Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma

darah (cairan) dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit

(keping-keping darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah

merah). Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke

sel jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke

paru-paru. Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang

mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul

oksigen. Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan

pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium

yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin. (Joyce LeFever Kee,

2007).

Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik merupakan

langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil

pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi

(pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah

kapiler. Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh yang

masuk ke dalam jantung. Pada umumnya darah vena banyak mengandung gas

CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga

darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh

darah kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara

1
langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka

plasma dan zat makanan merembes kecairan jaringan antar sel. Susunan darah

dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih tua

dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya sudah diberikan kepada

jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan warnanya

karena terjadinya pertukaran gas. ( Rikawati, 2010 ).

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan

diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat

dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan

pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel

darah, persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap

analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil.

Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan. Internasional Commite

for Standardization in Hematology (ICSH) menganjurkan pemeriksaan

hemoglobin melalui metode cyanmethehemoglobin. Cara ini mudah

dilakukan karena mempunyai standart yang stabil dan dapat mengukur semua

jenis hemoglobin kecuali sulf hemoglobin ( Rikawati, 2010 )

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana melakukan pengambilan darah vena dengan spuit 1 ml ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui cara pengambilan darah vena dengan spuit 1ml.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Darah Vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya

diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan

siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak

ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau

vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena

basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan

arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata

tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di

daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-

hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. (Onym. 2010).

2.2 Pengertian Darah

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang

merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan

fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat

menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen (oksigen carrier),

mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis.

Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan

bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein

darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit,

leukosit dan trombosit. Pada pembentukan eritrosit yang melalui tahapan

3
sebagai berikut eritroblast, basophilic normoblas, policromatofilik

normoblast, asidofilik normoblas, retikulosit dan eritrosit. Namun hanya

retikulosit yang ditemukan pada darah tepi pada keadaan normal. Sedangkan

pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi

progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi

promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara

normal dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi

akna menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari

pecahan sitoplasma megakarioblast (Rikawati, 2010).

2.3 Macam – Macam Vena

Menurut (Onym. 2010) berikut ini macam – macam vena yaitu

1. Fungsi Vena Jugularis

Pada umumnya, super fisialis externa pada vena jugularis adalah

lokasi pengambilan darah spesimen pada bayi atau anak. Untuk

memudahkan menemukan vena tersebut tempatkan anak pada posisi

restrain mumy pada bagian atas penahanan/penekanan, cukup mudah

menemukanya, posisikan anak sehingga kepala anak diletakkan pda

bagian luar tepi meja atau bantal kecil dengan leher diperlebar atau

diperpanjang dan kepala diputar lurus kesamping. Salah satu metode

alternatif (terapi penekanan atau penahanan) lengan dan kaki dengan

melibatkan atau bantuan orang tua dengan waktu bersamaan kepala

anak diposisikan. Hal ini sangat penting bagi perawat membantu anak

4
agar dapat mengkontrol kepalanya tanpa bantuan dari perawat saat

melakukan pencarian terhadap venanya.

2. Fungsi Vena Femoralis

Prosedur lain dapat menggunakan tempat atau daerah pungsi vena

yang lebih luas yaitu vena pada femur. Penahanan atau penekanan

pada bayi dilakukan dengan posisi anak terlentang dan kaki

menyerupai posisi katak untuk membuka pangkal paha. Sehingga

Kedua lengan dan kaki bayi dapat dikontrrol secara efektif oleh lengan

bawah dan tangan perawat. Hanya pada bagian venipuncture saja yang

terbuka, jadi perawat yang seharusnya melindungi atau mengawasi

saat anak urinasi selama prosedur. Penekanan dilakukan pada daerah

tersebut setelah pengambilan darah untuk mencegah pengeluaran darah

di daerah tersebut.

3. Fungsi Vena Ektremitas

Kebanyakan daerah pungsi vena pada daerah extremitas,

khususnya pada lengan dan tangan. Posisi yang tepat adalah

menempatkan anak pada pangkuan orang tua, dengan wajah anak

melihat orang tua dan pada posisi mengangkang. Selanjutnya

tempatkan lengan anak untuk persiapan pungsi vena diatas seperti

perawatan di meja untuk mendukung dan tempatkan kain lembut atau

handuk. Membutuhkan asisten saat immobilisasi lengan atau bantuan

orang tua untuk melakukannya jika asisten tidak ada. Apabila orang

tua telah memeluk seluruh tubuh anak untuk memegang lengan anak

5
tersebut dan tempatkan kaki anak diantara kaki orang tuanya. Jika anak

harus terlentang, orang tua atau asisten berada disamping tempat tidur

dan bersandar diatas tubuh anak untuk penekanan atau penahanan,

gunakan tangan untuk memegang lengan saat pungsi vena. Pastikan

operator berdiri di samping lain tempat tidur untuk mengakses lengan

saat pungsi vena.

2.4 Cara pengambilan darah vena

Menurut (Ratnaningsih. 2009) cara melakukan pengambilan darah vena :

1. Lakukan pembendungan dengan torniket

2. Dilakukan tindakan aseptic dengan alkohol 70 % dengan arah

putaran melebar menjauhi titik tengah, biarkan kering

3. Ambil spuit dengan arah mulut jarum dan skala menghadap ke atas

4. Arah tusukan jarum membentuk sudut sekitar 10-30° terhadap

permukaan kulit.

5. Bila sudah terkena venanya, isap pelan-pelan darah supaya tidak

terjadi hemolisis

6. Cabut jarum, dengan sebelumnya melepas dan menekan daerah

tusukan.

7. Jarum dilepas kemudian alirkan darah ke dalam penampung

melalui dinding penampung perlahan-lahan sehingga tidak

hemolisis.

8. Bila penampung menggunakan antikoagulan segera campur darah

dengan mengocok tabung seperti angka 8.

6
9. Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan antikoagulan

Na2EDTA / K2EDTA, sedang untuk hemostasis digunakan Na

sitrat 0.109 M. Jangan melakukan pembendungan terlalu lama

karena akan terjadi perubahan komposisi plasma karena terjadi

hemokonsentrasi, selain itu pada darah kapiler jangan menekan-

nekan ujung jari karena akan terbawa cairan jaringan.

2.5 Lokalisasi Pengambilan Darah Vena

Tempat-tempat yang dimungkinkan dilakukan pengambilan darah

vena adalah sebagai berikut Lengan: vena basilica,vena cepalica, vena

mediana cubitti, vena medial-antebrachial, vena radialis. Tungkai: vena

saphenous Lokasi lain yang dapat digunakan apabila vena lengan tidak

dapat dilakukan pengambilan: Vena pergelangan tangan, Vena

brachialis, Vena jugularis atau sinus sagitalis (pengambilan darah vena

pada bayi), Vena femoralis, Vena dorsalis pedis. ( Alimul, 2004 )

2.6 Kontra Indikasi

Kontra indikasi dilakukannya pengambilan darah vena:

1. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang

mengalami gangguan sirkulasi darah pada klien dengan

mastektomi (operasi pengangkatan payudara)

2. Daerah edema

3. Hematome

4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

7
5. Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi ,

infiltrasi, atau thrombosis pada tempat penusukan.

6. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita

gangguan ginjal

7. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini

dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat

meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

8. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan

(kelumpuhan otot dan saraf) (Hidayat, Alimul A. 2004)

2.7 Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena

Menurut (Pearce, C. Evelyn. 2010) beberapa hal penting yang harus

diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

a. Pemasangan turniket (tali pembendung)

Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan

hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),

peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid

total). Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan

hematoma.

b. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga

mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel

darah merah.

c. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan

jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu,

8
penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.

Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena

menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.

d. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis

sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri

yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

9
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spuit 1 ml

dan terniquet

3.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunaan dalam praktikum ini yaitu kapas

kering, dan kapas alkohol.

3.3 Prosedur kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Memasang terniquet dan melakukan palpasi.

3. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan

mengering.

4. Secara halus menusukan jarum dengan benar.

5. Mengumpulkan jumlah sampel yang tepat.

6. Melepas terniquet dan menarik jarum dengan halus.

7. Membuang spuit dalam tempat yang benar

10
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan dengan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan

identitas pasien sebagai berikut

Identitas pasien

1. Nama pasien : Gita vitrawati muko

2. Umur pasien : 18 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dipraktikumkan bahwa pada

praktikum ini dilakukan pengambilan darah vena (venipuncture) darah

umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam

lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar,

dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena

chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture

pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya

berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica

dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat

dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan

dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya

lebih kecil. Banyaknya jumlah darah yang diambil disesuaikan dengan jumlah

11
kebutuhan. Gunakan tangan kanan untuk memegang jarum, ujung telunjuk

pada pangkal jarum. Lakukan prepungsi/persiapan jarum, pastikan tidak ada

rongga udara dan kencangkan jarumnya. Sebelum pengambilan, tegangkan

kulit diatas pembuluh darah supaya pembuluh darah tidak bergerak.

Kemudian masukkan jarum kedalam pembuluh vena sepanjang 1-1,5 cm

dengan sudut 15-30 derajat. Apabila terlihat bercak darah pada ujung jarum,

ambillah darah sesuai kebutuhan. Setelah darah terkumpul, lepaskan

tourniquet sebelum menarik jarum. Pedoman lain menyarankan melepaskan

tourniquet segera setelah darah mengalir. Tarik jarum perlahan sambil

menekan pada daerah penusukan menggunakan bola kapas kering. Sarankan

pasien untuk tetap meluruskan tangan dan tidak menekuknya karena jika

menekuk lengan akan menyebabkan hematom. Pada saat menutup jarum

dengan tidak menyentuh tutup dan ujung jarum. Diperbolehkan menyentuh

ujung tutup jika jarum sudah benar-benar masuk dalam tutup. Buka ujung

jarum lalu pindahkan darah yang telah diperoleh pelan-pelan ke dalam botol

penampung lalu dicampurkan secara lembut (digoyangkan secara lembut)

jangan terlalu keras karena akan mempengaruhi komposisi darah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena

yaitu pemasangan torniquet yang terlalu lama dan keras dapat menyebabkan

hemokonsentrasi dan peningkatan kadar substrat. Jangan melepas torniquet

sesudah jarum dilepas karena dapat menyebabkan hematoma. Jarum

dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan

masuknya udara kedalam tabung dan merusak eritrosit. Penusukan berkali-

12
kali menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengakibatkan

pembekuan dan berpotensi menyebabkan hematom. Kulit yang ditusuk masih

basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh

alkohol, rasa terbakar dan nyeri pada pasien saat dilakukan penusukan.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pengambilan darah vena (venipuncture) darah umumnya diambil dari vena

median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini

terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan

saraf besar.

5.2 Saran

Diharapkan agar diperbanyak AC, karena dalam melakukan praktikum

tidak terlalu gerah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,A.Aziz,Uliyah,Musrifatul,2004,Buku Saku Praktikum Kebutuhan


Dasar Manusia,Jakarta:EGC

Hidayat, Alimul A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta: EGC.
Joyce LeFever Kee, 2007.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik,
Edisi 6.

Onym. 2010. Hematologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pearce, C. Evelyn. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Utama

Rikawati. 2010. Kompetensi Profesional Flebotomi .Samarinda. Analis Group

Ratnaningsih. 2009. Bagian patologi Klinik Fak.Kedokteran UGM. Flebotomi.

Jogjakarta

15

Anda mungkin juga menyukai