Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Global tuberculosis report 2017. Geneva:


World Health Organization, 2017. Diunduh dari: http://apps.who.int/iris. 23
Februari 2018

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional
pengendalian tuberkulosis. Jakarta: 2014.

3. Raviglione MC, O’Brien RJ. Harrison’s principles of internal medicine:


Tuberculosis. 19th ed. United States of America: The McGraw-Hill
Companies, Inc, 2014. 1005 p.

4. Zukifli A, Bahar A. Buku ajar ilmu penyakit dalam: Tuberkulosis. Keenam.


Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2014. 863-868 p.

5. Serafino RL, Mbbs W, Med T. Clinical manifestations of pulmonary and


extra-pulmonary tuberculosis. South Sudan Med J. 2013:6(3):52–6.

6. Centers For Disease Control and Prevention. Tuberculosis elimination.


Basic TB facts. 2011,3(2):1–2. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm. 10 Oktober 2017

7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia


2016. In: Hardhana B, Yudianto, Soenardi T, editors. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2017. 114-116 p.

8. Bidang Perencanaan dan Pembiayaan Dinas Kesehatan Provinsi DKI


Jakarta. Profil kesehatan Provinsi Jakarta 2016. Jakarta:Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, 2016.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional
pelayananan tatalaksana tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013. 1-110 p.

10. Persatuan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan


tuberkulosis di Indonesia (Konsensus TB). 2009:1–55.

11. TB Care I. International standards for tuberculosis care. 3rd ed. United
States of America: The Hague, 2014.

12. Kumar N, Narain A, Sciences H, Sciences H. Chest radiographs and their


reliability in the diagnosis of tuberculosis. J Nep Med Assoc.
2005:44(October-December):138–42.

13. Syaripudin M. Efektivitas, kelebihan dan kekurangan obat anti tuberkulosis


(OAT): OAT-FDC, OAT-Kombipak dan OAT-Terpisah. Farmasains.
2013:2.

14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tuberkulosis: Temukan obati


sampai sembuh. Jakarta: Bagian Pusat Data dan Informasi, 2016.

15. Wardhani DP, Uyainah A. Kapita selekta kedokteran: Tuberkulosis.


Keempat. Jakarta: Media Aesculapius, 2014.

16. World Health Organization. Definitions and reporting framework for


tuberculosis – 2013 revision. Geneva: World Health Organization, 2014.
Diunduh dari: www.who.int. 5 Februari 2018

17. Utji R, Harun H. Buku ajar mikrobiologi: Kuman tahan asam. Revisi.
Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1994. 191-197 p.
18. Werdhani RA. Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis.
2013:1–18. Diunduh dari: https://www.google.co.id. 11 Oktober 2017

19. Fitriani E. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis


paru. Unnes J Public Heal. 2013:2(1):2–5. Diunduh dari:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph. 4 Februari 2018

20. Diani R. Pengaruh pekerjaan dengan pajanan debu silika terhadap risiko
tuberkulosis paru (tinjauan pada Puskesmas di Kawasan Industri
Tangerang).[Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.

21. Wibowo AT. Karakteristik tb paru dewasa di balai besar kesehatan paru
masyarakat surakarta tahun 2015.[Skripsi] Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2016

22. Narasimhan P, Wood J, Macintyre CR, Mathai D. Risk factors for


tuberculosis. Pulm Med. 2013,2013:1–12. Diunduh dari:
http://dx.doi.org/10.115/2013/828939.html. 6 Februari 2018

23. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Buku saku: Standard


Internasional Pengobatan Tuberkulosis (ISTC). Ketiga. Jakarta: Pengurus
Besar Ikatan Dokter Indonesia, 2015.

24. Zumla A, Raviglione M, Hafner R, von Reyn CF. Tuberculosis. N Engl J


Med. 2013,745–55. Diunduh dari:
http://dx.doi.org/10.1056/NEJMra1200894.html. 15 Oktober 2017

25. Hunter RL. Tuberculosis as a three-act play : A new paradigm for the
pathogenesis of pulmonary tuberculosis. Tuberculosis. 2016,97:8–17.
Diunduh dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.tube.2015.11.010. 6 Februari
2018
26. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat,
2013.

27. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional


penanggulangan tuberkulosis. Kedua. Aditama T, Kamso S, Basri C, Surya
A, editors. Jakarta: Depkes RI, 2007. 1-13 p.

28. Yoga AT. Tuberkulosis masalah dan perkembangannya. In: Pidato


pengukuhan guru besar tetap dalam bidang ilmu pulmonologi dan ilmu
kedokteran respirasi FKUI. Jakarta: UI Press, 2008. p. 22–7.

29. Icksan AG, Luhur R. Foto Toraks untuk TB Paru. In: Pradana A, editor.
Radiologi toraks tuberkulosis paru. Pertama. Jakarta: Sagung Seto, 2008. p.
20–44.

30. Bhalla AS, Goyal A, Gupta AK. Chest tuberculosis: Radiological review
and imaging recommendations. Indian J Radiol Imaging. 2015,25(3):213–
25. Diunduh dari: www.ncbi.nlm.nih.gov. 8 Februari 2018

31. Herman N. Perbandingan hasil akhir pengobatan obat anti tuberkulosis


dosis tetap (KDT) dengan kombipak pada tuberkulosis paru dengan strategi
dots di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Pulogadung dan Matraman
Jakarta Timur.[Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia, 2007.

32. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Infeksi: Antituberkulosis. In:


Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan, 2014. Diunduh dari: pionas.pom.go.id. 15 Februari
2018

33. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional


pengendalian TB. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011.
34. Fajar MY. Evaluasi diagnosis dan pengobatan pasien tuberkulosis paru
batang tahan asam negatif di Poliklinik DOTS Jakarta Respiratory
Center.[Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia, 2010.

35. Nurkumalasari, Wahyuni D, Ningsih N. Hubungan karakteristik penderita


tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan dahak di Kabupaten Ogan Ilir.
J Keperawatan Sriwij. 2016;3(2 (Juli 2016)):51–8.

36. Wokas JAJ, Wongkar MC., Surachmanto E. Hubungan antara status gizi,
sputum BTA dengan gambaran rontgen paru pada pasien tuberkulosis. J
e(clinic). 2015,3(1):298–305.

37. Sari ID, Mubasyiroh R, Supardi S. Hubungan pengetahuan dan sikap


dengan kepatuhan berobat pada pasien TB paru yang rawat jalan di Jakarta
tahun 2014. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2017,26(4):243–8.
Diunduh dari:
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/4619. 15
Februari 2018

38. Djuaili A, Sulaiman S, Awaisu A, Mutallif A, Blebil A. Outcomes of


tuberculosis treatment: a retrospective cohort analysis of smoking versus
non smoking patients. J Public Heal. 2010,1–7.

39. Mallinda E, Savira M. Profil penderita tuberkulosis paru yang dirawat inap
di bagian paru Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 01 Januari - 31 Desember 2013. Jom FK. 2016,3(1):1–12.

40. Puspitasari P, Wongkar MC., Surachmanto E. Profil pasien tuberkulosis


paru di poliklinik paru RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. J e(clinic).
2013,5:1–9.
41. Siahaan AG., Polii EB., Ongkowijaya J. Profil pasien tuberkulosis dengan
multi drug resistance (MDR) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode
Agustus 2015 - Agustus 2016. e-Clinic (eCl). 2016,4(2).

42. Nurjana MA. Faktor risiko terjainya tuberkulosis paru usia produktif (15-49
tahun) di Indonesia. Media Litbangkes. 2015,25(3):163–70.

43. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS). Jakarta, 2013.

44. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Profil kesehatan Sudinkes Jakarta
Timur 2015. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2015.

45. Lahabama J, Salam A, Fitriangga A. Hubungan antara kepadatan hunian


rumah terhadap tingkat penularan tuberkulosis paru pada keluarga di kota
Pontianak tahun 2011. [Skripsi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura,
2013.

46. Wahyuningsih E, Wibisono BH. Pola klinik tuberkulosis paru di RSUP Dr


Kariadi Semarang periode Juli 2012 - Agustus 2013. Media Med Muda.
2015,4(2):88–103. Diunduh dari: http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico/index. 16 Februari 2018

47. Tsani RM. Gambaran klinis tuberkulosis paru di RSUP Dr. Kariadi
Semarang periode Januari - Juni 2011. 2011,(2):33–9.

48. Universitas Soedirman. Pemeriksaan paru. p. 1–16.


49. Gita E. Evaluasi ketepatan penegakan diagnosis penderita tuberkulosis paru
dewasa di RSU UKI.[Skripsi]. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia,
2016.

50. Budiharjo T, Purjanto KA. Pengaruh penanganan sputum terhadap kualitas


sputum penderita tbc secara mikroskopis bakteri tahan asam. J Ris Kesehat.
2016,5(1):40–4. Diunduh dari: http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jrk. 20 Februari 2018

51. Crofton J, Douglas A. Respiratory Disease. 3rd ed. 1984.

52. Ismail MR, Ali RH, Loho E. Gambaran foto toraks pada penderita dewasa
dengan diagnosis klinis diabetes melitus yang disertai tuberkulosis paru di
bagian/SMF radiologi FK Unsrat BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2011.[Skripsi]. Manado:
Universitas Sam Ratu Langi, 2012.

53. World Health Organization. Chest radiography in tuberculosis detection.


Geneva: World Health Organization, 2016. Diunduh dari:
http://www.who.int. 10 Oktober 2017

54. Bakri M. Evaluasi pengobatan obat antituberkulosis (OAT) pada pasien


tuberkulosis paru di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.[Skripsi].
Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.

55. Rehman ZU, M JS, A C. Clinical evaluation and monitoring of adverse for
fixed multidose combination against single drug therapy in pulmonary
tuberculosis patients. Pak J Pharm Sci. 2008,21:185–94.
56. Sitepu R. Evaluasi efektivitas dan efek samping obat anti tuberkulosis
kategori 1 kombinasi dosis tetap dan dosis lepasan pada pasien tuberkulosis
paru konfirmasi bakteriologis di Rumah Sakit TNI AU dr Esnawan
Antariksa Halim Perdanakusuma.[Tesis].Jakarta: Universitas Indonesia,
2017.

57. Al-Shaer MH, Mansour H, Elewa H, Salameh P, Iqbal F. Treatment


outcomes of fixed-dose combination versus separate tablet regimens in
pulmonary tuberculosis patients with or without diabetes in Qatar. BMC
Infect Dis. 2017,17(1):1–6.
BIODATA MAHASISWA BIMBINGAN SKRIPSI FK UKI

TAHUN AKADEMIK 2017-2018

Nama : Charlotte Grace Nusifera

NIM : 1461050217

Tempat/tgl lahir : Jakarta, 06 September 1996

Riwayat pendidikan:

1. SLTP : SMP Tarakanita 4 Rawamangun Jakarta

2. SLTA : SMA Negeri 68 Jakarta

3. UNIVERSITAS : UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Judul skripsi : Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Bagian Rawat Inap

Rumah Sakit Umum UKI Periode Januari 2015 – September 2017.


Lampiran 1

Analisis Univariat

Umur Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18-29 8 20,0 20,0 20,0

30-41 5 12,5 12,5 32,5

42-53 14 35,0 35,0 67,5

54-65 9 22,5 22,5 90,0

66-77 1 2,5 2,5 92,5

77-89 3 7,5 7,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

Jenis Kelamin Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pria 24 60,0 60,0 60,0

Wanita 16 40,0 40,0 100,0


Total 40 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 5 12,5 12,5 12,5

SLTP 10 25,0 25,0 37,5

SLTA 18 45,0 45,0 82,5

Perguruan Tinggi 7 17,5 17,5 100,0

Total 40 100,0 100,0


Pekerjaan Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pelajar 3 7,5 7,5 7,5

Wirausaha 13 32,5 32,5 40,0

Pegawai 9 22,5 22,5 62,5

Ibu Rumah Tangga 7 17,5 17,5 80,0

Pendeta 1 2,5 2,5 82,5

Supir 1 2,5 2,5 85,0

Buruh 2 5,0 5,0 90,0

Pensiunan 2 5,0 5,0 95,0

Tidak bekerja 2 5,0 5,0 100,0

Total 40 100,0 100,0

Alamat Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Jatinegara 11 27,5 27,5 27,5

Duren Sawit 2 5,0 5,0 32,5

Kramat Jati 7 17,5 17,5 50,0

Makasar 6 15,0 15,0 65,0

Pasar Rebo 3 7,5 7,5 72,5

Ciracas 2 5,0 5,0 77,5

Cipayung 1 2,5 2,5 80,0

Cakung 1 2,5 2,5 82,5


Matraman 0 0 0 82,5
Pulo Gadung 0 0 0 82,5

Luar Jakarta Timur 7 17,5 17,5 100,0

Total 40 100,0 100,0


Pemeriksaan Penunjang Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LED 2 5,0 5,0 5,0

BTA dan LED 2 5,0 5,0 10,0

Foto Toraks dan LED 22 55,0 55,0 65,0

BTA, Foto Toraks dan LED 14 35,0 35,0 100,0


BTA 0 0 0 100,0
Foto Toraks 0 0 0 100,0

Total 40 100,0 100,0

Pemeriksaan Fisik 1 Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Suara Napas Vesikuler 32 80,0 80,0 80,0

Suara Napas Vesikuler 2 5,0 5,0 85,0


Melemah

Suara Napas Bronkial 4 10,0 10,0 95,0

Suara Napas 2 5,0 5,0 100,0


Bronkovesikuler

Total 40 100,0 100,0

Pemeriksaan Fisik 2 Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Crackles (Ronkhi) 21 52,5 52,5 52,5

Non-crackels (Non-Ronkhi) 19 47,5 47,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

Penderita TB yang Menjalankan Pemeriksaan BTA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BTA 16 40,0 40,0 40,0

Tidak BTA 24 60,0 60,0 100,0

Total 40 100,0 100,0


Hasil Pemeriksaan BTA pada Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BTA Positif 10 62,5 62,5 62,5

BTA Negatif 6 37,5 37,5 100,0

Total 16 100,0 100,0

Hasil Pemeriksaan Foto Toraks pada Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Infiltrat 13 36,1 36,1 36,1

Fibroinfiltrat 4 11,1 11,1 47,2

Efusi Pleura 3 8,3 8,3 55,5

Pneumonia 5 13,9 13,9 69,4

Lesi Kombinasi 5 13,9 13,9 83,3

Lainnya (Bercak Milier, 2 5,6 5,6 88,9


Bercak Parahilar)

Hanya Keterangan Positif 4 11,1 11,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

Terapi pada Penderita TB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid OAT-KDT 31 77,5 77,5 77,5

OAT-Lepasan 9 22,5 22,5 100,0

Total 40 100,0 100,0


Analisis Crosstabulation

Terapi pada Penderita TB * Efek Samping selama Terapi TB Crosstabulation


Count

Efek Samping selama Terapi TB

Ya Tidak Total

Terapi pada Penderita TB OAT-KDT 1 30 31

OAT-Lepasan 1 8 9
Total 2 38 40
LAMPIRAN 2

DATA FIX.xlsx
LAMPIRAN III

Surat pengajuan rekam medik

Anda mungkin juga menyukai