebanyak 15 orang diantaranya disebabkan oleh perdarahan dan selebihnya
disebabkan faktor lainnya termasuk abortus dan dari data yang diperoleh dari rekam
medik di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun
2006, angka kejadian abortus sebesar 123 kasus dengan nkejadian abortus
imminens sebanyak 106 kasus (86,17%), abortus komplit sebanyak 2 kasus
(1,62%), abortus inkomplit sebanyak 12 kasus (9,75%) dan missed abortion
sebanyak 3 kasus (2,44%).6
Ibu hamil yang menderita Abortus Imminens, mempunyai tanda gejala
seperti adanya perdarahan pervaginam selama pertengahan pertama kehamilan,
yang dapat disertai rasa nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri
pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak, kemudian dari hasil pemeriksaan juga
ditemukan tes kehamilan positif.5
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk menggali lebih dalam mengenai
kasus abortus imminens melalui pelaporan kasus beserta analisisnya. Laporan kasus
ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi kesehatan yang ingin mengkaji mengenai
abortus inkomplit.

BAB II
STATUS PASIEN
3

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Dewi Murni binti Idris
Umur : 24 tahun
Alamat : Jl. May Zen Lorong Perintis No. 79 Selincah Kali Doni
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 26 Januari 2016
No. RM : 934419

II. ANAMNESIS (Tanggal 26 Januari 2016, Pukul 16.30 WIB)


Keluhan Utama
Keluar flek dari kemaluan
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 hari SMRS pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan. Flek
berwarna merah kehitaman banyaknya 2 kali ganti pembalut. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah dan mules. Riwayat keluar
jaringan seperti hati ayam disangkal. Riwayat keluar jaringan seperti mata
ikan disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat minum jamu disangkal.
Riwayat minum obat-obatan disangkal. Riwayat perut diurut-urut disangkal.
Riwayat aktifitas kerja berat-berat (+). Riwayat payudara tegang (+). Riwayat
mual muntah disangkal. Riwayat pandangan berkunang-kunang disangkal.
Riwayat post coital bleeding (+) 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku sudah
pernah melakukan test pack kehamilan dan hasilnya (+). Riwayat keputihan
(+) berwarna putih, bau (+). Selama ini pasien rutin kontrol kehamilan di
bidan di Puskesmas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
4

Riwayat trauma (-)


Riwayat Alergi (-)
Riwayat Sakit yang Sama dalam Keluarga Ada
Status Sosial Ekonomi dan Gizi : Sedang
Status Perkawinan : Menikah, 1 kali lamanya 1 tahun
Status Reproduksi : Menarche usia 13 tahun, siklus haid
28 hari, teratur lamanya 5 hari.
HPHT ( 9 September 2015)
Status Persalinan : 1. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 26 Januari 2016, pukul 16.30 WIB)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 50 kg
TB : 145 cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit, isi/kualitas cukup, reguler
Respirasi : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 oC
PEMERIKSAAN KHUSUS
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), edema
palpebra (-), pupil isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+).
Hidung : kavum nasi dbn, sekret (-), perdarahan (-).
Telinga : CAE destra et sinistra lapang, sekret (-), serumen (+).
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis (-), mukosa mulut dan
bibir kering (-), bibir pucat (+), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-).
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1,
tonsil tidak hiperemis, detritus (-).
Kulit : CRT < 3 s
5

Leher
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
A. PARU
Inspeksi : simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler normal di kedua lapangan paru, rh (-), wh (-).
B. JANTUNG
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : cembung, bekas operasi (-), massa (-)
Lihat pemeriksaan obstetrik
Ekstremitas
Akral hangat (+), edema pretibial (-).

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar (26 Januari 2016)
Abdomen cembung, lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan (-), TCB (-), FUT
2 jari bawah umbilikus (16 cm), ballottement externa (+)

Pemeriksaan Dalam: (26 Januari 2016)


Inspekulo : Portio livide, OUE tertutup, diameter 2cm, fluor (+),
Fluxus (+) darah tidak aktif, E/L/P (-)
Vaginal Toucher : Mukosa licin, portio lunak, OUE tertutup, Nyeri goyang
(-), AP kanan / kiri lemas, CD tidak menonjol.
6

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (26 januari 2016)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hb 9,3 mg/dl 11,2-15,5 mg/dl
RBC 3,44 juta/m3 4,2-4,5 juta/m3
WBC 11,8 x 103/m3 4,5-11 x 103/m3
Ht 28% 43-49 %
Trombosit 286.000/m3 150-450/m3
Diff. Count 0/2/80/11/7 0-1/1-6//2-6/50-70/25-40/2-8

Faal Hemostasis
Waktu protombin (PT)
Kontrol 14.70 detik 12-18 detik
Pasien 14.0 detik 12-18 detik
APTT
Kontrol 36.9 detik 27-42 detik
Pasien 32.6 detik 27-42 detik
Imunoserologi
Ferritin 34.3 ng/ml 13-400 ng/ml

Pemeriksaan USG (26 Januari 2016)


- Tampak janin tunggal hidup intrauterine
- Biometri Janin
o BPD : 42,6 mm
o HC : 156 mm
o AC : 130 mm
o FL : 24,3 mm
o EFW : 222 gram
- Ketuban cukup
- Placenta corpus anterior
Kesan: hamil 19 minggu janin tunggal hidup intrauterin.

V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 Hamil 19 Minggu dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan
Janin Tunggal Hidup Intrauterin
7

VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia

VII. TATALAKSANA
1. Tirah baring
2. Observasi tanda vital, DJJ, HIS, dan perdarahan
3. IVFD RL gtt XX/menit
4. FE 1x1 tab
5. Prostaglandin 1x 400 mg
6. Cek laboratorium (darah lengkap, SI, TIBC)
7. Cek hapusan darah tepi
8. Cek urin (leukosit, hormon hCG)
9. Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih
lanjut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Abortus
3.1.1 Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Abortus memiliki batasan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi secara spontan
maupun dengan tindakan. Abortus merupakan komplikasi perdarahan yang paling
banyak pada kehamilan muda, sehingga sering juga dikaitkan dengan miscarriage
atau early pregnancy loss. Abortus yang terjadi pada bulan pertama dari kehamilan
hampir selalu diawali oleh kematian janin.3,4,6

3.1.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda
sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang
diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5%
dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran yang berurutan, dan
sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.1

3.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan
sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari

8
9

abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi


autosom.3
2. Faktor anatomi
Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus adalah septum
uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau
uterus unicornis (10-30%).3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi
intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan komplikasi
anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.
3. Faktor endokrin
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.3 Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio.Kadar progenteron yang rendah diketahui
dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana
trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan.
Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika
diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan dapat diselamatkan.3
4. Faktor infeksi
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang
bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram
negatif juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi
rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3
5. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi spesifik
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian,
sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
10

yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas.3 Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:3

3.1.4 Klasifikasi Abortus


Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan menjadi:
1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam
dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
3. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
4. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.
5. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
6. Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga
kali berturut-turut atau lebih.
7. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.
8. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.

3.1.4 Patogenesis
11

Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti


dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama
sekali dan hal ini disebut blighted ovum.4
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.4
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium. 5,6

3.1.5 Gambaran klinis


Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang
telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya
fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang
sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat
dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja
terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan
dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran kecil dari
12

seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak


utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6

3.1.6 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang melakukan aktivitas fisik berlebihan. Jika terjadi
perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian
lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi.4
2. Abortus insipiens
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan
maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat
diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus dilakukan dengan segera.4
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20
unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.4
3. Abortus inkomplit
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per
oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum
manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
13

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan


dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40
tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu
Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera
dievakuasi.4
4. Abortus komplit
Evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya
perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas
ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan
transfusi darah.4
5. Abortus septik/infeksius.
Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4 x 1000000 unit atau
ampicillin 4 x 1gram ditambah gentamisin 2 x 80mg dan metronidazol 2 x
1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat
tindakan, uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan
komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan
bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti
dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.3

3.1.7 Komplikasi
 Perdarahan
 Perforasi
14

 Syok
 Infeksi
 Disseminated Intravascular Coagulopathy

3.1.8 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar
40-80 %.

3.2 Anemia dalam Kehamilan


Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr%.11 Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar
<10,5 gr% pada trimester II.10 Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.10
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan
haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36
minggu.11 Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan
kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.8 Kebanyakan anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduannya saling berinteraksi.10

Penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:7

1. Kurang gizi (malnutrisi)


2. Kurang zat besi dalam diit
15

3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL


Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan
mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan, adalah sebagai berikut:7

1. Anemia Defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.10
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi
per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau
masa kehamilannya tua.11 Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%.8
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan
dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
16

Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:


1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta
500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang
lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil
setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan
3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari.
Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat
besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil.8
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan
asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan
pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama
17

adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan,


serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.
Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi
hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS


Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan
his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan
dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia
dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.

ANALISIS KASUS

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa Ny DM, 24 tahun, datang


dengan keluhan keluar bercak-bercak perdarahan dari kemaluan banyaknya 2 kali
18

ganti pembalut, warna merah kehitaman disertai keluhan nyeri pada perut bagian
bawah. Pasien mengaku sudah pernah melakukan test pack kehamilan dan hasilnya
positif. Hal ini patut dicurigai sebagai abortus. Dikatakan sebagaimana abortus
merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum Jni dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah dan mules.
Riwayat keluar jaringan seperti hati ayam disangkal. Riwayat keluar jaringan
seperti mata ikan disangkal Riwayat trauma disangkal. Riwayat minum jamu
disangkal. Riwayat minum obat-obatan disangkal. Riwayat perut diurut-urut
disangkal. Riwayat payudara tegang ada. Riwayat post coital bleeding (+) 1 minggu
yang lalu. Riwayat keputihan (+) berwarna putih, bau (+). Hal ini dicurigai sebagai
abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus. Diagnosis
abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita juga biasanya mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Pada abortus imminens ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih
sesuai usia kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan
prognosis abortus imminens perlu dilakukan pemeriksaan kadar hormone hCG pada
urin menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10.
Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas, pandangan mata berkunang-
kunang (-). Mual muntah tidak ada. Os mengaku sudah pernah test pack kehamilan
(+). Selama ini pasien rutin kontrol kehamilan di bidan di Puskesmas. Ini
merupakan kehamilan pertama nya, pasien mengatakan sering merasa lemas, yang
sebelumnya tidak pernah dikeluhkan pasien. Hal ini merupakan gejala dan tanda
terjadinya anemia dalam kehamilan. Dikatakan sebagai anemia karena terdapat
gejala seperti cepat lelah, sering merasa pegal sering pusing, nafsu makan turun
(anoreksia), serta seringkali mual.
Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek yang buruk baik bagi ibu
hamil maupun bagi janin. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada
metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen
19

yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain terjadi
abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir
prematur.
Pengobatan yang diberikan adalah tirah baring total, observasi tanda vital,
DJJ, HIS, dan perdarahan, IVFD RL gtt XX/menit, progesterone 1x400 mg, FE 1x1
tab dan dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih
lanjut. Tirah baring total agar kondisi kehamilan pasien stabil dan mengurangi
kejadian perdarahan pada pasien. Diberikan progesterone atau derivatnya untuk
mencegah terjadinya abortus, mengurangi perdarahan pervaginam, menghilangkan
kram dengan dosis 400 mg. Alasan pemberian tablet FE adalah untuk mencukupi
kebutuhan besi pada ibu hamil sehingga anemia yang terjadi dapat teratasi.
Selain itu pada pasien ini diperlukan pemeriksaan laboratorium seperti
darah lengkap, serum iron dan TIBC untuk mengetahui penyebab keluhan lemas
yang dicurigai sebagai anemia pada pasien. Pemeriksaan hapusan darah tepi disini
berguna untuk mengetahui apakah pasien mengalami kelainan darah seperti
thalasemia mengingat saudara perempuan pasien juga mengalami hal yang sama.
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk mengetahui prognosis dari kehamilan pada
pasien ini. Kemudian setelah diberikan tatalaksana awal pasien dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih lanjut yaitu agar dapat dilakukan
pengawasan ketat terhadap kondisi ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2013. Maternal Mortality in 1990-2013,


(http://www.who.int/gho/maternal_health/countries/idn.pdf?ua=1, diakses 11
Juli 2014).
20

2. Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. 2013. Profil Kesehatan


Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012,
(http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/06_Pr
ofil_Kes_Prov.SumateraSelatan_2012.pdf, diakses 12 Juli 2014).
3. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Noerjasin, H., Handono, B., Kuwano, H., Wirakusumah, F. F. 2010. Korelasi
antara Kadar Protein Bcl-2 dan Kaspase-3 sebagai Faktor Resiko pada
Kejadian Abortus. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 34-1: 12-8.
6. Cunningham, F. G., Leveno K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J.,
Spong,C. Y. 2010. Williams Obstetrics 23rd Edition. United States: McGraw-
Hill Companies.
7. Batista, B. 2012. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Umum Mohammad Husein Palembang Periode
Januari Desember 2010. Skripsi Sarjana Kedokteran pada Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang tidak
dipublikasikan, hal: 7-11.
8. Radhanpuri, A. K. 2002. Handbook of Obstetrics and Gynecology. Palembang:
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsri.
9. Mirzanie, H., Kurniawati, D. 2009. Obgynacea. Yogyakarta: TOSCA
Enterprise.
10. Achadiat, C. M. 2010. Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
11. Manuaba, I. B. G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
12. May, W., Gulmezoglu, A. M., Ba-Thike, K. 2007. Antibiotics for Incomplete
Abortion (Review). The Cochrane Collaboration, (4): 4
13. Blum, J., Winikoff, B., Gemzell-Danielsson, K., Ho, P. C., Schiavon, R.,
Weeks, A. 2007. Treatment of Incomplete Abortion and Miscarriage with
21

Misoprostol. International Journal of Gynecology and Obstetrics, 99: S186-


S189.
14. Qadhar, R., Adriaansz, G., Amran, R. 2000. Perbandingan Keamanan dan
Efektifitas Tindakan Dilatasi dan Kuretase dengan Aspirasi Vakum Manual
pada Abortus Inkomplit. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 32: 3031.

Anda mungkin juga menyukai