Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 11

Scenario 1

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ketua : Ellena Febriafena Ketua : Rizky

NIM : 171440107 NIM : 171440121

Sekretaris: Kurniahasmita Sekretaris : Nabila Amelia

NIM : 171440111 NIM : 171440114

Anggota :

1. Ellena Febriafena (171440107)


2. Kurniahasmita (171440111)
3. Nabila Amelia (171440114)
4. Nurrahmadina (171440117)
5. Rachma Fadillah (171440119)
6. Shella Oktavia (171440125)
7. Serli (171440126)
8. Siti Aisyah (171440128)
9. Rizky (171440121)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2018
SKENARIO

Apa yang terjadi dengan kakiku?

Seorang laki-laki tua berusia 40 tahun dibawa ke Rumah Sakit. Pasien tersebut
mendapatkan kecelakaan 3 hari yang lalu. Pemeriksaan X-Ray menunjukkan
adanya fraktur multiple di femur sinistra dan Coolum Femoralis. Pemeriksaan
fisik didapatkan adanya krepitasi, deformitas, dan edema. Pasien direncanakan
pemasangan ORIF dan skin traksi dengan berat 4 kg oleh dokter. Kondisi
pasien lemah, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmhg, RR 18
x/m, Nadi 80 x/m dan suhu 360 C, berat badan 58 kg.

Step 1

1. Skin traksi
Dimana proses menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan
plaster langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk tulang
2. Krepitasi
Suatu bunyi yang muncul berupa derik akibat gesekan ujung tulang patah
juga dari pergerakan sendi
3. Pemasangan orif
Meningkatkan bagia-bagian tulang
4. Deformitas
Perubahan struktur tulang
5. Edema
Pembakakan lokal dari cairan beruba dari aliran darah ke jaringan intisial,
merupakan inflamasi
6. X-ray

Step 2

1. Kenapa pada pasien fraktur terjadi edema?


Inflamasi merupkaan rusak dibagian femur sinistra
2. Bagaimana Menentukan berat dari skintraksi itu sendiri, kenapa ada 4??

Kenapa pada pasien faktur dapat menimbulkan deformitas dan krefitasi

Karena

Apa saja pemeriksaan fisik untuk fraktur?

Step 3

1. Kenapa pada pasien fraktur terjadi edema?


a. Inflamasi (merupkaan rusak dibagian femur sinistra)
b. Respon tubuh terhadap luka
2. Bagaimana Menentukan berat dari skintraksi itu sendiri, kenapa ada 4?
a. Ditentukan tingkat keparahan fraktur
b. Menarik tulang bagian yang patah, menempel gips mengukur
pemaangan gipsnya.
3. Kenapa pada pasien fraktur dapat terjadi deformitas dan krefitasi
a. Karena pada fraktur terjadi perubahan struktur tulang dan terjadi
gesekan antar tulang tersebut.
b. Gesekan luarbiasa pada otot sehingga terjadi

Karena

Apa saja pemeriksaan fisik untuk fraktur?

a. Lihat ada syok, kerusakan jaringan pada organ laiin, sumsum-sumsum


tulang belakang dan struktur otak Infeksi, radiologi, pemeriksaan lanjutan

Step 4

1. Kenapa pada pasien fraktur terjadi edema?


a. Inflamasi (merupkaan rusak dibagian femur sinistra)
b. Ketika terjadi fraktur aliran darah kejaringan meningkat sehingga
terjadi inflamasi
Tubuh manusia akan merespon
Respon tubuh terhadap luka
Peningkatan aliran darah, pembuluh darah sekitar luka terjadi inflamasi
perpindahan dari
2. Bagaimana menentukan berat dari skintraksi itu sendiri, kenapa ada 4?
a. Ditentukan tingkat keparahan fraktur
Menarik tulang yang fraktur dilakukan skinfraktur
Menyatukan tulang kembali seperti semula
b. Menarik tulang bagian yang patah, menempel gips mengukur
pemasangan gipsnya.
Jika sudah terjadi fraktur untuk menempelkan gipsnya sesuai dengan
kapasitas maksimalnya 6 kg, dilakukan pemasangangips dilakukan
untuk kembali ke normal.
3. Kenapa pada pasien fraktur dapat terjadi deformitas dan krefitasi
a. Karena pada fraktur terjadi perubahan struktur tulang dan terjadi
gesekan antar tulang tersebut.
Karena
b. Bunyi saat fraktur
Krepitasi
Deformitas gesekan luar biasa pada otot sehingga terjadi perubahan
struktur
Pada saat fraktur terjadi deformitas dan krepitas
Patah tulang rawan
Bunyi bisebabkan
Bunyi berasal dari patahan-patahan tulang dari kecelakan, ujung-ujung
tulang tersebut terjadi gesekan dan kelainan tulang aau patah tulang
4. Apa saja pemeriksaan fisik untuk fraktur?
a. Lihat ada syok
b. kerusakan jaringan pada organ lain
c. kerusakan sumsum-sumsum tulang belakang
d. pergerakan
e. pemeriksaan khusus
ada dengan dilakukan temografi, CT-Scan (pemeriksaan medis untuk
mengetahui bagian dalam tubuh apakah adanya fraktur), MRI, Radio
Screening
temografi (untuk mengetahui bagaian dalam tubuh)
f. palpasi
g. pemeriksaan struktur otak
h. Radiologi
Dilakukan rongten bagian dada untuk mengetahui ada/tidak tulang
yang patah pada bagian dada
i. pemeriksaan lanjutan
j. Inspeksi
Bandingankan dengan wilayah yang tidak terjadi fraktur
Tanda-tanda Anemia akibat perdarahan
Untuk inspeksi bagaimana lukanya adakah tulang yang keluar dan
kulitnya.
Palpasi menentukan adanya nyeri dan bengkak
Pergerakan untuk mengetahui adanya gerakan yang salah.
a. apakah tidak bahaya dilakukan pergerakan pada pasien graktur
dilakukan pemeriksaan gerakan yang sedikit,
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan fraktur atau
nyeri?
untuk menentukan fraktur (pergerakan yang salah) misalnya ekstensi,

Step 5

LO

1. Definisi fraktur?
2. Etiologi fraktur?
3. Manifestasi klinis fraktur?
4. Patofisiologi fraktur?
5. Kalsifikasi fraktur?
6. Komplikasi fraktur?
7. contohkan pemasangan orif pada pasien fraktur?
8. Penatalaksanaan/Terapi keperawatan yang dilakukan pada pasien fraktur?
9. Askep fraktur?

Step 7

1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang, seperti lempeng epifisis atau kartilago ( Joyce M. Black, 2014 ).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.
Patahan tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau
primpilan korteks; biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser.
Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau
sederhana) kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan
ini disebut fraktur terbuka (atau compound) yang cendrung untuk
mengalami kontaminasi dan infeksi (A, Graham,A & Louis, s, 2000).
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus
sambungannya akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang
keras, namun jika diberi gaya tekan yang lebih besar daripada yang dapat
diabsorpsi, maka bisa terjadi fraktur. Gaya tekan berlebih yang dimaksud
antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir atau meremuk yang
terjadi mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. (Brunner dan
Suddarth, 2002)
2. ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang dan juga dapat
terjadi secara tidak langsung, seperti ketika suatu kontraksi kuat dari oto
menekan tulang. Selain itu, tekanan dan kelelahan dapat menyebabkan
fraktur karena penurunan kemampuan tulang menahan gaya mekanikal (
Esther Chang, dkk, 2010 ).
a. Fraktur traumatic
b. Fraktur patologis terjadinya pada tulang karena adanya
kelainan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi,
tumor, kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat
trauma ringan.
c. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-
ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress
jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas.
Menurut Oswari E, 2000, penyebab fraktur adalah:
a. Kekerasan langsung: kekerasan tidak langsung menyebakan patah
tulang pada titik terjadinya kekerasan.
b. Kekerasan tidak langsung: kekerasan tidak langsung menyebabkan
patah tulang ke tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot : patah tulang akibat tarikan otot sangat
terjadi, kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh dikamar mandi pada orang tua, penganiyayaan, tertimpa benda
berat, kecelakaan kerja, trauma olah raga)
d. Gangguan fungsio anggota gerak.
e. Deformitas
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
4. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosteum serta
pembuluh darah di dalam korteks, sumsum tulang belakang, dan jaringan
lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk di
antara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosteum, dan akhirnya
jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh
traumagangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,ga
ngguan metabolic, patologik. 4emampuan otot mendukung tulangturun,
baik yang terbuka ataupun tertutup. 4erusakan pembuluh darahakan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edemlokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf
yangdapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapatmengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yan kemungkinan dapat terjadi
infeki terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak
akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik
yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka mamupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan
untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 2006 : 1183).
5. KLASIFIKASI
Menurut (Brunner & Suddarth, 2005), jenis-jenis frakur adalah :
a. Complete fracture (fraktur komplet), patah pada seluruh garis tengah
tulang, luas dan melintang.
b. Closed fracture (simple fraktur), tidak menyebabkan robeknya kulit,
integritas kulit masih utuh.
c. Open fracture (compound fraktur/komplikata/kompleks), merupakan
fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang
menonjol sampai menembus kulit) atau membrane mukosa sampai
kepatahan tulang.
d. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya
membengkok.
e. Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
f. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
h. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fregmen.
i. Depresi, fraktur dengan fregmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
j. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada
tulang belakang).
k. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista
tulang, paget, metastasis tulang, tumor).
l. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
m. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorongb ke fragmen tulang
lainnya.
Fraktur diklasifiksian dalam beberapa tipe :
1. Simple fracture : patah tulang yang tidak sampai merobek kulit
2. Compound fracture : patah tulang dimana ujung tulang patah merobek
kulit
3. Complete fracture : tulang patah menjadi 2 bagian
4. Partial fracture : tulang patah sebagian, tidak sampai menjadi 2 bagian
5. Greenstick fracture : pecahnya tulang bagian luar, tidak komplet
6. Impacted fracture : ujung-ujung tulang yang patah saling tertekan
7. Comminuted fracture : tulang patah menjadi beberapa fragmen
8. Spiral fracture : patah tulang akibat terputar, garis patah berbentuk
spiral
6. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur yang mungkin terjadi meliputi :
1. Deformitas dan disfungsia permanen jika tulang yang fraktur tidak bisa
sembuh (nonunion) atau mengalami kesembuhan yang tidak sempurna
(malunion)
2. Nekrosis aseptik (bukan disebabkan oleh infeksi) pada segmen tulang
akibat gangguan sirkulasi
3. Syok hipovolemik akibat kerusakan pembuluh darah (khusunya pada
fraktur femur)
4. Kontraktur otot
Komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L, 2006)
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut
atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
7. CONTOH PEMASANGAN ORIF

Ditampilkan dalam bentuk video cara pemasangan ORIF

https://m.youtube.com/watch?v=DUCepuwAWYA&t=34s
8. PENATALAKSANAAN
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat
dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler,
latihan isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam
memperbaiki kemandirian dan harga diri (Brunner & Suddarth, 2005)
Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :
a. Rekognisi adalah menyambut diagnosis fraktur pada tempat kejadian
dan kemudian di rumah sakit.
b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanupulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak
asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang
untuk mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur
dan dibawah fraktur.
d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (price,
2006).
Penatalaksanaan Utama Pada Fraktur
1. Inpeksi bagian tubuh yang fraktur
a. Inpeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas.
b. Observasi angulasi, pemendekan dan rotasi.
c. Palpasi nadi distal untuk fraktur dan pulsasi semua perifer.
d. Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak adanya
pulsasi, hal tersebut menandakan cedera pada saraf atau suplai
darah terganggu.
e. Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sesedikit mungkin
gerakan yang kemungkinan dapat menyebabkan gerakan pada
tulang yang fraktur.
2. Berikan bebat sebelum klien dipindahkan, bebat dapat mengurangi
nyeri, memperbaiki sirkulasi, mencegah cedera lebih lanjut, dan
mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.
3. Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada area yang mengalami
cedera.
4. Pindahkan klien secara hati-hati dan lembut, untuk meminimalisasi
gerakan yang dapat menyebabkan gerakan pada patahan tulang.
5. Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik.
9. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA FRAKTUR
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku,bangsa,pendidikan, pekerjaan,tanggal MRS, diagnosa medis,
no.registasi
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung dari lamanya
serangan. Unit memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa
nyeri pasien digunakan :
Provoking inciden : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
prepitasi nyeri
Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Apakah seperti terbakar,berdenyut/ menusuk
Region Radition,relatif : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi
Saverity (scate of poin) : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skla nyeri/ pasien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah
buruk pada malam hari/sing hari
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien fraktur/ patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului
dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang
mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat/ perubahan warna
kulit dan kesemutan
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur dfemur)
atau pernah punya penyakit yang menular/ menurun sebelumnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga pasien ada/ tidak yang menderita
esteoporoses,arthritis dan tuberkulosis/ penyakit lain yang sifatnya
menurun dan menular
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan / gangguan pada
personal higiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian,
BAB dan BAK
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan,
meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap
sama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet
pasien
3) Pola eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi
defekasi pada, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan
4) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat
dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu
oleh perawat/ keluarga
6) Pola persepsi dan konsep diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi
perubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur hidup / tidak
dapat berjalan lagi
7) Pola sesori kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada
pola kognitif atau car berfikir pasien tidak mengalami
gangguan.
8) Pola hubungan peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan
interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan
menarik diri
9) Pola penanggulan stress
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress dan
biasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan dengan
keluarga
10) Pola reproduksi seksual
Bila pasien setelah berkeluarga dan mempunyai anak, maka
akan mengalami pola seksual dan reprodukdi, jika pasien
belum berkeluatrga pasien tidak akan mengalami gangguan
11) NPola tata nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien
meminta perlindungan / mendekatkan diri dengan Allah SWT
2. Diagnosa Keperawatan Fraktur
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas jaringan
b. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
c. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurangya
pengetahuan tentang penyakitnya
d. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan ketdaktahuan
pasien tentang penyakitnya
Dalam buku aplikasi asuhan keperawatan nanda NIC NOC tahun 2015
diagnosa keperawatan yang muncul seperti:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, spasme otot,
gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,
pemasanagn traksi.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).
e. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi).
f. Resiko syok (hipovalemik) berhubungan dengan kehilangan
volume darah akibat trauma (fraktur)
3. Intervensi keperawatan
a. Monitor sirkulasi : memeriksa denyut nadi periferal, pengisian
kembali kepiler, dan temperatur kuit terjauh dari retakan.
Kompromi arus darah akan mengurangi denyut nadi, melambatkan
pengisian kembali kapiler, dan meyebabkan temeperatur kulit
dingin. Bandingkan ara bilateral untuk simeteri.
b. Monitor tanda-tanda vital : melihat kemungkinan denyut nadi naik,
tekanan darah rendah, dan laju pernapasan naik. Ujung-ujung
tulang rusak dapat mencabik pembuluh darah menyebabkan
pendarahan internal; memonitor tanda-tanda syok. Mungkin
terligat temperatur naik dengan infeksi dari retak terbuka.
c. Jelaskan kepada pasien:
1) Cara menyediakan self care bergantung pada area retak,
kemampuan pasien untuk merawat diri mungkin terganggu.
2) Pentingnya melakukan latihan serangkaian gerakan untuk
menjaga kekencangan otot di dalam area yang tidak
dimobilisasi.
3) Tidak memasukkan apa pun ke dalam pembalut. Bantalan
dapat dilepas, menyebabkan titik-titik tekanan di bawah
pembalut yang keras yang akan menyebabkan gangguan kulit.
Integritas kulit dapat pula rusak ketika menggaruk bagian
bawah pembalut, menyebabkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Black M. Joyce dan Jane Hokanson Hawks, 2014, Keperawatan


Medikal Bedah: Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang
Diharapkan Edisi 8-Buku 1, Salemba Medika

Chang Esther, DKK, 2006, Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik


Keperawatan, Jakarta:Buku Kedokteran EGCs

Sarpini Rusbandi.Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk


Paramedis.Jakarta:IN MEDIA

Ns. Andra Saferi Wijaya, S.Kep & Ns. Yessie Mariza Putri, S.Kep ;
2013 “KMB2 Keperawatan Medika Bedah” , Yogyakarta:Nuha
Medika

Digiulio, M & Donna Jackson,2014. Keperawatan Medikal


Bedah.Yogyakarta: Rapha Publishing.

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC
NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:MediAction

Krisanty Paula, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan gawat darurat.


Jakarta:CV. Trans Info Media

Istianah umi. 2018. Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai