Anda di halaman 1dari 22

BAB 5

PERLAPISAN

A. Definisi Perlapisan
Perlapisan adalah sifat utama dari batuan sediment hasil dari proses
pengendapan yang menghasilkan bidang-bidang batas satuan sedimentasi.
Lapisan adalah satuan stratigrafi terkecil (mm – m) teridiri atas satu
macam batuan yang homogen dibatasi padabaguan bawah dan atas oleh
bidang perlapisan.
Bidang perlapisan adalah suatu bidang yang diujudkan
amparan/penyebaran suatu mineral tertentu, besar butir atau bidang
sentuhan yang yang tajam antara dua macam lithologi yang berlainan.

B. Struktur Perlapisan pada Batuan Sedimen


Batuan sedimen merupakan jenis batuan yang terbentuk akibat proses
pengendapan. Pengendapan tersebut diakibatkan oleh berbagai tenaga
pengangkut seperti air, angin dan es. Pebedaan tenaga dan lingkungan
pengendapan mengakibatkan struktur perlapisan pada batuan sedimen
menjadi beranekaragam bentuk. Bentuk umum yang sering dijumpai pada
struktur lapisan sedimen diantaranya:

1. Cross Bedding
2. Graded Bedding
3. Ripple Marks
4. Mud Craks
5. Lamination

Cross bedding disebut juga perlapisan silang. Lapisan batuan sedimen terlihat
memotong lapisan sedimen lain, selain itu perlapisan ini dapat terjadi jika lapisan
sedimen yang lebih muda memotong lapisan sedimen yang lebih tua.

Cross Bedding
Graded bedding disebut juga perlapisan bersusun. Perlapisan sedimen jenis ini
memperlihatkan perbedaan ukuran fragmen/butir lapisan batuan sedimen.
Sedimen yang memiliki ukuran besar lebih dahulu mengendap dibandingkan
sedimen yang berbutir lebih kecil. Jadi semakin ke atas lapisan sedimen semakin
berbutir halus.

Graded Bedding

Ripple marks adalah perlapisan sedimen yang membentuk suatu


permukaan seperti gelombang yang disebabkan oleh pengerjaan angin dan
air. Pada awalnya lapisan ini berstruktur datar, akan tetapi terkena erosi
angin dan air sehingga membentuk cekungan-cekungan.

Ripple Mark
Mud craks adalah perlapisan sedimen yang terbentuk akibat air yang
mengandung banyak lumpur mengering oleh pengaruh udara. Sedimen ini
biasanya menghasilkan bentukan-bentukan poligonal.

Mud Crack

Lamination atau laminasi adalah struktur lapisan sedimen yang menunjukkan


perlapisan yang sejajar (horizontal).

Lamination
C. Cara Mengenal Perlapisan
Ada beberapa cara untuk mengenal perlapisan, yaitu:
1. Perubahan
Perubahn disini meliputi perubahan pada:
- Macam-macam batuan
- Susunan mieralogy
- Tekstur dan besar butir
- Warna
- Struktur sedimen
- Kekerasan batuan
2. Penyebaran Fosil
3. Jejak binatang
4. Kick dalam listrik

D. Penandaan dan ketidakteraturan dari bidang perlapisan


Jika diteliti lebih dekat kebanyakan dari bidang perlapisan pada batu
pasir menampilkan struktur yang bervariasi, struktur tersebut dibagi atas
bagian – bagian yaitu: didasar lapisan, diatas larisan dan diantara lapisan.
‘Sole Markings’ adalah karakteristik kenampakan dari bagian
bawah pada perlapisan batu pasir dan beberapa batu ganping selebihnya
pada batu lempung damn lanau(tabel 4-3). Kenampakan tersebut telah
diketahui beberapa tahun yang lalu dan baru akhir-akhir ini dipelajari secara
intensif . kebanyakan dari struktur ini merupakan cetakan atau negatif
depression atau markings (penandaan atau jejak). Pada umumnya
diproduksi diatas lempung dimana pasir sudah tersebar, stuktur ini dikontrol
origin oleh 1) jalanya arus dipermukaan lempung 2) pembebanan yang tidak
seimbang dari lempung halus hidroplastic 3) aktivitas organisme di
permukaaan walaupun mereka muncul dikebanyakan batu pasir,sole marks
biasanya lebih berlimpah di turbidit dimana mereka menyediakan cara
untuk menentukan aliran arus.
Dari beberapa variasi struktur yang diproduksi oleh jalanya arus
yang paling umum adalah flute yang terbentuk dari cetakan di permukaan
lempung dan terisi dengan pasir dan oleh karena itu digambarkan sebagi
pengangkutan struktur atau flute cast berada di posisi terbawah atau lapisan
dasar dari hamparan lapisan pasir.
Flute cast adalah struktur yang berbentuk setengah kerucut dengan
hidumg puncakmya berbentuk bundar atau bulat dan bagian lainnya akan
melebar dan menyatu dengan bidang perlapisan. Struktur telah juga didesain
seperti flute molds, flow marks, scour cast, scour fingger, vortex cast dan
turbboglyph. Flute cast mempunyai panjang yang bervariasi dari hanya
beberapa centimeter hingga struktur berukuran raksasa sekitar 1-2 meter
panjangnya, solitary flutes sangat jarang ditemukan. Pada umumnya dia
muncul sebagai suatu kelompok dimana satu jenis flute cast dapat terbentuk
dengan ruang luas, ruang tertutup bahkan pertambalan, hal ini sangat umum
umtuk laisan batu pasir yang beruntun umtuk menampilkan flute cast,
dengan kata lain ketika kondisi sangat tepat untuk memproduksi suatu
kelompok flute menjelang pengendapan dari satu lapisan pasir, kondisi ini
terjadi menjelang penbentukan dari lapisan subsekuen.
Flute cast mempunyai variasi bentuk,variasi tersebut dalam satu
kelompok menjadi lebih atau sedikit mirip, beberapa berstruktur clongate
berhubungan dengan strukur terbatas; lain mempunyai bentuk broader
deltoid. Beberapa mempunyai bentuk simetri bilateral yang bagus yang lain
menunjukan sedikit bentuk pada umumnya denagn beak terputar. Hal ini
tampaknya merupakan transisi dari bentuk sempurna flute cast hingga scour
cast yang melintang lebih irregular dan juga berhubungan dengan elongate
furrow cast.T4-3

Bentuk yang kurang reguler menyerupai load cast tetapi mempunyai


bentuk yang lebih reguler dan juga menunjukan bukti jelas dari asal proses
erosinya, seperti pembagian dari laminasi di subjacent lempung atau
silt.laminasi mungkin akan tererosi berbeda sehingga pasir yang mengisi
tersebut akan memperlihatkan ‘jejak” yang membentuk Flute cast yang
terpahat, sebagai perbandingan laminasi berasosiasi dengan load cast
pembentukannya tidak bergantung pada struktur melainkan terbentuk oleh
erosi. Beberapa pengisi dari struktur flute adalah penyebab dari
pembebanan dan deformasi, seperti load casted. Flute mark merupakan
contoh yang bagus dari struktur yang sangat hebat merupakan tipe yang
yang sulit untuk diklasifikasikan.Gr4-14

Walaupun flute mungkin berasosiasi dengan saluran (alur) yang


bukan merupakan peraturannya, biasanya mereka eksklusif.
Flutte tampaknya merupakan produk dari arus local yang terputar,
ukurannya sangat bergantung pada ukuran dari putaran, kemudian mungkin
menjadi rumgsi dari kekuatan arus, ketika kondisi arus sangat tepat untuk
memproduksi satu putaran maka akanberkenbanng tteapt di lapangan dari
semacam vortices. Ada banyak factor yang tidak dikenal yang mengontrol
ukuran, bentuk dan keruangan dari flute (Allen,1826,fig 1-2) menyediakan
klasifikasi yang menyeluruh untuk bermacam – macam kelompok flute.
Flute merupakan paling umum dan paling brguna untuk produksi arus sole
marks, bentuk mereka adalah pemandu yang tepat atas direksi dari
aliran arus, dan walaupun tidak eksklusif flute merupakan produk dari arus
turbidit yamg paling berkarakteristik dari fasies flysch.
Struktur diproduksi oleh arus scour dan sekarang ini untuk flute
adalah arus crescent (Hufeisenwulse), tentu saja merupakan depresi
berbentuk sepau kuda dikembangkan oleh scour current,mengelilingi
hamparan obstacle di permukaan pasir, pada umumnya membentuk
lingkaran innuclast shale di batu pasir fluvial,clas dan moat terkubur dengan
pasir yang ada. Akhirnya shale yang terlapukan keluar meninggalkan
lubang. Noat tampak terangkat keluar dari bagian bawah pada lapisan batu
pasir mengelilinga lubang tersebut.
Groove cast (shroek,1948.p.102) biasanya dicirikan dengan kenampakan
seperti terangkat, rektalinier, bulat hingga berpuncak tajam yang ditemukan di
bagian bawah sebagian lapisan batu pasir. Biasanya merupakan karakteristik
dari pasir turbidit,mereka diperkirakan berasal dari pengisian dari benukan yang
mennyerupai alur atau saluran dibawah hamparan shale lempung dan bahkan
disebut “mud furrows’oleh Hall yang mengobservasi hal ini di New York pada
jaman Devonian sekitar 100 tahun yang lalu(Hall,1843,p.424). Bahkan juga
mereka dinamakan “drag marks” dan “drag cast” dari perkiraan pembentukan
mereka oleh object yang telah tergeser oleh lempung dibagian bawah
(ikkuenen,1957,p.243).

Groove cast jarang sekali tampak sendiri, mereka biasanya muncul


dalam set, umumnya sebagai dua set intersecting pada sudut akut
dipermukaan yang sama (fig.4-16). Bila berupa barisan individual biasanya
menampilkan sebuah relief yang hanya 1 millimeter hingga 2 milimeter atau
lebih dari centimeter, merek mempunyai bentuk yang sangat teratur dan
paling terbuka menunjukan baik itu permulaan maupun penutup. Beberapa
bahkan multiple dan terornamentasi dengan seri orde kedua dari
microgrooves atas ridges, didalam set terdapat sedikit atau tidak ada deviasi
dalam azimut, ggroove cast mungkin sedikit atau bias pula banyak; dan
setelahnya set bertahap menghilangkan bagian yang pertama
Groove marks dapat dikenali dari slide marks atau cast (fig.4-17)
yang terbentuk oleh pergerakan dari obyek yang besar seperti shal raft
melewati bagian bawah, seperti objek sliding termasuk untuk rotasi atau
terporos hingga bentuk tanda yang mereka buat seperti kurva.Normal
grooves sebaliknya telah dibuat oleh banyak objek individual menunujukan
kelakuan yang tidak terkoordinasi. Ggroove cast bias berasosiasi dengan
prod cast, skip dan bounce cast, dan brush marks tetapi jarang dengan flute
cast, pengakhiran jarang terlihat dimana proses tersebut ditandai oleh
fragmen kerang atau perangkat lain yang dikenali yang diperkirakan
bertanggung jawab pada proses pembuatan groove.
Groove cast hanya dapat diobservasi di shale yang telah terlapukan
sehingga menampilkan permukaaan bagian bawah dari lapisan batu pasir,
seperti flute cast groove cast banyak terakumulasi di dasar dari pasir turbidit
dan merupakan struktur hieroglyphic yang paling umum dari fasies flysch.
Pembentukan dari groove cast sangat panjang dab tak terduga, hal
ini sangat jelas bahwa mereka adalah produk dari material yang tersapu oleh
arus yang mengukir permukaan dari bagian bawah lempung yang relatif
keras.Hal ini didukung oleh penemuan dari semacam perangkat seperti
kerang, pasir butiran besar, bongkah lempung pada arus bawah akhir dari
groove dan paralelisme dari grooves dengan arah dari aliran arus yang
tergambar melalui criteria lain. Pergerakan yang pasti tidak begitu jelas,
kebanyakan obyek bergerak oleh proses arus yang menggelinding dan
melompat – lompat dan konstan berotasi atau berputar. Untuk membentuk
groove membutuhkan kontak yang berkelanjutan bahkan tekanan dan
gerakan tidak terotasi, gerakan terputar membentuk flutes bukan grooves.
Kondisi apa yang mengontrol masing – masing dan diantara dua hal berikut
mana yang lebih proximal ?

Groove cast, oleh karena pada umumnya terdapat dalam jumlah


yang banyak, maka dapat dijadikan sebagai indicator arus paleon yang
paling berguna, khususnya bila digunakan dalam hubungan dengan sruktur
akan menghasilkan indicator dari jenis pergerakan . Jika pergerakan
bertanggung jawab untuk pembentukannya tentu saja arus turbiditas dan
densitas bergerak menuju lereng rendah, kemudian beberapa beberapa
masalah yang pelik akan muncul. Penyimpangan dari arah proses terlihat
dari set intersecting atau oleh arah abberant di lapisan yang tertentu dimana
sekuen yang lebih reguler memunculkan pertanyaan mengenai paloeslope,
jelasnya tidak semua grooves terpotong oleh arus yang bergerak ke lereng
rendah.
Sebagaimana telah dilihat di tabel 4-3 ada marks atau struktur
dengan tujuan untuk lebih mengenal flute dan groove cast, termasuk disini
adalah yang dibentuk oleh objek yang berselang menyentuh bagian bawah
dan yang diatur oleh obyek yang terputar. Grup pertama terdiri dari bounce,
brush, dan prod cast.Bounce cast juga skip cast adalah marks yang
ditempatkan pada interval biasa dan merupakan akibat dari struktur yang
terbuat dari obyek yang meneruskan pola salvatory, brush cast menunjukan
kontak dibawah merupakan suatu ketidaksengajaan dan tidak biasanya
terulang dan lebih lagi berlangsung cukup lama untuk membuat konstruksi
dari timbunan kecil dari material yang terdorong keatas oleh obyek yang
bergerak. Prod cast seperti yang diartikan oleh namanya terbentuk oleh
sebuah obyek seperti sebagian tongkat kayu air menabrak bagian bawah,
dan ditekan sekuatnya lalu diputar dari kearah depan dan selanjutnya
diangkat bebas, titik terminal dari arus bawah yang lebbih terlihat pada
bentukan marks terhampar pada akhir dari groove pendek.
Roll marks sangat bervariasi, umunya terjadi pada sekuensi flysch
yang terbentuk akibat gaya perputaran atau lingkaran dari cangkang planar
ynag terputar terutama cephalopods. Struktur ini biasanya meninggalkan
karakteristik berupa “tanda” atau jejak (seilacher,1963).
Mud craks berkembang di material kohesif yang mengalami
penyusutan pada sat kehilangan kandungan air, umumnya lempumg
mengilustrasikan ini dengan sangat baik. Material berbutir yang non
kohesiv seperti pasir tidak bias diharapkan untuk membuat mud crak,
namun pola polygonal dari ridges yang terangkat hadir dibagian dari
beberapa batu pasir, struktur ini dibuuuuat secara nyata oleh masukan dari
pasir yang melewati permukaan mud crack, pengisian pasir didalam kerak
tersebut menjadi bagggian dari hamparan lapisan pasir itu sendiri. Shale
biasanya terlapukan, meninggalkan cast dari kerak yang telah terisi
menyambung pada lapisan batu pasir iu sendiri.
Karakterstik struktur yang terdapat diatas permukan lapisan batuan
pasir termasuk ripple marks, rill marks, pits dan prints dan di pasir lebih
halus juga silt, ice crystal cast dan molds. Struktur biogenik jjuga umum
ditemukan di beberapa lapisn, semua dari marks struktur diatas juga bisa
muncul sebagai cast di bawah perlapisan.
Dahulu kala salah satu dari sruktur yang tercbservasi awal dari pasir
dan batu pasir dan satu diantaranya yang paling dan telah ditulis adalah
ripple dan ripple marks. Ini adalah literatur yang sangat hebat untuk subyek
tersebut tidak hanya oleh geologist juga untuk siapa yang tertarik pada fisik
dari pergerakan butiran dan fenomena ripple atau wave (gelombang). Awal
tulisan klasik oleh geologi yang dibuat oleh Kindle (1917) dan Bucher
(1919), satu dari yang paling baru ulasan yang menyeluruh mengenai
subyek ini adalah Allen (1969).
Kebanyakan dari pekerjaan awal berurusan dengan bentuk atau
morfologi dari ripple seperti yang terlihat di pasir yang lebih muda atau
ditunjukan di bidang perlapisan dari batu pasir yang lebih tua, menjelang
decade terakhir ketertarikan telah berganti kepada struktur dari ripple dan
kenampakannya seperti ripple, drift, yang baik diamati di cross section.
Ripple marks adalah gelombang dengan skala yang kecil pada pasir
dan bentukan itu terbentukdari arus yang lebih lemah dari pada yang
membentuk dunes yang umumnya terbuat dari cross bedding dalam skala
yang besar,ripple marks adalah karakteristik dari butiran material non
kohesiv pada ukuran pasir, mereka mungkin mengembangkan baik dalam
pasir sislika atau pasir karbonatan tetapi tidak membentuk dalam material
yang kasar seperti gravel atau lanau dan lempung yang lebih halus.
Klasifikasi telah merupakan sutau masalah karena variasi ynag
banyak dari riiiple dan gradasi dari satu tipe ke tipe lain. Gambar 4-18
mengilustrasikan salah satu dari banyak variasi yang berbeda dari ripple
marks. Pada dasarmya ripple mempunyai dua tipe: yaitu ripple yang
mempunyai cross section yang simetrik biasanya beratribut pada gelombang
yang terbentuk dari arus oscillatory dan ripple dengan cross section
assymetrical yang dibentuk oleh arus yang tidak teratur dari angin atau air,
arus ripple dalam skala kecil adalah salah satu dari variasi dan bentuk juga
dimiliki oleh sekuen seperti mereka baik bertingkat atau menerus satu sama
lain( fig.4-19). Ripple marks menampilkan pola rectalinier, jika berlanjut
dan normal pada arus atau sinous, jika berkelanjutan tetapi disertai dengan
beberapa kelokan pada arus, banyak dari arus ripple tidak membentuk pola
yang berkelanjutan tetapi malah terpecah menjadi sruktur cresent yang
terkompresi secara lateral dari bentuk U pada bidang. Mereka membentuk
Cresentris atau barchanoid jika titik ekstrem dari arus bawah dan lunate jika
titik itu dari arus atas, beberapa indicator berdasarkan atas beberapa
parameter seperti panjang dan tinggi telah diperkirakan untuk membagi
antara eolian dan
Gambar 4-18. Fosil ripple mark. Horton Group (Missisipian), Minas basin,
Walton, Nova scotia. Menggambarkan dua set ripple. Foto ole H.P. Eugster.
Gambar 4-19. Nomenclature dan hubungan antara perbedaan jenis jejak
arus (Allen, 1969).
Jejak air. Semenjak jejak-jejak eolian mulai jarang ditemukan, kalaupun
ada, hanya ditemukan pada rekaman geologi, tetapi rupanya hal ini tidak
terlalu berpengaruh.
Pola dari jejak-jejak yang telah ada menyebabkan butiran pasir bergerak dan
terbentuk diantara laut tengah hingga laut dalam. Pada laut dangkal mereka
mengalir sampai ke garis pantai, aliran inilah yang sangat membantu dalam
menentukan Paleogeographic hingga dapat terekam secara sistematik.
Pada beberapa sistem jejak, butiran-butiran pasir ditransportasikan dan
diendapkan pada stoss dan lapisan lee, sehingga jejak yang akan terbentuk
mengikuti pola tanpa perubahan lapisan pengendapan. Jika kemudian pasir
terus bertambah pada sistem tersebut, maka kecepatan pengendapan pada
lapisan lee bertambah pula dan terbentuklah jejak menangga atau ripple-
drift cross-lamination (Sorby, 1859, 1908, p. 184; Walker, 1963, 1969;
Jopling and Walker,1968; Hunter, 1977)
Jika dilihat secara detail, morfolgi dari struktur ripple-drift adalah bervariasi
dan beberapa subtype-nya dapat dikenali. Pertama, seluruh endapan
terdapat pada lapisan lee. Tipe kedua, endapan terdapat pada stoss dan lee
dengan masing-masing laminasi yang menerus sepanjang sistem. Tipe
ketiga, dicirikan oleh jenis butiran, lumpur diendapkan pada cekungan jejak,
silt dan pasir terdapat pada sisi stoss. Walaupun laminasinya menerus, pada
kasus ini terjadi perubahan komposisi dari stoss ke lee side. Dari beberapa
tipe ripple-drift ini, terlihat karakteristik dari endapan turbidite (Walker
1963).
Sudut yang terbentuk pada jejak menangga dikontrol oleh kecepatan
pengendapan dari yang sebelumnya relatif suspensi hingga terendapnya
butiran-butiran. Pada Rezim aliran tinggi (bab 8), sedimen menyapu lapisan
lee sehingga sudut menangganya relatif kecil (Walker, 1969).
Struktur “rib and furrow” yang terdapat pada batupasir merupakan
kenampakan yang sederhana dari mikro-cross-lamination sebagai hasil dari
penambahan jejak-jejak. Dapat juga disebut sebagai miniatur dari cross-
stratification.

Gambar 4-20. Parting lineation di batupasir Annot, turbidit. Near Piera-


Cava, Maritim Alps, Perancis.
Struktur jejak dapat mengalami perubahan. Hancur dan terendam secara
lokal dapat terjadi pada saat pembentukan atau sebelumnya, terutama pada
jejak silt dan pasir halus. Hal tersebut dapat menunjukkan adanya kaitan
antara perubahan struktur jejak dengan convolute bedding, kemungkinan
ekstrem convolute bedding merupakan hasil akhir dari perubahan struktur
jejak. Jejak-jejak yang terbentuk dari pembebanan endapan lumpur disebut
load cast.
Beberapa butiran-butiran pasir diendapkan menjadi bagian yang terpisah
sepanjang bidang perlapisan hingga membentuk suatu keteraturan. Pada
permukaanya menunjukkan adanya lineasi yang lemah, parting
lineation, juga merupakan awal mula dari aliran lineasi yang berhubungan
dengan orientasi butiran. Secara bersamaan bagian yang terpisah tersebut
menyusut secara tidak sempurna menyebabkan terbentuknya struktur
seperti tambalan-tambalan yang merekat pada permukaan lapisan.
Ketidakteraturan struktur tambalan ini dapat memperpanjang lineasi.
Gambar 4-21. Kenampakan load casts., Owen Country, Indiana, U.S.A.

Perlapisan Stratigrafi
PERLAPISAN
2.1 KHULUK PERLAPISAN
2.1.1 Dimana Mulai: Pengenalan Himpunan Lapisan
Ketika Anda mendekati suatu singkapan batuan sedimen, kami menyarankan agar Anda mulai mengamatinya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sbb:
1. Dapatkah saya mendeteksi suatu hal dalam batuan itu yang mengindikasikan bahwa batuan itu berlapis?
2. Dapatkah saya mengidentifikasikan hal-hal tertentu yang secara khas mengindikasikan proses atau lingkungan
peng-endapan batuan itu?
3. Dapatkah saya mendeteksi pola perubahan tertentu dalam batuan itu yang mungkin mengindikasikan terjadinya
perubahan proses pengendapannya dan, oleh karena itu, lingkungan pengendapannya?
4. Sejauh mana produk proses-proses dan lingkungan-lingkungan pengendapan itu melampar?

2.1.2 Dasar Ancangan Itu: Asal-Usul Perlapisan Masa Kini


Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Anda akan mengandalkan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman sewaktu melakukan percobaan-percobaan di laboratorium dan dari pengetahuan mengenai
proses-proses yang bekerja dalam lingkungan pengendapan masa kini.
Banyak tubuh sedimen memiliki bidang-bidang pembatas yang lebih kurang datar dan melampar luas.
Satuan sedimen seperti itu umumnya mencerminkan kondisi-kondisi fisik dan pasokan sedimen yang lebih
kurang tetap. Satuan itu dicirikan oleh komposisi, tekstur, dan struktur internal tertentu yang membedakannya
dari satuan lain yang terletak di atas dan dibawahnya (gambar 2-1). Satuan sedimentasi yang lebih tebal dari
1 cm disebut lapisan (bed). Bidang pembatas atas dari lapisan disebut bidang perlapisan atas (upper bedding
surface), sedangkan bidang pembatas bawah dari lapisan disebut bidang perlapisan bawah (sole; lower
bedding surface) (gambar 2-2).
Lapisan mencakup satuan-satuan yang lebih tebal dari 1 cm dan secara informal disebut lauh (layer) atau
stratum. Satuan sedimentasi yang tebalnya kurang dari 1 cm disebut lamina. Lamina (jamak: laminae)
merupakan satuan terkecil dari suatu paket batuan yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Lauh (stratum)
dan lamina dapat menyusun lapisan dan dapat diendapkan dengan membentuk sudut terhadap bidang
pengendapan utama. Lapisan seperti itu disebut lapisan silang-siur (cross bed). Lapisan silang-siur mencakup
laminae silang-siur (cross laminae) atau strata silang-siur (cross strata). Fenomenon umum dari lauh yang
miring disebut laminasi silang-siur (cross lamination) atau lapisan silang-siur (cross bedding), tergantung pada
skalanya. Kelompok-kelompok lapisan dapat membentuk koset (coset) atau bedset. Koset dan bedset bisa
sederhana (simple) maupun komposit (composite) (gambar 2-2).
Istilah lapisan dan bidang perlapisan hendaknya tidak digunakan untuk memerikan
bagian-bagian lapisan yang menyuban (split) ketika lapuk. Untuk itu hendaknya
digunakan istilah bidang penyubanan (splitting plane; parting plane) (gambar 2-3). Walau
demikian, banyak bidang penyubanan memang berkorespondensi dengan bidang
perlapisan.

Banyak lapisan dan bedset masa kini memiliki bentuk dan ketebalan yang lebih kurang sama di suatu daerah
yang luas, meskipun lapisan dan bedset itu pada akhirnya menipis atau berubah karakternya secara berangsur
pada arah lateral. Pada kondisi tertentu yang jarang terjadi, suatu lapisan atau bedset berubah secara tiba-
tiba pada arah lateral. Selain itu, jika kita dapat mengamati lingkungan masa kini untuk jangka waktu yang
cukup panjang atau jika variabel-variabel dalam suatu percobaan laboratorium berubah, maka lapisan yang
sifatnya berbeda dan dihasilkan oleh kondisi fisik yang berbeda akan diendapkan di atas lapisan sebelumnya.
Penampang vertikal dataran banjir, dataran estuarium (estuarine flat), atau gisik yang sering memperlihatkan
urut-urutan lapisan yang terbentuk pada masa sekarang. Pada singkapan itu akan terlihat bahwa lapisan paling
tua terletak di bawah, sedangkan lapisan paling muda terletak di atas. Setiap himpunan lapisan itu
mencerminkan perubahan kondisi-kondisi fisik.
Setiap struktur sedimen yang memotong lapisan—misalnya suatu alur yang menyayat beberapa lapisan—
lebih muda dibanding lapisan yang terpotong. Pada situasi seperti itu, fragmen-fragmen batuan tua dapat
ditemukan dalam lapisan yang lebih muda daripadanya. Pengamatan yang seksama terhadap lapisan yang
terbentuk pada masa kini dapat memperlihatkan adanya struktur lain (misalnya gelembur setangkup yang
dihasilkan oleh gelombang dan lekang kerut) serta sisa-sisa organisme (akar tumbuhan, cangkang binatang
pada posisi hidup, jejak kaki binatang, lubang galian, dan jejak rangkakan). Struktur-struktur itu memungkinkan
kita untuk mengetahui urut-urutan stratigrafi dalam rekaman batuan.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Dasar Stratigrafi yang Berasal dari Hasil Pengamatan terhadap Fenomena Masa
Kini
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai proses dan produk pengendapan masa kini
memungkinkan kita untuk menyusun beberapa prinsip stratigrafi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
alat bantu untuk menentukan kehadiran dan kedudukan lapisan dalam paket batuan purba yang telah terkena
gangguan tektonik. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
Prinsip datar asal (the principle of original horizontality of beds) yang menyatakan bahwa
sebagian besar lapisan batuan di-endapkan sejajar dengan bidang horizontal bumi atau
sedikit miring terhadap bidang itu. Lapisan luar biasa yang diendap-kan dengan
membentuk sudut hingga sekitar 40o, relatif terhadap bidang horizontal bumi, dapat
dikenal berdasarkan struktur sedimen yang ada didalamnya.
Prinsip kesinambungan asal (the principle of original continuity of beds) yang menyatakan bahwa kelompok-
kelompok lapisan biasanya melampar secara luas serta mampu mempertahankan ketebalan dan
kesinambungannya pada suatu jarak yang sangat jauh. Individu-individu lapisan dan lauh juga dapat berbentuk
lentikuler pada jarak yang relatif dekat.
Prinsip superposisi (the principle of superposition of beds) yang menyatakan bahwa, dalam suatu paket batuan,
lapisan muda diendapkan di atas lapisan tua.
Prinsip yang menyatakan bahwa posisi atas-bawah lapisan dapat diketahui berdasarkan struktur sedimen yang
mencirikan posisi atas-bawah suatu lapisan.
Prinsip inklusi (the principle of included fragments) yang menyatakan bahwa fragmen-fragmen suatu batuan tua
dapat hadir dalam lapisan muda, namun fragmen-fragmen lapisan muda tidak dapat hadir dalam batuan tua.
Prinsip pemotongan (the principle of cross-cutting relationship) yang menyatakan bahwa suatu gejala yang
memotong suatu lapisan lebih muda dibanding lapisan itu.
Prinsip pengenalan dan korelasi strata berdasarkan fosil yang ada didalamnya (the
principle of strata identified and correlated by their included fossils) yang menyatakan
bahwa strata dapat ditentukan umurnya dan dapat dikorelasikan berdasarkan urut-urutan
dan kekhasan flora dan fauna yang ada didalamnya.

2.1.4 Penerapan Prinsip-Prinsip Dasar Stratigrafi dalam Menentukan Kedudukan Lapisan dalam Paket
Batuan Tua
Prinsip datar asal, prinsip kesinambungan asal, prinsip superposisi, dan prinsip pemotongan akan menjadi
penunjuk yang memadai untuk meneliti batuan yang relatif sedikit terangkat. Jika paket batuan yang diteliti
miring curam, prinsip penentuan posisi atas-bawah yang didasarkan pada struktur sedimen akan
memungkinkan kita untuk menentukan apakah paket itu masih berada dalam posisi normal atau sudah terbalik.
Pada kasus seperti itu, istilah youngingdigunakan untuk menyatakan arah ke mana batuan muda akan
ditemukan. Dengan demikian, misalnya saja, suatu paket batuan dapat dikatakan “makin muda ke
timur” (“younging to the east”). Penerapan prinsip kesinambungan asal, prinsip pemotongan, dan prinsip inklusi
juga dapat membantu kita dalam mengenal sesar dan bidang kerukan.

2.1.5 Pengamatan Pendahuluan dan Pencatatan Perlapisan


Ada beberapa level pengamatan dan penelitian perlapisan yang dapat dilakukan, mulai
dari penelitian berskala besar yang dilakukan dari jarak jauh hingga penelitian mendetil
berskala kecil yang dilakukan dengan bantuan suryakanta. Pertama-tama sebaiknya kita
mengamati keseluruhan singkapan dari jarak jauh untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai kedudukan lapisan. Pada tahap itu awal itu sebaiknya kita juga mencoba untuk
menentukan urut-urutan stratigrafi. Hal itu dapat dilakukan dari jarak jauh berdasarkan
adanya hubungan pemotongan, misalnya kehadiran alur berskala besar. Walau
demikian, kepastian mengenai hal itu mungkin baru diperoleh dari hasil pengamatan
jarak dekat. Pada waktu itu kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan dan
mengajukan jawaban tentatif terhadap setiap pertanyaan itu. Pertanyaan-pertanyaan
yang dimaksud adalah:
1. Apakah bidang perlapisan bawah setiap lapisan sangat tidak beraturan pada skala besar? Apakah ada alur
besar yang memotong lapisan-lapisan yang terletak dibawahnya? Apakah kita dapat menentukan posisi atas-
bawah dari jarak jauh?
2. Apakah lapisan-lapisan tampak memiliki hubungan yang selaras di setiap bagian singkapan? Apakah ada dua
kelompok strata yang miring dengan sudut kemiringan yang berbeda atau apakah penyebaran salah satu
kelompok berakhir pada kelompok kedua dan, oleh karena itu, mengindikasikan kemungkinan hadirnya
ketidakselarasan pada singkapan itu?
3. Berapa kira-kira jarak antar bidang perlapisan yang berdampingan? Apakah lapisan-lapisan itu memiliki
ketebalan yang seragam dari bawah ke atas? Apakah lapisan-lapisan itu makin tebal ke atas atau makin tipis
ke atas? Apakah ada suatu pola perulangan dari perubahan ketebalan lapisan? Apakah individu-individu
lapisan berubah ketebalannya ke arah lateral dan, jika memang demikian, bagaimana hal itu terjadi?
4. Apakah ada tanda-tanda variasi besar butir dari satu lapisan ke lapisan lain yang terletak di atas dan
dibawahnya? Apakah lapisan-lapisan tertentu secara konsisten memperlihatkan penghalusan ke atas atau
pengkasaran ke atas?
5. Apakah ada perubahan besar butir ke arah lateral?
6. Apakah ada variasi komposisi pada arah vertikal, misalnya perubahan dari batugamping-serpih-batupasir-
konglomerat? Apakah perubahan itu memperlihatkan pola tertentu?
7. Apakah ada variasi yang teratur dalam hal ketebalan, besar butir, dan komposisi secara bersama-sama pada
arah vertikal?
Kembangkan kebiasaan untuk mencatat semua data pengamatan awal dan berlatihlah
untuk menaksir dimensi lapisan-lapisan besar dan paket lapisan. Dari analisis awal
seperti itu, kita akan mendapatkan gagasan dimana sebaiknya kita mulai melakukan
penelitian mendetil, dimana kita sebaiknya mengambil sampel, dan dimana kita
kemungkinan besar akan mendapat-kan informasi-informasi kunci.

2.1.6 Pengamatan Mendetil dan Pencatatan Lapisan: Metodologi


2.1.6.1 Kedudukan Lapisan
Penelitian mendetil pada singkapan hendaknya dimulai dengan pengukuran kedudukan lapisan (jurus dan
kemiringan) pada banyak tempat. Fakta-fakta itu selanjutnya dirajahkan pada peta dan dicatat dalam buku
catatan lapangan. Data itu penting karena data pengukuran berbagai struktur sedimen, yang mencakup efek-
efek tektonik, akan dapat direstorasi (dengan bantuan stereogram) kepada posisinya sewaktu terbentuk
pertama kali (lihat Lampiran 1). Koreksi yang diperlukan biasanya berupa koreksi kemiringan. Walau demikian,
pada kondisi tertentu, tunjaman juga perlu diperhitungkan.
Amati secara seksama struktur-struktur sedimen yang mengindikasikan posisi atas-bawah, kemudian
periksa kemungkinan diterapkannya prinsip datar asal. Sebagian struktur atas-bawah disebut struktur
geopetal (geopetal structure). Meskipun sangat jarang ditemukan, namun struktur itu sangat bermanfaat dalam
mengindikasikan kedudukan asal dari lapisan-lapisan batuan secara meyakinkan. Contoh dari struktur
geopetal adalah cangkang brachiopoda yang setengahnya terisi oleh sedimen setelah organismenya mati.
Kedudukan struktur geopetal itu mungkin cukup jauh berbeda dari bidang perlapisan. Lapisan-lapisan yang
terbentuk pada reef front, misalnya saja, dapat memiliki kemiringan asal (original dip; initial dip) 30o atau lebih
(gambar 2-4).

2.1.6.2 Paket Batuan


Tujuan dasar dari pengamatan terhadap suatu paket batuan adalah mengamati dan
memerikannya secara singkat dan akurat serta untuk membaginya ke dalam sejumlah
lapisan dan bedset. Bila memungkinkan, ukur dan catat beberapa paket batuan yang
secara lateral ekivalen satu dengan yang lain serta pastikan bahwa pengukuran
ketebalan dilakukan pada arah yang tegak lurus terhadap bidang perlapisan. Cara itu
memungkinkan variasi lokal dapat dibedakan dari variasi regional serta memastikan
bahwa trend regional dapat dilihat dari kacamata yang tepat.
Pembagian singkapan ke dalam satuan-satuan terukur mungkin agak arbitrer. Tingkat
kecermatan penelitian akan bervariasi sesuai dengan khuluk dan skala permasalahan
serta dengan pengalaman ahli geologi yang melakukan penelitian. Di atas itu semua, kita
harus selalu berusaha untuk menerapkan kriteria yang konsisten dan mengambil sampel
secara merata (gambar 2-5). Kembangkan prosedur-prosedur kerja yang sistematis
berdasarkan prinsip-prinsip stratigrafi yang mantap. Perhatikan setiap lapisan pada arah
lateral untuk melihat apa yang terjadi pada lapisan itu serta untuk melihat variasi
ketebalannya pada arah lateral. Pertama-tama, perhatikan bagian bawah setiap lapisan,
kemudian bagian tengahnya, dan terakhir bagian atasnya. Lakukan pengamatan secara
vertikal, dimulai dengan lapisan paling tua, kemudian berangsur-angsur teliti lapisan-
lapisan yang lebih muda daripadanya, hingga terakhir kita meneliti lapisan paling muda.
Kebiasaan untuk mengukur dan mencatat data secara metodis umumnya akan
meningkatkan daya observasi serta menyebabkan usaha pengenalan pola lebih mudah
untuk dilakukan. Dengan kebiasaan seperti itu, proses pencarian pola dalam data
lapangan akan menjadi sesuatu yang otomatis. Banyak prinsip tersebut di atas akan
diperluas dan dilukiskan pemakaiannya pada bagian-bagian lain dari buku ini.
Dalam prakteknya, pengenalan perlapisan dan pendefinisian bidang perlapisan
mungkin sukar untuk dilakukan. Perlapisan harus dibedakan dari penyubanan, dari kekar
dan sesar, serta dari colour banding yang disebabkan oleh pelapukan dan diagenesis.
Perubahan komposisi atau besar butir merupakan petunjuk terbaik untuk mengenal
lapisan. Kedua aspek itu seringkali lebih mudah terlihat pada singkapan yang agak lapuk.
Pelapukan diferensial dan erosi dapat mempertegas perbedaan antara dua lapisan yang
berdampingan sehingga lapisan-lapisan itu dapat terlihat pada singkapan yang segar.
Pada kasus lain, pelapukan-dalam dapat menyebabkan tersamarkannya struktur
pengendapan. Beberapa bidang penyubanan yang jelas dan terletak lebih kurang sejajar
satu sama lain, atau jejak-jejak tidak langsung yang mengindikasikan bidang perlapisan,
dapat menjadi petunjuk pertama untuk mengetahui kedudukan lapisan. Perubahan
warna, komposisi, tekstur (besar butir, variasi besar butir, bentuk butir, porositas,
pembandelaan, derajat sementasi, kekerasan), struktur internal (laminasi, perlapisan),
serta orientasi dapat berperan sebagai aspek yang mendukung atau menolak konjektur
awal itu (gambar 2-1, 2-5, dan 2-6).
Praktek yang disarankan melalui gambar 2-5 berkaitan dengan metoda kerja yang
pada dasarnya bersifat satu-dimensi: perekaman urut-urutan vertikal dalam bentuk log.
Walau demikian, pada banyak kesempatan sebaiknya kita mencoba untuk memotret
setiap bagian singkapan dari jarak yang lebih kurang sama dan tegak lurus terhadap
bidang singkapan. Dengan cara itu, kita dapat membuat sebuah mosaik potret yang
saling tumpang-tindih. Mosaik itu selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
membuat penampang dua dimensi yang memperlihatkan struktur perlapisan. Kebenaran
penampang itu dapat diperiksa dengan cara membandingkannya dengan singkapan di
kemudian hari. Prosedur itu sangat baik karena dapat mem-bantu seseorang untuk
mengembangkan gagasan yang mantap mengenai fenomena yang dihadapinya. Jika
singkapan memiliki tonjolan dan lekukan pada arah yang lebih kurang tegak lurus
terhadap bidang singkapan, atau ketika sebagian singkapan tertutup vegetasi, kita perlu
melukiskan diagram berskala yang melukiskan rampatan mengenai geometri singkapan.

2.1.6.3 Ketebalan Satuan Sedimen


Pengukuran ketebalan lapisan, dengan menggunakan Satuan Internasional (Standard
International Units), hendaknya dilakukan di dekat lintasan vertikal yang dipilih untuk
sebagai sampel dari paket batuan yang diteliti. Penentuan lintasan peng-ukuran mungkin
ditentukan oleh singkapan itu sendiri, misalnya kasus penampang sungai, namun
mungkin pula ditentukan secara selektif atau arbitrer oleh si peneliti. Apabila bidang
perlapisannya tajam, limit-limit satuan pengukuran biasanya juga jelas. Namun, apabila
kontak antar lapisan berangsur, penentuan limit-limit satuan dapat bersifat subjektif.
Kadang-kadang terasa besar manfaatnya apabila kita menganalisis data ketebalan
lapisan secara statistik di laboratorium. Beberapa peneliti menemukan bahwa ketebalan
lapisan pada paket vertikal memperlihatkan distribusi log normal. Ketebalan lapisan
umumnya memperlihatkan korelasi yang sangat positif dengan besar butir rata-rata atau
dengan besar butir maksimum. Dalam prakteknya, semua distribusi ketebalan lapisan
bersifat bias ke arah lapisan tipis. Rata-rata, modus, dan ukuran variasi ketebalan lapisan
dapat dihitung. Hingga dewasa ini masih jarang ahli yang melakukan penelitian terhadap
variasi besar butir dan ketebalan sejalan dengan pertambahan jarak. Walau demikian,
proses pengambilan dan perajahan data yang sistematis dengan cara-cara seperti yang
terlukis pada gambar 2-5 memungkinkan diketahuinya kedua hubungan tersebut.

2.1.6.4 Variasi Lateral


Geometri suatu lapisan dapat ditentukan dengan cara menelusuri penyebarannya.
Penelurusan lapisan secara lateral juga dapat menjadi sebuah cara untuk menguji prinsip
kesinambungan lateral. Jika suatu lapisan berakhir, hal itu terjadi karena salah satu
diantara tiga hal berikut ini:
1. Akibat konvergensi dan penyatuan bidang perlapisan atas dengan bidang perlapisan
bawah.
2. Akibat perubahan komposisi secara berangsur sedemikian rupa sehingga bidang-bidang
pembatas lapisan itu menjadi hilang pula secara berangsur.
3. Akibat pertemuan dengan bidang potong, misalnya alur, sesar, atau ketidakselarasan.
Dalam suatu singkapan, beberapa tipe ketidakselarasan tidak mudah dibedakan
dari syndepositional channel structure.
Penelusuran lateral kadang-kadang dapat mengungkapkan bahwa pada kasus (1),
dan sebagian kasus (2), lapisan-lapisan lap onto dan menyelimuti struktur yang ada
sebelumnya (misalnya saja suatu tonjolan organik atau bioherm), meskipun sudut
endapan yang menyelimuti struktur itu mungkin menjadi makin lemah akibat kompaksi
pasca-pengendapan.
Bidang perlapisan atas dan bidang perlapisan bawah mungkin sejajar atau tidak
sejajar, menerus atau tidak menerus, serta dapat datar, melengkung, atau bergelombang
(gambar 2-6).

2.1.6.5 Gejala-Gejala di Dalam Lapisan dan Bedset


Variasi vertikal dalam suatu lapisan sering terjadi akibat perubahan komposisi, tekstur,
atau struktur internal. Lapisan dan bedset mungkin: (a) homogen atau heterogen; (b)
mendaur (rhythmic); (c) berubah secara berangsur. Litologinya mungkin bervariasi mulai
dari homogen (misalnya batupasir terpilah baik atau batulanau) hingga heterogen
(misalnya batulumpur lanauan atau batupasir kerikilan). Batuan homogen dan batuan
yang tampak tidak mengandung struktur sedimen kadang-kadang memper-lihatkan
struktur yang tidak disangka-sangka jika suatu teknik khusus (misalnya radiografi sinar-X)
diterapkan pada sampel batuan itu. Sebagian lapisan bersifat heterogen karena terpilah
ke dalam beberapa lauh, berupa interlaminasi berulang dari material yang komposisi atau
besar butirnya berbeda, misalnya pasir dengan lanau, lanau dan lumpur (gambar 2-3).
Variasi komposisi dan besar butir yang sistematis secara bersamaan dari, misalnya saja,
pasir menjadi lanau dengan interlaminasi lumpur di bagian atas lapisan, sering ditemukan
pada lapisan tertentu yang diendapkan oleh arus episodik yang kekuatannya menurun.

2.1.6.6 Khuluk Bidang Pembatas (Kontak Lapisan)


Dalam merekam paket lapisan, perhatian khusus hendaknya ditujukan pada khuluk
bidang pembatas, atau yang disebut juga kontak lapisan (bed contact), dan pola yang
diperlihatkannya. Kontak lapisan dapat berangsur (gradational) atau tajam (sharp) seperti
terlukis pada gambar 2-2. Kontak lapisan dapat ditandai oleh perubahan komposisi,
warna, tekstur, dan struktur yang tiba-tiba atau samar. Kontak tajam mungkin merupakan
kontak erosi atau kontak non-erosi. Kontak erosi ditandai oleh hubungan pemotongan,
misalnya pada bagian bawah suatu alur, atau oleh tonjolan pada bidang perlapisan
bawah suatu lapisan.

2.1.7 Sekuen dan Pola: Penggolongan Perlapisan


Pola tumpukan sedimen atau kelompok lapisan dan bedset dapat diketahui apabila
ketebalan, besar butir, komposisi, atau struktur yang ada dalam lapisan-lapisan itu
bervariasi secara sistematis (misalnya seperti yang terlukis pada gambar 2-2). Berikut
akan dikemukakan beberapa pola yang sering ditemukan:
1. Besar butir lapisan-lapisan batuan menghalus ke atas, dari batupasir kasar menjadi
batulanau atau batulumpur (seperti yang ditemukan dalam beberapa sekuen sungai
meander).
2. Besar butir lapisan-lapisan batuan mengkasar ke atas, dari serpih menjadi batupasir
kasar (seperti yang ditemukan dalam sekuen delta).
3. Pola serpih–batupasir–batubara–batugamping–serpih–batupasir–dst (seperti yang
ditemukan pada sekuen delta yang lain).
4. Pola yang melibatkan satuan-satuan karbonat-sulfat, hydrous dan anhydrous sulphate,
sulfat dan halida (seperti yang ditemukan dalam paket evaporit yang dipresipitasikan
secara kimia).
5. Pola perselingan batupasir dan serpih (seperti perselingan lapisan-lapisan yang
diendapkan oleh pergantian aliran kuat dengan aliran yang kurang kuat atau antara aliran
yang padat dengan aliran yang kurang padat).
Terakhir, kita juga dapat mengenal suatu spektrum bentuk eksternal perlapisan (tabel 2-
1).
Salah satu cara untuk memahami dan mempelajari semua tata peristilahan ketebalan,
bentuk, dan tipe lapisan seperti tersebut di atas adalah mempraktekkannya secara verbal
di hadapan orang lain (sebaiknya dilakukan di lapangan). Hal itu juga dapat dilakukan di
laboratorium dimana banyak hal dapat dipelajari dari penulisan deskripsi foto. Banyak
manfaat dapat diper-oleh apabila data pengukuran, diagram, dan foto dibawa ke
laboratorium, dianalisis, disintesakan, dan disusun dalam bentuk log grafik dengan
memakai simbol-simbol konvensional (lihat Bab 10): skala aritmetik untuk ketebalan
satuan dan skala  logaritmik (dimana  = – 2log diameter (dalam mm)) untuk besar butir.
Hasil penelaahan laboratorium terhadap batuan dan foto akan menyempurnakan
deskripsi lapangan serta memungkinkan dilakukannya penggolongan dan analisis tingkat
lanjut.
Tabel 2-1. Penggolongan bentuk eksternal perlapisan (menurut Pettijohn & Potter, 1964,
h. 5)

Tipe Keterangan
1 Lapisan-lapisan dalam suatu paket memperihatkan
ketebalan yang sama atau hampir sama; setiap lapisan
menerus secara lateral dan memiliki ketebalan yang
seragam.
2 Lapisan-lapisan dalam suatu paket memperlihatkan
ketebalan yang beragam; setiap lapisan menerus secara
lateral dan memiliki ketebalan yang seragam.
3 Lapisan-lapisan dalam suatu paket memperlihatkan
ketebalan yang beragam; setiap lapisan menerus secara
lateral, namun ketebalannya bervariasi.
4 Lapisan-lapisan dalam suatu paket memperlihatkan
ketebalan yang beragam; setiap lapisan tidak menerus
secara lateral serta ketebalannya bervariasi.

2.2 KEBENAAN PERLAPISAN


2.2.1 Tinjauan Umum
Dari hasil pengamatan terhadap sedimentasi masa kini, dapat diketahui bahwa suatu
individu lapisan diendapkan oleh proses atau rangkaian proses yang seragam di bawah
kondisi-kondisi fisika dan kimia yang pada dasarnya konstan. Kontak lapisan, bidang
perlapisan, dan bidang pembatas merepresentasikan perubahan-perubahan kondisi
pengendapan, kondisi-kondisi non-pengendapan, erosi, atau kondisi-kondisi lain yang
berbeda sama sekali. Laminae terbentuk akibat fluktuasi minor dalam kondisi yang lebih
kurang konstan serta terjadi pada daerah yang sama luasnya dengan daerah
pembentukan lapisan atau lebih sempit lagi. Bedset atau koset sederhana merupakan
hasil perulangan kondisi pengendapan yang secara genetik memiliki kaitan satu sama
lain. Composite bedset merepresentasikan perulangan dua kondisi yang berbeda.
Potensi preservasi lapisan dan bedset, yakni kemungkinannya untuk menjadi bagian
rekaman geologi, tidak selalu berkaitan dengan panjangnya rentang waktu lamanya
suatu kondisi berada. Perioda-perioda erosi mungkin cukup panjang sedemikian rupa
sehingga rumpang waktu yang berarti (yang direpresentasikan oleh ketidakselarasan)
tampak dengan jelas dalam paket batuan. Sebagian ketidakselarasan disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa tektonik.

2.2.2 Penafsiran Proses-Proses Dasar Sedimentasi


Proses-proses pengendapan fisika, kimia, dan biologi serta diagenesis menentukan
karakter suatu lapisan.

2.2.2.1 Proses-Proses Fisika


Sebagian besar batuan sedimen merupakan hasil pengendapan material yang diangkut
sebagai individu-individu partikel dalam suspensi atau di dekat dasar (traksi) oleh aliran
air berkonsentrasi sedimen rendah. Sebagian sedimen berasal dari aliran yang lebih
padat, bahkan sebagian kecil berasal dari aliran yang sangat padat (aliran lumpur).
Khuluk dan intensitas proses peng-endapan dikontrol oleh parameter-parameter fisika
seperti besar butir dan kekuatan arus, intensitas gelombang, dan viskositas agen
pengangkut serta, dalam beberapa kasus, kedalaman. Perubahan dalam salah satu atau
beberapa parameter itu akan menyebabkan terjadinya perubahan khuluk endapan serta
menyebabkan terbentuknya lapisan baru.

2.2.2.2 Proses-Proses Kimia


Banyak material, khususnya di laut dan danau tertentu, diangkut dalam larutan. Di bawah
kondisi yang sesuai—akibat pengaruh perubahan temperatur, tekanan karbon dioksida,
atau konsentrasi ion—material yang terlarut itu dapat dipresipitasikan sebagai mineral,
baik sebagai suatu massa mineral di dasar cekungan atau sebagai partikel lepas (kristal)
dalam suspensi. Presipitat seperti itu sangat rentan terhadap perombakan oleh proses-
proses fisika.

2.2.2.3 Proses-Proses Biologi


Sebagian besar kalsium karbonat, yang mencakup batugamping dan sedimen karbonat
masa kini, terbentuk akibat aktivitas organisme (baik yang berupa binatang maupun
tumbuhan). Organisme itu mempresipitasikan kalsium karbonat sebagai salah satu
produk proses-proses metabolismenya. Organisme lain menghasilkan silika atau fosfat
yang juga dapat menjadi material penyusun sedimen. Perubahan komposisi organisme di
suatu tempat dapat menyebabkan terjadinya perubahan karakter sedimen yang
dihasilkannya dan menyebabkan terbentuknya lapisan sedimen yang berbeda dengan
lapisan sedimen sebelum-nya. Suatu lapisan mungkin disusun oleh bagian keras tubuh
organisme dan terbentuk secara in situ. Walau demikian, material rangka umumnya
mengalami redistribusi oleh proses-proses fisika sedemikian rupa sehingga akhirnya
terbentuk lapisan homogen. Perubahan aktivitas organisme umumnya mencerminkan
perubahan proses-proses fisika dan/atau kimia.

2.2.2.4 Diagenesis
Kenampakan akhir suatu lapisan dalam kolom stratigrafi tidak hanya ditentukan oleh
kondisi-kondisi pengendapannya, namun juga oleh peristiwa-peristiwa lain yang
dialaminya setelah diendapkan. Proses-proses pasca-pengendapan (diagenesis)
bervariasi sesuai dengan, misalnya saja, perubahan kimia air pengisi ruang pori.
Akibatnya, dapat terbentuk lapisan yang lebih mencerminkan perubahan-perubahan
diagenetik dibanding perubahan-perubahan kondisi pengendapan.
Dalam kenyataannya, banyak lapisan merupakan hasil kombinasi berbagai proses.
Sebagai contoh, aktivitas organisme tergantung pada kondisi-kondisi kimia dan fisika.
Proses-proses diagenesis juga dapat bervariasi. Produk diagenesis tidak hanya
ditentukan oleh tipe proses diagenesis, namun juga oleh tekstur asal dari batuan yang
mengalami diagenesis. Perbedaan tekstur itu sendiri mencerminkan perubahan-
perubahan kondisi pengendapan. Dengan demikian, pemelajaran perlapisan hendaknya
ditujukan untuk menafsirkan kumpulan proses yang menghasilkan paket lapisan.

2.2.3 Perubahan Proses dan Pembentukan Lapisan


Apabila sewaktu melihat suatu paket lapisan dalam penampang vertikal kita memahami
bahwa setiap lapisan merekam suatu proses pengendapan, dan bahwa perubahan dari
satu lapisan ke lapisan lain mencerminkan perubahan proses pengendapan, maka kita
telah memiliki suatu titik awal untuk memahami lingkungan pengendapannya. Untuk itu,
kita harus mencoba untuk menafsirkan bagaimana perubahan vertikal itu dapat terjadi.
Pada dasarnya ada dua proses perubahan utama yang umumnya bekerja secara
bersama-sama, namun pada skala yang berbeda-beda.

2.2.3.1 Perubahan Akibat Migrasi Lateral


Apabila kita memperhatikan proses akumulasi sedimen pada lingkungan masa kini, maka
akan terlihat bahwa pada sub-lingkungan yang berbeda bekerja proses-proses yang
berbeda pula. Proses-proses itu pada gilirannya menghasilkan endapan yang berbeda.
Jika kita mencoba untuk membuat peta yang melukiskan penyebaran endapan-endapan
itu dari waktu ke waktu, maka kita akan dapat mendeteksi adanya perubahan-perubahan
tertentu. Sebagai contoh, suatu daerah yang semula menjadi tempat akumulasi pasir,
mungkin di lain saat menjadi tempat pengendapan lumpur. Apabila kita dapat menggali
sedimen yang ada di tempat itu, kita akan melihat suatu paket endapan dimana lapisan
pasir ditindih oleh lapisan lumpur. Dengan demikian, migrasi lateral berbagai sub-
lingkungan pengendapan di bawah kondisi stabil dapat tercermin dalam paket vertikal
endapannya. Gagasan ini akan dikembangkan lebih jauh pada Bab 10.

2.2.3.2 Perubahan Akibat Fluktuasi Temporal


Banyak lapisan mencerminkan perubahan akibat efek-efek eksternal. Sebagai contoh,
pada dasar suatu danau, kita dapat menemukan perselingan lanau kasar, pasir, dan
lumpur. Lanau kasar dan pasir itu mencerminkan perioda luah sungai yang tinggi,
sedangkan lumpur mungkin diendapkan pada perioda yang lebih tenang. Di dasar laut
dangkal, besar butir dan struktur sedimen dapat berubah-ubah serta mencerminkan
perioda-perioda badai dan cuaca yang lebih tenang. Dalam kedua contoh tersebut,
lingkungannya sendiri tidak berubah, namun perubahan dalam paket vertikal endapan
lingkungan itu terbentuk akibat variasi alami proses-proses yang bekerja didalamnya.
Pada beberapa tatanan, ada baiknya apabila kita memisahkan endapan normal dari
endapan katastrofis. Contoh klasik dari tatanan seperti itu adalah tepian benua yang
termasuk ke dalam wilayah perairan-dalam dimana, pada kondisi normal, diendap-kan
sedimen berbutir halus dari suspensi. Proses pengendapan itu kadang-kadang diselingi
oleh pengendapan dari arus pekat katastrofis yang terbentuk pada lereng benua dan tepi
paparan. Event deposits itu berwujud pasir dan diendapkan dalam rentang waktu
beberapa jam. Event deposits itu mungkin hanya terbentuk sekali setiap beberapa ratus
tahun, bahkan mungkin hanya sekali dalam beberapa ribu tahun. Walau demikian, dalam
endapan tepian benua, endapan event deposits mungkin memiliki kelimpahan yang jauh
lebih tinggi dibanding lumpur endapan sedimentasi normal yang berselingan dengannya.
Dengan demikian, peristiwa-peristiwa katastrofis yang berlangsung dalam waktu yang
relatif singkat dapat memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap rekaman
batuan.
2.2.4 Kebenaan Kontak Tajam dan Kontak Berangsur: Kebenaan Bidang
Perlapisan
Dalam bagian-bagian sebelumnya telah dikemukakan secara implisit bahwa kontak
antar lapisan dapat berupa kontak tajam maupun kontak berangsur. Dalam kaitannya
dengan usaha penafsiran lingkungan pengendapan, pengamatan dan pencatatan kontak
antar lapisan sebenarnya sama pentingnya dengan pengamatan dan pencatatan lapisan.
Batas gradasional meng-indikasikan bahwa proses-proses migrasi lateral terjadi di
bawah kondisi yang konstan. Kontak tajam antara lapisan-lapisan yang berbeda dapat
membawa kita untuk sampai pada tafsiran mengenai peristiwa katastrofis. Pembentukan
relief berskala besar akibat penorehan mungkin menjadi titik awal dimulainya suatu pola
sedimentasi baru yang jauh berbeda dengan pola sedimentasi sebelumnya.
Terakhir, ada baiknya jika kita memandang perlapisan sebagai cerminan waktu.
Banyak orang mengenal ciri-ciri endapan sedimen yang terbentuk dalam rentang waktu
yang sangat pendek: endapan yang mengandung batang pohon dalam posisi tumbuh;
tubuh dinosaurus yang relatif lengkap; endapan banjir, endapan badai debu (dust storm),
dan endapan awan debu (ash cloud). Endapan seperti itu seringkali menjadi bagian dari
suatu paket batuan yang seragam, tebal, dan, ketika ditentukan umurnya,
mengindikasikan waktu akumulasi yang cukup panjang (tidak jarang beberapa juta
tahun). Timbulnya paradoks seperti itu, dimana endapan yang terbentuk dalam rentang
waktu yang sangat panjang hanya direpresentasikan oleh sejumlah kecil sedimen,
mendorong sebagian ahli geologi untuk menyimpulkan secara intuitif bahwa sekitar 98%
waktu geologi terletak pada bidang perlapisan. Dengan pernyataan seperti itu, para ahli
geologi tersebut mempertegas arti penting setiap usaha untuk mengenal rumpang waktu
dalam paket sedimen yang tampaknya menerus. Khuluk dan penyebaran fosil jejak
tertentu (lihat Bab 9) kadang-kadang memungkinkan kita untuk menganalisis hal itu
dengan hasil yang cukup meyakinkan.
2.2.5 Ketidakselarasan
Ketidakselarasan (unconformity) adalah suatu rumpang dalam rekaman stratigrafi
yang terbentuk akibat terjadinya perubah-an kondisi yang, pada gilirannya, menyebabkan
terhentinya sedimentasi untuk selang waktu yang cukup panjang. Ada berbagai tipe
ketidakselarasan yang dikenal oleh para ahli (gambar 2-7). Tipe yang paling mudah
dikenal dan didefinisikan adalah ketidakselarasan yang terbentuk diantara batuan
sedimen dengan batuan beku atau dengan batuan metamorf. Ketidakselarasan seperti
itu dinamakan non-conformity. Ketidakselarasan lain yang relatif mudah untuk dikenal
adalah ketidakselarasan yang memisahkan suatu strata dengan strata tua yang telah
terlipat. Ketidakselarasan seperti itu disebut ketidakselarasan menyudut (angular
unconformity). Ketidakselarasan menyudut kadang-kadang tertukar dengan batas antara
strata mendatar dengan lapisan silang-siur berskala besar. Untuk membedakannya, kita
perlu memperhatikan strata yang terletak di bawah lapisan-lapisan yang miring. Jika
strata tersebut memiliki kedudukan yang normal, maka dapat dipastikan bahwa lapisan-
lapisan yang miring itu merupakan lapisan silang-siur.
Rumpang waktu tidak terlalu mudah untuk ditentukan, bahkan tidak diketahui sama
sekali, apabila kita tidak memiliki data urut-urutan fosil. Dengan bantuan fosil, rumpang
waktu dapat diinferensikan keberadaannya pada paket batuan yang tampak selaras
(gambar 2-8), pada paket batuan yang hanya dipisahkan oleh perubahan tipe
sedimen (disconformity), bahkan dalam paket batuan yang pada dasarnya disusun oleh
tipe-tipe sedimen yang sama (keselarasan-semu). Perlu ditekankan disini
bahwa disconformity dan keselarasan-semu (paraconformity) dapat diketahui
keberadaannya secara memuaskan apabila kita memiliki bukti hilangnya bagian-bagian
tertentu dari urutan fosil. Banyak paket batuan yang tidak atau hanya sedikit
mengandung fosil tidak memungkinkan dilakukannya analisis seperti itu.
Struktur erosi besar—misalnya fosil alur yang terbentuk akibat penorehan kipas
aluvial, dataran banjir, atau estuarium; fosil alur pasut (tidal channel) yang terbentuk
akibat penorehan mudflat; atau fosil ngarai yang terbentuk akibat penorehan lereng
benua oleh arus pekat—mudah tertukar dengan disconformity. Pada saat tidak ada fosil,
hasil-hasil analisis sedimentologi yang mendetil dapat mengindikasikan kemungkinan
adanya rumpang waktu pada suatu paket batuan. Karena itu, paket yang tampak-nya
selaras dapat mengandung banyak rumpang waktu. Karena itu, para mahasiswa
disarankan untuk mengamati dan mencatat berbagai aspek sedimen yang terletak di atas
dan di bawah suatu bidang yang diperkirakan merupakan “ketidakselarasan.”
Pengamatan hendaknya dilakukan secara hati-hati dan cermat. Selain itu, para
mahasiswa juga disarankan untuk mengajukan dan membahas sebanyak mungkin
hipotesis kerja mengenai khuluk bidang seperti itu.
Rumpang pendek dalam rekaman stratigrafi disebut diastem. Diastem demikian
pendeknya sehingga tidak tercermin dalam perubahan evolusioner fosil yang berasosiasi
dengan sedimen dimana diastem itu berada. Pada tahap awal penelitian, kita sebaiknya
menganggap suatu bidang yang diperkirakan merupakan disconformity dan keselarasan-
semu sebagai diastem sampai kita menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
keduanya merupakan ketidakselarasan. Bidang perlapisan yang memperlihatkan kontak
erosi mungkin merupakan tempat dimana terdapat diastem yang cukup lebar, meskipun
kita tidak mungkin dapat menyatakan seberapa lebar diastem itu, kecuali pada kondisi-
kondisi istimewa.

2.2.6 Potensi Preservasi Perlapisan


Suatu batuan dapat terawetkan dalam rekaman stratigrafi karena adanya sehimpunan
peristiwa yang menyebabkan lapisan-lapisan itu terhindar dari perombakkan atau erosi
serta karena tingginya laju subsidensi.
Suatu batuan dapat terawetkan antara lain karena batuan itu diendapkan di daerah
yang berada di luar jangkauan agen erosi. Agen erosi bekerja secara efektif pada
lingkungan-lingkungan energi tinggi seperti laut-dangkal dan alur sungai.
Subsidensi yang cepat, bersama-sama dengan penurunan peranan agen-agen erosi,
mempertinggi kemungkinan ter-awetkannya suatu endapan dalam rekaman stratigrafi.

sumber : Struktur Sedimen (Collinson & Thompson, 1982)

Anda mungkin juga menyukai