Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji sykur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayatNya, sehingga makalah yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi pada Gangguan Pernafasan pada Bronkhitis Kronik”. Ini selesai tepat
pada waktunya.
Tersusunnya makalah ini berkat kerja sama antar penulis. Selain itu
makalah ini disusun dengan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak.
Sehingga makalah ini masih sangat kurang dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami masih sangat membutuhkahkan sumbang saran yang sifatnya membangun
dari pihak maupun,guna melengkapi kekurangan kami.oleh karena itu, ucapan
terima kasih tak henti-hentinya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang
terkait.semoga laporan ini berguna bagi mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

1
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di


Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran
napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma dan bronkitis
masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering.
Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan turunnya
insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam
bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang
kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya
jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah
penderita bronkitis kronik.

Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik


(PPOK). Di negara maju penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar,
karena bertambahnya jumlah penderita dari tahun ke tahun. Pada tahun 1976 di
Amerika Serikat ditemukan 1,5 juta kasus baru, dan pada tahun 1977 kematian
yang disebabkan oleh PPOK berjumlah 45.000 orang. Penyakit ini merupakan
penyebab kematian urutan ke lima.

Penyakit paru obstruktif kronik ialah penyakit saluran napas yang bersifat
ireversibel dan progresif. Bila penyakit telah terjadi, maka akan berlangsung
seumur hidup dan memburuk dari waktu ke waktu. Perburukan akan lebih cepat
terjadi bila timbul fase-fase eksaserbasi akut. Usaha untuk menegakkan diagnosis
lebih dini, pencegahan eksaserbasi akut, serta penatalaksanaan yang baik akan
bermanfaat memperlambat perjalanan penyakit sehingga penderita dapat hidup
lebih baik.

Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara keparu-


paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

2
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru


Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.
Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi
lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang
disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan
oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood, 2001)
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi
menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput
yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput
yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang
disebut kavum pleura (Guyton, 2007).
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Pada
Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut
Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2 yaitu
esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung
dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan
cabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,
sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus
meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Alveoli bertambah besar sesuai dengan
perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru
berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti
(Evelyn, 2009).

4
Gambar 3. Anatomi paru (Tortora, 2012)

Sistem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas


dan pernafasan bagian bawah.
1. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, sinus paranasal,
dan faring.
2. Pernafasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus paru (Guyton, 2007) Pergerakan dari dalam ke luar paru terdiri
dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan
dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari
dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar
dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan
paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus (
Alsagaff dkk., 2005).

5
Gambar 4. Otot-otot pernafasan inspirasi dan ekspirasi (Tortora,2012).

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,
2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan
karbon dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli
di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara
dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006).

6
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi
empat mekanisme dasar, yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan
atmosfer .
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah .
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).

B. Definisi
Bronkhitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.
Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi
udara. (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan
ke batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang
terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun atau
selama 2 tahun berturut-turut.

C. Etiologi
Adapun faktor – faktor penyebab dari penyakit bronkhitis kronik
sebagai berikut :
a. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.
Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus
dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
b. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi
rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat -
zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,
hidrokarbon,aldehid,ozon.
c. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada
sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum)
karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam

7
mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al.,
2007).
d. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan
lingkungan industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia,
klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi
akibat kerja.
e. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas
pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.
f. Virus, bakteri (Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan
organisme lain seperti Mycoplasma pneumoniae.

D. Patofisiologi
Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.Penyempitan ini
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada
bronkitis kronik, disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil,
yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok
dan kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh
metaplasia sel goblet.Saluran pernapasan besar juga menyempit karena
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Pada penderita bronkitis saat
terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih
cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan
maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak
napas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah paru dan polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang
dalam jangka lama dapat menimbulkan kor pulmonal.

E. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala pada bronchitis kronik adalah sebagai berikut
yaitu :

8
a. Batuk berdahak.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada
awalnya pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna
putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
b. Sesak nafas
Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat.
Terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut.
c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d. Wheezing (mengi)
Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak
progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi
akut (McPhee, et al., 2003).
e. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
f. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek,
yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam
ringan dan nyeri tenggorokan.

9
BAB III

PENGKAJIAN FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


Nama : Tn. L
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Karua

B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Adanya sesak nafas, batuk dengan lendir
yang sulit dikeluarkan.
Lokasi nyeri : Dada pasien sebelah kiri.
Riwayat perjalanan penyakit : 1 tahun yang lalu mengalami batuk berdahak
terus menerus, pernah ke dokter lalu dirujuk
ke fisioterapi.
Riwayat penyakit sebelum : Tidak ada riwayat penyakit.

C. Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan darah : 130 / 80 mmHg
Denyut Nadi : 82x / menit
Pernafasan : 22x / menit
Suhu : 36,5oC

D. Inspeksi/Observasi
1. Statis :
a. Wajah pasien sedikit pucat.
b. Postur sedikit kyphosis.

10
c. Spasme pada otot pembantu pernafasan terutama otot upper
trapezius, sternocleidomastoideus, dan pectoralis mayor minor.
2. Dinamis :
a. Saat berjalan pasien terlihat sedikit kyphosis.
b. Pengembangan sangkar toraks minimum.
c. Dada tampak barrel chest.

E. Pemeriksaan Fisik Fisioterapi


1. Mobilitas Sangkar Thorax (Chest)
a. Gerakan Simetris Chest
Kedua tangan chest pasien dan periksa pengembangan tiap bagian
chest selama inspirasi dan expirasi .
Tiap lobus paru-paru dicek dengan :
1) Expansi Upper Lobus :  Pasien lying ; kedua thumb di mid
sternal line Sternal Notch), jari-jari extensi di atas kedua
clavicula  pasien Full expirasi lalu Deep Inspirasi .
2) Expansi Middle Lobus ;  Pasien lying ; kedua ujung thumb di
processus Xyphoideus dan jari-jari di extensikan ke lateral costa
 pasien Full expirasi lalu Deep Inspirasi
3) Expansi Lower Lobus;  Sitting ; kedua ujung Thumb di
medulla spinalis (sejajar lower Costa) dan jari – jari
diekstensikan sejajar costa pasien ekspirasi full lalu Deep
inspirasi dalam.
b. Cara lain
1) Pengembangan Chest dapat juga di ukur dengan meteran pada 3
tempat yaitu Axilla, Xyphoid dan subcostal.
2) Mengukur dengan cara menempatkan kedua Thumb seperti
poin no. 1, 2, dan 3 lalu dukur jarak kedua ujung thumb setelah
inspirasi dalam (Expirasi Full lalu Deep Inspirasi ).
2. Analisis Postur

11
a. Simetris Postur, pemeriksa mengobservasi dari anterior , posterior dan
lateral dan mencatat deformitas yaitu Kyphosis.
b. Mobilitas Trunk
Cek semua gerakan aktif chest (thorax) dan apakah ada hambatan
gerakan spinal utamanya Thoracal spine. Deformitas Umum Chest
adalah Barrel Chest yaitu lingkaran upper chest lebih besar dari lower
chest.
3. Palpasi
Pemeriksaan dengan menyentuh/memegang chest untuk merasakan
gerakan chest dan kualitas jaringan lunak.
a. Tactile Fremitus
Meletakkan kedua tangan di Upper, Middle, dan Lower Chest
lalu instruksikan kepada pasien menyebut 99 dan terapis merasakan
vibrasi.
4. Percussion
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa adanya udara atau
cairan dalam paru-paru. Adapun pelaksanaannya yaitu :
a. Menempatkan jari-jari tangan pemeriksa di dinding chest (anterior
dan posterior) lalu ketuk pada kuku dengan dua jari tangan lainnya.
Apabila ada bunyi dull dan datar maka dalam paru-paru terdapat
cairan.
5. Auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendengar suara khususnya suara
nafas. Adapun pelaksanaannya yaitu :
a. Pasien duduk comfortable dan rileks, kamudian pemeriksa
meletakan stetoskop sejajar dengan T-2, T-6, T-10 dinding dada kiri
dan kanan bagian anterior dan posterior thorax lalu anjurkan pasien
deep inspirasi dan ekspirasi dengan perlahan. Pemeriksa
mendengarkan bagaimana bunyi nafas.
6. Batuk dan Sputum
a. Pada batuk yang normal adalah keras dan dalam.

12
b. Cek Sputum, dimana warna sputum pada penderita bronchitis kronik
adalah tidak berwarna dan kental.
7. Pemeriksaan sesak napas
Pemeriksaan ini menggunakan Borg Scale untuk mengetahui
seberapa sesak yang dirasakan. Ada banyak nomor skala RPE tetapi yang
paling umum adalah 15 poin skala (6-20) dan 11 point skala (0-10).

H. Diagnosa Fisioterapi
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan Pernafasan pada Bronkhitis
Kronik”.

I. Problematika Fisioterapi
1. Anatomical Impairment
a. Adanya keluhan sesak nafas.
b. Adanya batuk disertai dahak sulit keluar.
c. Adanya spasme pada otot Upper trapezius, sternocleidomastoideus,
dan pectoralis mayor minor.
d. Penurunan ekspansi thoraks.
2. Activity Limitation
Toleransi aktivitas fungsional menurun karena pasien mengalami
sesak nafas.
3. Participation Restriction
Pasien belum mampu bekerja keras dan belum mampu mengikuti
kegiatan dalam lingkungan seperti ronda malam.

J. Tujuan Intervensi Fisioterapi


1. Jangka Pendek
a. Mengurangi sesak nafas.
b. Membantu mengeluarkan sputum.
c. Mengurangi spasme otot bantu pernapasan.
d. Meningkatkan ekspansi sangkar thoraks.

13
2. Jangka Panjang
Meningkatkan kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari secara
maksimal.

K. Program Intervensi Fisioterapi


1. Infra Red
Tujuan : Melancarkan sirkulasi darah, mengurangi
kekauan sendi dan keterbatan gerak.
a. Persiapan alat : Pastikan alat tersambung dengan listrik dan
kabel dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat dan arahkan
pada daerah yang ingin obati.
b. Posisi pasien : Posisi pasien supine lying.
c. Posisi fisioterapis : Berdiri di samping bed.
d. Teknik : Bebaskan area yang akan diterapi dari
pakaian yang menghalangi. Atur jarak IR 30-45 cm dari area
permukaan kulit. Arahkan IR pada, tangan dan tungkai. Rapikan
alat.
e. Time : 10 - 15 menit
2. Breathing Exercise
a. Tujuan : Untuk memelihara fungsi respirasi dan mengatur pola
nafas.
b. Teknik : Fiksasi dengan tangan fisioterapis di lateral bagian
lower dengan posisi kepala pasien ke samping. Minta
pasien untuk menarik nafas dan hembuskan kemudian
beri penekanan 1/3 akhir pernapasan dari samping.
3. Postrural Drainage dan Tapotemen
a. Persiapan alat : Bantal
b. Persiapan pasien : Paisen pada posisi gravitasi untuk memudahkan
penguaran sputum yaitu miring kekanan sedikit diginjal bantal
bagian samping perut.

14
c. Pelaksanaan : Terapi melakukan tapotement pada lateral costa
kiri pasien dengan posisi tangan membentuk arcus gerakan fleksi
ekstensi. Latihan dihentikan bila ada keluhan dari pasien seperti
nyeri dada dan jantung berderbar.
4. Mobilisasi sangkar thoraks
a. Persiapan pasien : Pasien tidur terlentang
b. Pelaksanaan : Pasien diberikan contoh oleh terapis kemudian
di suruh untuk mengulznginya, pasien mengambil napas panjang
melalui hidung bersamaan dengan itu pasien menggerakkan kedua
lengannya keatas, kemudian di suruh untuk menghembuskan napas
secara perlahan-lahan melalui mulis sambil kedua tangannya di
turunkan. Ulangi 1-8 kali.

15
BAB IV
PENUTUP
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke
batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang
terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun atau
selama 2 tahun berturut-turut. Adapun faktor – faktor penyebab dari
penyakit bronkhitis kronik sebagai berikut : Merokok merupakan satu-
satunya penyebab kausal yang terpenting, Polusi udara yang terus menerus
juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat
aktivitas silia dan fagositosis, defisiensi alfa-1 antitripsin, terdapat hubungan
dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak
paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur
dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja. Riwayat infeksi saluran
napas, influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan organisme lain seperti
Mycoplasma pneumonia. Adapun tanda dan gejala pada bronchitis kronik
adalah sebagai berikut yaitu : batuk berdahak, besak nafas, wheezing (mengi),
Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak
tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan. Adapun intervensi yang
dapat diberikan pada bronchitis kronik adalah infra red, breathing exercise,
postural drainage tapomen dan mobilisasi sangkar thoraks.

16
Daftar Pustaka

https://fandriang.blogspot.com/2014/02/penyakit-bronchitis-dalam-
fisioterapi.html?m=1
http://digilib.unila.ac.id/6590/15/BAB%20II.pdf
https://text-id.123dok.com/document/dy4xw5r5z-pemeriksaan-ekspansi-sangkar-
thorak-pemeriksaan-spasme-otot-pernapasan-pemeriksaan-penurunan-letak-sputum-
saran.html
http://eprints.ums.ac.id/54048/1/naskah%20publikasi.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai