Bronkitis Kronik KLP 2
Bronkitis Kronik KLP 2
Puji sykur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayatNya, sehingga makalah yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Gangguan Pernafasan pada Bronkhitis Kronik”. Ini selesai tepat
pada waktunya.
Tersusunnya makalah ini berkat kerja sama antar penulis. Selain itu
makalah ini disusun dengan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Sehingga makalah ini masih sangat kurang dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami masih sangat membutuhkahkan sumbang saran yang sifatnya membangun
dari pihak maupun,guna melengkapi kekurangan kami.oleh karena itu, ucapan
terima kasih tak henti-hentinya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang
terkait.semoga laporan ini berguna bagi mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik ialah penyakit saluran napas yang bersifat
ireversibel dan progresif. Bila penyakit telah terjadi, maka akan berlangsung
seumur hidup dan memburuk dari waktu ke waktu. Perburukan akan lebih cepat
terjadi bila timbul fase-fase eksaserbasi akut. Usaha untuk menegakkan diagnosis
lebih dini, pencegahan eksaserbasi akut, serta penatalaksanaan yang baik akan
bermanfaat memperlambat perjalanan penyakit sehingga penderita dapat hidup
lebih baik.
2
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 3. Anatomi paru (Tortora, 2012)
5
Gambar 4. Otot-otot pernafasan inspirasi dan ekspirasi (Tortora,2012).
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,
2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan
karbon dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli
di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara
dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006).
6
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi
empat mekanisme dasar, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer .
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah .
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).
B. Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.
Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi
udara. (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan
ke batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang
terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun atau
selama 2 tahun berturut-turut.
C. Etiologi
Adapun faktor – faktor penyebab dari penyakit bronkhitis kronik
sebagai berikut :
a. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.
Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus
dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
b. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat -
zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon,aldehid,ozon.
c. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada
sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum)
karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam
7
mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al.,
2007).
d. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan
lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia,
klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi
akibat kerja.
e. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas
pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.
f. Virus, bakteri (Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan
organisme lain seperti Mycoplasma pneumoniae.
D. Patofisiologi
Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.Penyempitan ini
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada
bronkitis kronik, disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil,
yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok
dan kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh
metaplasia sel goblet.Saluran pernapasan besar juga menyempit karena
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Pada penderita bronkitis saat
terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih
cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan
maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak
napas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang
dalam jangka lama dapat menimbulkan kor pulmonal.
8
a. Batuk berdahak.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada
awalnya pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
b. Sesak nafas
Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat.
Terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut.
c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d. Wheezing (mengi)
Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak
progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi
akut (McPhee, et al., 2003).
e. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
f. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek,
yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam
ringan dan nyeri tenggorokan.
9
BAB III
PENGKAJIAN FISIOTERAPI
B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Adanya sesak nafas, batuk dengan lendir
yang sulit dikeluarkan.
Lokasi nyeri : Dada pasien sebelah kiri.
Riwayat perjalanan penyakit : 1 tahun yang lalu mengalami batuk berdahak
terus menerus, pernah ke dokter lalu dirujuk
ke fisioterapi.
Riwayat penyakit sebelum : Tidak ada riwayat penyakit.
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis :
a. Wajah pasien sedikit pucat.
b. Postur sedikit kyphosis.
10
c. Spasme pada otot pembantu pernafasan terutama otot upper
trapezius, sternocleidomastoideus, dan pectoralis mayor minor.
2. Dinamis :
a. Saat berjalan pasien terlihat sedikit kyphosis.
b. Pengembangan sangkar toraks minimum.
c. Dada tampak barrel chest.
11
a. Simetris Postur, pemeriksa mengobservasi dari anterior , posterior dan
lateral dan mencatat deformitas yaitu Kyphosis.
b. Mobilitas Trunk
Cek semua gerakan aktif chest (thorax) dan apakah ada hambatan
gerakan spinal utamanya Thoracal spine. Deformitas Umum Chest
adalah Barrel Chest yaitu lingkaran upper chest lebih besar dari lower
chest.
3. Palpasi
Pemeriksaan dengan menyentuh/memegang chest untuk merasakan
gerakan chest dan kualitas jaringan lunak.
a. Tactile Fremitus
Meletakkan kedua tangan di Upper, Middle, dan Lower Chest
lalu instruksikan kepada pasien menyebut 99 dan terapis merasakan
vibrasi.
4. Percussion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa adanya udara atau
cairan dalam paru-paru. Adapun pelaksanaannya yaitu :
a. Menempatkan jari-jari tangan pemeriksa di dinding chest (anterior
dan posterior) lalu ketuk pada kuku dengan dua jari tangan lainnya.
Apabila ada bunyi dull dan datar maka dalam paru-paru terdapat
cairan.
5. Auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendengar suara khususnya suara
nafas. Adapun pelaksanaannya yaitu :
a. Pasien duduk comfortable dan rileks, kamudian pemeriksa
meletakan stetoskop sejajar dengan T-2, T-6, T-10 dinding dada kiri
dan kanan bagian anterior dan posterior thorax lalu anjurkan pasien
deep inspirasi dan ekspirasi dengan perlahan. Pemeriksa
mendengarkan bagaimana bunyi nafas.
6. Batuk dan Sputum
a. Pada batuk yang normal adalah keras dan dalam.
12
b. Cek Sputum, dimana warna sputum pada penderita bronchitis kronik
adalah tidak berwarna dan kental.
7. Pemeriksaan sesak napas
Pemeriksaan ini menggunakan Borg Scale untuk mengetahui
seberapa sesak yang dirasakan. Ada banyak nomor skala RPE tetapi yang
paling umum adalah 15 poin skala (6-20) dan 11 point skala (0-10).
H. Diagnosa Fisioterapi
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Pernafasan pada Bronkhitis
Kronik”.
I. Problematika Fisioterapi
1. Anatomical Impairment
a. Adanya keluhan sesak nafas.
b. Adanya batuk disertai dahak sulit keluar.
c. Adanya spasme pada otot Upper trapezius, sternocleidomastoideus,
dan pectoralis mayor minor.
d. Penurunan ekspansi thoraks.
2. Activity Limitation
Toleransi aktivitas fungsional menurun karena pasien mengalami
sesak nafas.
3. Participation Restriction
Pasien belum mampu bekerja keras dan belum mampu mengikuti
kegiatan dalam lingkungan seperti ronda malam.
13
2. Jangka Panjang
Meningkatkan kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari secara
maksimal.
14
c. Pelaksanaan : Terapi melakukan tapotement pada lateral costa
kiri pasien dengan posisi tangan membentuk arcus gerakan fleksi
ekstensi. Latihan dihentikan bila ada keluhan dari pasien seperti
nyeri dada dan jantung berderbar.
4. Mobilisasi sangkar thoraks
a. Persiapan pasien : Pasien tidur terlentang
b. Pelaksanaan : Pasien diberikan contoh oleh terapis kemudian
di suruh untuk mengulznginya, pasien mengambil napas panjang
melalui hidung bersamaan dengan itu pasien menggerakkan kedua
lengannya keatas, kemudian di suruh untuk menghembuskan napas
secara perlahan-lahan melalui mulis sambil kedua tangannya di
turunkan. Ulangi 1-8 kali.
15
BAB IV
PENUTUP
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke
batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang
terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun atau
selama 2 tahun berturut-turut. Adapun faktor – faktor penyebab dari
penyakit bronkhitis kronik sebagai berikut : Merokok merupakan satu-
satunya penyebab kausal yang terpenting, Polusi udara yang terus menerus
juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat
aktivitas silia dan fagositosis, defisiensi alfa-1 antitripsin, terdapat hubungan
dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak
paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja. Riwayat infeksi saluran
napas, influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan organisme lain seperti
Mycoplasma pneumonia. Adapun tanda dan gejala pada bronchitis kronik
adalah sebagai berikut yaitu : batuk berdahak, besak nafas, wheezing (mengi),
Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak
tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan. Adapun intervensi yang
dapat diberikan pada bronchitis kronik adalah infra red, breathing exercise,
postural drainage tapomen dan mobilisasi sangkar thoraks.
16
Daftar Pustaka
https://fandriang.blogspot.com/2014/02/penyakit-bronchitis-dalam-
fisioterapi.html?m=1
http://digilib.unila.ac.id/6590/15/BAB%20II.pdf
https://text-id.123dok.com/document/dy4xw5r5z-pemeriksaan-ekspansi-sangkar-
thorak-pemeriksaan-spasme-otot-pernapasan-pemeriksaan-penurunan-letak-sputum-
saran.html
http://eprints.ums.ac.id/54048/1/naskah%20publikasi.pdf
17