Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN AKHIR

MAGANG KESEHATA LINGKUNGAN


BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT KELAS I MAKASSAR

OLEH :

SITI ARIYANTI T : 14120140005


AIDA F ALBANJAR : 14120140011
NURUL AULIA DEWI : 14120140142
RESKI RASYIDAH : 14120140150
RESKA MURSYIDAH : 14120140151

KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR MAGANG KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2017

Lokasi : BTKLPP Kelas I Makassar

Makassar, 21 Februari 2018

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING INSTITUSI

(Abd. Gafur, SKM, M.Kes) (ST. Hadijah Syam, SKM, M. Adm. kes)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga laporan akhir magang kesehatan lingkungan

ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Penyusunan laporan ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mata kuliah magang

kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia dan sebagai laporan pertanggungjawaban dari kegiatan magang yang

dilakukan meliputi wawancara, input dan analisis data, kegiatan lapangan dan

kegiatan partisipatif.

Sebagaimana manusia biasa, kami menyadari bahwa laporan yang kami

susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran, bimbingan serta

kritikan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Melalui laporan ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Mahmud Yunus, SKM, M.Kes selaku Kepala BTKLPP Kelas I Makassar.


2. D.Eng. Ernawaty, S.Si selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha BTKLPP Kelas I

Makassar.
3. dr. Trisnawaty selaku Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi BTKLPP Kelas I

Makassar beserta stafnya.


4. Tabita Mintu, SKM, M.Kes selaku Kepala Seksi Pengembangan Teknologi

Laboratorium BTKLPP Kelas I Makassar beserta stafnya.


5. Amran, SKM, M.Kes selaku Kepala Seksi Analisis Dampak Kesehatan

Lingkungan BTKLPP Kelas I Makassar beserta stafnya.

iii
6. St. Hadijah Syam, SKM, M.Adm.Kes, selaku pembimbing institusi kegiatan

magang.
7. Rismayanti, SKM, M.KM, selaku pembimbing akademik kegiatan magang.
8. Seluruh teman-teman departemen epidemiologi yang telah bekerja sama

dalam pelaksanaan kegiatan magang ini.

Demikianlah laporan ini kami susun, semoga bermanfaat bagi para pembaca

khususnya bagi diri kami pribadi.

Makassar, Desember 2017

Mahasiswa Magang

BTKLPP Kelas I Makassar


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Tujuan Magang ............................................................................. 3

C. Manfaat ......................................................................................... 4

BAB II KEGIATAN MAGANG................................................................... 6

A. Pengenalan Lokasi/Bidang/Seksi .................................................. 6

B. Kegiatan yang Dilakukan .............................................................. 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN................................... 13

A. Gambaran Umum Lokasi Magang................................................. 13


B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan.................................................... 16

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 35

A. Kesimpulan.................................................................................... 35

B. Saran ............................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Pendidikan SDM di BTKLPP Kelas I Makassar............. 15

iv
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017............................................... 20

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pertama Menikah

di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017.................. 21

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017............................................... 22

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan IVA di Kota

Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017................................. 23

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan SADANIS di

Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017........................ 25

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mapping Serotype Dengue di Kabupaten Pangkep........................ 26

Gambar 2. Mapping Serotype Dengue di Kecamatan Pangkajene................... 26

v
Gambar 3. Mapping Serotype Dengue di Kecamatan Ma’rang........................ 27

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status Kesehatan adalah suatu keadaan kedudukan orang dalam

tingkatan sehat atau sakit. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai kesatuan

utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan didalamnya kesehatan

jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Pemeliharaan kesehatan adalah

upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan

pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan (Depkes, 2006).


Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial

serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat adalah aktualisasi

atau perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam

berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan,

perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk

mempertahankan stabilitas dan integritas structural. Dalam pengertian yang

lebih luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu

menyasuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal

(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik,

sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Sitanggang,

2013).
Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam suatu wilayah ditandai

dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara umum. Empat pilar

utama yang harus diperkuat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

1
yang optimal adalah pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen

kesehatan dan kontribusi sektor-sektor terkait. Penguatan ke empat pilar

tersebut akan memberikan pengaruh positif terhadap kondisi lingkungan,

perilaku hidup masyarakat dan akses serta mutu pelayanan kesehatan.


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi pola

kesehatan dan penyakit, ditribusi kejadian penyakit berdasarkan orang, waktu,

tempat serta determinan atau faktor-faktor penyebab terjadinya suatu penyakit

atau masalah kesehatan pada masyarakat/populasi. Epidemiologi tidak lepas

dari surveilans epidemiologi dimana adanya pemantauan terjadinya suatu

penyakit yang merupakan hal yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat

dan melakukan pencegahan serta pemberantasan penyakit.


BTKLPP Kelas I Makassar merupakan salah satu instansi kesehatan

dibidang pelayanan kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina Direktorat

P2PL yang membidangi teknis pemberantasan penyakit dan penyehatan

lingkungan Indonesia. BTKLPP Kelas I Makassar mempunyai tugas

melaksanakan pemecahan masalah dibidang kesehatan lingkungan melalui

pengkajian dampak kesehatan lingkungan, penafsiran ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) dibidang kesehatan lingkungan dan pengembangan

teknologi tepat guna dibidang kesehatan lingkungan yang berbasis

laboratorium.
Untuk melengkapi kemampuan mahasiswa dengan pengalaman praktis

di lapangan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat mengembangkan

program magang di instansi yang terkait dengan kesehatan baik instansi

pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Magang

Epidemiologi adalah suatu proses belajar dalam bentuk kegiatan praktis di

2
suatu instansi, sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan

pengalaman kerja kepada mahasiswa pada saat menyelasaikan pendidikan.

Selain itu, program magang mahasiswa dipandang perlu untuk lebih

mendekatkan dunia perguruan tinggi dengan dunia kerja serta adanya

keterkaitan dan kesepadanan antara teori dan praktek di lapangan.


Mahasiswa magang epidemiologi diharapkan dapat mengetahui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan, jenis-jenis laporan dan alur laporan atau

data dari semua seksi tersebut serta diharapkan dapat terlibat langsung dalam

pelaksanaan kegiatan pada instansi tersebut.


B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari program Magang Mahasiswa Kesehatan

Lingkugan adalah memberikan pengalaman praktis lapangan kepada

mahasiswa dengan cara ikut serta sehari-hari sebagai bagian integral

organisasi dalam suatu institusi, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit,

Puskesmas ataupun institusi dibawah kementerian kesehatan dimana

mereka melakukan kegiatan Magang Kesehatan Lingkungan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan yang lebih rinci dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang dunia kerja, baik

dalam hal konsep keilmuannya maupun aplikasi praktisnya.


b. Mengembangkan wawasan dunia kerja bagi mahasiswa, agar dapat

meningkatkan adaptasi kepribadian dan sosial kemasyarakatan.


c. Meningkatkan kemampuan analisa mahasiswa, khususnya terhadap

masalah kesehatan masyarakat.


d. Menggali hubungan keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan

tinggi dengan dunia kerja.


C. Manfaat Magang
1. Bagi Mahasiswa

3
Mahasiswa dapat menimba pelajaran praktis dari lapangan dan

membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang

sesungguhnya. Sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi

kompetisi pendidikan. Magang adalah mata kuliah yang memiliki syarat

prerequisite untuk mata kuliah lain, dalam arti bahwa mata kuliah magang

merupakan mata kuliah yang ditunjang oleh mata kuliah lain.


2. Bagi Institusi Tempat Magang
Institusi mendapatkan bantuan tenaga terdidik yang masih memiliki

idealisme dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang belum lama dipelajari

dari bangku perkuliahan dalam membantu penyelesaian tugas-tugas unit

organisasi, serta membantu menciptakan kerjasama yang saling

menguntungkan dan bermanfaat antara institusi tempat magang.


3. Bagi Departemen atau Program Studi
Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indoneisa dapat memperkaya khasanah dunia kerja

melalui informasi yang diperoleh dari lapangan. Sehingga dapat melakukan

penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada

akhirnya dapat menghasilkan sarjana yang lebih kompetitif. Selain itu

peminatan kesehatan lingkungan memperoleh jaringan kerjasama dengan

institusi tempat magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan

kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan

keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan

kesehatan masyarakat.

4
BAB II
KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang kesehatan lingkungan dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober

2017 sampai 22 November 2017 di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pencegahan Penyakit (BTKLPP) Kelas I Makassar merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

2349/Menkes/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis di Bidang Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

Magang kesehatan lingkungan di BTKLPP Kelas I Makassar diikuti oleh lima

mahasiswa peserta magang Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indoneisa Makassar angkatan 2014. Selama proses

magang, peserta ditempatkan di Sub Bagian Tata Usaha (TU), Seksi Surveilans

Epidemiologi (SE), Seksi, Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)

dan Seksi Pengembangan dan Teknologi Laboratorium. Tetapi, sebagian besar

kegiatan dilakukan di Seksi Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

(ADKL) yang dimana ilmu yang didapatkan di Departemen Kesehatan Lingkungan

lebih banyak diterapkan di bidang tersebut.

A. Pengenalan Lokasi/Bidang/Seksi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Surveilans Epidemiologi

5
Seksi Surveilans Epidemiologi (SE) dipimpin oleh seorang kepala,

dengan sebutan jabatan Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi (Ka. Sie SE)

yang bertanggung jawab kepada Kepala BTKL dan mempunyai tupoksi

sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Menyusun perencanaan program, melakukan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan program di bidang surveilans epidemiologi,

advokasi dan fasilitasi kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB, kajian

dan diseminasi informasi kesehatan lingkungan, kesehatan matra,

kemitraan dan jejaring kerja serta pendidikan dan pelatihan bidang

surveilans epidemiologi.
b. Fungsi
1) Pelaksanaan survei epidemiologi penyakit menular dan tidak

menular.
2) Pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan

bencana.
3) Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi kesehatan lingkungan,

kesehatan matra dan pengendalian penyakit.


4) Pelaksanaan kemitraan dan jejaring kerja bidang surveilans

epidemiologi.
5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bidang surveilans

epidemiologi.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Pengembangan Teknologi

Laboratorium
Seksi Pengembangan Teknlogi Laboratorium (PTL) dipimpin oleh

seorang kepala, dengan sebutan jabatan Kepala Seksi Pengembangan

6
Teknologi Laboratorium (Ka. Sie PTL) yang bertanggung jawab kepada

Kepala BTKL dan mempunyai tupoksi sebagai berikut:


a. Tugas Pokok
Menyusun perencanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan

program, pengembangan dan penapisan teknologi dan laboratorium,

menjalin kemitraan dan jaringan kerja, serta pendidikan dan pelatihan

bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pengendalian

penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.


b. Fungsi
1) Pengembangan dan penapisan teknologi tepat guna dalam rangka

pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan serta kesehatan

matra.
2) Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit dan

penyehatan lingkungan serta kesehatan matra.


3) Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengembangan

teknologi dan laboratorium.


4) Pendidikan dan pelatihan bidang pengembangan teknologi dan

laboratorium bidang pengendalian penyakit dan penyehatan

lingkungan serta kesehatan matra.


3. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Analisis Dampak Kesehatan

Lingkungan
Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) dipimpin

oleh seorang kepala, dengan sebutan jabatan Kepala Seksi Analisis Dampak

Kesehatan Lingkungan (Ka. Sie ADKL) yang bertanggung jawab kepada

Kepala BTKL dan mempunyai tupoksi sebagai berikut:


a. Tugas Pokok
Menyusun perencanaan program, melakukan evaluasi pelaksanaan

program kegiatan bidang ADKL, melakukan analisis dampak kesehatan

lingkungan, baik fisik, kimia, maupun biologi, menyelenggarakan

7
pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian penyakit menular dan

tidak menular, kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.


b. Fungsi
1) Analisis dampak kesehatan lingkungan fisik dan kimia.
2) Analisis dampak biologi.
3) Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan di bidang analisis dampak

kesehatan lingkungan.
4) Pendidikan dan pelatihan di bidang analisis dampak kesehatan

lingkungan.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala, dengan sebutan

jabatan Kepala Sub Bagian (Ka. Sub. Bagian TU) yang bertanggung jawab

kepada Kepala BTKL dan mempunyai tupoksi sebagai berikut:

a. Tugas Pokok

Melaksanakan penyusunan program, pengelolaan informasi,

evaluasi dan laporan, urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian,

perlengkapan dan rumah tangga.

b. Fungsi
1) Melaksanakan penyusunan program dan pelaporan.
2) Pelaksanaan penyusunan keuangan.
3) Pelaksanaan urusan kepegawaian dan umum.
B. Kegiatan Yang Dilakukan
1. Wawancara
Selama pelaksanaan magang di BTKLPP Kelas I Makassar

dilakukan wawancara di berbagai seksi terdiri dari seksi surveilans

epidemiologi, seksi analisis dampak kesehatan lingkungan dan seksi

pengembangan teknologi dan laboratorium serta wawancara di bagian tata

usaha. Kegiatan wawancara dilakukan dengan staf dari setiap seksi di

8
BTKL untuk memperoleh informasi terkait program kerja/kegiatan,

mekanisme kajian dan alur laporan dari kajian yang dilakukan.


2. Input Data dan Analisis
a. Data Pemeriksaan IVA dan SADANIS
Data yang diiput adalah data hasil pemeriksaan IVA dan SADANIS

tahun 2017 yang merupakan kegiatan dari Seksi SE kemudian dilakukan

analisis data.

b. Mapping Penemuan Serotype Dengue


Mapping penemuan Serotype Dengue di Kabupaten Pangkep tahun

2017 yang dibuat menggunakan Quantum GIS. Mapping ini merupakan

salah satu hasil kajian yang dilakukan Seksi SE.


3. Kegiatan Lapangan
a. Pengambilan Sampel
Salah satu kegiatan lapangan yang dilakukan ialah pengambilan

sampel yakni air limbah, air bersih dan air minum di Hotel Grand Asia

Makassar dan Rumah Sakit Syekh Yusuf Gowa pada hari Jumat, 17

November 2017. Pengambilan sampel ini merupakan salah salah satu

permintaan customer untuk dilakukan uji kimia dan biologi pada air di

tempat mereka yang kemudian dibawa ke laboratorium BTKLPP Kelas I

Makassar untuk dilakukan pemeriksaan.


4. Kegiatan Partisipatif
a. Rapat dan Presentasi Hasil Kajian dari Setiap Seksi di BTKLPP Kelas I

Makassar
Rapat dan presentasi ini dilakukan di BTKLLPP Kelas I Makassar

pada tanggal 25 Oktober 2017. Kegiatan ini adalah pemaparan terkait

hasil kajian yang telah dilakukan dari setiap seksi dan pengembangan

Teknologi Tepat Guna yang telah dirancang.


b. Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Kusta Kepada

Masyarakat di Kota Makassar

9
Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Kusta Kepada

Masyarakat di Kota Makassar dilaksanakan di selama 2 hari yakni pada

tanggal 6-7 November 2017BTKLPP Kelas I Makassar.


c. Pemeriksaan IVA dan SADANIS
Pemeriksaan IVA dan SADANIS pada wanita usia subur dan sudah

menikah yang berada di Kota Makassar. Kegiatan ini dilaksanakan pada

tanggal 8 November 2017 di BTKLPP Kelas I Makassar dan bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.


d. Pertemuan Koordinasi Jejaring Surveilans dalam Pelaksanaan

Kewaspadaan Dini dan Respon dengan Provinsi Wilayah Kerja BTKLPP

Kelas I Makassar
Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan BTKLPP Kelas I

Makassar yang dilaksanakan di Hotel Santika Makassar pada tanggal 20-

21 November 2017. Kegiatan ini dihadiri oleh instansi kesehatan dan

instansi non kesehatan yang berhubungan dengan kewaspadaan dini dan

respon yang berada di Kota Makassar, Gowa dan Maros.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG

10
A. Gambaran Umum Lokasi Magang
1. Keadaan Geografis
Kantor Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BTKLPP) Kelas I Makassar bertempat di jalan Wijaya Kusuma

No. 29-31, Banta-bantaeng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. BTKLPP

Kelas I Makassar mempunyai wilayah kerja yang sangat besar dan

strategis dan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan

Kementerian Kesehatan yang terletak di Indonesia Bagian Timur.

BTKLPP Kelas I Makassar memiliki letak geografis yang strategis karena

mudah dijangkau oleh instansi-instansi yang berada di wilayah kerja

BTKLPP Kelas I Makassar sehingga sangat potensial untuk

mengembangkan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam

upaya pengendalian faktor risiko di wilayah kerjanya.


BTKLPP Kelas I Makassar mempunyai 4 Wilayah Kerja, yaitu

diantaranya :
a. Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan

dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km².

Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di

utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di

barat dan Laut Flores di selatan.


b. Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di 2°28' - 3°48' Lintang

Selatan dan 119°22' - 124°22' Bujur Timur. Luas wilayahnya 61.841,29

km². Provinsi ini berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi

Gorontalo di utara, Provinsi Maluku dan Maluku Utara di timur, Selat

11
Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat di barat dan Provinsi Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tenggara di selatan.


c. Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di 02°45' – 06°15' Lintang

Selatan dan 120°45' – 124°30' Bujur Timur. Luas wilayahnya 38.140

km². Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Tengah di utara, Laut Banda di timur, Teluk Bone di barat dan

Laut Flores di selatan.


d. Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di 0°12' – 3°38' Lintang

Selatan dan 118°43' – 119°54' Bujur Timur. Luas wilayahnya 16.787,18

km². Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di utara,

Provinsi Sulawesi Selatan di timur, Selat Makassar di barat dan

Provinsi Sulawesi Selatan di selatan.


2. Keadaan Demografi
Maju mundurnya suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas akan menghasilkan

kinerja yang baik bagi organisasi dan lebih mudah dalam penyesuaian

terhadap setiap perkembangan yang terjadi disekelilingnya. Upaya

pengembangan SDM di BTKLPP Kelas I Makassar dilakukan dengan

memberikan kesempatan kepada setiap pegawai untuk mengikuti jenjang

pendidikan lebih tinggi sesuai bidang tugasnya masing-masing. Upaya ini

memacu pegawai dalam meningkatkan pengetahuan serta memberikan

peluang yang baik bagi kemajuan organisasi. Jumlah SDM BTKLPP

Kelas I Makassar saat ini tercatat memiliki 61 orang pegawai.


Tabel 1
Spesifikasi Pendidikan SDM di BTKLPP Kelas I Makassar

12
Spesifikasi Pendidikan Jumlah
Doktor Engineering 1 orang
Magister Kesehatan Masyarakat 10 orang
Magister Sains 2 orang
Magister Kesehatan 1 orang
Magister Akuntansi 1 orang
Dokter Umum 4 orang
Strata 1 Kesehatan Masyarakat 10 orang
Strata 1 Teknik Kimia 1 orang
Strata 1 Ekonomi 2 orang
Strata 1 Sains 7 orang
Strata 1 Farmasi 1 orang
Strata 1 Komunikasi 1 orang
Strata 1 Hukum 1 orang
Diploma IV Analis Kesehatan 1 orang
Diploma III Analis Kesehatan 1 orang
Diploma III Analis Kimia 1 orang
Diploma III Kesehatan Lingkungan 1 orang
Diploma III Teknik Analis Kimia 1 orang
Diploma III Perpustakaan 1 orang
Diploma III Akuntansi 1 orang
SMA 10 orang
SMP 1 orang
SD 2 orang
Total 61 orang
Sumber : Data Kepegawaian BTKLPP Kelas I Makassar, 2016

3. Permasalahan
a. KLB/Bencana
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan wilayah

kerja BTKLPP Kelas I Makassar belum sepenuhnya dipraktekkan oleh

masyarakat. Masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi makanan

yang tidak higienis dan lingkungan sanitasi yang buruk. Kondisi ini

berdampak pada peningkatan angka kejadian penyakit menular.

Terbukti dari data 10 penyakit tertinggi di masing-masing wilayah kerja

BTKLPP Kelas I Makassar masih di dominasi oleh penyakit menular

seperti kusta, TB, filariasis dan demam berdarah.


b. Kurangnya Koordinasi

13
Koordinasi yang dilakukan di lapangan antara instansi lain baik

kesehatan maupun non-kesehatan di wilayah kerja BTKLPP Kelas I

Makassar masih belum maksimal. Seperti misalnya pada saat BTKLPP

Kelas I Makassar melakukan kajian, sangat jarang mereka

menggunakan data dari Dinas Kesehatan sebagai bahan latar belakang

pelaksanaan kajian sehingga terkadang daerah yang sebenarnya perlu

untuk dilakukan kajian atau penelitian tidak tersentuh oleh kajian yang

dilakukan oleh pihak BTKLPP Kelas I Makassar.


B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan
Kegiatan magang yang dilaksanakan selama 5 minggu di BTKLPP

Kelas I Makassar antara lain wawancara, input dan analisis data, kegiatan

lapangan, dan kegiatan partisipatif.


1. Wawancara
a. Wawancara dengan Staf Seksi Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

(ADKL)
Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2017 dengan

bapak Amran, SKM, M.Kes yang merupakan Kepala Seksi Analisis

Dampak Kesehatan Lingkungan. Adapun hasil wawancara yaitu

diperoleh informasi mengenai tugas dan fungsi pokok dari Seksi ADKL

itu sendiri. Seksi ADKL sendiri menyelenggarakan beberapa fungsi

seperti Menyusun perencanaan program, melakukan evaluasi

pelaksanaan program kegiatan bidang ADKL, melakukan analisis

dampak kesehatan lingkungan, baik fisik, kimia, maupun biologi,

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian

penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan serta

kesehatan matra. Selain itu, dijelaskan pula mengenai kajian-kajian yang

14
rutin dilaksanakan oleh BTKLPP Kelas I Makassar khususnya kajian

yang dilakukan oleh Seksi ADKL. Kajian-kajian yang rutin

dilaksanakan oleh Seksi ADKL tiap tahunnya telah melalui proses

perencanaan sebelumnya. Kajian yang dilakukan selalu berdasarkan

arahan dari Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit.


b. Wawancara dengan Staf Seksi Surveilans Epidemiologi (SE)
Wawacara bersama kepala seksi dan staf dari seksi Surveilans

Epidemiologi tidak sempat terlaksana dikarenakan padatnya kegiatan di

BTKLPP Kelas I Makassar selama mahasiswa magang ditempatkan di

seksi tersebut.
Kemudian, beberapa kegiatan atau program lain dari seksi

surveilans epidemiologi seperti kegiatan posbindu PTM, pemeriksaan

IVA dan SADANIS dan pelatihan pengendalian kusta yang rutin

dilaksanakan tiap tahunnya. BTKLPP Kelas I Makassar biasanya

melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti Dinas Kesehatan Kota

Makassar dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dalam

pelaksanaan beberapa kegiatan tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan

dengan tujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap

tindakan pencegahan penyakit menular maupun tidak menular.


c. Wawancara dengan Staf Tata Usaha
Wawancara dilakukan dengan ibu St, Hadijah Syam, SKM,

M.Adm.Kes pada tanggal 31 Oktober 2017. Hasil wawancara yang

diperoleh, yaitu informasi umum mengenai BTKLPP Kelas I Makassar,

wilayah kerja BTKLPP Kelas I Makassar dan informasi mengenai

BTKLPP lainnya. BTKLPP Kelas I Makassar memiliki tugas untuk

mendeteksi berbagai faktor risiko penyakit dalam upaya pencegahan

15
kejadian penyakit dengan mengembangkan teknologi tepat guna, serta

respon cepat terhadap kejadian luar biasa dan berbagai bencana yang

terjadi di wilayah kerjanya. Adapun wilayah kerja BTKLPP Kelas I

Makassar terdiri atas 4 provinsi yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Di Indonesia sendiri,

selain di Makassar terdapat pula beberapa BTKLPP yang tersebar di

sejumlah daerah yakni di Ambon, Banjarbaru, Batam, Jakarta, Manado,

Medan, Palembang, Surabaya dan Yogyakarta.

d. Wawancara dengan Staf Seksi Pengembangan Teknologi dan

Laboratorium (PTL)
Wawancara dilakukan dengan Ika Septiany selaku staf PTL dan

juga merupakan koordinator laboratorium kimia. Informasi yang

diperoleh berupa jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium.

Pada laboratorium kimia sendiri, terdapat beberapa pengujian yang

dilakukan pada tiap sampel air. Uji yang sering dilakukan biasanya

pengujian kadar ammonia, fosfat, chlorida, flour, kesadahan, kekeruhan,

BOD, COD, sulfat, kadar logam serta beberapa pengujian kandungan

kadar kimia lainnya. Setiap staf yang bertugas di laboratorium kimia

biasanya meng-handle 4-5 pengujian kandungan kadar kimia. Hal ini

dikarenakan kurangnya sumber daya manusia di laboratorium kimia

sedangakan jenis pengujian kadarnya cukup banyak.

16
i. Input Data dan Analisis
a. Data Pemeriksaan IVA dan SADANIS
1) Data Umum Responden
a) Umur
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017
Kelompok Umur n %
< 30 tahun 29 20,7
30-39 tahun 41 29,3
40-49 tahun 42 30
> 50 tahun 28 20
Jumlah 140 100
Sumber: Data Primer, 2017
Kelompok umur responden dalam penelitian ini berdasarkan

tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari 140 responden, jumlah

terbanyak yaitu umur 40-50 tahun sebanyak 42 responden (30%)

dan paling sedikit adalah kelompok umur > 50 tahun sebanyak 28

responden (20%).
Umur seseorang terhitung mulai dilahirkan. Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan, 2010). Kanker leher

Rahim dapat terjadi pada usia mulai 18 tahun. Berdasarkan anjuran

Depkes (2009) pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim di

Indonesia dianjurkan bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun

karena lesi pra kanker lebih mungkin terdeteksi.

b) Umur Pertama Menikah


Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pertama Menikah
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017
Kelompok Umur Pertama n %

17
Menikah
Belum menikah 11 7,9
< 20 tahun 52 37,1
21-30 tahun 67 47,9
31-40 tahun 9 6,4
> 40 tahun 1 0,7
Jumlah 140 100
Sumber: Data Primer, 2017
Usia pertama menikah responden dalam penelitian ini

berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari 140 responden,

jumlah terbanyak yaitu responden dengan usia pertama menikah

21-30 tahun sebanyak 67 responden (47,9%) dan paling sedikit

adalah responden dengan usia pertama menikah > 40 tahun

sebanyak 1 responden (0,7%).


Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

diasumsikan terjadi saat umur pertama menikah. Penelitian

menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan

seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia

20 tahun dianggap masih terlalu muda karena umumnya seorang

wanita mencapai kematangan setelah wanita berumur 20 tahun.

Perempuan yang melakukan hubungan seksual pada usia terlalu

dini meningkatkan risiko terserang kanker serviks dua kali lebih

besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual

setelah usia 20 tahun (Payung, 2016).


c) Jumlah Anak
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017
Jumlah Anak n %
Belum menikah 11 7,9
≤ 3 anak 93 66,4
> 3 anak 36 25,7

18
Jumlah 140 100
Sumber: Data Primer, 2017
Jumlah anak responden dalam penelitian ini berdasarkan

tabel 4 dapat dijelaskan bahwa dari 140 responden, jumlah

terbanyak yaitu responden dengan jumlah anak ≤ 3 anak sebanyak

93 responden (66,4%) dan paling sedikit adalah responden yang

belum memiliki anak (belum menikah) sebanyak 11 responden

(7,9%).
Jumlah kehamilan dan partus kanker serviks terbanyak

dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus

semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih

dari 3 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Persalinan yang

demikian dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel yang

abnormal pada epitel mulut rahim danakan berkembang menjadi

keganasan.Wanita yang mempunyai banyak anak atau sering

melahirkan mempunyai risiko terserang kanker serviks lebih besar.

Selain itu, jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga

meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks (Payung, 2016).


2) Hasil Pemeriksaan IVA
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan IVA
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2017
Hasil Pemeriksaan IVA N %
Negatif 112 80
Positif 3 2,1
Tidak pemeriksaan 25 17,9
Jumlah 140 100
Sumber: Data Primer, 2017

19
Hasil pemeriksaan IVA responden dalam penelitian ini

berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa dari 140 responden,

jumlah responden dengan hasil pemeriksaan IVA positif sebanyak 3

responden (2,1%) sedangkan hasil pemeriksaan IVA negatif sebanyak

112 responden (80%). Terdapat beberapa responden yang tidak

melakukan pemeriksaan dikarenakan belum cukup umur dan sedang

dalam masa menstruasi.


Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan oleh dokter atau

bidan/paramedik terhadap leher rahim yang diberi asam asetat 3-5%

secara inspekulo dengan mata telanjang. Tujuan dari IVA tes adalah

untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu

metode skrining kanker serviks (Masturoh, 2016). Pemeriksaan ini

merupakan metode skrining kanker serviks yang relatif mudah dan

dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan, atau perawat yang telah

terlatih (Zifria L dan Fibrida, 2017).


Pasien pemeriksaan IVA yang dinyatakan positif perlu

melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena IVA positif merupakan

bakal calon terjadinya kanker serviks. IVA positif dapat sembuh dan

tidak menjadi kanker serviks jika diobati. Namun, jika tidak diobati

kemungkinan perjalanan menjadi kanker serviks dalam waktu 3-17

tahun.
Lamanya perjalan IVA positif menjadi kanker serviks bukan

hanya dipengaruhi oleh pengobatan tapi juga faktor risiko yang

terdapat disetiap individu penderita IVA positif. Semakin banyak

faktor resiko yang dimiliki pasien dengan IVA positif maka

20
seharusnya dilakukan pengobatan sejak dini agar tidak terjadi

keterlambatan dalam penanganannya. Faktor risiko yang dapat

menyebabkan kanker serviks antara lain infeksi HPV, merokok,

penggunaan alat kontrasepsi, mengalami 3 atau lebih kehamilan,

kehamilan pertama pada usia kurang dari 17 tahun, kemiskinan,

immunosupresi, infeksi chlamydia, kurang konsumsi buah dan sayur,

obesitas, dan penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama

(American Cancer Society , 2014 dalam Pangesti, 2016).


Penatalaksanaan bagi pasien yang ditemukan IVA positif ialah

antara lain (Risqi, 2017):


a) Krioterapi mencakup proses pembekuan leher rahim, baik

menggunakan CO2 terkompresi atau NO2 sebagai pendingin.

Pengobatan ini dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis

obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi.


b) Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis

obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi.


3) Hasil Pemeriksaan SADANIS
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Pemeriksaan SADANIS
di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2017
Hasil Pemeriksaan SADANIS N %
Ditemukan benjolan 3 2,1
Tidak ditemukan benjolan 130 92,9
Tidak pemeriksaan 7 5,0
Jumlah 140 100
Sumber: Data Primer, 2017
Hasil pemeriksaan SADANIS responden dalam penelitian ini

berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dari 140 responden,

21
terdapat 3 responden (2,1%) yang ditemui benjolan dan sebanyak 130

responden (92,9%) tidak ditemui benjolan.

Pemeriksaan dini kanker payudara dapat dilakukan dengan

SADANIS (Pemeriksaan Payudara secara Klinis). Tujuan

pemeriksaan ialah untuk mendapatkan orang atau kelompok orang

yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin

kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi

untuk dilakukan pengobatan secara efektif. SADANIS dilakukan oleh

petugas kesehatan terlatih dimulai dengan pemberian konseling dan

informed consent (meminta kesediaan klienn dan suaminya untuk

dilakukan tindakan). Selain itu, petugas kesehatan menyampaikan

kepada Ibu/klien untuk melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara

Sediri) setiap bulannya sehingga ketika pasien menemukan benjolan

atau sesuatu pada payudara dapat segera memeriksakan diri ke dokter

(Depkes, 2015).

b. Mapping Penemuan Serotype Dengue di Kabupaten Pangkep

22
Gambar 1
Mapping Serotype Dengue di Kabupaten Pangkep

Gambar 2
Mapping Serotype Dengue di Kecamatan Pangkajene

23
Gambar 3
Mapping Serotype Dengue di Kecamatan Ma’rang
Berdasarkan beberapa gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa di

pada tahun 2017 seluruh jenis serotype dengue yakni DEN 1, DEN 2,

DEN 3 dan DEN 4 terdapat di Kabupaten Pangkep. Kasus terparah yakni

di Kecamatan Pangkajene karena seluruh jenis serotype dengue terdapat

di kecaamatan tersebut.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Secara antigenik,

virus dengue dibagi menjadi empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-

3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini mempunyai perbedaan asam amino

pada protein selubung (envelope) sekitar 25 sampai 40 persen dan

perbedaan pada nukleotida dan asam amino genotipnya berturut-turut 6%

dan 3% (Paisal, dkk, 2015).


Virus Dengue ditransmisikan melalui siklus hidup nyamuk,

terutama anggota dari subgenus Aedes betina, dan primata yang

tingkatnya lebih tinggi, terutama manusia. Nyamuk Aedes sp. tersebar

24
luas di seluruh tanah air. Oleh karena itu seluruh wilayah Indonesia

mempunyai resiko penularan DD dan DBD (Tjahjasari, 2009).


ii. Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan pada pelaksanaan magang dilakukan di Hotel

Grand Asia Makassar dan Rumah Sakit Syekh Yusuf Gowa pada hari Jumat,

17 November 2017. Kegiatan yang dilakukan yakni membantu staf

pengembangan teknologi dan laboratorium pada kegiatan pengambilan

sampel di kedua lokasi tersebut. Kegiatan ini sering kali dilakukan karena di

kantor BTKLPP Kelas I Makassar sendiri tersedia laboratorium untuk

mengecek aspek kimia maupun biologi pada air.


Sampel yang masuk ke BTKLPP Kelas I Makassar bisa dibawa

sendiri oleh klien yang bersangkutan, bisa pula dilakukan oleh staf

laboratorium yang sebelumnya mengatur janji dengan konsultan AMDAL

dari lokasi pengambilan sampel. Staf laboratorium yang biasanya turun

lapangan untuk pengambilan sampel berjumlah 2 orang, masing-masing 1

orang dari laboratorium kimia dan biologi. Hal ini dilakukan karena metode

pengambilan sampel untuk pengecekan kadar bahan kimia dan biologi

berbeda sehingga diperlukan orang yang ahli di bidangnya masing-masing

untuk melakukan pengambilan sampel.


Sampel air yang diambil di Hotel Grand Asia Makassar dan Rumah

Sakit Syekh Yusuf Gowa ialah sampel air limbah. Sampel air yang diambil

berasal dari dua lokasi yakni inlet dan outlet dari air limbah tersebut. Setelah

melakukan pengambilan sampel, terdapat beberapa data yang perlu dicatat

seperti waktu pengambilan sampel, titik koordinat lokasi pengambilan

sampel baik itu inlet maupun outletnya serta suhu sampel. Pengambilan titik

25
koordinat dan pengecekan suhu sampel dilakukan di lokasi tepat setelah

pengambilan sampel dilakukan.


iii. Kegaiatan Partisipatif
a. Rapat dan Presentasi Hasil Kajian dari Setiap Seksi di BTKLPP Kelas I

Makassar
Kegiatan ini dilaksanakan tepat di minggu pertama pelaksanaan

magang yakni pada tanggal 25 Oktober 2017. Kegiatan ini rutin

dilaksanakan di BTKLPP Kelas I Makassar setiap kali kajin yang

dilaksanakan oleh setiap seksi telah selesai. Pada kegiatan ini, setiap

seksi yang ada di BTKLPP Kelas I Makassar melakukan pemaparan

mengenai hasil kajian yang telah mereka lakukan dan apa saja Teknologi

Tepat Guna (TTG) yang telah berhasil mereka kembangkan.


Pada kegiatan tersebut terdapat 2 hasil kajian yang dipaparkan yakni

pemetaan serotype dengue yang ditemukan di Kabupaten Pangkep serta

faktor risiko kejadian tuberculosis pada siswa pesantren di Kabupaten

Gowa dan Pangkep. Terdapat beberapa koreksi dari hasil kajian yang

dipaparkan oleh para staf BTKLPP Kelas I Makassar. Salah satu

koreksinya ialah pada kajian faktor risiko kejadian tuberculosis pada

siswa pesantren di Kabupaten Gowa dan Pangkep yang tidak

memasukkan aspek keberadaan ventilasi udara pada ruangan sebagai

salah satu faktor risiko kejadian tuberculosis.


Selain hasil kajian, dipaparkan pula TTG yang berhasil mereka

kembangkan. Seksi ADKL sendiri mengembangkan TTG berupa alat

penyaring air. Alat ini berguna agar air yang keruh dan kurang layak

digunakan dapat menjadi jernih dan menjadi layak untuk digunakan.

Kemudian untuk seksi SE mengembangkan TTG berupa ovitrap yang

26
merupakan suatu alat untuk mengurangi perkembangbiakan nyamuk

khususnya nyamuk Aedes Aegypti. Selanjutnya dari seksi PTL

mengembangkan TTG berupa alat pengusir nyamuk dan lilin pengusir

nyamuk. Kedua alat tersebut memiliki prinsip kerja yang sama yakni

mengusir nyamuk dengan menggunakan aroma-aroma yang tidak disukai

nyamuk.
b. Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Kusta Kepada

Masyarakat di Kota Makassar


Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari yakni pada tanggal 6-7

November 2017. Pada kegiatan ini, terdapat beberapa materi yang

dipaparkan antara lain informasi umum mengenai penyakit kusta seperti

penyebab, masa inkubasi, cara penularan dan cara pecegahannya. Selain

itu, dipaparkan pula materi terkait reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada

penderita kusta yang bisa mengakibatkan penyakit tersebut semakin

bertambah parah. Kemudian tidak lupa materi mengenai pengobatan

penyakit kusta. Pada pemaparan materi mengenai pengobatan penyakit

kusta selalu ditekankan bahwa penyakit kusta sudah tidak menular ketika

penderitanya sudah meminum obat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

masyarakat tidak lagi mendiskriminasi para penderita kusta.


Selain materi mengenai penyakit kusta, terdapat pula materi

mengenai metodologi penelitian. Materi ini dibawakan oleh salah satu

dosen FKM Unhas yakni Dr. Stang, M.Kes. Pemaparan materi ini

dikemas ke dalam bentuk diskusi karena waktu yang cukup singkat. Hal

ini dimanfaatkan oleh beberapa staf BTKLPP Kelas I Makassar

27
khususnya untuk menggali lebih dalam mengenai metodologi penelitian

yang tentunya sangat bermanfaat dalam pelaksanaan kajian mereka.


c. Pemeriksaan IVA dan SADANIS
Kegiatan pemeriksaan IVA dan SADANIS dilakukan pada tanggal

8 November 2017 di BTKLPP Kelas I Makassar. Sasaran dari kegiatan

ini ialah seluruh wanita usia subur dan sudah menikah yang berada di

Kota Makassar. Kegiatan ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan.


Dalam kegiatan ini, mahasiswa magang ditugaskan untuk

melakukan penginputan data pasien yang telah dilakukan pemeriksaan.

Form yang diisi pada saat penginputan data merupakan form posbindu

PTM yang telah disediakan oleh tim Dinas Kesehatan Provinsi.

Penginputan data ini langsung dilakukan di tempat tepat setelah pasien

melakukan pemeriksaan yang dilaksanakan mulai pukul 10.00-16.00

WITA. Data yang diinput berupa nama responden, umur, umur pertama

menikah, jumlah melahirkan, tinggi badan, berat badan, hasil

pemeriksaan IVA dan hasil pemeriksaan SADANIS. Adapun jumlah data

yang berhasil di input pada hari itu ialah sebanyak 156 data.
Setelah melakukan penginputan data, mahasiswa magang juga

ditugaskan untuk melakukan analisis terhadap hasil inputan data tersebut.

Hasil analisis data tersebut kemudian diubah kedalam bentuk laporan

untuk kemudian dilaporkan ke Kementerian Kesehatan RI. Selain

dilaporkan ke Kementerian Kesehatan RI, laporan hasil kegiatan tersebut

juga dijadikan sebagai salah satu hasil kajian dari seksi SE di BTKLPP

Kelas I Makassar.

28
d. Pertemuan Koordinasi Jejaring Surveilans dalam Pelaksanaan

Kewaspadaan Dini dan Respon dengan Provinsi Wilayah Kerja BTKLPP

Kelas I Makassar
Kegiatan ini dilakukan di Hotel Santika Makassar pada tanggal

20-21 November 2017. Kegiatan ini dihadiri oleh instansi kesehatan dan

instansi non-kesehatan yang berhubungan dengan kewaspadaan dini dan

respon yang berada di Kota Makassar, Gowa dan Maros. Dalam kegiatan

ini, mahasiswa magang ditugaskan untuk mengurus administrasi kegiatan

tersebut.
Pada hari pertama, kami bertugas untuk menjaga meja registrasi

berhubung pada hari pertama agenda dari pertemuan tersebut hanya

registrasi dan pembukaan. Registrasi dibuka mulai pukul 08.00-12.00

WITA. Kemudian, acara pembukaan dilaksanakan pukul 14.00 WITA

dikarenakan Kepala BTKLPP Kelas I Makassar selaku pembuka acara

terlambat hadir karena ada agenda lain yang harus ia hadiri pula. Pada

acara pembukaan, mahasiswa magang dilibatkan dalam paduan suara

BTKLPP Kelas I Makassar.


Pada hari kedua, kembali lagi mahasiswa magang menjaga meja

registrasi karena terdapat beberapa undangan yang tidak hadir pada hari

pertama. Selain mengurus absen registrasi para undangan, kami juga

mengecek kelengkapan surat tugas dari para undangan maupun

narasumber. Setelah urusan administrasi selesai, kami juga berpartisipasi

dalam pertemuan tersebut. Pada saat kami ikut serta, materi yang sedang

dipaparkan ialah mengenai call centre 112 yang ada di Kota Makassar.

Call centre ini sangatlah cocok untuk meningkatkan kewaspadaan dini

29
masyarakat dikarenakan call centre tersebut bertujuan untuk

mempercepat pelayanan kepada masyarakat khususnya mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan masalah kedaruratan. Selain itu, dipaparkan pula

distribusi kasus KLB di Kota Makassar sejak tahun 2015- Oktober 2017.

Pada data tersebut ditemukan bahwa kasus penyakit campak masih cukup

tinggi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Hal ini tergolong kedalam

kejadian luar biasa dikarena Indonesia sudah masuk dalam era eliminasi

campak.
Selain materi mengenai call centre 112, dipaparkan pula hasil

kajian dari BTKLPP Kelas I Makassar khususnya hasil kajian dari seksi

ADKL. Hasil kajian yang dipaparkan berupa hasil uji beberapa sampel

air baik itu air minum, air bersih maupun air limbah yang ada di wilayah

kerja BTKLPP Kelas I Makassar. Hasil dari kajian tersebut sungguh

sangat mengejutkan dikarenakan dari seluruh sampel air, tidak ada satu

pun yang terbebas dari kandungan bahan kimia dan bakteri biologi.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan magang yang dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit Kelas I Makassar selama 5 minggu

merupakan bentuk peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang dunia

kerja baik dalam hal konsep keilmuan maupun aplikasi praktisnya

adapun bentuk kegiatannya yaitu wawancara, input dan analisis data,

kegiatan lapangan serta mengikuti kegiatan partisipatif.

2. Dalam hal pengembangan wawasan dunia kerja bagi mahasiswa, yang

dapat meningkatkan adaptasi kepribadian dan sosial kemasyarakatan

dilakukan kegiatan wawancara dan terlibat dalam kegiatan lapangan dan

partisipasi.

3. Wawancara dilakukan di Seksi SE oleh dr. Eny yang merupakan salah

satu staf Seksi SE, di Bagian Tata Usaha oleh St. Hadijah Syam, SKM,

M.Adm.Kes yang merupakan salah satu staf Tata Usaha dan di Seksi PTL

oleh Ika Septiany, S.Si yang merupakan Koordinator Laboratorium

Kimia.

4. Dalam rangka peningkatan kemampuan analisa, khususnya terhadap

masalah kesehatan masyarakat kami melakukan kegiatan input dan

analisis data yaitu, data pemeriksaan kanker leher rahim dan payudara

dengan metode IVA dan SADANIS sebagai peningkatan kemampuan.

31
5. Dalam rangka peningkatan hubungan keterkaitan dan kesepadanan antara

perguruan tinggi dengan dunia kerja kami diikutkan dalam beberapa

kegiatan yaitu kegiatan lapangan dan kegitaan partisipasi.


6. Kegiatan lapangan pada pelaksanaan magang dilakukan di Hotel Grand

Asia Makassar dan Rumah Sakit Syekh Yusuf Gowa dalam bentuk

pengambilan sampel air limbah di kedua lokasi tersebut.


7. Kegiatan partisipasi yang dilakukan di dalam BTKLPP Kelas I Makassar

sendiri yaitu Rapat dan Presentasi Hasil Kahian dari Setiap Seksi di

BTKLPP Kelas I Makassar, Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan

Penyakit Kusta Kepada Masyarakat di Kota Makassar dan Pemeriksaan

IVA dan SADANIS. Adapun kegiatan lain yang dilakukan di luar

BTKLPP Kelas I Makassar yaitu Pertemuan Koordinasi Jejaring

Surveilans dalam Pelaksanaan Kewaspadaan Dini dan Respon dengan

Provinsi Wilayah Kerja BTKLPP Kelas I Makassar yang dilaksanakan di

Hotel Santika Makassar.


B. Saran
1. Kepada pihak Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit Kelas I Makassar


a. Perlunya pembuatan laporan kegiatan tepat waktu dan adanya

pengarsipan data/laporan yang lebih teratur sehingga dapat

memudahkan jika sewaktu-waktu membutuhkan data/laporan dari

tahun-tahun sebelumnya.
b. Perlunya pengaturan jadwal tugas yang lebih baik sehingga ruangan

kantor tidak pernah berada pada kondisi kosong.


2. Kepada pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat

Pelaksanaan kegiatan magang sebaiknya tidak dilakukan pada

akhir tahun karena pada akhir tahun telah tutup buku, sehingga pada

32
waktu-waktu tersebut kegiatan lapangan sudah sangat kurang sebab telah

terlaksana pada waktu-waktu sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana
Dekon 2006. Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2009. Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.
Jakarta.

Depkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi
Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta.

33
Masturoh, Eminia. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur
(WUS) dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA) (Studi kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Paisal, dkk. 2015. Serotype Virus Dengue di Provinsi Aceh. Jurnal Aspirator, 7 (1),
2015, pp. 7-12. Loka Litbang P2B2 Ciamis.

Pangesti, Agnes Widhiya. 2016. Identifikasi Faktor Risiko Kanker Serviks pada
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yohyakarta. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Payung, Yohana. 2016. Kajian Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan IVA pada
Wanita di Kabupaten Bulukumba. BTKLPP Kelas I Makassar.

Risqi Anis, Muallifatul. 2017. Gambaran Motivasi Wanita dengan IVA Positif untuk
Melakukan Pengobatan Krioterapi di Puskesmas Candiroto Kabupaten
Temanggung. Tumenggung : Univesitas Ngudi Waluyo.

Sitanggang, Berliana. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan


Ibu Hamil di RSUD Labuhan Batu Utara Tahun 2012. Skripsi: Universitas
Sumatera Utara. Medan.

Tjahjasari, Andi Mulia. 2009. Deteksi dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe
4 dari Nyamuk Aedes Aegypti dengan Menggunakan Metode Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Kota Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Wawan dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Zifria L dan Fibrida Dian S. 2017. Gambaran Karakteristik dan Hasil


Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) pada Ibu Pasangan Usia Subur di Puskesmas Padang
Pasir. Jurnal Menara Ilmu, Volume XI, Nomor 77. Padang: STIKes
Mercubaktijaya.(
LAMPIRAN

Kegiatan pengimputan data yang di lakukan di ruangan ADKL Dan

membaca kajian tentang kegiatan lapangan pada seksi ADKL

34
BAGIAN SURVAILANCE EPIDEMIOLOGI

(Pemeriksaan IVA dan SADANIS dilakukan pada wanita usia subur

dan sudah menikah yang berada di Kota Makassar)

35
PENERIMAAN DAN REGISTRASI SAMPEL (TATA USAHA)

36
BAGIAN LABORATORIUM BTKLPP I MAKASSAR

37
PENGAMBILAN SAMPEL AIR LIMBAH DI RS PARAMONT

38
TEKNOLOGI LAB MEDIK
(PENGUMPULAN JENTIK NYAMUK DAN PEMASANGAN OVITRAP)

39
KEGIATAN PARTISIPASI
(Sosialisasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Kusta Kepada
Masyarakat di Kota Makassar)

40
KEGIATAN PARTISIPASI

41
(Pertemuan Koordinasi Jejaring Surveilans dalam Pelaksanaan Kewaspadaan

Dini dan Respon dengan Provinsi Wilayah Kerja BTKLPP Kelas I Makassar)

42

Anda mungkin juga menyukai