Sebelum membahas mengenai bumi dan gerak benda langit, ada baiknya kita
mengetahui sejarah singkat pemikiran manusia tentang bumi dan langit. Adapun
sejarah singkat tersebut, sebagai berikut.
1) Abad VI SM, pemikir Yunani kuno (Aristoteles, 35 SM dan Ptoleumeus 140
SM) berpandangan bahwa bumi merupakan bola yang diam dan merupakan
pusat alam semesta (geosentris).
2) Aristarchus, 300 SM menyatakan bahwa matahari sebagai pusat jagat raya,
namun ia kalah pamor dengan pandangan Aristoteles.
3) 18 Abad kemudian (tahun 1500), Nicolas Copernicus mengemukakan
pandangan heliosentris.
4) Tycho Brahe (1546-1601) dengan data yang dimilikinya menentang kembali
pandangan heliosentris, karena dia tidak melihat fenomena paralaksis.
5) Kepler (1571-1630), asisten Tycho, dengan memanfaatkan data milik Tycho
dan mengolahnya secara matematis, ia memperkokoh gagasan heliosentris.
Bumi kita berputar seperti gasing. Gerak putar bumi pada sumbu putarnya ini
dinamakan gerak rotasi bumi. Bukti langsung adanya gerak rotasi bumi baru
ditemukan tahun 1851 oleh Faucault dengan percobaannya yang dikenal dengan
ayunan Faucault. Untuk menyelesaikan satu putaran (satu periode rotasi),
dibutuhkan waktu 23 jam 56 menit 4,1 detik. Panjang interval waktu yang
dibutuhkan bumi untuk menyelesaikan satu rotasi dinamakan hari Sideris. Satu hari
Sideris adalah 23 jam, 56 menit, 2,091 detik. Adapun efek atau akibat dari rotasi
bumi, diantaranya: adanya gerak harian benda langit (gerak benda-benda langit
dalam satu kali putaran) dari timur ke barat, terjadinya pergantian siang dan malam,
terjadinya pepatan bumi di arah kutubnya (momentum sudut lebih besar pada daerah
equator), efek coriolis (pada arah angin, perubahan arah ayunan bandul, perubahan
arah arus laut sepanjang equator bumi), adanya gerak benda
Gerak semu langit tidak sama periodenya dengan gerak Matahari di langit
(diamati dari Bumi). Gerak semu langit periodenya 23 jam 56 menit 4.1 detik,
sedangkan gerak harian Matahari di langit periodenya 24 jam. Terdapat perbedaan
sekitar 4 menit. Perbedaan ini menyebabkan penampakan langit sedikit berbeda
dilihat pada jam yang sama tiap harinya. Sebagai contoh: sebuah bintang hari ini
terbit pukul 18:00. Maka, keesokan harinya ia akan terbit pukul 17:56, lusa pukul
17:52, dan seterusnya. Bintang itu akan terbit 4 menit lebih cepat dari hari
sebelumnya. Karena itu, perlahan-lahan penampakan langit akan bergeser dari hari
ke hari. Kira-kira enam bulan dari sekarang, bagian langit yang berada di atas kepala
kita pada jam 9 malam akan berada di bawah kaki kita. Dengan kata lain, jika kita
mengamati langit dengan waktu pengamatan yang terpisah 6 bulan, kita akan
mengamati dua belahan bola langit yang berbeda.
Objek-objek langit seperti matahari, bulan, dan planet-planet memiliki
geraknya sendiri diantara bintang-bintang. Matahari bergerak secara perlahan ke
arah timur relatif terhadap bintang-bintang. Karena itu, untuk menyelesaikan satu
putaran mulai dari misalnya posisi tepat di atas kepala kita, terbenam, terbit, kembali
di atas kepala kita, matahari membutuhkan waktu 24 jam (selang waktu sehari
semalam). Bintang-bintang membutuhkan waktu sama denga periode rotasi Bumi,
23 jam 56 menit 4.1 detik. Bulan membutuhkan waktu sedikit bervariasi, kira-kira
50 menit lebih panjang dari 24 jam. Planet-planet bergerak di langit dengan
kecepatan yang lebih besar lagi variasinya, tergantung pada seberapa
dekat planet tersebut ke matahari, dan dimana posisinya (dalam orbitnya) relatif
terhadap Bumi.
Selain berotasi, bumi juga
bergerak mengitari matahari yang
disebut dengan revolusi bumi dalam
waktu 362,2564 hari satu kali
putaran. Satu hari efemeris adalah
86.400 detik efemeris, dan 1 detik
efemeris adalah panjang interval yang
diukur dengan jam atom standar.
Panjang interval waktu yang
dibutuhkan oleh Bumi untuk satu kali
Adapun efek atau akibat dari adanya gerak revolusi bumi, diantaranya:
perubahan penampakan posisi matahari relatif terhadap bintang-bintang yang berada
di latar belakang. Dilihat dari bumi, Matahari bergerak diantara bintang- bintang.
Bumi bergerak mengitari matahari berlawanan arah jarum jam apabila dilihat dari
kutub utara ekliptika. Akibatnya, arah gerak matahari ini pada bola langit
berlawanan dengan arah gerak semu langit, yaitu dari Barat ke Timur. Selain itu,
karena bumi mengitari matahari maka rasi bintang nampak bergiliran selama satu
tahun. Hal ini menyebabkan intesitas penyinaran matahari terhadap bumi berubah-
ubah pula. Perubahan intensitas matahari terhadap muka bumi menyebabkan
terjadinya perubahan musim setiap tahunnya. Beberapa rasi bintang di langit selatan
yang telah dikenal sebagai berikut.
T
horizon nadir (N). bidang datar yang melalui
pusat bola langit dan titik S, B, U,
dan T serta tegak lurus garis vertikal
(ZN) ini disebut horizon (SBUT).
N
N
Bintang P
Bintang Q
Barat
B = Titik Barat
S = Titik Selatan
U = Titik Utara
S – Ks = Tinggi Kutub = P3
Garis ZP membuat sudut dengan EQ sebesar Derajat Lintang tempat. Sebab,
jarak Derajat zenith suatu tempat ke equator, sama besar Derajat tempat yang
bersangkutan.
Sudut EPKs = sudut ZPS = 90º. Sudut P1 = sudut P3, sebab, kedua-duanya
merupakan sudut penyiku dari dua buah sudut yang sama. Karena
sudut P3 adalah tinggi Kutub, sedang sudut P1 adalah Lintang tempat, maka Kutub
sama besar derajatnya dengan Lintang tempat yang bersangkutan.
Akhirnya untuk yang ada di kutub utara, poros langit tegak lurus horizon,
dan semua bintang-bintang adalah bintang sirkumpolar, lintasan bintang semua
sejajar bidang horizon. Dikatakan bahwa di kutub bumi kedudukan langit itu sejajar.
Z KLU
EQ
KLU KLS
N
Gambar 2.13 Langit dari equator
Sumber: (Suwitra, Nyoman, 2001: 8)
KLS
Gambar 2.14 Langit dari kutub utara
Sumber: (Suwitra, Nyoman, 2001: 8)
C. Tata Koordinat Bola Langit
Kedudukan suatu tempat di bumi dapat ditentukan dengan sistem koordinat
“bujur dan lintang” geografis. Koordinat di suatu titik di bidang permukaan bola
langit dapat ditentukan dengan menetapkan lingkaran dasar dan titik asal koordinat.
Jika kita melihat sebuah komet di langit, bagaimana cara kita memberitahu teman
kita di tempat lain untuk melihat komet yang sama? Jika kita ingin pergi ke rumah
teman, pasti kita tanyakan alamatnya bukan? Begitu juga dengan komet di langit,
beserta bintang-bintang, galaksi dan bermacam objek lainnya, mereka semua
memiliki “alamat” tertentu yang tidak mungkin kembar satu sama lain. Alamat yang
dimaksud di sini adalah koordinat. Semua benda langit bisa kita cari asalkan kita
mengetahui koordinatnya. Jadi, teman kita pasti bisa menemukan komet yang kita
maksud. Seperti apa koordinat yang digunakan untuk mengenali objek langit?
Namanya adalah koordinat langit. Terdapat tiga jenis sistem koordinat yaitu tata
koordinat horizon, tata koordinat ekuator dan tata koordinat ekliptika.
1. Tata Koordinat Horizon (alt-azimuth)
Bila bidang ekuator bumi diperluas sampai menyentuh bola langit maka
bidang ini dinamakan bidang ekuator langit.
Demikian pula bila sumbu Utara-Selatan bumi diperluas sampai
menyentuh bola langit akan didapat kutub utara langit (KUL) dan kutub selatan
langit (KSL).
Gambar 2.17 Tata koordinat equator
Untuk kasus ketika kita berada di Kutub Utara misalnya, maka kita akan
dapat melihat bintang-bintang yang tidak tenggelam sepanjang hari, yang disebut
juga sebagai bintang circumpolar atau bintang kutub. Jadi, apabila kita mau
mengamati objek yang redup (tidak mudah dilihat dengan mata) menggunakan
teleskop, dengan mengetahui koordinat objek tersebut dan dengan melakukan
kalibrasi pada teleskop kita, mencari objek manapun akan terasa lebih mudah.
3. Tata Koordinat Ekliptika
Matahari di samping melakukan gerakan harian dari timur ke barat,
matahari juga melakukan gerakan tahunan pada bola langit sepanjang lingkaran
besar yang dinamakan ekliptika. Ekliptika adalah jalur yang dilalui oleh suatu
benda dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem koordinat tertentu. Ekliptika
pada benda langit merupakan suatu bidang edar berupa garis khayal yang
menjadi jalur lintasan benda-benda langit dalam mengelilingi suatu titik pusat
sistem tata surya. Seandainya bumi dijadikan sebagai titik pusat sistem
koordinat, maka ekliptika merupakan bidang edar yang dilalui oleh benda-
benda langit seperti planet dan matahari untuk mengelilingi bumi. Dan bila
matahari dijadikan sebagai titik pusat sistem koordinat, maka ekliptika
merupakan bidang yang terbentuk sebagai lintasan orbit bumi yang berbentuk
elips dengan matahari berada pada titik pusat elips tersebut. Ekliptika
memotong ekuator langit di dua titik yaitu Titik Pertama Aries atau Vernal
Equinox (titik musim semi) dan di titik Autumnal Equinox (titik musim gugur).
Ada beberapa ketentuan ekliptika pada bola langit yaitu sebagai berikut.
b) Waktu sideris
Gambar di samping
memperlihatkan posisi bumi 21
maret dan 22 maret terhadap
matahari dan arah titik aries (VE).
Pada tanggal 21 maret, siang
sideris dan siang surya itu
bersamaan untuk pengamat yang
ada di O, dimana matahari (VE)
bersaman melewati meridian atas.
Secara geografis, posisi Indonesia pada bola bumi ini terletak pada koordinat
6°LU – 11°LS dan dari 95° BT – 141°BT. Indonesia berada pada tiga garis bujur
(kelipatan 15), yaitu 1050, 1200, dan 1350. Dari sinilah dapat diketahui bahwa
Indonesia menjadi tiga daerah waktu: Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu
Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).
Dari letak bumi secara “melintang” utara-selatan kita bisa mengetahui bahwa
wilayah Indonesia terletak pada dua belahan dunia, yaitu di bagian utara khatulistiwa
dan di selatan khatulistiwa. Sedangkan secara “membujur”, letak seluruh wilayah
Indonesia terletak di sebelah timur Greenwich (sebagai garis bujur 0°). Bentuk
wilayah Indonesia lebih mengarah pada “membujur” barat- timur daripada
“melintang” utara-selatan. Hal tersebut dapat kita lihat dari panjang wilayah
Indonesia secara “melintang” utara-selatan yang hanya “sepanjang” 16° (yaitu 6° ke
arah utara dan 11° ke arah utara). Sedangkan panjang wilayah Indonesia secara
“membujur” barat-timur mencapai 46° (141°-95°).
Secara sederhana garis lintang menunjukkan seberapa jauh jarak utara-
selatan suatu lokasi dari garis khatulistiwa, sedangkan garis bujur menunjukkan
seberapa jauh jarak barat-timur suatu lokasi dari Greenwich.
Penentuan zona waktu
menggunakan acuan waktu di Greenwich
atau biasa disebut GMT (Greenwich
Mean Time). Hal ini disebabkan karena
Greenwich merupakan posisi di mana
garis bujurnya 0°. Untuk wilayah-
wilayah tertentu maka waktunya
tergantung pada seberapa jauh jarak
wilayah tsb dari Greenwich secara
horisontal atau “membujur” barat-timur.
Keterangan:
P dan Q = kutub utara dan selatan celestial sphere (bola angkasa)
p dan q = kutub utara dan selatan bumi
C = titik pusat bumi dan celestial sphere (bola angkasa)
M = Matahari
VE = Vernal Equinox
g = posisi Greenwich pada permukaan bumi
0 = posisi pengamat pada permukaan bumi
G = posisi semu Greenwich pada celestial sphere (bola angkasa), diperoleh
dari perpanjangan garis Cg O = posisi semu pengamat pada celestial
sphere (bola
Pada gambar di atas dapat kita ketahui bahwa besar sudut OPM =
GPM+OPG, dimana OPM merupakan busur dari pengamat di o dan GPM sendiri
menunjukkan GMT.
Oleh karena itulah penentuan zona waktu dilakukan berdasarkan posisi garis
bujur suatu wilayah (bukan garis lintang). Sedangkan garis lintang suatu lokasi lebih
mengarah pada penentuan lamanya durasi siang (matahari bersinar) pada lokasi
tersebut. Selama satu hari (24 jam,lebih tepatnya 23 jam 56 menit) bumi berputar
pada porosnya sehingga posisi matahari pada celestial sphere akan membentuk tepat
satu lingkaran (yang disebut diurnal circle atau lingkaran harian). Mengingat 1
lingkaran adalah 360° dan satu lingkaran tsb ditempuh dalam waktu 24 jam
(pendekatan dari 23 jam 56 menit) maka 1 jam pada satuan waktu diwakili 15°
pada ukuran derajat. Dan setiap panjang garis bujur 15° ditetapkan sebagai satu zona
waktu tersendiri, yaitu GMT + waktu tsb.
Oleh karena itulah Indonesia terbagi menjadi 3 zona waktu karena panjang
wilayah Indonesia secara “membujur” barat-timur adalah 46°, sehingga 46° : 15°
= 3,07 (dibulatkan menjadi 3). Sehingga panjang zona waktu Indonesia secara
keseluruhan adalah 3 jam yang pada akhirnya menyebabkan zona waktu Indonesia
dibagi menjadi 3 zona.
Hal tersebut disebabkan karena ujung barat wilayah Indonesia terletak pada
posisi 95° BT, yang berarti ujung barat wilayah Indonesia terletak sejauh
95° dari Greenwich. Mengingat bahwa setiap 15° ditetapkan sebagai satu
zona waktu maka 95° : 15° = 6,33 menjadikan WIB = GMT + 7. Kenapa
bukan GMT + 6 mengingat 6,33 jika dibulatkan seharusnya menjadi 6?
Tetapi karena 95° BT hanyalah ujung timur wilayah Indonesia dan
sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah terletak pada posisi lebih dari 95° BT maka ditetapkanlah WIB =
GMT + 7.
Alasan WITA memiliki zona waktu GMT+8
DOSEN PENGAMPU :
Drs. IWAN SUSWANDI, M.Si.
OLEH: