Anda di halaman 1dari 25

I.

JUDUL PERCOBAAN : Koefisien Kekentalan Zat Cait

II.TUJUAN PERCOBAAN :

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:

- Untuk menentukan koefisien kekentalan zat cair menggunakan hukum


Stokes, dengan memvariasi massa bola yang dicelupkan ke dalam zat cair
- Untuk menentukan koefisien kekentalan zat cair menggunakan hukum
Stokes, dengan memvariasi jarak pada silinder.
III.LANDASAN TEORI :

1.1Viskositas

Kekentalan zat cair atau fluida pada umumnya dapat dipandang sebagai
gesekan dalam dari fluida. Karena kekentalannya, maka diperlukan gaya untuk
menggeserkan suatu lapisan fluida terhadap lapisan lainnya. Kekentalan zat cair jauh
lebih besar dari pada kekentalan gas. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan zat cair yaitu viscometer. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
fluida yang riil memiliki gesekan internal yang besarnya tertentu yang disebut
viskositas. Viskositas ada pada zat cair maupun gas dan pada intinya merupakan gaya
gesekan antara lapisan-lapisan bola yang terpisah pada fluida pada waktu lapisan-
lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah bola tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai di dasar zat cair.
Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan. Hal ini
berarti bahwa ada gaya lain yang bekerja pada kelereng. Gaya yang bekerja tersebut
adalah gaya gesekan atau gaya hembatan yang disebabkan oleh kekentalan zat cair.
Pada zat cair viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul. Pada
gas, viskositas muncul dari tumbukan antara molekul. Fluida yang berbeda memiliki
besar viskositas yang berbeda: sirup lebih kental (lebi hviskos) dari air; minyak lemak
lebih kental dari minyak mesin; zat cair pada umumnya jauh lebih kental dari gas.
Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan dengan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas, η (huruf kecil dari abjad Yunani eta), yang didefinisikan sebagai
satu lapisan tipis fluida ditempatkan antara dua lempeng yang rata. Satu lempeng
diam dan yang lainnya bergerak dengan laju konstan. Fluida yang langsung
bersentuhan dengan setiap lempeng ditahan pada permukaan oleh gaya adhesi antara
molekul zat cair dan lempeng. Dengan demikian, permukaan atas fluida bergerak
dengan laju v yang sama seperti lempeng yang atas, sementara fluida yang
bersentuhan dengan lempeng yang diam tetap diam. Lapisan fluida yang diam
menahan aliran fluida yang persis atasnya, yang juga menahan lapisan berikutnya,
dan seterusnya. Berarti kecepatan bervariasi secara kontinu dari 0 sampai. Perubahan
kecepatan dibagi dengan jarak terjadinya perubahan ini sama dengan v/l disebut
gradient kecepatan. Untuk mengerakkan lempeng yang diatas dibutuhkan gaya, yang
bisa anda buktikan dengan menggerakkan lempeng rata diatas tumpahan sirup diatas
meja. Untuk fluida tertentu, ternyata gaya yang dibutuhkan f ,sebanding dengan luas
fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng dan dengan laju v, dan berbanding
terbalik dengan jarak l, antar lempeng. Untuk fluida yang berbeda, semakin kental
fluida tersebut, semakin besar gaya yang diperlukan. Konstanta pembanding
persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien viskositas η:

F = ηAv/l

Dengan menyelesaikan untuk η, kita dapatkan η =Fl/vA. Satuan SI untuk η


adalah N.s / m2 = Pa.s (paskalsekon). Pada sistem cgs, satuan tersebut adalah dyne s/
cm2 dan satuan ini disebut poise (P). Viskositas sering dinyatakan dalam sentipoise
(cP) yang besarnya seper seratus poise. Tabel dibawah memberikan koefisien
viskositas untuk berbagai fluida. Temperature juga dicantumkan, karena mempunyai
efek yang kuat ;viskositas zatcair seperti minyak motor, misalnya, menurun dengan
cepat terhadapnaiknya temperature.

Fluida Temperature Koefisien Viskositas, η (Pa.s)


(0C)
Air 0 1,8 x 10-3
20 1,0 x 10-3
100 0,3 x 10-3

Darah utuh 37 4 x 10-3


Plasma darah 37 1,5 x 10-3
Ethyl alcohol 20 1,2 x 10-3
Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3
Gliserin 20 500 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3
Hydrogen 0 0,009 x 10-3
Uap air 100 0,013 x 10-3
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP

1.2 Hukum Stoke

Pada peristiwa benda jatuh ke dalam fluida yang berbentuk sembarang, akan
terjadi pengereman atau hambatan yang disebabkan karena adanya gaya gesekan oleh
kekentalan fluida yang disebut dengan gaya Stokes. Hal ini diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1985 oleh Sir George Stokes yang menunjukkan bahwa gaya
hambatan (gaya gesekan) Fs yang dialami benda berbentuk bola yang bergerak relatif
terhadap fluida diberikan oleh hubungan:

Fs  6   r  v

dengan:

Fs = gaya gesekan yang dialami bola terhadap fluida (N)

 = koefisien kekentalan (koefesien viskositas) (Ns/m2)

r = jari-jari bola (m)


v = kecepatan relatif bola terhadap fluida (m/s)

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

A Zat cair

B Silinder bagian luar


Y Ff
C Bola
w
D Silinder bagian dalam

Jika sebuah bola padat yang memiliki rapat massa ρ dan jari-jari r, yang
dilepaskan tanpa kecepatan awal dari kedudukan A di dalam zat cair kental yang
rapat massanya ρo dimana ρ > ρ0, beberapa saat kemudian bola mendapatkan
percepatan sehingga kecepatan bola bertambah besar yang mengakibatkan gaya
Stokes bertambah besar pula. Pada kedudukan B yaitu pada saat kedalaman tertentu
akan terjadi kesetimbangan di antara gaya-gaya yang bekerja, sehingga bola bergerak
lurus beraturan yaitu bergerak dengan kecepetan konstan pada kedudukan C.
Kecepatan yang konstan ini disebut dengan kecepatan akhir atau kecepatan terminal
dari bola. Dalam keadaan setimbang gaya-gaya yang bekerja pada bola secara
matematis dapat dituliskan sebagai peersamaan berikut:

F  0
𝐹𝑓 − 𝑊 = 0

FA + FS – W = 0

FS = W – FA

6   r  v = mg –  0 gV

=    0  gV
=    0  g
4
 r3
3

Jika benda dalam cairaan berbentuk bola dengan massa jenis ( ρ ) maka
persamaannya menjadi:

r    0 g  6  r   v
4 3
3

2r 2 g    0 
v
9

Y
v
T

Maka:

2r 2 g     0 
Y T
9

dengan:

Y = jarak tempuh bola (m)

g = percepatan gravitasi bumi (g = 9,8 m/s2)

T = waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak Y (s)

IV.ALAT DAN BAHAN :


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan percobaan ini adalah
sebagai berikut:

 Alat :

1. Neraca Ohaus denganNst = 0,01 gram, Batas ukur = 0-310 gram


2. Stopwatch dengan Nst = 0,2 sekon
3. Jangka sorong dengan Nst = 0,02 mm, Batas ukur = 15 cm
4. Tabung berisi gliserin dengan Nst = 1 cm
5. Mistar dengan Nst 1 cm
6. Sendok saringan untuk mengambil bola
7. Areometer dengan Nst = 0,010 gr/cm3
8. Termometer Nst = 1o C, Batas ukur = 110oC
9. Micrometer Skrup Nst 0,01 mm, Batas ukur = 0-25 mm
10. Gelas ukur Nst = 1 cm, Batas ukur = 0-80 cm
 Bahan :
1. Dua buah kelereng dengan m1 = 20,09 gram dan m2 = 5,06 gram
2. Tissue.
3. Cairan gliserin

V.LANGKAH KERJA :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan percobaan ini
adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan tabung gelas berisi gliserin atau oli dan menempatkan dua
gelang karet pada tabung dengan cara melingkarkannya sebagai penanda
pada titik B dan C.
2. Mengukur massa jenis gliserin dengan Areometer.
3. Mengukur massa kelereng 1 dan kelereng 2.
4. Mengukur diameter kelereng 1 dan kelereng 2.
5. Menghitung massa jenis kelereng.
6. Memeriksa sendok saringan apakah sudah tersedia didasar tabung.
7. Melepaskan kelereng dari permukaan gliserin dan mengukur dengan
stopwatch waktu yang diperlukan bola dalam menempuh jarak Y1.
8. Mengulangi percobaan seperti pada langkah 7 dengan mengubah jarak
antara kedua gelang karet dengan menggeser gelang karet.
9. Mengukur jaraknya sebagai Y2 dan mengulangi langkah
10. Mengulangi percobaan pada langkah 7sampai 9 untuk jarak Y3, Y4,...... Y10
masing-masing sebanyak dua kali.
11. Mencatat percobaan yang dilakukan

VI.TEKNIK ANALISIS DATA


Adapun teknik analisis data yang dilakukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. menghitung massa jenis kelereng dengan menggunakan persamaan :

m

V

m

4
3
r  3

m
 3
4 1 
 d 
3 2 

6m
 3
d

2. Menghitung rata-rata jarak yang ditempuh dan ketidakpastiannya

𝑌̅ = ∑𝑌𝑖/𝑛

̅ )𝟐
∑(𝒀𝒊−𝒀
Y = √
𝑛(𝑛−1)

3. Menghitung koefisien kekentalan zat cair untuk variasi diameter bola


maupun variasi ketinggian menggunakan persamaan (5) yaitu :
2r 2 g    0 
Y T
9

2r 2 g     0 

9y

9𝜂²
∆η = | − 2 r2 g (ρ – ρo)𝑇

jadi hasil pengukuran η adalah:


η = ( η ± ∆η)
Selanjutnya kesalahan relative percobaan yang dilakukan terhadap
hasil pengukuran dapat ditentukan dengan rumus:

∆η
Kr = x 100
𝜂

VII.DATA HASIL PERCOBAAN


Adapun data yang didapatkan dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai
berikut:

Data hasil percobaan untuk kelereng 1

mbola 1 = 20,90 gram dbola 1= 25,37 mm = 0,2537 cm

 0 = 0,90 gr/cm3  1 = 5960,00 g/cm3

Vbola 1 = 336,8 × 10-6 m3

No Y (cm) T1(s) T2 T (sekon)


1. 20,0 1,0 1,2 1,1
2. 30,0 1,3 1,3 1,3
3. 40,0 1,4 1,5 1,4
4. 50,0 1,7 1,6 1,6
5. 60,0 1,5 2,1 1,8

No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀

1. 20,0 -20,0 400,0


2. 30,0 -10,0 900,0
3. 40.0 0 1600,0
4. 50,0 10,0 900,0
5. 60,0 20,0 400,0
∑ 200,0 30,0 4200,0

𝑌̅ = ∑𝑌𝑖/𝑛

200
𝑌̅ = = 40
5

T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136
∑ 0,492

1,2+1,3+1,5+1,6+2,1
𝑇̅ = 5

= 1,54

Data hasil percobaan untuk kelereng 2

m2 = 5,06 gram d2 = 1,33 mm = 0,133 cm

 0 =0,90 gr/cm3  2  5,5 gr/cm3

V = 0,92 ×10-6 cm3

Tabel Hasil Pengamatan

No. Y (cm) T1 (sekon) T2 (sekon) T (sekon)

1. 50,0 1,8 1,8 1,8


2. 40,0 1,4 1,4 1,4
3. 20,0 0,6 0,7 0,6
4. 60,0 1,9 2,1 2,0
5. 30,0 1,2 1,6 1,4

VIII.ANALISIS DATA

Untuk kelereng 1:

Massa jenis kelereng 1 (ρ) dapat dicari dengan langkah sebagai berikut:

m1 = (20,09± 0,005) g
d1 = (25,37 ± 0,005) mm

= (2,53± 0,005) x 10-2cm

m

V

m

4
3
r  3

m
 3
4 1 
 d 
3 2 

6m
 3
d

6(20,09)

3,14(2,53  10 2 ) 3

120,54

7,94  10 6

  15,18 g/cm3

Tabel Hasil Pengamatan

No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀

1. 20,0 -20,0 400,0


2. 30,0 -10,0 900,0
3. 40.0 0 1600,0
4. 50,0 10,0 900,0
5. 60,0 20,0 400,0
∑ 200,0 30,0 4200,0
𝑌̅ = ∑𝑌𝑖/𝑛

200
𝑌̅ = = 40
5

̅ )𝟐
∑(𝒀𝒊−𝒀
Y = √
𝑛(𝑛−1)

4200
=√ 20

= 120

Y = (40± 120) cm

T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136

∑ 0,492

1,2+1,3+1,5+1,6+2,1
𝑇̅ = 5

= 1,54

∑ 𝑇𝑖2 − 𝑇
∆𝑇 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0,492
=√ 20

= 0,024 cm

Sehingga koefisien kekentalannya adalah

2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
η= 9Y

2×12,68 .10 ( 5960 – 0,90)2


η= 9.40

η = 4,002

9𝜂²
∆η = | − 2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇

9.4,002²
∆η =| − 2 ×12,68 ( 5960 – 0,90)2

∆η = 0,47

η = ( η ± ∆η)
η = ( 4,002 ± 0,47)

∆η
Kr = x 100 %
𝜂
0,47
Kr = 4,002 x 100 %

Kr = 11,74 %

Untuk kelereng 2:

Tabel Hasil Pengamatan

No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀
1. 20,0 -20,0 400,0
2. 30,0 -10,0 900,0
3. 40.0 0 1600,0
4. 50,0 10,0 900,0
5. 60,0 20,0 400,0
∑ 200,0 30,0 4200,0

𝑌̅ = (20,0+30,0+40,0+50,0+60,0) /5
= 40,0

∑ 𝑌𝑖2 − 𝑌̅ 2
∆𝑌 = √
𝑛(𝑛 − 1)

4200,0
=√ 20

= 210 cm

𝑌 = 𝑌 ± ∆𝑌
𝑌 = (40 ± 210) cm

T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
T T1-Tbar (T1-Tbar)2
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136

∑ 0,492

𝑇̅ = (1,2+1,3+1,5+1,6+2,1)/5
= 1,54

∑ 𝑇𝑖2 − 𝑇
∆𝑇 = √
𝑛(𝑛 − 1)

0,492
=√ 20

= 0,024 cm

𝑇 = 𝑇 ± ∆𝑇
𝑇 = (1,54 ± 0,024)s
2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
 η= 9Y
2 0,6652 10 ( 5,5 – 0,90)1,54
η= 9. 40

η = 0,174

9𝜂²
 ∆η = | − 2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
9. 0,174²
∆η =| − 2 0,665.0,665 10 ( 5,5 – 0,90)2

∆η = 0,0033

 η = ( η ± ∆η)
η = ( 0,174 ± 0,0033)
∆η
 Kr = x 100 %
𝜂
0,0033
Kr = x 100 %
0,174

Kr = 0,018%

IX.HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Dari percobaan dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut:

 Hasil analisis pada bola I (kelereng I)


η = ( η ± ∆η)

η = ( 4,002 ± 0,47)

Kr = 11,74 %

kesalahan relatif sebesar


 Hasil analisis pada bola II (kelereng II)
η = ( η ± ∆η)

η = ( 0,174 ± 0,0033)

kesalahan relatif kecil

Kr = 0,018%

Karena semua nilai kesalahan relatif dari hasil pengukuran koefisien viskositas
gliserin yang didapat lebih kecil dari 10 %, maka nilai koefisien viskositas gliserin
yang didapat masih bisa ditoleransi atau masih dapat diterima.

2. Adapun kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:


Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang kurang
mendekati secara teori. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan percobaan terjadi
kesalahan-kesalahan yang nantinya cukup berpengaruh terhadap data hasil percobaan
yang diperoleh. Adapun kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan
adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan umum adalah kesalahan yang terjadi karena kekeliruan


praktikan.Misalnya, kesalahan dalam pembacaan dan pemakaian instrumen.
Dalam praktikum ini terjadi beberapa kesalahan umum antara lain: kesalahan
dalam pembacaan skala dalam mengukur massa benda dengan menggunakan
Neraca Ohaus, mengukur diameter bola atau kelereng dengan Mikrometer
Skrup, mengukur waktu tempuh kelereng sepanjang Y dengan Stop Watch,
mengukur kekentalan zat cair (oli) dengan Araometer Beaume, dan pembacaan
skala pada tabung, serta instrument yang lain yang digunakan dalam melakukan
praktikum ini.
2. Kesalahan sistematis adalah kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur atau
instrumen dan disebabkan oleh pengaruh lingkungan pada saat melakukan
praktikum. Misalnya, Neraca Ohaus dan Mikrometer Sekrup yang titik nolnya
tidak tepat barada pada angka nol, sehingga akan mempengaruhi data yang
didapatkan. Selain itu, kesalahan karena adanya perubahan suhu pada fluida
(oli) sehingga dapat merubah nilai koefisien kekentalan fluida (oli). Hal ini
disebabkan karena fluida sangat rentan terhadap perubahan suhu sehingga hasil
yang didapat menjadi kurang akurat.
3. Kesalahan acak adalah kesalahan yang disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak
diketahui secara pastitetapi terjadi. Misalnya, dalam melakukan perhitungan
angka-angka. Hal ini sering terjadi, tetapi tidak diketahui atau sulit diketahui.

Pertanyaan :
1. Amati gerahan bola pada saat bergerak di dalam zat cair! Berikan interprestasi
terhadap gerakan yang diamati!
2. Bagaimana anda dapat mendefinisikan gesekan yang terjadi antara bola dan zat
cair?
3. Berdasarkan data hasil percobaan, apakahnilai Y/T berubah ketika jarak tempuh
bola diubah-ubah ? Jelaskan pendapat anda!
4. Buatlah grafik T sebagai fungsi Y berdasarkan data yang telah diperoleh!
5. Bagaimana cara mengurangi ataupun memperbesar gesekan antara zat cair dan
permukaan benda yang bersentuhan?
6. Pada sebuah benda yang bergerak di dalam zat cair akan muncul tiga jenis gaya
yang bekerja pada benda, diantaranya gaya berat benda, gaya apung, dan gaya
gesekan yang dialami benda terhadap zat cair. Menurut anda, gaya manakah
yang memberikan efek yang paling besar terhadap gerakan benda hingga benda
bergerak lurus beraturan selama dalam zat cair? Jelaskan pendapat anda.

Jawaban Pertanyaan :

1. Pada saat pertama bola dijatuhkan ke dalam zat cair bola akan mengalami
gerak lurus berubah beraturan (GLBB), setelah berlalu, lama-kelamaan bola
akan mengalami gerak lurus beraturan (GLB).
2. Gesekan yang terjadi antara bola dengan zat cair dipengaruhi oleh besar
kerapatan atau massa jenis dari zat cair sehingga, semakin besar massa jenis
zat cair maka bola akan bergerak semakin lambat, begitupun sebaliknya.
3. Jika jarak tempuh bola yaitu jarak antara gelang karet bagian atas dengan
bagian bawah diubaha-ubah, maka harga Y/T akan tetap yaitu tidak berubah-
ubah. Hal ini disebabkan karena ketika suatu benda yang bermassa jenis (ρ)
dijatuhkan di atas fluida benda akan dipercepat menurut persamaan
Fs  6rv , dengan bertambahnya kecepatan bertambah pula gaya
hambatnya (gaya viskositas). Akhirnya gaya viskositas sama besar dengan
gaya gravitasi. Pada keadaan ini benda tidak di percepat lagi (a=0). Karena
benda tidak dipercepat maka benda akan bergerak turun dengan kecepatan
konstan. Jadi nilai Y/t adalah konstan, meskipun nilai Jarak tempuh bola
(jarak antara gelang karet bagian atas dan bagian bawah) diubah-ubah tidak
akan menyebabkan nilai Y/Tberubah-ubah.
4. Tabel perbandingan harga Y/T dari masing-masing perubahan harga Y

Tabel percobaan kelereng 1

No Y (cm) T (sekon) Y/T


1. 20,0 1,1 18,1
2. 30,0 1,3 23,0
3. 40,0 1,4 28,5
4. 50,0 1,6 31,2
5. 60,0 1,8 33,3

Tabel percobaan kelereng 2

No. Y (cm) T (sekon) Y/T

1. 50,0 1,8 27,7


2. 40,0 1,4 28,5
3. 20,0 0,6 33,3
4. 60,0 2,0 30,0
5. 30,0 1,4 21,4

Dari masing-masing table yaitu pada tabel percobaan kelereng 1 dan


kelereng 2,jika dikaitkan dengan pertanyaan 1 dapat ditarik sebuah kesimpulan
yaitu perbandingan antara Y dan T adalah konstan, meskipun terdapat beberapa
perbedaan dari masing-masing data, tetapi perbedaannya tidak terlalu besar.
Sehingga dapat disimpulan bahwa nilai Y/T adalah nilai yang konstan, ketika
hal ini tercapai maka benda dikatakan mencapai kecepatan terminal.

Grafik T sebagai fungsi Y

Grafik untuk kelereng 1

70

60

50

40

30

20

10

0
1,1 1,3 1,4 1,6 1,8

Grafik untuk kelereng 2


70

60

50

40

30

20

10

0
0,6 1,4 1,4 1,8 2,0

Dari grafik di atas terlihat bahwa Y/T adalah konstan, di mana kurva Y
menunjukkan adanya hubungan kelinieran dengan kurva waktu rata-rata. Jadi dapat
disimpulkan bahwa benda yang jatuh ke dalam suatu fluida akan mengalami Gerak
Lurus Beraturan yang mana kecepatan benda adalah konstan. Hal ini disebabkan
karena resultan gaya yang bekerja sama dengan nol. Gaya-gaya yang bekerja
diantaranya Fbenda sama dengan gaya berat benda sebesar W yang menuju arah
kebawah dan gaya gesekan Stokes (Fs) yang arahnya ke atas. Selain itu, juga
dipengaruhi oleh gaya Archimedes (Fa) yang arahnya juga ke atas. Antara gaya benda
(sebesar gaya berat W) yang memiliki arah ke bawah saling menghilangkan dengan
akumulasi gaya Stokes dan gaya Archimedes yang arahnya ke atas, gaya gravitasi
sama besar dengan gaya viskositas. Hal ini menyebabkanF = 0 maka percepatan
benda juga akan sama dengan nol, sehingga benda dapat dikatakan mengalami Gerak
Lurus Beraturan menuju ke dasar tabung yang berisikan fluida (oli).

5. Cara mengurangi atau memperbesar gaya gesekan zat cair dan permukaan
benda yang bersentuhan adalah dengan menentukan jenis zat cair yang
digunakan.
6. Gaya yang memberikan efek paling besar terhadap gerakan benda hingga
benda bergerak lurus beraturan yaitu gaya gesekan yang dialami benda
terhadap zat cair. Hal ini karena semakin besar koefisien kekentalan suatu
fluida maka semakin besar gaya gesek yang ditimbulkan oleh fluida. Sebagai
contohnya jika sebuah bola dimasukkan ke dalam fluida kental, maka
mampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat
setelah menempuh jarah tertentu nampak kelereng bergerak dengan kecepatan
konstan (bergerak lurus beraturan). Hal ini berarti bahwa tidak hanya terdapat
gaya ke berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya gesekkan yang terjadi
pada zat cair. Gaya gesekkan ini disebabkan oleh kekentalan fluida.

X. SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan percobaan ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Analisis hasil percobaan


Hasil analisis pada bola I (kelereng I)
η = ( η ± ∆η)
η = ( 4,002 ± 0,47)
kesalahan relatif sebesar

Kr = 11,74%

Hasil analisis pada bola II (kelereng II)


η = ( η ± ∆η)
η = (0,174 ± 0,0033)

kesalahan relatif kecil

Kr = 0,018%

2. Nilai Y/T tidak akan berubah meskipun Y-nya dibuat berubah-ubah.


3. Semakin panjang jarak tempuh benda maka waktu yang diperlukan juga semakin
lama (antara Y dan T berbanding lurus). Karena bola bergerak lurus beraturan atau
kecepatannya konstan.
4. Benda berbentuk sembarang yang bergerak melalui fluida kental, dalam
gerakannya akan mengalami hambatan/pengereman (drag) oleh kekentalan fluida.
Hambatan yang disebabkankan oleh kekentalan fluida ini adalah gaya gesekan
yang menyebabkan benda bergerak lurus beraturan yang mengakibatkan kecepatan
benda konstan.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan selanjutnya agar hasil
yang diperoleh bisa lebih baik dari sekarang adalah sebaiknya praktikan lebih berhati-
hati dalam melakukan praktikum ini karena praktikum ini cukup sulit dilakukan,
butuh ketepatan dan ketelitian yang tinggi dalam mengambil data-data dalam
pratikum ini. Selain itu, praktikan juga harus memahami terlebih dahulu petunjuk
praktikum dengan baik sebelum melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Djonoputro, Darmawan. 1977. Teori Ketidakpastian. Bandung: Universitas ITB.

Giancoli, D.C. 2001. Fisika Edisi KelimaJilid 1. Jakarta: Erlangga.

Rapi, Ni Ketut. 2017. LABORATORIUM FISIKA 1 . Singaraja: Universitas


Pendidikan Ganesha
Rapi, Ni Ketut, dkk. 2016. LABORATORIUM FISIKA 2. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai