Disusun oleh:
Satria Wisnu Murti S.Ked 04084821517015
Ghea Duandiza S.Ked 04084821517016
Mutiara Khalida S.Ked 04084821517021
Denis Puja Sakti S.Ked 04054821517045
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh :
Satria Wisnu Murti S.Ked 04084821517015
Ghea Duandiza S.Ked 04084821517016
Mutiara Khalida S.Ked 04084821517021
Denis Puja Sakti S.Ked 04054821517045
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang Periode 11
Januari - 25 Maret 2016.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ” G1P0A0 Hamil 19 Minggu
dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan Janin Tunggal Hidup Intrauterin”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di
Bagian/Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. H. Firmansyah B, Sp.OG.K
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS ...............................................................................3
Identifikasi ...............................................................................................3
Anamnesis ...............................................................................................3
Pemeriksaan Fisik ....................................................................................4
Pemeriksaan Tambahan ...........................................................................6
Diagnosis .................................................................................................6
Prognosis .................................................................................................6
Tatalaksana ..............................................................................................7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................8
3.1. Abortus ..............................................................................................................8
3.2. Anemia dalam kehamilan................................................................................10
BAB IV ANALISIS KASUS ...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar
25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, dan nifas. World Health Organization (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat
hamil atau bersalin.1 Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu menurut
provinsi di Indonesia diperkirakan mencapai 11.534 pada tahun 2010.1,2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.1
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada
kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut.3
Insiden abortus dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetrik seperti
kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak
memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari
semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi
lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi
komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga
tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid
yang terlambat. Sebanyak 80% kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan
sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.3,4
1
2
BAB II
STATUS PASIEN
3
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. Dewi Murni binti Idris
Umur : 24 tahun
Alamat : Jl. May Zen Lorong Perintis No. 79 Selincah Kali Doni
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 26 Januari 2016
No. RM : 934419
Leher
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
A. PARU
Inspeksi : simetris, retraksi intercostal, subkostal, suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler normal di kedua lapangan paru, rh (-), wh (-).
B. JANTUNG
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba, tidak ada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : cembung, bekas operasi (-), massa (-)
Lihat pemeriksaan obstetrik
Ekstremitas
Akral hangat (+), edema pretibial (-).
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar (26 Januari 2016)
Abdomen cembung, lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan (-), TCB (-), FUT
2 jari bawah umbilikus (16 cm), ballottement externa (+)
Faal Hemostasis
Waktu protombin (PT)
Kontrol 14.70 detik 12-18 detik
Pasien 14.0 detik 12-18 detik
APTT
Kontrol 36.9 detik 27-42 detik
Pasien 32.6 detik 27-42 detik
Imunoserologi
Ferritin 34.3 ng/ml 13-400 ng/ml
V. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 Hamil 19 Minggu dengan Abortus Imminens dan Anemia Ringan
Janin Tunggal Hidup Intrauterin
7
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
VII. TATALAKSANA
1. Tirah baring
2. Observasi tanda vital, DJJ, HIS, dan perdarahan
3. IVFD RL gtt XX/menit
4. FE 1x1 tab
5. Prostaglandin 1x 400 mg
6. Cek laboratorium (darah lengkap, SI, TIBC)
7. Cek hapusan darah tepi
8. Cek urin (leukosit, hormon hCG)
9. Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih
lanjut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Abortus
3.1.1 Definisi Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Abortus memiliki batasan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi secara spontan
maupun dengan tindakan. Abortus merupakan komplikasi perdarahan yang paling
banyak pada kehamilan muda, sehingga sering juga dikaitkan dengan miscarriage
atau early pregnancy loss. Abortus yang terjadi pada bulan pertama dari kehamilan
hampir selalu diawali oleh kematian janin.3,4,6
3.1.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda
sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang
diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5%
dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran yang berurutan, dan
sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan.1
3.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan
sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
8
9
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas.3 Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:3
3.1.4 Patogenesis
11
3.1.6 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang melakukan aktivitas fisik berlebihan. Jika terjadi
perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian
lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi.4
2. Abortus insipiens
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan
maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat
diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus dilakukan dengan segera.4
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20
unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu
ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.4
3. Abortus inkomplit
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per
oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum
manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
13
3.1.7 Komplikasi
Perdarahan
Perforasi
14
Syok
Infeksi
Disseminated Intravascular Coagulopathy
3.1.8 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar
40-80 %.
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
ANALISIS KASUS
ganti pembalut, warna merah kehitaman disertai keluhan nyeri pada perut bagian
bawah. Pasien mengaku sudah pernah melakukan test pack kehamilan dan hasilnya
positif. Hal ini patut dicurigai sebagai abortus. Dikatakan sebagaimana abortus
merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum Jni dapat hidup
diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah dan mules.
Riwayat keluar jaringan seperti hati ayam disangkal. Riwayat keluar jaringan
seperti mata ikan disangkal Riwayat trauma disangkal. Riwayat minum jamu
disangkal. Riwayat minum obat-obatan disangkal. Riwayat perut diurut-urut
disangkal. Riwayat payudara tegang ada. Riwayat post coital bleeding (+) 1 minggu
yang lalu. Riwayat keputihan (+) berwarna putih, bau (+). Hal ini dicurigai sebagai
abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus. Diagnosis
abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita juga biasanya mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Pada abortus imminens ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih
sesuai usia kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan
prognosis abortus imminens perlu dilakukan pemeriksaan kadar hormone hCG pada
urin menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10.
Pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas, pandangan mata berkunang-
kunang (-). Mual muntah tidak ada. Os mengaku sudah pernah test pack kehamilan
(+). Selama ini pasien rutin kontrol kehamilan di bidan di Puskesmas. Ini
merupakan kehamilan pertama nya, pasien mengatakan sering merasa lemas, yang
sebelumnya tidak pernah dikeluhkan pasien. Hal ini merupakan gejala dan tanda
terjadinya anemia dalam kehamilan. Dikatakan sebagai anemia karena terdapat
gejala seperti cepat lelah, sering merasa pegal sering pusing, nafsu makan turun
(anoreksia), serta seringkali mual.
Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek yang buruk baik bagi ibu
hamil maupun bagi janin. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada
metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen
19
yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain terjadi
abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir
prematur.
Pengobatan yang diberikan adalah tirah baring total, observasi tanda vital,
DJJ, HIS, dan perdarahan, IVFD RL gtt XX/menit, progesterone 1x400 mg, FE 1x1
tab dan dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih
lanjut. Tirah baring total agar kondisi kehamilan pasien stabil dan mengurangi
kejadian perdarahan pada pasien. Diberikan progesterone atau derivatnya untuk
mencegah terjadinya abortus, mengurangi perdarahan pervaginam, menghilangkan
kram dengan dosis 400 mg. Alasan pemberian tablet FE adalah untuk mencukupi
kebutuhan besi pada ibu hamil sehingga anemia yang terjadi dapat teratasi.
Selain itu pada pasien ini diperlukan pemeriksaan laboratorium seperti
darah lengkap, serum iron dan TIBC untuk mengetahui penyebab keluhan lemas
yang dicurigai sebagai anemia pada pasien. Pemeriksaan hapusan darah tepi disini
berguna untuk mengetahui apakah pasien mengalami kelainan darah seperti
thalasemia mengingat saudara perempuan pasien juga mengalami hal yang sama.
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk mengetahui prognosis dari kehamilan pada
pasien ini. Kemudian setelah diberikan tatalaksana awal pasien dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas spesialis untuk tatalaksana lebih lanjut yaitu agar dapat dilakukan
pengawasan ketat terhadap kondisi ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA