Anda di halaman 1dari 13

Labotarium Survey dan Pemetaan

Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

Anggota Kelompok : 1. Aizka Fatimatuzahra - 1706042352

2. Farhan Ramadhan - 1706042402

3. Fidela Vivi Cahyati - 1706042365

4. Fikria Maharani - 1706986183

5. Livia Nur Sabrina - 1706042346

Kelompok : D9

Hari/Tanggal Praktikum : Rabu, 7 November 2018

Judul Praktikum : 09 - Determining Distance Between Two Inaccessible Ponts By


Measuring Horizontal Angle

Nama Asisten : Benedicta Vanessa Vanda Riberu

Tanggal Pengumpulan : Paraf :

A. TUJUAN
Untuk menentukan jarak antara dua titik yang tidak dapat diakses dengan mengukur sudut
horizontal.

B. DASAR TEORI
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang ada di
permukaan bumi di mana pada jarak tersebut diperlukan jarak mendatar dan sudut mendatar
yang digunakan untuk menentukan posisi horizontal relatif terhadap titik-titik poligon.
Dalam perencanaan jalan pada ilmu teknik sipil, digunakan poligon sebagai dasar
perencanaan geometri lengkung horizontal. Secara visual, ada 2 macam poligon:
1. Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang bermula dan berakhir dari titik yang sama
dan membentuk suatu loop atau kring).
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan (bukan satu titik yang sama).
Cara membuat poligon adalah menentukan tempat lebih dari satu titik. Umumnya
suatu poligon dimulai dan diakhiri pada titik-titik tertentu. Untuk menentukan koordinat-
koordinat diperlukan sudut dan jarak pada poligon tersebut.
Sudut horizontal adalah sudut antara dua arah dari satu titik setelah diproyeksikan
dengan bidang horizontal. Pengukuran sudut mendatar (horizontal) dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu cara reiterasi dan cara repetisi.
1. Pengukuran reiterasi

Gambar 1. Pengukuran susut horizontal


Sumber: penulis (2018)
Pengukuran sudut dengan cara reiterasi dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan diukur sudutnya dengan
theodolite (O). Misalkan titik A dan titik B.
b. Dengan pemasangan yang baik theodolite di titik O, kemudian baca besaran
sudut horizontal pada arah OA dan arah OB.
c. Besar sudut A’OB’ adalah bacaan arah OB dikurang bacaan arah OA
(bacaan kanan-bacaan kiri).
2. Pengukuran repetisi
Pengukuran sudut cara repetisi dengan pemakaian theodolite digital elektronik
ini, cukup dengan menekan tombol set 0 pada arah OA, maka pada layar akan
ditampilkan pada pembacaan horizontal . Kemudian dilakukukan pembacaan
pada arah OB. Hasil yang didapatkan adalah besaran sudut AOB. Hanya saja perlu
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

diperhatikan tanda untuk sudut kanan dan kiri. Pengukuran ini dapat dilakukan
berulang-ulang agar lebih teliti.
Dalam perhitungan jarak pada bidang berbentuk segitiga berlaku hukum cosinus
dan cosinus.

b c

C B
a
Gambar 2. Segitiga sembarangan
Sumber: penulis (2018)

Menurut aturan sinus, dalam setiap segitiga ABC, perbandingan panjang sisi
dengan sudut yang berhadapan dengan sisi tersebut mempunyai nilai yang sama. Dengan
demikian, untuk setiap segitiga ABC berlaku aturan sinus sebagai berikut.

Berdasarkan aturan cosinus, hubungan yang berlaku dalam suatu segitiga, yaitu
antara sisi-sisi segitiga dan kosinus dari salah satu sudut dalam segitiga tersebut. Untuk setiap
segitiga ABC, berlaku aturan cosinus sebagai berikut.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C. DATA PRAKTIKUM

A B

E D

Gambar 3. Lapangan poligon yang diukur


Sumber: pengolahan data praktikan

Tabel 1. Perhitungan sudut dengan metode repetisi


No.
1
2
3
Sumber: data praktikum praktikan (2018)
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 2. Perhitungan sudut dengan metode reiterasi


No. Nama Sudut Besar Sudut
1
2
3
Sumber: pengolahan data praktikan
D. PENGOLAHAN DATA
a. Sudut dengan metode reiterasi
Dari data praktikum diperoleh tiga data besar sudut DAE dan sudut BAE, sehingga:

b. Koreksi sudut

Kesalahan sudut ( =∑ ∑
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Karena maka koreksinya (-) sehingga

c. Jarak titik B dan titik D (Panjang BD)


Mencari jarak titik B dan titik E dengan aturan sinus

BE = 18.15685 m
Mencari jarak titik B dan titik D dengan aturan cosinus

BD = 10.11997442 m
BD = 10.12 m
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Perhitungan BD Berdasarkan Data Praktikum

A B

E D

Gambar 4. Lapangan poligon yang diukur praktikan


Sumber: data praktikum praktikan (2018)
Jarak titik B dan titik D
BD = 10.27 meter

Kesalahan Relatif

| |

| |

E. ANALISIS
Analisis Percobaan
Percobaan modul 09 yang berjudul Determining Distance Between Two Inaccessible
Ponts By Measuring Horizontal Angle ini dilakukan di lapangan GK Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Metode dalam percobaan ini digunakan untuk menentukan jarak
antara dua titik yang tidak dapat diakses dengan mengukur sudut horizontal. Untuk
melakukan percobaan ini, praktikan menggunakan alat dumpy level yaitu theodolite untuk
membaca sudut antara pasak, tripod sebagai penopang theodolite, levelling staff sebagai alat
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

ukur yang akan dibaca pada theodolite, measuring tape untuk mengukur jarak antarpasak dan
pasak sebagai acuan.
Praktikan menentukan titik dan menandai dengan pasak lapangan berbentuk poligon
yang akan diukur. Kemudian, praktikan mengukur jarak antara pasak A ke pasak B hingga
pasak E menggunakan measuring tape dengan metode pengukuran langsung. Hal pertama
yang dilakukan praktikan setelah menentukan lapangan berbentuk poligon yang akan diukur
adalah menancapkan tripod pada satu titik di tengah poligon. Lalu, praktikan memasang
theodolite pada tripod dan mengatur agar theodolite terpasang dengan kokoh. Pada praktikum
ini, praktikan menggunakan theodolite karena praktikan menghitung besar sudut. Kemudian,
praktikan mengatur nivo pada alat agar tepat di tengah-tengah yang menunjukkan alat
tersebut sudah dalam keadaan seimbang.
Setelah theodolite dalam kondisi seimbang, praktikan melakukan pengukuran dengan
mengamati levelling staff pada titik A tepat pada tengah-tengah levelling staff yang sudah
dalam keadaan seimbang (yang diatur dengan nivo pada staff). Dari titik A, theodolite diatur
hingga menunjukkan bacaan lalu pembacaan dikunci sehingga bacaan tidak berubah
saat diamati. Kemudian, theodolite di-reset.
Praktikan memindahkan tripod dan theodolite ke titik A. Setelah praktikan mengatur
kedudukan theodolite hingga seimbang, praktikan mengukur besar sudut BAE dan sudut
DAE dengan metode repetisi. Dari titik A ke titik E theodolite diatur hingga menunjukkan
bacaan lalu pembacaan dikunci sehingga bacaan tidak berubah saat diamati.
Kemudian, theodolite di-reset. Praktikan mengukur sudut dari titik E menuju D dengan
mengamati tengah sisi levelling staff, theodolite bergerak berlawanan arah jarum jam dengan
ditandai HL pada bacaan theodolite. Kemudian theodolite di-reset dan kemudian mengukur
sudut yang sama dari titik D ke titik E sehingga searah jarum jam atau ditandai HR pada
bacaan. Praktikan mengukur sudut DAE dan BAE sebanyak tiga kali dengan cara yang sama.
Praktikan memindahkan theodolite ke titik E dan mengatur kedudukan alat hingga
seimbang dan kokoh. Dari titik E ke titik A theodolite diatur hingga menunjukkan bacaan
lalu pembacaan dikunci sehingga bacaan tidak berubah saat diamati. Kemudian,
theodolite di-reset. Dari arah titik A ke titik B theodolite diputar searah jarum jam sehingga
memperoleh data sudut AEB. Cara ini dilakukan dengan metode reiterasi hingga diperoleh
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

besar sudut AEB, sudur BED dan sudut DEA. Praktikan mencatat seluruh data yang
diperoleh sebagai data pengamatan.

Analisis Hasil
Pengolahan data praktikum menggunakan rumus hukum sinus dan hukum cosinus.
Pada praktikum ini, praktikan mencari jarak antara titik B dan D. Dari data praktikum
diketahui bahwa besar sudut BAE sebesar . Praktikan menggunakan aturan sinus
pada segitiga ABE, sehingga diperoleh jarak titik B dan titik E sebesar 18.1685 meter.
Dengan memperhatikan segitiga BDE, praktikan memperoleh jarak titik B dan titik D
dengan menggunakan aturan cosinus karena telah diketahui 2 panjang sisi beserta besar sudut
yang diapitnya. Dari perhitungan yang dilakukan praktikan, diperoleh hasil jarak titik B dan
D sepanjang 10.12 meter.
Berdasarkan data praktikum, jarak titik B dan titik D didiketahui sepanjang 10,27
meter. Oleh sebab itu, kesalahan relatif yang diperoleh sebesar 1.48% sehingga praktikum
yang dilakukan praktikan hampir sesuai dengan teori hukum sinus dan hukum cosinus dalam
perhitungan jarak.

Analisis Kesalahan
Dalam melakukan percobaan modul 09, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan
oleh praktikan yaitu:
 Kesalahan dalam menghitung jarak menggunakan pita pengukur.
 Kesalahan dalam mengukur dengan kondisi pita pengukur yang kurang tegang.
 Pita pengukur dalam kondisi tidak datar akibat tanah yang memiliki tinggi tidak sama.
 Ketidaktelitian dalam membaca pita pengukur.
 Ketidah telitian dalam menggunakan theodolite yang pengamatannya tidak tepat pada
tengah levelling staff.
 Kesalahan dalam menentukan posisi theodolite dan levelling staff yang seimbang.
 Kesalahan dalam membaca sudut pada theodolite.
 Ketidaktelitian dalam perhitungan dan pembulatan angka.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

F. APLIKASI
Pengukuran jarak antara dua titik dapat juga ditemukan pada kasus perhitungan jarak
pandang.

c θ
b
β
α
a θ

Gambar 5. Ilustrasi pengukuran jarak dengan sudut


Sumber: penulis (2018)
Pada kasus ini, hukum atau aturan sinus dapat berlaku untuk menghitung tinggi
menara dari sejajar mata pengamat hingga puncak (panjang b), sehingga aturan sinus yang
digunakan adalah sebagai berikut.

dengan a adalah jarak pengamat dengan menara, θ merupakan sudut yang dibentuk oleh
kemiringan menara bagian bawah dengan jarak sejajar pengamat, dan α merupakan sudut
elevasi pengamat.
Hukum cosinus berlaku saat menghitung jarak pandang pengamat terhadap puncak
menara (panjang c), sehingga aturan cosinus yang digunakan adalah sebagai berikut.

dengan b adalah tinggi menara dari sejajar mata pengamat hingga puncak dan β merupakan
sudut yang dibentuk oleh kemiringan menara bagian atas dengan jarak sejajar pengamat.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan oleh praktikan, praktikan dapat
menyimpulkan bahwa:
 Untuk mengukur sudut dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
reiterasi dan metode repetisi.
 Metode repetisi lebih akurat dibandingkan metode reiterasi karena dilakukan berulang
kali.
 Untuk menghitung panjang sisi dapat menggunakan hukum sinus jika diketahui 2 sudut
dan 1 panjang sisi yang berhadapan dengan salah satu sudut yang diketahui.
 Untuk menghitung panjang sisi dapat menggunakan hukum cosinus jika diketahui 2
panjang sisi dan 1 besar sudut yang diapit antara 2 sisi yang diketahui.
 Panjang jarak titik B dan titik D berdasarkan aturan cosinus dan sinus adalah 10.12
meter, sedangkan yang didapatkan dari data praktikum adalah 10.27 meter dengan
kesalahan relatif 1.48%.

H. REFERENSI
Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. “Determining Distance Between Two Inaccessible Ponts By
Measuring Horizontal Angle”.

W. Schofield dan M. Breach. 2007. Engineering Surveying: Sixth Edition. USA: Burlington.

Elisa. Bab III Pengukuran Sudut Horizontal. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

I. LAMPIRAN

Gambar 6. Praktikan meletakkan levelling staff di belakang pasak pada titik yang akan diukur
Sumber: dokumentasi penulis (2018)

Gambar 7. Praktikan mengunci pembacaan pada theodolite


Sumber: dokumentasi penulis (2018)
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 8. Praktikan mengukur sudut menggunakan theodolite


Sumber: dokumentasi penulis (2018)

Anda mungkin juga menyukai