II.TUJUAN PERCOBAAN :
Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.1Viskositas
Kekentalan zat cair atau fluida pada umumnya dapat dipandang sebagai
gesekan dalam dari fluida. Karena kekentalannya, maka diperlukan gaya untuk
menggeserkan suatu lapisan fluida terhadap lapisan lainnya. Kekentalan zat cair jauh
lebih besar dari pada kekentalan gas. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan zat cair yaitu viscometer. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
fluida yang riil memiliki gesekan internal yang besarnya tertentu yang disebut
viskositas. Viskositas ada pada zat cair maupun gas dan pada intinya merupakan gaya
gesekan antara lapisan-lapisan bola yang terpisah pada fluida pada waktu lapisan-
lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah bola tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai di dasar zat cair.
Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan. Hal ini
berarti bahwa ada gaya lain yang bekerja pada kelereng. Gaya yang bekerja tersebut
adalah gaya gesekan atau gaya hembatan yang disebabkan oleh kekentalan zat cair.
Pada zat cair viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul. Pada
gas, viskositas muncul dari tumbukan antara molekul. Fluida yang berbeda memiliki
besar viskositas yang berbeda: sirup lebih kental (lebi hviskos) dari air; minyak lemak
lebih kental dari minyak mesin; zat cair pada umumnya jauh lebih kental dari gas.
Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan dengan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas, η (huruf kecil dari abjad Yunani eta), yang didefinisikan sebagai
satu lapisan tipis fluida ditempatkan antara dua lempeng yang rata. Satu lempeng
diam dan yang lainnya bergerak dengan laju konstan. Fluida yang langsung
bersentuhan dengan setiap lempeng ditahan pada permukaan oleh gaya adhesi antara
molekul zat cair dan lempeng. Dengan demikian, permukaan atas fluida bergerak
dengan laju v yang sama seperti lempeng yang atas, sementara fluida yang
bersentuhan dengan lempeng yang diam tetap diam. Lapisan fluida yang diam
menahan aliran fluida yang persis atasnya, yang juga menahan lapisan berikutnya,
dan seterusnya. Berarti kecepatan bervariasi secara kontinu dari 0 sampai. Perubahan
kecepatan dibagi dengan jarak terjadinya perubahan ini sama dengan v/l disebut
gradient kecepatan. Untuk mengerakkan lempeng yang diatas dibutuhkan gaya, yang
bisa anda buktikan dengan menggerakkan lempeng rata diatas tumpahan sirup diatas
meja. Untuk fluida tertentu, ternyata gaya yang dibutuhkan f ,sebanding dengan luas
fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng dan dengan laju v, dan berbanding
terbalik dengan jarak l, antar lempeng. Untuk fluida yang berbeda, semakin kental
fluida tersebut, semakin besar gaya yang diperlukan. Konstanta pembanding
persamaan ini didefinisikan sebagai koefisien viskositas η:
F = ηAv/l
Pada peristiwa benda jatuh ke dalam fluida yang berbentuk sembarang, akan
terjadi pengereman atau hambatan yang disebabkan karena adanya gaya gesekan oleh
kekentalan fluida yang disebut dengan gaya Stokes. Hal ini diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1985 oleh Sir George Stokes yang menunjukkan bahwa gaya
hambatan (gaya gesekan) Fs yang dialami benda berbentuk bola yang bergerak relatif
terhadap fluida diberikan oleh hubungan:
Fs 6 r v
dengan:
A Zat cair
Jika sebuah bola padat yang memiliki rapat massa ρ dan jari-jari r, yang
dilepaskan tanpa kecepatan awal dari kedudukan A di dalam zat cair kental yang
rapat massanya ρo dimana ρ > ρ0, beberapa saat kemudian bola mendapatkan
percepatan sehingga kecepatan bola bertambah besar yang mengakibatkan gaya
Stokes bertambah besar pula. Pada kedudukan B yaitu pada saat kedalaman tertentu
akan terjadi kesetimbangan di antara gaya-gaya yang bekerja, sehingga bola bergerak
lurus beraturan yaitu bergerak dengan kecepetan konstan pada kedudukan C.
Kecepatan yang konstan ini disebut dengan kecepatan akhir atau kecepatan terminal
dari bola. Dalam keadaan setimbang gaya-gaya yang bekerja pada bola secara
matematis dapat dituliskan sebagai peersamaan berikut:
F 0
𝐹𝑓 − 𝑊 = 0
FA + FS – W = 0
FS = W – FA
6 r v = mg – 0 gV
= 0 gV
= 0 g
4
r3
3
Jika benda dalam cairaan berbentuk bola dengan massa jenis ( ρ ) maka
persamaannya menjadi:
r 0 g 6 r v
4 3
3
2r 2 g 0
v
9
Y
v
T
Maka:
2r 2 g 0
Y T
9
dengan:
Alat :
V.LANGKAH KERJA :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan tabung gelas berisi gliserin atau oli dan menempatkan dua
gelang karet pada tabung dengan cara melingkarkannya sebagai penanda
pada titik B dan C.
2. Mengukur massa jenis gliserin dengan Areometer.
3. Mengukur massa kelereng 1 dan kelereng 2.
4. Mengukur diameter kelereng 1 dan kelereng 2.
5. Menghitung massa jenis kelereng.
6. Memeriksa sendok saringan apakah sudah tersedia didasar tabung.
7. Melepaskan kelereng dari permukaan gliserin dan mengukur dengan
stopwatch waktu yang diperlukan bola dalam menempuh jarak Y1.
8. Mengulangi percobaan seperti pada langkah 7 dengan mengubah jarak
antara kedua gelang karet dengan menggeser gelang karet.
9. Mengukur jaraknya sebagai Y2 dan mengulangi langkah
10. Mengulangi percobaan pada langkah 7sampai 9 untuk jarak Y3, Y4,...... Y10
masing-masing sebanyak dua kali.
11. Mencatat percobaan yang dilakukan
m
V
m
4
3
r 3
m
3
4 1
d
3 2
6m
3
d
𝑌̅ = ∑𝑌𝑖/𝑛
̅ )𝟐
∑(𝒀𝒊−𝒀
Y = √
𝑛(𝑛−1)
2r 2 g 0
9y
9𝜂²
∆η = | − 2 r2 g (ρ – ρo)𝑇
∆η
Kr = x 100
𝜂
No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀
𝑌̅ = ∑𝑌𝑖/𝑛
200
𝑌̅ = = 40
5
T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136
∑ 0,492
1,2+1,3+1,5+1,6+2,1
𝑇̅ = 5
= 1,54
VIII.ANALISIS DATA
Untuk kelereng 1:
Massa jenis kelereng 1 (ρ) dapat dicari dengan langkah sebagai berikut:
m1 = (20,09± 0,005) g
d1 = (25,37 ± 0,005) mm
m
V
m
4
3
r 3
m
3
4 1
d
3 2
6m
3
d
6(20,09)
3,14(2,53 10 2 ) 3
120,54
7,94 10 6
15,18 g/cm3
No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀
200
𝑌̅ = = 40
5
̅ )𝟐
∑(𝒀𝒊−𝒀
Y = √
𝑛(𝑛−1)
4200
=√ 20
= 120
Y = (40± 120) cm
T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136
∑ 0,492
1,2+1,3+1,5+1,6+2,1
𝑇̅ = 5
= 1,54
∑ 𝑇𝑖2 − 𝑇
∆𝑇 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0,492
=√ 20
= 0,024 cm
2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
η= 9Y
η = 4,002
9𝜂²
∆η = | − 2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
9.4,002²
∆η =| − 2 ×12,68 ( 5960 – 0,90)2
∆η = 0,47
η = ( η ± ∆η)
η = ( 4,002 ± 0,47)
∆η
Kr = x 100 %
𝜂
0,47
Kr = 4,002 x 100 %
Kr = 11,74 %
Untuk kelereng 2:
No. Y (cm) ̅
∑𝒀𝒊 − 𝒀 ̅ )2
∑(𝒀𝒊 − 𝒀
1. 20,0 -20,0 400,0
2. 30,0 -10,0 900,0
3. 40.0 0 1600,0
4. 50,0 10,0 900,0
5. 60,0 20,0 400,0
∑ 200,0 30,0 4200,0
𝑌̅ = (20,0+30,0+40,0+50,0+60,0) /5
= 40,0
∑ 𝑌𝑖2 − 𝑌̅ 2
∆𝑌 = √
𝑛(𝑛 − 1)
4200,0
=√ 20
= 210 cm
𝑌 = 𝑌 ± ∆𝑌
𝑌 = (40 ± 210) cm
T ̅)
∑(𝑻𝒊 − 𝑻 ̅)2
∑(𝑻𝒊 − 𝑻
T T1-Tbar (T1-Tbar)2
1,2 -0,34 0,1156
1,3 -0,24 0,0576
1,5 -0,04 0,0016
1,6 0,06 0,0036
2.1 0,56 0,3136
∑ 0,492
𝑇̅ = (1,2+1,3+1,5+1,6+2,1)/5
= 1,54
∑ 𝑇𝑖2 − 𝑇
∆𝑇 = √
𝑛(𝑛 − 1)
0,492
=√ 20
= 0,024 cm
𝑇 = 𝑇 ± ∆𝑇
𝑇 = (1,54 ± 0,024)s
2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
η= 9Y
2 0,6652 10 ( 5,5 – 0,90)1,54
η= 9. 40
η = 0,174
9𝜂²
∆η = | − 2 r2 g ( ρ – ρo)𝑇
9. 0,174²
∆η =| − 2 0,665.0,665 10 ( 5,5 – 0,90)2
∆η = 0,0033
η = ( η ± ∆η)
η = ( 0,174 ± 0,0033)
∆η
Kr = x 100 %
𝜂
0,0033
Kr = x 100 %
0,174
Kr = 0,018%
1. Dari percobaan dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut:
η = ( 4,002 ± 0,47)
Kr = 11,74 %
η = ( 0,174 ± 0,0033)
Kr = 0,018%
Karena semua nilai kesalahan relatif dari hasil pengukuran koefisien viskositas
gliserin yang didapat lebih kecil dari 10 %, maka nilai koefisien viskositas gliserin
yang didapat masih bisa ditoleransi atau masih dapat diterima.
Pertanyaan :
1. Amati gerahan bola pada saat bergerak di dalam zat cair! Berikan interprestasi
terhadap gerakan yang diamati!
2. Bagaimana anda dapat mendefinisikan gesekan yang terjadi antara bola dan zat
cair?
3. Berdasarkan data hasil percobaan, apakahnilai Y/T berubah ketika jarak tempuh
bola diubah-ubah ? Jelaskan pendapat anda!
4. Buatlah grafik T sebagai fungsi Y berdasarkan data yang telah diperoleh!
5. Bagaimana cara mengurangi ataupun memperbesar gesekan antara zat cair dan
permukaan benda yang bersentuhan?
6. Pada sebuah benda yang bergerak di dalam zat cair akan muncul tiga jenis gaya
yang bekerja pada benda, diantaranya gaya berat benda, gaya apung, dan gaya
gesekan yang dialami benda terhadap zat cair. Menurut anda, gaya manakah
yang memberikan efek yang paling besar terhadap gerakan benda hingga benda
bergerak lurus beraturan selama dalam zat cair? Jelaskan pendapat anda.
Jawaban Pertanyaan :
1. Pada saat pertama bola dijatuhkan ke dalam zat cair bola akan mengalami
gerak lurus berubah beraturan (GLBB), setelah berlalu, lama-kelamaan bola
akan mengalami gerak lurus beraturan (GLB).
2. Gesekan yang terjadi antara bola dengan zat cair dipengaruhi oleh besar
kerapatan atau massa jenis dari zat cair sehingga, semakin besar massa jenis
zat cair maka bola akan bergerak semakin lambat, begitupun sebaliknya.
3. Jika jarak tempuh bola yaitu jarak antara gelang karet bagian atas dengan
bagian bawah diubaha-ubah, maka harga Y/T akan tetap yaitu tidak berubah-
ubah. Hal ini disebabkan karena ketika suatu benda yang bermassa jenis (ρ)
dijatuhkan di atas fluida benda akan dipercepat menurut persamaan
Fs 6rv , dengan bertambahnya kecepatan bertambah pula gaya
hambatnya (gaya viskositas). Akhirnya gaya viskositas sama besar dengan
gaya gravitasi. Pada keadaan ini benda tidak di percepat lagi (a=0). Karena
benda tidak dipercepat maka benda akan bergerak turun dengan kecepatan
konstan. Jadi nilai Y/t adalah konstan, meskipun nilai Jarak tempuh bola
(jarak antara gelang karet bagian atas dan bagian bawah) diubah-ubah tidak
akan menyebabkan nilai Y/Tberubah-ubah.
4. Tabel perbandingan harga Y/T dari masing-masing perubahan harga Y
70
60
50
40
30
20
10
0
1,1 1,3 1,4 1,6 1,8
60
50
40
30
20
10
0
0,6 1,4 1,4 1,8 2,0
Dari grafik di atas terlihat bahwa Y/T adalah konstan, di mana kurva Y
menunjukkan adanya hubungan kelinieran dengan kurva waktu rata-rata. Jadi dapat
disimpulkan bahwa benda yang jatuh ke dalam suatu fluida akan mengalami Gerak
Lurus Beraturan yang mana kecepatan benda adalah konstan. Hal ini disebabkan
karena resultan gaya yang bekerja sama dengan nol. Gaya-gaya yang bekerja
diantaranya Fbenda sama dengan gaya berat benda sebesar W yang menuju arah
kebawah dan gaya gesekan Stokes (Fs) yang arahnya ke atas. Selain itu, juga
dipengaruhi oleh gaya Archimedes (Fa) yang arahnya juga ke atas. Antara gaya benda
(sebesar gaya berat W) yang memiliki arah ke bawah saling menghilangkan dengan
akumulasi gaya Stokes dan gaya Archimedes yang arahnya ke atas, gaya gravitasi
sama besar dengan gaya viskositas. Hal ini menyebabkanF = 0 maka percepatan
benda juga akan sama dengan nol, sehingga benda dapat dikatakan mengalami Gerak
Lurus Beraturan menuju ke dasar tabung yang berisikan fluida (oli).
5. Cara mengurangi atau memperbesar gaya gesekan zat cair dan permukaan
benda yang bersentuhan adalah dengan menentukan jenis zat cair yang
digunakan.
6. Gaya yang memberikan efek paling besar terhadap gerakan benda hingga
benda bergerak lurus beraturan yaitu gaya gesekan yang dialami benda
terhadap zat cair. Hal ini karena semakin besar koefisien kekentalan suatu
fluida maka semakin besar gaya gesek yang ditimbulkan oleh fluida. Sebagai
contohnya jika sebuah bola dimasukkan ke dalam fluida kental, maka
mampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat
setelah menempuh jarah tertentu nampak kelereng bergerak dengan kecepatan
konstan (bergerak lurus beraturan). Hal ini berarti bahwa tidak hanya terdapat
gaya ke berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya gesekkan yang terjadi
pada zat cair. Gaya gesekkan ini disebabkan oleh kekentalan fluida.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan percobaan ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kr = 11,74%
Kr = 0,018%
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan selanjutnya agar hasil
yang diperoleh bisa lebih baik dari sekarang adalah sebaiknya praktikan lebih berhati-
hati dalam melakukan praktikum ini karena praktikum ini cukup sulit dilakukan,
butuh ketepatan dan ketelitian yang tinggi dalam mengambil data-data dalam
pratikum ini. Selain itu, praktikan juga harus memahami terlebih dahulu petunjuk
praktikum dengan baik sebelum melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Djonoputro, Darmawan. 1977. Teori Ketidakpastian. Bandung: Universitas ITB.